Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable
pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, dan panjang tungkai. Cukup konsumsi cenderung status gizi baik dan kurang
konsumsi besar kemungkinan akan kurang gizi. Hal ini karena status gizi dipengaruhi oleh
banyak faktor, akan tetapi faktor konsumsi makanan adalah faktor yang dominan (Muhilal,
1982).
Banyak cara menilai status gizi seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis,
biofisik dan antropometri. Penilaian antripometri yang paling umum dilakukan karena lebih
mudah, tidak membutuhkan peralatan canggih dan bisa dilakukan oleh hampir semua orang
(Gibson, 1990 )
Pada pemeriksaan antropometri terdapat indikator berupa parameter tinggi badan,
berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai. Kemudian hasil
pengukuran ini akan dievaluasi dengan indeks antropometri dan diintrepetasikan untuk
menunjukkan status gizinya.
1.2 Rumusan Masalah

- Apa yang dimaksud dengan indeks antropometri ?


- Apa saja macam-macam indikator antropometri serta kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing indikator antropometri ?
- Bagaimana penggunaan Penggunaan Indeks Antopometri Gizi?
- Apa yang dimaksud dengan baku rujukan ?
- Bagaimana pengklasifikasian status gizi suatu individu?
- Bagaimana cara penggunaan software WHO antro ?
1.3 Tujuan
- Mengetahui pengertian Indeks antropometri
- Mengetahui macam-macam indikator antropometri serta kelebihan dan kekurangan
dari masing-masing indikator antropometri.
- Mengetahui penggunaan Penggunaan Indeks Antopometri Gizi
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan baku rujukan
- Mengetahui pengklasifikasian status gizi suatu individu
- Mengetahui cara penggunaan Software WHO Antro
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah bentuk penyajian parameter antropometri (berat badan


dan tinggi badan) yang dikaitkan dengan variabel umur atau merupakan kombinasi
antara keduanya. Indeks antropometri merupakan kombinasi antara beberapa parameter,
parameter disini merupakan dasar penilaian dari status gizi.
2.2 Macam-macam Indikator Antropometri
2.2.1 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Massa tubuh sangat sensitive sekali terhadap perubahan-perubahan mendadak, misalnya
karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan
yang dikonsumsi. Berat badan ialah parameter yang sangat labil. Dalam keadaan normal,
dimana keadaaan kesehatan baik dan seimbang antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam
keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Karena karakteristik berat
badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status)
Kelebihan indeks BB/U
- Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
- Baik untuk mengukur status gizi akut (gambaran masalah gizi saat ini) atau kronis
(masalah izi masa lalu)
- Berat badan dapat berfluktasi (mengalami kenaikan atau penurunan)
- Sangat sensitive terhadap prubahan perubahan kecil
- Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
Kelemahan indeks BB/U
- Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema
maupun asites (akumulasi cairan berlebih pada rongga peritoneal)
- Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak-anak di bawah usia 5
tahun
- Sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak
pada saat penimbangan
- Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat.
- Pencatatan umur yang belum baik pada masyarakat pedesaan

Tabel Klasifikasi Gomez tentang status gizi menurut parameter BB/U untuk
mengidentifikasi masalah underweight

Tingkatan % BB/U

Normal 90 %
Tingk. I 90 75 %

Tingk. II < 75 60 %

Tingk. III < 60 %

2.2.2 Tinggi Badan menurut Umur


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruhnya baru akan terlihat dalam
jangka waktu yang relative lama. Menurut Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa
indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat
kaitannya dengan status social-ekonomi.
Keuntungan indeks TB/U
- Baik untuk menilai status gizi di masa lampau
- Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
Kelemahan indeks TB/U
- Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
- Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak
- Ketepatan umur sulit didapat

Tabel. Klasifikasi status gizi Waterlow untuk parameter TB/U sebagai indikator stunt
Tingkatan % BB/U

