PENDAHULUAN
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable
pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, dan panjang tungkai. Cukup konsumsi cenderung status gizi baik dan kurang
konsumsi besar kemungkinan akan kurang gizi. Hal ini karena status gizi dipengaruhi oleh
banyak faktor, akan tetapi faktor konsumsi makanan adalah faktor yang dominan (Muhilal,
1982).
Banyak cara menilai status gizi seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis,
biofisik dan antropometri. Penilaian antripometri yang paling umum dilakukan karena lebih
mudah, tidak membutuhkan peralatan canggih dan bisa dilakukan oleh hampir semua orang
(Gibson, 1990 )
Pada pemeriksaan antropometri terdapat indikator berupa parameter tinggi badan,
berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai. Kemudian hasil
pengukuran ini akan dievaluasi dengan indeks antropometri dan diintrepetasikan untuk
menunjukkan status gizinya.
1.2 Rumusan Masalah
Tabel Klasifikasi Gomez tentang status gizi menurut parameter BB/U untuk
mengidentifikasi masalah underweight
Tingkatan % BB/U
Normal 90 %
Tingk. I 90 75 %
Tingk. II < 75 60 %
Tabel. Klasifikasi status gizi Waterlow untuk parameter TB/U sebagai indikator stunt
Tingkatan % BB/U
Normal 95 %
Tingk. I 95 90 %
Tingk. II < 90 85 %
Normal 90 %
Tingk. I 90 80 %
Tingk. II < 80 70 %
Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai underweight
dan berat badan yang berada diatas batas maksimum dinyatakan sebagai overweight.
Menurut FAO/WHO/UNU menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa
ditemukan berdasarkan nilai BMI (Body Mass Index). Di Indonesia BMI diterjemahkan
menjadi IMT (Indeks Masa Tubuh), IMT hanya cocok untuk usia dewasa, dan tidak
dapat diterapkan untuk bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Serta IMT tidak
dapat diterapkan dengan pasien dalam keadaan khusus .
IMT = BB (kg)
TB2 (m)
Dari hasil perhitungan, dapat diterjemahkan melalui klasifikasi status gizi yang telah
ditentukan.
Menurut WHO, status gizi diklasifikasikan sebagai berikut:
Sangat
Sangat
Umur kurus
Kurus Normal Gemuk gemuk
(thn) (kuran
(lebih dari)
g dari)
5 11,6 11,6 12,6 12,7 16,8 16,9 18,7 18,7
6 11,7 11,7 12,6 12,7 16,9 17,0 19,2 19,2
7 11,8 11,8 12,7 12,8 17,3 17,4 19,9 19,9
8 11,9 11,9 12,8 12,9 17,6 17,7 20,6 20,6
9 12,1 12,1 13,0 13,1 18,2 18,3 21,5 21,5
10 12,4 12,4 14,7 14,8 18,9 19,0 22,5 22,5
Sanga
t
Umur Sangat kurus gemu
Kurus Normal Gemuk
(thn) (kurang dari) k(lebi
h
dari)
5 12,0 12,0 12,8 12,9 16,5 16,6 18,3 18,3
6 12,1 12,1 13,0 13,1 16,7 16,8 18,5 18,5
7 12,3 12,3 13,1 13,2 17,1 17,2 19,0 19,0
8 12,4 12,4 13,3 13,4 17,4 17,5 19,6 19,6
9 12,5 12,5 13,5 13,6 17,8 17,9 20,4 20,4
10 12,8 12,8 13,7 13,8 18,4 18,5 21,4 21,4
KELOMPOK 0 I II III IV
TB2 (m)
1,472
2.3 Penggunaan Indeks Antropometri
Contoh :
1. Seorang anak laki-laki berat badan riel 7,7 kg , berusia 12 bulan dengan berat badan
median 10,2, maka
2. Berat badan anak umur 2 tahun adalah 12 kg, maka 80 % median sama dengan 9,6 kg dan
60 % median sama dengan 7,2 kg. Jika 80% dan 60 % dianggap sebagai ambang batas maka
anak usia 2 tahun memiliki berat badan antara 9,6 7,2 kg.
2.3.2 Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas adalah dengan persentil. Persentil 50
sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan
setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS)
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95
sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
Contoh :
1. Pada suatu pengukuran tinggi badan 100 siswa kelas 3 sekolah dasar, diurutkan tinggi
badan anak mulai dari yang terpendek sampai tertinggi, Fani berada pada urutan ke 20
berarti persentil 20. Hal ini berarti 19 anak berada dibawahnya dan 80 anak ada
diatasnya.
2.3.3 Standar Deviasi Unit
Standar deviasi unit disebut juga dengan z-skor. Standar deviasi sangat
direkomendasikan oleh WHO untuk mengevaluasi antropometri di negara berkembang,
karena hasilnya yang akurat. Hal ini merupakan kelebihan pada negara berkembang
karena indeks suatu individu di bawah ekstrim persentil dari baku rujukan bisa
diklasifikasikan secara akurat. WHO menggunakan ambang batas ini untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan.