Normal 95 %

Tingk. I 95 90 %

Tingk. II < 90 85 %

Tingk. III < 85 %

2.2.3 Berat Badan menurut Tinggi Badan


Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk
mengindentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai
status gizi saat ini. Indeks BB/TB merupakan indeks yang independent terhadap umur.
Keuntungan indeks BB/TB
- Tidak memerlukan data umur
- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus )
Kelemahan indeks BB/TB
- Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi
badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan.
- Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran
panjang/tinggi badan pada kelompok balita
- Membutuhkan dua macam alat ukur
- Pengukuran relative lebih lama
- Membutuhkan dua orang untuk melakukan
- Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok non professional

Tabel klasifikasi Waterlow menurut parameter BB/TB


Tingkatan % BB/U

Normal 90 %

Tingk. I 90 80 %

Tingk. II < 80 70 %

Tingk. III < 70 %


Underweight : < 70 %
% BB/TB 120 = obesity
2.2.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pada usia dewasa 18 tahun keatas, masalah berat badan merupakan maslah yang
penting dalam hal kelebihan maupun kekurangan, karena dapat mempunyai resiko
penyakit-penyakit tertentu dan dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara
adalah dengan dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Di Indonesia
berat badan normal atau ideal dapat dihitung :

BBI = ( Tinggi Badan 100 ) x 90 %


Dengan batasan : Nilai minimum = 0,8 x ( Tinggi badan 100 ) dan
Nilai maksimum = 1,1 x ( Tinggi badan 100 )

*Ketentuan berlaku umum untuk


laki-laki dan perempuan

Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai underweight
dan berat badan yang berada diatas batas maksimum dinyatakan sebagai overweight.
Menurut FAO/WHO/UNU menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa
ditemukan berdasarkan nilai BMI (Body Mass Index). Di Indonesia BMI diterjemahkan
menjadi IMT (Indeks Masa Tubuh), IMT hanya cocok untuk usia dewasa, dan tidak
dapat diterapkan untuk bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Serta IMT tidak
dapat diterapkan dengan pasien dalam keadaan khusus .

IMT = BB (kg)

TB2 (m)
Dari hasil perhitungan, dapat diterjemahkan melalui klasifikasi status gizi yang telah
ditentukan.
Menurut WHO, status gizi diklasifikasikan sebagai berikut:

BMI (kg/m2) Classification Risk of co-Morbidities


Low (but increased risk of
< 18,5 Mild Underweight
other clinical problems)
18,5 24,99 Normal Range -
25 Overweight Average
25 29,99 Pre Obese Increased
30 34,99 Obese Class I Moderate
35 39,99 Obese Class II Severe
40 Obese Class III Very severe
Sumber : WHO Expert Consultation, 2004

Indeks Massa Tubuh berdasarkan Depkes RI, 1994 yaitu:

IMT Kriteria Kategori


< 17,0 Kekurangan BB tingkat Berat
Kurus
17,0 18,0 Kekurangan BB tingkat Ringan
18,5 25,0 Normal Normal
25,0 27,0 Kelebihan BB tingkat Ringan
Gemuk
>27,0 Kelebihan BB tingkat Berat

Tabel Usulan klasifikasi Berat oleh BMI di Asia dewasa

Classification BMI (kg/m2) Risk of co-Morbidities


Rendah
Underweight < 18,50 (tetapi resiko masalah klinis
lain meningkat)
Normal
18,50 22,99 Acceptable Risk
Range
Overweight 23,00 27,49 Increased risk
Obese I 27,50 High risk

Tabel IMT anak perempuan usia 5 10 tahun :

Sangat
Sangat
Umur kurus
Kurus Normal Gemuk gemuk
(thn) (kuran
(lebih dari)
g dari)
5 11,6 11,6 12,6 12,7 16,8 16,9 18,7 18,7
6 11,7 11,7 12,6 12,7 16,9 17,0 19,2 19,2
7 11,8 11,8 12,7 12,8 17,3 17,4 19,9 19,9
8 11,9 11,9 12,8 12,9 17,6 17,7 20,6 20,6
9 12,1 12,1 13,0 13,1 18,2 18,3 21,5 21,5
10 12,4 12,4 14,7 14,8 18,9 19,0 22,5 22,5

Tabel IMT anak laki-laki usia 5 10 tahun

Sanga
t
Umur Sangat kurus gemu
Kurus Normal Gemuk
(thn) (kurang dari) k(lebi
h
dari)
5 12,0 12,0 12,8 12,9 16,5 16,6 18,3 18,3
6 12,1 12,1 13,0 13,1 16,7 16,8 18,5 18,5
7 12,3 12,3 13,1 13,2 17,1 17,2 19,0 19,0
8 12,4 12,4 13,3 13,4 17,4 17,5 19,6 19,6
9 12,5 12,5 13,5 13,6 17,8 17,9 20,4 20,4
10 12,8 12,8 13,7 13,8 18,4 18,5 21,4 21,4

Tabel Resiko relative penyakit jantung dengan kelompok IMT


IMT 20-26 >25-30 >30-35 35-40 >40

KELOMPOK 0 I II III IV

RESIKO Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat


rendah Tinggi

JUMLAH Normal Normal Normal Naik Naik


SEL LEMAK (naik)

Contoh perhitungan dengan IMT


1. Ny Dina mempunyai tinggi badan 147 cm dengan berat badan 39 kg, tentukan IMT nyonya
Dina, dan termasuk dalam klasifikasi status gizi apa menurut WHO ?
IMT ny. Dina = BB (kg)

TB2 (m)

= 39 = 18, 05 ( termasuk underweight)

1,472
2.3 Penggunaan Indeks Antropometri

Dalam menginterpretasikan data, diperlukan ambang batas (cut-off points). Ambang


batas tersebut disepakati oleh para ahli hingga akhirnya digunakan. Ambang batas dapat
disajikan kedalam tiga cara yaitu, persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi
unit.
2.3.1 Persen terhadap median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median
sama dengan persentil 50. Nilai median ini dinyatakan sama dengan 100 %(untuk
standar), setelah itu dihitung presentase terhadap nilai median untuk mendapatkan
ambang batas. Status gizi berdasarkan indeks antropometri menurut WHO NCHS 1983
mempunyai cut off (ambang batas) sebagai berikut :
Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik >80% >90% >90%
Gizi Sedang 71-80% 81-90% 81-90%
Gizi Kurang 61-70% 71-80% 71-80%
Gizi Buruk 60% 70 % 70 %

Rumus menghitung status gizi berdasar persen terhadap nilai median

Contoh :
1. Seorang anak laki-laki berat badan riel 7,7 kg , berusia 12 bulan dengan berat badan
median 10,2, maka

2. Berat badan anak umur 2 tahun adalah 12 kg, maka 80 % median sama dengan 9,6 kg dan
60 % median sama dengan 7,2 kg. Jika 80% dan 60 % dianggap sebagai ambang batas maka
anak usia 2 tahun memiliki berat badan antara 9,6 7,2 kg.
2.3.2 Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas adalah dengan persentil. Persentil 50
sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan
setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS)
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95
sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
Contoh :
1. Pada suatu pengukuran tinggi badan 100 siswa kelas 3 sekolah dasar, diurutkan tinggi
badan anak mulai dari yang terpendek sampai tertinggi, Fani berada pada urutan ke 20
berarti persentil 20. Hal ini berarti 19 anak berada dibawahnya dan 80 anak ada
diatasnya.
2.3.3 Standar Deviasi Unit
Standar deviasi unit disebut juga dengan z-skor. Standar deviasi sangat
direkomendasikan oleh WHO untuk mengevaluasi antropometri di negara berkembang,
karena hasilnya yang akurat. Hal ini merupakan kelebihan pada negara berkembang
karena indeks suatu individu di bawah ekstrim persentil dari baku rujukan bisa
diklasifikasikan secara akurat. WHO menggunakan ambang batas ini untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan.
- 1 SD unit (1 Z-skor) lebih kurang sama dengan 11% dari median BB/U
- 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
- 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U
Rumus Z-skor:

Z-skor =

Berdasarkan hasil kesepakatan pakar gizi terdapat batas ambang dan istilah status gizi untuk
indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB
- Indeks BB/U
a. Gizi baik bila Z-score terletak dari -2 SD sampai dengan +2 SD
b. Gizi kurang bila Z-score terletak dari -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Gizi buruk bila Z-score terletak < -3 SD
d. Gizi lebih bila Z-score terletak > +2 SD