- 1 SD unit (1 Z-skor) lebih kurang sama dengan 11% dari median BB/U
- 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
- 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U
Rumus Z-skor:
Z-skor =
Berdasarkan hasil kesepakatan pakar gizi terdapat batas ambang dan istilah status gizi untuk
indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB
- Indeks BB/U
a. Gizi baik bila Z-score terletak dari -2 SD sampai dengan +2 SD
b. Gizi kurang bila Z-score terletak dari -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Gizi buruk bila Z-score terletak < -3 SD
d. Gizi lebih bila Z-score terletak > +2 SD
- Indeks TB/U
a. Normal bila Z-score terletak -2 SD
b. Pendek/stunted bila Z-score terletak < -2 SD
- Indeks BB/TB
a. Normal bila Z-score terletak dari -2 SD sampai dengan +2 SD
b. Kurus bila Z-score terletak dari -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Sangat kurus bila Z-score terletak < -3 SD
d. Gemuk bila Z-score terletak > +2 SD
- Pertimbangan dalam menetapkan batas ambang ( Cut-off point ) status gizi didasarkan
pada asumsi resiko kesehatan :
a. antara -2 SD sampai dengan +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk
menderita masalah kesehatan
b. Antara -2 sampai dengan -3 atau antara +2 sampai dengan +3 memiliki resiko cukup tinggi
( mode-rate ) untuk menderita masalah kesehatan.
c. Di bawah -3 SD atau diatas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah
kesehatan
Grafik. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan bila 95 %
balita berstatus baik
Grafik. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya
ada 2 % balita berada antara -2 SD dan -3 SD atau antara +2 SD dan +3 SD
Grafik. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya
ada 0,5 % balita berada di bawah -3 SD atau di atas +3 SD
Contoh
Seorang anak laki-laki umur 36 bulan dengan tinggi badan 96 cm dan berat badan
15,2 kg, dan seorang anak laki-laki umur 10 bulan dengan panjang badan 75 cm dan
berat badan 5,8 kg. Distribusi simpang baku ketiga indeks untuk kedua anak tersebut
masing-masing sebagai berikut :
2. Anak laki-laki B
Jika ambang batas (cut-off point) gizi kurang diterapkan anjuran WHO yaitu -2 SD untuk
masing-masing indeks, maka anak pertama termasuk gizi normal, baik dilihat dari BB/U,
TB/U, maupun BB/TB. Anak kedua karena menurut BB/U tergolong berat badan di bawah
normal (underweight = <-2 SD), menurut TB/U tergolong normal (>-2 SD), dan menurut
BB/PB tergolong kurus (wasting = <-2 SD), maka status gizi anak ini termasuk gizi kurang
masa kini (currently underfeed).
HARVARD WHO-NCHS
Tidak dibedakan antara kelaminlaki- Jenis kelamin dibedakan
lakidanperempuan
Lebih rendah Angka baku anakl aki-laki relative
lebihtinggi
Lebih tinggi Angka baku perempuan relative lebih rendah
Data baku rujukan WHO-NCHS disajikan
dalam duaversi :
a. Persentildigunakan untuk anak-anak di
Negara yang populasinya relatif memiliki
gizi baik distribusi TB/U dan BB/TB
b. Skor simpang baku (standart deviation
score = Z-score) Untuk kanak-anak di
negara yang populasinya relatif bergizi
kurang
Waterlow, dkk 1977 (dalam Gizi Indonesia Vol XV No. 2 1990), penentuan status gizi
anak meliputi :
1. Di negara yang populasinya relatif well nourished, distribusi TB/U dan BB/TB
sebaiknya digunakan persentil.
2. Di negara yang populasinya relatif undernutrished, sebaiknya digunakan Z-Score
sebagai pengganti persen terhadap median baku rujukan. Tidak disarankan
menggunakan indeks BB/U
Data reference (Baku Acuan) di Indonesia yaitu sejak dekade 80-an Indonesia
menggunakan 2 baku acuan internasional, yaitu harvard dan WHO-NCHS. Harvard
digunakan untuk screening, pemantauan status gizi (monitoring), evaluasi, dan survey.
Dalam semiloka Antropometri Ciloto, Februari 1991 : Saran pengajuan penggunaan
secara seragam dengan baku rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding dalam penilaian
status gizi dan pertumbuhan baik perorangan maupun masyarakat.
Dalam Kepmenkes RI Nomor : 920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status
gizi anak Balita. Berdasarkan perkembangan iptek dan hasil temu pakar gizi Indonesia
pada Mei 2000 di Semarang, standart baku antropometri yang digunakan secara nasional
disepakati menggunakan standart baku WHO-NCHS 1983.
Gomez (1956)
Gomez mengklasifikasikan status gizi atau KEP yaitu normal, ringan, sedang, dan berat.
Pemilihan cut offpoints dibuat dengan melihat karakteristik dari BB/U anak-anak dengan
KEP berat.
Klasifikasi Gomez tidak membedakan antara marasmus dan kwashiorkor tidak juga antara
akut dan kronis, karena tidak bergantung pada tinggi badan. Sebagai hasilnya, anak-anak
dengan BB/U yang sangat rendah belum tentu gizi buruk. Kekurangan klasifikasi Gomez
yang lain yaitu menimbulkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema atau
asites. Kekurangan yang lain yaitu sistem ini tidak bisa memperkirakan periode waktu dari
gizi buruk.