- Indeks TB/U
a. Normal bila Z-score terletak -2 SD
b. Pendek/stunted bila Z-score terletak < -2 SD

- Indeks BB/TB
a. Normal bila Z-score terletak dari -2 SD sampai dengan +2 SD
b. Kurus bila Z-score terletak dari -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Sangat kurus bila Z-score terletak < -3 SD
d. Gemuk bila Z-score terletak > +2 SD

- Pertimbangan dalam menetapkan batas ambang ( Cut-off point ) status gizi didasarkan
pada asumsi resiko kesehatan :
a. antara -2 SD sampai dengan +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk
menderita masalah kesehatan
b. Antara -2 sampai dengan -3 atau antara +2 sampai dengan +3 memiliki resiko cukup tinggi
( mode-rate ) untuk menderita masalah kesehatan.
c. Di bawah -3 SD atau diatas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah
kesehatan
Grafik. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan bila 95 %
balita berstatus baik

Grafik. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya
ada 2 % balita berada antara -2 SD dan -3 SD atau antara +2 SD dan +3 SD

Grafik. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya
ada 0,5 % balita berada di bawah -3 SD atau di atas +3 SD
Contoh
Seorang anak laki-laki umur 36 bulan dengan tinggi badan 96 cm dan berat badan
15,2 kg, dan seorang anak laki-laki umur 10 bulan dengan panjang badan 75 cm dan
berat badan 5,8 kg. Distribusi simpang baku ketiga indeks untuk kedua anak tersebut
masing-masing sebagai berikut :

Berat menurut umur (BB/U)


Simpang Baku
Umur
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
Anak I
9,8 14,4 13,0 14,6 16,4 18,3 20,1
(36 bulan)
Anak II
6,6 7,6 8,6 9,5 10,6 11,7 12,7
(10 bulan)

Tinggi/panjang badan menurut umur (TB,PB/U)


Simpang Baku
Umur
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
Anak I
82,8 86,5 90,2 96,5 97,6 101,4 105,1
(36 bulan)
Anak II
63,5 66,2 69,0 73,6 74,5 77,3 80,1
(10 bulan)

Berat badan menurut tinggi/panjang badan (BB/TB,PB)


Simpang Baku
Umur
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
Anak I
11,3 12,3 13,3 14,4 15,5 16,6 17,7
(96 cm)
Anak II
7,4 8,2 9,0 9,8 10,7 11,2 12,5
(75 cm)

Nilai Z-Skor adalah :


1. Anak laki-laki A

Untuk BB/U = = = 0,3 (normal)

Untuk PB/U = = = -0,1 (normal)


Untuk BB/PB = = = 0,7 (normal)

2. Anak laki-laki B

Untuk BB/U = = = -4,1 (underweight)

Untuk PB/U = = = 0,5 (normal)

Untuk BB/PB = = = -5 (severe wasted)

Jika ambang batas (cut-off point) gizi kurang diterapkan anjuran WHO yaitu -2 SD untuk
masing-masing indeks, maka anak pertama termasuk gizi normal, baik dilihat dari BB/U,
TB/U, maupun BB/TB. Anak kedua karena menurut BB/U tergolong berat badan di bawah
normal (underweight = <-2 SD), menurut TB/U tergolong normal (>-2 SD), dan menurut
BB/PB tergolong kurus (wasting = <-2 SD), maka status gizi anak ini termasuk gizi kurang
masa kini (currently underfeed).

2.4 Analisa Hasil Pengukuran Antropometri


Kombinasi dari 3 indikator
a. BB terhadap usia ( kurang berat, normal, BB lebih )
b. TB terhadap usia ( pendek, normal, tinggi )
c. BB terhadap TB ( kurus, normal, gemuk )

Kategori status gizi


a. Normal ( antara -2 SD sampai + 2 SD )
b. Di atas normal atau lebih ( lebih dari 2 SD diatas median )
c. Di bawah normal atau kurang ( lebih dari 2 SD di bawah median )

2.5 Baku Rujukan


Sebelum mengetahui macam dan penggunaan indeks antropometri, perlu diketahui
apa yang dimaksud dengan baku rujukan. Tujuan dari baku rujukan adalah:
Memfasilitasi perbandingan internasional tentang indeks antropometri sebagai acuan
negara-negara di dunia untuk memperkirakan sebaran dan keparahan malnutrisi
Memfasilitasi evaluasi trend setiap waktu untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
program interverensi (studi surveilance)
Untuk memonitor pertumbuhan individu, untuk mengidentifikasi populasi dengan
resiko under- atau over- nutrisi dan perlakuan yang tepat atas masalah yang timbul
Baku rujukan diperlukan dalam penilaian status gizi, yang banyak digunakan adalah
baku Harvard 1995. Sementara untuk kegiatan pemantauan status gizi yang dikelola oleh
direktorat dinas gizi masyarakat menggunakan baku WHO. Baku rujukan yang sering
digunakan di Indonesia adalah baku WHO.
Terdapat dua jenis baku rujukan, yaitu baku rujukan lokal dan internasional. Dalam
petunjuk baku rujukan Harvard, di Indonesia jenis kelamin tidak dibedakan antara laki-
laki dan perempuan, sementara dalam buku rujukan WHO-NCHS jenis kelamin itu
dibedakan. Di dunia ada beberapa jenis buku rujukan. Baku rujukan Harvard dan WHO-
NCHS adalah baku yang paling umum digunakan di berbagai negara. Distribusi BB/U,
TB/U, dan BB/TB yang dipublikasikan WHO meliputi data anak umur 0 sampai 18
tahun. Data baku rujukan WHO-NCHS disajikan dalam dua versi yaitu persentil dan Z-
Score.

HARVARD WHO-NCHS
Tidak dibedakan antara kelaminlaki- Jenis kelamin dibedakan
lakidanperempuan
Lebih rendah Angka baku anakl aki-laki relative
lebihtinggi
Lebih tinggi Angka baku perempuan relative lebih rendah
Data baku rujukan WHO-NCHS disajikan
dalam duaversi :
a. Persentildigunakan untuk anak-anak di
Negara yang populasinya relatif memiliki
gizi baik distribusi TB/U dan BB/TB
b. Skor simpang baku (standart deviation
score = Z-score) Untuk kanak-anak di
negara yang populasinya relatif bergizi
kurang

Waterlow, dkk 1977 (dalam Gizi Indonesia Vol XV No. 2 1990), penentuan status gizi
anak meliputi :
1. Di negara yang populasinya relatif well nourished, distribusi TB/U dan BB/TB
sebaiknya digunakan persentil.
2. Di negara yang populasinya relatif undernutrished, sebaiknya digunakan Z-Score
sebagai pengganti persen terhadap median baku rujukan. Tidak disarankan
menggunakan indeks BB/U
Data reference (Baku Acuan) di Indonesia yaitu sejak dekade 80-an Indonesia
menggunakan 2 baku acuan internasional, yaitu harvard dan WHO-NCHS. Harvard
digunakan untuk screening, pemantauan status gizi (monitoring), evaluasi, dan survey.
Dalam semiloka Antropometri Ciloto, Februari 1991 : Saran pengajuan penggunaan
secara seragam dengan baku rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding dalam penilaian
status gizi dan pertumbuhan baik perorangan maupun masyarakat.
Dalam Kepmenkes RI Nomor : 920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status
gizi anak Balita. Berdasarkan perkembangan iptek dan hasil temu pakar gizi Indonesia
pada Mei 2000 di Semarang, standart baku antropometri yang digunakan secara nasional
disepakati menggunakan standart baku WHO-NCHS 1983.

2.6 Klasifikasi Status Gizi


Terdapat berbagai macam klasifikasi status gizi yang dicetuskan oleh para ahli.
Namun, yang paling umum digunakan adalah klasifikasi oleh Harvard dan WHO.
a. Klasifikasi berdasarkan baku Harvard
Status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu:
Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
Gizi baik untuk well nourished.
Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein
Calori Malnutrition).
Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dan
kwasiokor.