Tingkatan % BB/U
Normal 90 %
Tingk. I 90 75 %
Tingk. II < 75 60 %
g. Klasifikasi Bengoa
Bengoa mengklasifikasikan KEP menjadi tiga kategori, yaitu KEP I, KEP II, dan KEP III.
Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur. Menggunakan baku rujukan
Harvard dengan persentil 50. Klasifikasi KEP menurut Bengoa dapat dilihat dibawah ini
Kategori BB/U (% baku)
KEP I 90 76
KEP II 75 61
KEP III Semua penderita dengan edema
h. Klasifikasi Lain
Menurut Soekirman (2000), menyatakan bahwa intepretasi dari gizi anak dengan indicator BB/U,
TB/U, dan BB/TB yang digunakan pada survei khusus menadikan kesimpulan bisa lebih baik.
Kesimpulan dari penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Indikator
Kesimpulan
BB/U TB/U BB/TB
Keadaan gizi anak saat ini baik, tetapi anak
Rendah Rendah Normal tersebut mengalami masalah kronis. BB
anak proporsional dengan TB
Anak mengalami masalh gizi kronis dan
pada saat anak menderita kegemukan
Normal Rendah Lebih
(overweight) karena BB lebih dari
proporsional terhadap TB
Rendah Rendah Rendah Anak mengalami kurang gizi berat dan
kronis. Artinya pada saat ini keadaan gizi
anak tidak baik dan riwayat masa lalunya
juga tidak baik
Keadaan gizi anak baik pada saat ini dan
Normal Normal Normal
masa lalu
Anak mengalami kurang gizi yang berat
Rendah Normal Rendah
(kurus)
Keadaan gizi anak secara umum baik,
tetapi berat badannya kurang proporsional
Normal Normal Rendah
terhadap TB-nya karena tubuh anak
jangkung
.
b. Akan tersajikan tabel yang akan diisikan data masuk dan hasil
Jika tahun dan bulan kelahiran diketahui tetapi tidak terdapat tanggal yang pasti dari
kelahiran, pengamat disarankan untuk mencentang kotak Approximate date . Kemudian
program akan secara acak memilih hari pada bulan dan tahun yang telah tertera.
Jika tahun dan bulan kelahiran tidak diketahui, pengamat disarankan untuk
menggunakan kalender manual untuk mengidentifikasi 2 kejadian antara tempat kelahiran
dan mengestimasi kira-kira tahun dan bulan kelahiran.
Jika tidak memungkinkan untuk mengisi bulan dan tahun kelahiran , pengguna harus
mecentang kotak bertuliskan Unknown date
Selanjutnya isikan data sesuai dengan kolom yang ada, setelah diisikan kita akan langsung
mengetahui nilai persentile dan Z-Score.
Keterangan:
Pengukuran panjang badan (PB) untuk balita 0-23,9 bl dan tinggi badan (TB) untuk
balita 24-59,9 bl.
Apabila metode pengukuran (PB/TB) tidak sesuai dengan umur, software secara otomatis
mengkonversi dari PB TB (-0,7 cm) dan sebaliknya TB PB (+0,7 cm)
Apabila umur tidak diketahui, tetapi ada data jenis pengukuran, maka PB/TB
berdasarkan data yang ada
Apabila umur tidak diketahui, dan tidak ada data jenis pengukuran, jika hasil 87 cm
dianggap sebagai PB, apabila >87 cm dianggap sebagai TB
Apabila balita mengalami oedema, hanya HAZ yang akan dianalisa
Jika tidak ada data jenis kelamin, data balita tidak akan dianalisa
Jika tidak ada data umur, hanya WHZ yang akan dianalisa
Jika tidak ada data BB, tidak akan ada hasil analisa WAZ, WHZ, BAZ hanya ada hasil
HAZ
Jika tidak ada data TB/PB, tidak akan ada hasil analisa WHZ, HAZ, BAZ hanya ada
hasil WAZ
Tidak akan ada hasil Z-score (tertulis sebagai NA: Not Applicable) pada kasus:
Umur > 60 bl: tidak akan ada hasil untuk semua indikator (NA)
Umur tidak diketahui: tidak ada hasil WAZ, HAZ, BAZ (NA)
Panjang badan <45 cm: tidak ada hasil Weight for Length (NA)
Panjang badan >110 cm dan umur < 24 bl: tidak ada hasil Weight for Length (NA)
Tinggi badan >120 cm: tidak ada hasil WHZ (NA)
Tingggi badan <65 cm dan umur 24 bl: tidak ada hasil WHZ (NA)
Apabila diklik gambar graphic (di sebelah z-score), maka akan muncul gambar graphic
sbagai berikut :
Colour Coding
Warna-warna di atas merupakan kode untuk membedakan level keparahan:
Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap maka kembali ke awal dan mengklik
individual assessment.
Daftar Pustaka
Disusun Oleh:
Adisti Dyah Permataningtyas ( 115070301111012)