Indeks Status Gizi Ambang Batas


Overweight +2SD
Normal -2SD sampai +2SD
BB/U
underweight < -2SD sampai -3SD
Severe underweight < -3SD
Normal 2SD
TB/U
Stunting < -2SD
Gemuk +2SD
Normal -2SD sampai +2SD
BB/TB
Wasting < -2SD sampai -3SD
Severe Wasting < -3SD

b. Klasifikasi menurut Waterlow


Waterlow membedakan antara penyakit KEP yang terjadi akut dan kronis. Menurut
pendapat Waterlowdefisit berat badan terhadap tinggi badan mencerminkan gangguan gizi
yang akut dan menyebabkan keadaan wasting (kurus-kering). Defisit tinggi menurut umur
merupakan akibat kekurangan gizi yang berlangsung sangat lam. Akibat yang ditimbulkan
adalah anak menjadi pendek stunting pada umurnya.

Klasifikasi status Gizi menurut Waterlow dapat dilihat di bawah ini :

Height for Age


Degree of Weight for Height Degree of Wasting
Stunting
Percent (Grade) >90% (0) 80-90% (1) 70-80% (2) <70% (3)
>90%
(Grade=0)
Normal Wasting
95-90%
(Grade= 1)
85-90% Stunting Stunting dan Wasting
(Grade= 2)
<85%
(Grade=3)

c. Klasifikasi Cara WHO


Dalam Klasifikasi ini, indeks yang dipergunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U.
Standart yang digunakan adalah NCHS (National Centre for Health Statistics, USA),
dengan klasifikasi seperti di bawah ini :

Indeks Status Gizi Keterangan


Gizi Lebih 2SD
Gizi Baik -2 sampai +2SD
BB/U
Gizi Kurang <-2SD sampai -3SD
Gizi Buruk < -3 SD
Normal -2 sampai +2SD
TB/U
Pendek (Stunted) < -2 SD
Gemuk 2SD
Normal -2 sampai +2SD
BB/TB
Kurus (Wasted) <-2SD sampai -3SD
Sangat Kurus < -3 SD

d. Klasifikasi Status Gizi menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri

Kategori BB/U* TB/U* BB/TB*

Gizi Baik 100-80 100-95 100-90

Gizi Kurang <80-60 <95-85 <90-70

Gizi Buruk** <60 <95 <75


*garis baku adalah persentil 50 baku harvard
**kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor, dan kwashiorkor

e. Klasifikasi Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat


Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan indeks berat badan menurut
umur. Klasifikasi status gizi menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat dapat dilihat di
bawah ini :

f. Cut Off Point (Laki-laki dan Klasi


Kategori
fik Perempuan sama) asi
Gizi Lebih >120%

Gizi Baik 80%-120%

Gizi Sedang 70%-79,9%

Gizi Kurang 60-69,9%

Gizi Buruk <60%

Gomez (1956)
Gomez mengklasifikasikan status gizi atau KEP yaitu normal, ringan, sedang, dan berat.
Pemilihan cut offpoints dibuat dengan melihat karakteristik dari BB/U anak-anak dengan
KEP berat.
Klasifikasi Gomez tidak membedakan antara marasmus dan kwashiorkor tidak juga antara
akut dan kronis, karena tidak bergantung pada tinggi badan. Sebagai hasilnya, anak-anak
dengan BB/U yang sangat rendah belum tentu gizi buruk. Kekurangan klasifikasi Gomez
yang lain yaitu menimbulkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema atau
asites. Kekurangan yang lain yaitu sistem ini tidak bisa memperkirakan periode waktu dari
gizi buruk.
Tingkatan % BB/U

Normal 90 %

Tingk. I 90 75 %

Tingk. II < 75 60 %

Tingk. III < 60 %

g. Klasifikasi Bengoa
Bengoa mengklasifikasikan KEP menjadi tiga kategori, yaitu KEP I, KEP II, dan KEP III.
Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur. Menggunakan baku rujukan
Harvard dengan persentil 50. Klasifikasi KEP menurut Bengoa dapat dilihat dibawah ini
Kategori BB/U (% baku)
KEP I 90 76
KEP II 75 61
KEP III Semua penderita dengan edema

h. Klasifikasi Lain
Menurut Soekirman (2000), menyatakan bahwa intepretasi dari gizi anak dengan indicator BB/U,
TB/U, dan BB/TB yang digunakan pada survei khusus menadikan kesimpulan bisa lebih baik.
Kesimpulan dari penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Indikator
Kesimpulan
BB/U TB/U BB/TB
Keadaan gizi anak saat ini baik, tetapi anak
Rendah Rendah Normal tersebut mengalami masalah kronis. BB
anak proporsional dengan TB
Anak mengalami masalh gizi kronis dan
pada saat anak menderita kegemukan
Normal Rendah Lebih
(overweight) karena BB lebih dari
proporsional terhadap TB
Rendah Rendah Rendah Anak mengalami kurang gizi berat dan
kronis. Artinya pada saat ini keadaan gizi
anak tidak baik dan riwayat masa lalunya
juga tidak baik
Keadaan gizi anak baik pada saat ini dan
Normal Normal Normal
masa lalu
Anak mengalami kurang gizi yang berat
Rendah Normal Rendah
(kurus)
Keadaan gizi anak secara umum baik,
tetapi berat badannya kurang proporsional
Normal Normal Rendah
terhadap TB-nya karena tubuh anak
jangkung

2.7 Software WHO Anthro

WHO Anthro merupakan software yang bisa digubakan pada penghitungan


anthropometri bagi individu maupun populasi. Software ini sangat membantu bagi
tenaga medis maupun pihak-pihak lain yang terkait untuk mengetahui indeks masa
tubuh, Z-scores, perhitungan persentil, beserta grafiknya secara mudah dan cepat,
terutama sangat berguna pada proses skrinning.
Indikator anthropometri yang dapat dianalisa meliputi
a. TB/U, BB/U, BB/TB (dalam persentil dan Z scores) untuk 0-59 bulan
b. Trisep dan subscapular-skinfold/ umur, berlaku untuk 3-59 bulan
c. Lingkar kepala/umur, umur 3-59 bulan
d. Lingkar lengan/umur, untuk 3-59 bulan
e. BMI/umur, untuk 3-59 bulan

2.7.1 Menu dalam software WHO- Anthro 2007

1. Anthropometric calculator: untuk menghitung status


gizi individu pada satu waktu
2. Individual Assessment: untuk memonitor status gizi
dan perkembangan motorik individu dari waktu ke
waktu
3. Nutritional Survey: untuk mengkaji status gizi suatu
populasi pada satu waktu

2.7.1.1 Anthropometric Calculator (AC)


a. Pertama kali sebelum memasuki menu AC dimulai dengan meng klik tombol

.
b. Akan tersajikan tabel yang akan diisikan data masuk dan hasil

Jika tahun dan bulan kelahiran diketahui tetapi tidak terdapat tanggal yang pasti dari
kelahiran, pengamat disarankan untuk mencentang kotak Approximate date . Kemudian
program akan secara acak memilih hari pada bulan dan tahun yang telah tertera.
Jika tahun dan bulan kelahiran tidak diketahui, pengamat disarankan untuk
menggunakan kalender manual untuk mengidentifikasi 2 kejadian antara tempat kelahiran
dan mengestimasi kira-kira tahun dan bulan kelahiran.
Jika tidak memungkinkan untuk mengisi bulan dan tahun kelahiran , pengguna harus
mecentang kotak bertuliskan Unknown date
Selanjutnya isikan data sesuai dengan kolom yang ada, setelah diisikan kita akan langsung
mengetahui nilai persentile dan Z-Score.
Keterangan:
Pengukuran panjang badan (PB) untuk balita 0-23,9 bl dan tinggi badan (TB) untuk
balita 24-59,9 bl.
Apabila metode pengukuran (PB/TB) tidak sesuai dengan umur, software secara otomatis
mengkonversi dari PB TB (-0,7 cm) dan sebaliknya TB PB (+0,7 cm)
Apabila umur tidak diketahui, tetapi ada data jenis pengukuran, maka PB/TB
berdasarkan data yang ada
Apabila umur tidak diketahui, dan tidak ada data jenis pengukuran, jika hasil 87 cm
dianggap sebagai PB, apabila >87 cm dianggap sebagai TB
Apabila balita mengalami oedema, hanya HAZ yang akan dianalisa
Jika tidak ada data jenis kelamin, data balita tidak akan dianalisa
Jika tidak ada data umur, hanya WHZ yang akan dianalisa
Jika tidak ada data BB, tidak akan ada hasil analisa WAZ, WHZ, BAZ hanya ada hasil
HAZ
Jika tidak ada data TB/PB, tidak akan ada hasil analisa WHZ, HAZ, BAZ hanya ada
hasil WAZ
Tidak akan ada hasil Z-score (tertulis sebagai NA: Not Applicable) pada kasus:
Umur > 60 bl: tidak akan ada hasil untuk semua indikator (NA)
Umur tidak diketahui: tidak ada hasil WAZ, HAZ, BAZ (NA)
Panjang badan <45 cm: tidak ada hasil Weight for Length (NA)
Panjang badan >110 cm dan umur < 24 bl: tidak ada hasil Weight for Length (NA)
Tinggi badan >120 cm: tidak ada hasil WHZ (NA)
Tingggi badan <65 cm dan umur 24 bl: tidak ada hasil WHZ (NA)
Apabila diklik gambar graphic (di sebelah z-score), maka akan muncul gambar graphic
sbagai berikut :
Colour Coding
Warna-warna di atas merupakan kode untuk membedakan level keparahan:

Colour Applied to Z-Score Percentiles


Green Numeric range -1 and +1 SD 15th to 85th
Graph Line Median percentile
50th percentile
Gold Numeric range -2 and < -1 SD; 3rd to 15th or 85th to
Grap Line or > +1SD and 97th percentile
+2 SD 3rd and 85th
-1 SD and +1 SD percentiles

Red Numeric range -3 and < -2 SD; <3rd or >97th


Grap Line or >+2 SD and percentiles
+3 SD 3rd and 97th
-2 SD and +2 SD percentiles
Black Numeric range < -3 or > +3 SD NA*
Grap Line -3 SD and +3SD NA*
*NA= Not Applicable

Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap maka kembali ke awal dan mengklik
individual assessment.
Daftar Pustaka

Bardosono, Saptamawati. 2011. Penilaian Status Gizi Balita (Antropometri).


http://staff.ui.ac.idinternal140102741materialPENILAIANSTATUSGIZIB
ALITAANTROPOMETRI.pdf. Diakses 11 Maret 2012
Fahmida, Umi dan Drupadi HS Dillon. 2007. Handbook Nutritional Assessment.
Jakarta : Penerbit UI (UI Press)
Suyatno. Antropometri sebagai Indikator Status Gizi.
Http://suyatno.blog.undip.ac.idfiles200911anthropometri-gizi.pdf. Diakses
11 Maret 2012
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2002. Penelitian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran
MAKALAH NUTRITIONAL ASSESSMENT
EVALUATION OF GROWTH INDICES
(INCLUDE INTERPRETATION)

Disusun Oleh:
Adisti Dyah Permataningtyas ( 115070301111012)

JURUSAN GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2012
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Indeks antropometri adalah bentuk penyajian parameter antropometri (berat
badan dan tinggi badan) yang dikaitkan dengan variabel umur atau merupakan
kombinasi antara keduanya. Indeks antropometri merupakan kombinasi antara
beberapa parameter, parameter disini merupakan dasar penilaian dari status gizi.
2. Indikator antropometri terbagi atas BB/U, TB/U, BB/TB
3. Penggunaan indeks anthropometri meliputi persen terhadap median, persentil,
standar deviasi unit
4. Baku rujukan yang umum berpedoman pada WHO dan angka baku Harvard
5. Klasifikasi status gizi dapat ditinjau berdarkan Klasifikasi berdasarkan baku
Harvard, Bengoa, lokakarya antropometri gizi, dan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai