Laporan Akhir Buku 2 Proyek - Kelompok 2
Laporan Akhir Buku 2 Proyek - Kelompok 2
UNIVERSITAS INDONESIA
Anggota Kelompok :
Annisa Salsabila 1206218070
Allih Hayyan 1206217830
Bagus Dwi Wicaksana 1206242536
Ricky Aristio 1206239415
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Elly Tjahjono, DEA
Ir. Ellen Sophie Wulan Tangkudung, M.S.
Dr. Ir. Damrizal Damoerin, M.Sc.
Leni Sagita Riantini, ST., MT
Toha Saleh, ST., M.Sc.
Universitas Indonesia
i
Universitas Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berbagai kenikmatan, karunia
dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Buku 2 ini. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam
menyelesaikan mata kuliah Proyek di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Selain itu, laporan akhir ini berisi tentang perencanaan sebagai
perusahaan konsultan perencana dalam merencanakan Jembatan Jalan Raya Girder,
Pekanbaru, Riau.
Melalui kesempatan ini, ucapan terima kasih diberikan kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir dan semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari makalah ini masih ada berbagai kekurangan, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan agar
penulisan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Tim Konsultan
Sasaka Consultant
Universitas Indonesia
iii
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
iv
Universitas Indonesia
v
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
vi
Universitas Indonesia
vii
Universitas Indonesia
viii
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PEMBEBANAN STRUKTUR
Universitas Indonesia
2
Lebar Median b3 2
Lebar Bahu Jalan b4 0,5
Lebar Total Jembatan b 19
Panjang Bentang Jembatan L 30
Kemiringan Jalan 0,03
Kemiringan Bahu Jalan 0,06
Jumlah I-Girder 10
Dan spesifikasi beton dan baja yang digunakan adalah sebagai berikut
Universitas Indonesia
3
2. Beban Mati
Beban mati diperhitungkan dari beban akibat lapisan aspal dan lapisan
hujan. Dari berat jenis beton aspal dan air hujan, dikalikan dengan lebar efektif
(b = 1 m) dan tebal rencana pelat (h = 0,25 m). Sehingga akan diperoleh beban
berupa beban garis yang bekerja sepanjang pelat. Namun harus diperhatikan,
Universitas Indonesia
4
bahwa ada beberapa asumsi yang digunakan disini. Pertama adalah asumsi
aspal dan hujan juga terdapat pada trotoar sehingga diasumsikan merata
sepanjang pelat pembebanannya. Kedua adalah untuk berat dari aspal, lintasan
dari aspal tidak berbentuk lurus, tetapi memiliki sudut kemiringan untuk
keperluan drainase. Maka, konsultan menambah lapisan overlay, berupa bagian
kemiringan aspal yang diasumsikan berbentuk segitiga. Sehingga terdapat
lapisan overlay tersebut dalam perhitungan beban mati.
3. Beban Kendaraan
Dalam pembebanan pada jembatan, terdapat dua jenis pembebanan, yaitu
beban lajur (D) dan beban truk (T). Secara teori, kedua jenis beban tersebut
dipilih yang terbesar yang bekerja pada struktur. Untuk struktur dengan
Universitas Indonesia
5
bentang relatif pendek, beban truk lebih mendominasi dan untuk struktur
dengan bentang relatif panjang, beban lajur (D) lebih mendominasi. Pada kasus
ini, konsultan akan memperhitungkan kedua beban tersebut dan memilih mana
yang memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pelat.
Pertama adalah beban truk (T). Dalam kasus ini, beban sebuah truk
ditransfer ke dalam satu titik yaitu pada salah satu ban dari truk dengan besar
beban dari satu roda tersebut adalah 12,5 ton. Dalam satu lajur dengan lebar
3,50 m, hanya terdapat satu buah truk dalam lajur tersebut dengan alasan lebar
truk sebesar 1,75 m. Maka sepanjang pelat, hanya akan terdapat maksimal 4
buah truk dalam satu buah garis. Untuk mencari berapa gaya terbesar yang
diperoleh dari pembebanan truk tersebut, maka digunakan garis pengaruh
dimana keempat point gaya ditempatkan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan momen terbesar.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Kedua adalah beban lajur (D). Beban lajur (D) terdiri dari dua jenis
beban, yaitu beban terbagi rata (BTR) berupa beban luas/area dan beban garis
(BGT) yang bekerja sebagai beban garis. Untuk BTR, dari besar beban luas,
dikali dengan lebar efektif (1 m) dan diperoleh beban garis pada pelat.
Sementara untuk BGT, sudah sebagai beban garis pada pelat.
4. Beban Angin
Jenis beban berikutnya yang bekerja pada pelat adalah beban angin.
Prinsip dari beban angin adalah mentransfer beban horizontal ke salah satu
bagian ban dari truk. Selebihnya sama seperti beban truk, nilai beban angina
terbesar diperoleh melalui garis pengaruh. Untuk menghitung gaya angin
horizontal sendiri dengan menggunakan rumus dari SNI Pembebanan (TEW)
yang akan diubah menjadi gaya vertikal (PEW) dengan menggunakan sigma
momen di perletakan.
Universitas Indonesia
9
Dari beban-beban yang diperoleh diatas, berikut adalah resume dari beban
yang akan bekerja pada pelat jembatan.
Kemudian, dari beban-beban yang diperoleh diatas, akan dicari nilai dari
momen yang bekerja pada pelat, yaitu momen tumpuan maksimum dan momen
lapangan maksimum. Untuk perhitungan, digunakan program SAP2000 dengan
memodelkan girder sebagai perletakan sendi dan permodelan yang digunakan
adalah permodelan balok 1 dimensi.
Dari SAP2000, diperoleh momen tumpuan dan lapangan masing-masing
beban adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
10
k Nilai (kNm)
Momen Akibat Berat Sendiri (MS)
Momen Tumpuan MMS 1,94
Momen Lapangan MMS 0,97
Dari data diatas, momen yang diperoleh adalah momen dalam kondisi layan.
Untuk mengetahui momen dalam kondisi ultimate, perlu dikalikan dengan
koefisien faktor beban dari SNI.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Maka dari nilai momen ultimate total baik untuk kondisi lapangan maupun
tumpuan, sudah dapat masuk ke dalam perhitungan tulangan pelat. Untuk momen
ultimate lapangan digunakan untuk perhitungan tulangan lentur positif dan
momen ultimate tumpuan untuk perhitungan tulangan lentur negatif.
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
h5 200
h6 200
h 1600
Dan spesifikasi beton dan tulangan prestress dan tulangan baja yang
digunakan adalah:
Tabel 1.16 Baja Prategang Jenis Uncoated 7 Wire Super Strands ASTM A-
416 Grade 270
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Sebelum masuk ke dalam perhitungan beban yang bekerja pada girder, perlu
diperoleh informasi mengenai section properties secara menyeluruh dari girder.
Tidak lupa bahwa girder juga bekerja dibawah pelat, makan harus dibuat nilai
kondisi penampang dengan memperhitungkan efek dari pelat tersebut.
Pertama adalah menghitung lebar pelat efektif yang bekerja pada girder.
Bila saat perhitungan pelat dahulu dapat diambil lebar pelat efektif sebesar 1 m,
berdasarkan RSNI T-12-2004 tentang Perancanaan Struktur Beton untuk
Jembatan, perlu dicari lebar efektif pelat.
L/4 7,5 m
s 1,9 m
12*ho 3 m
Be 1,9 m
Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah, terdapat perbedaan mutu
beton antara pelat dengan girder. Mutu pelat lebih kecil dari mutu girder. Oleh
karena itu, perlu diperhitungkan perbandingan modulus pelat dan balok. Dari
perbandingan tersebut dapat ditentukan lebar efektif yang sesuai dengan mutu
beton girder.
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
massa jenis dikali dengan lebar efektif, dimana digunakan jarak antar girder
untuk beban pelat dan lebar efektif pelat untuk beban deck slab dan nilai lebar
tadi dikali dengan tebal masing-masing.
Maka berikut adalah resume beban mati yang bekerja pada girder.
Jenis Berat Sendiri Lebar Tebal Berat Jenis Beban QMa Geser Momen
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
6. Gaya Rem
Gaya rem dapat menimbulkan efek beban pada girder karena bobot kendaraan
yang besar. Pengaruh pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai
gaya dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m diatas
permukaan lantai jembatan. Besarnya gayab rem arah memanjang tergantung
panjang total jembatan dan dinyatakan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
24
Dari kecepatan angina rencana, dapat dihitung pengaruh beban angin yang
bekerja pada girder. Beban beruba bidang vertikal yang ditiup angin dimana
merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi 2 m di atas lantai
jembatan.
Universitas Indonesia
25
Transfer Beban Angin ke Lantai Jembatan QEW = [1/2*h / x * TEW] 1.2096 kN/m
Jarak Antar Roda x 1.75 m
Asumsi Tinggi Kendaraan h 2 m
Gaya Geser Maksimum VEW = 1/2 * QEW * L 18.144 kN
Momen Maksimum MEW = 1/8 * QEW * L2 136.08 kNm
8. Beban Gempa
Beban gempa sendiri bukan merupakan gaya tetapi efek dari berubahnya
posisi perletakan sehingga seakan-akan timbul suat gaya akibat perpindahan
dan massa. Gaya gempa vertikal pada balok prategang dihitung dengan
menggunakan percepatan vertikal ke bawah minimal sebesar 0.10*g
(percepatan gravitasi) atau dapat diambil dari 50% nilai koefisien gempa
horizontal statis ekivalen.
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Dari pembebanan tersebut dapat dihitung momen dan gaya geser dengan
menggunakan rumus:
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Dari momen dan gaya geser diatas, dapat dibuat diagram gaya dalam geser
dan momen untuk satu buah girder sebagai berikut:
Diagram Momen
14000
12000
10000
Momen (kNm)
8000
6000
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
x (m)
Diagram Geser
1600
1400
1200
Gaya Geser (kN)
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
x (m)
Universitas Indonesia
31
Untuk menghitung momen dan gaya geser total dari sepuluh buah girder
guna keperluan perhitungan struktur bawah, secara simpilifikasi dapat langsung
mengalikan nilai terbesar pada diagram dengan sepuluh buah girder, karena hasil
dari diagram telah mencerminkan kondisi pembebanan maksimum yang mungkin
dapat diterima oleh satu buah girder.
h Lengan Momen
No b (m) (m) Shape L (m) Berat (kN) (m) (KNm)
1 0,6 0,3 1 2 9 0,3 2,7
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
BAB 2
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS
Universitas Indonesia
35
As = / 4 * D2 * b / s 1339,733333 mm2
Tulangan bagi/susut arah
memanjang diambil 50% As' = 50% * As 669,8666667 mm2
Diameter tulangan digunakan D13 13 mm
Jarak tulangan yang
dibutuhkan s = / 4 * D2 * b / As 198,046875 mm
Jumlah Tulangan Perlu n 4,972804973
Gunakan tulangan 5 D13 - 150
As' = / 4 * D2 * b / s 884,4333333 mm2
Universitas Indonesia
36
Kontrol Lendutan
Mutu beton K 300
Kuat tekan beton fc' 29,05 MPa
Tegangan leleh baja fy 390 MPa
Modulus elastis beton Ec 25332,0844 MPa
Modulus elastis baja Es 200000 MPa
Tebal Slab h 250 mm
Luas tulangan slab As 1339,733333 mm2
Tebal efektif slab d = h-d' 210 mm
Panjang bentang slab Lx 2 m
Tinjau lebar slab b 1 m
Beban terpusat P 146,25 kN
Beban Merata Q 10,46 kN/m
Lendutan total max Lx/240 8,333333333 mm
Inersia bruto penampang Ig = 1/12 * b * h3 1302083333 mm4
Modulus keruntuhan lentur
beton fr = 0.7 * fc' 3,772863634 MPa
Perbandingan modulus elastis n = E s / Ec 7,895126072
n*As 10577,36357 mm2
Jarak garis netral terhadap sisi
atas beton c = n * As / b 10,57736357 mm
Inersia penampang retak Icr = 1/3 * b * c3 + n * As * ( d - c )2 421049742,3 mm4
yt = h/2 125 mm
Momen Retak Mcr = fr * Ig / yt 39300662,85 Nmm
Momen maksimum akibat
beban Ma = 1/8 * Q * Lx2 + 1/4 * P *Lx 78,355 kNm
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
Pt = [ 0.60 * fci' * Wb +
Mbalok ] / (Wb / A + es) 6172,499363 kN
Diambil Pt 6172,499363 kN
Universitas Indonesia
39
nt 3 Tendon
Jumlah Stands Cable Perlu ns = Pt / (0.85*0.80*Pbs) 48,45827966 Stands
ns 49 Stands
Dari jumlah strand dan tendon, maka perkiraan loss of prestress awal
adalah:
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
Tendon Strands
Baris 1 1 19
Baris 2 1 19
Baris 3 1 19
ns 57
ni yd' ni*yd'
19 0 0
19 1 19
19 2 38
ni*yd' 57
ni * yd' = ns * ye
ye / yd' = [ ni*yd' / yd' ] / ns 1
ye = yb - a' 0,345742496 m
yd' = ye / [ ye / yd' ] 0,345742496 m
Zo = a' + ye = yb 0,695742496 m
Universitas Indonesia
42
Tendon di Tumpuan
z1' = a' + 2 * yd' 1,041484992 m
z2' = a' + yd' 0,695742496 m
z3' = a' 0,35 m
Panjang Balok L 30 m
Eksentrisitas es 0,558242496 m
Universitas Indonesia
43
X(m) Y(m)
-0,25 -0,018763151
0 0
1 0,071951255
2 0,138940355
3 0,200967299
4 0,258032087
5 0,31013472
6 0,357275197
7 0,399453519
8 0,436669686
9 0,468923697
10 0,496215552
11 0,518545252
12 0,535912796
13 0,548318185
14 0,555761418
15 0,558242496
16 0,555761418
17 0,548318185
18 0,535912796
19 0,518545252
20 0,496215552
21 0,468923697
22 0,436669686
23 0,399453519
24 0,357275197
25 0,31013472
26 0,258032087
27 0,200967299
28 0,138940355
29 0,071951255
30 0
30,25 -0,018763151
xo 0,25 m
eo 0,018763151 m
L/2 + xo 15,25 m
Universitas Indonesia
44
es + e o 0,577005647 m
sudut AB = 2*(es + eo)/(L/2 + xo) 0,075672872 rad
sudut BC = 2*(es + eo)/(L/2 + xo) 0,075672872 rad
Y = 4 * fi * X / L2 * (L - X)
dY/dX = 4 * fi * ( L - 2*X) / L2
saat X = 0 dY/dX = 4 * fi / L
Sudut angkur sudut = ATAN (dY/dX)
L 40 m
fo = es 0,558242496 m
yb 0,695742496 m
f1 0,828984992 m
f2 0,595742496 m
f3 0,25 m
Universitas Indonesia
45
1,6
1,5
1,4
1,3
1,2
1,1
1
0,9
Zi (m)
0,8 Tendon 1
0,7 Tendon 2
0,6
0,5 Tendon 3
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jarak X (m)
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
Eksentritas es 0,558242496 m
Momen Inersia Balok Beton Ix 0,163594272 m4
Luas Penampang A 0,5275 m2
Modulus Elastis Beton E balok 35669972,51 kPa
Modulus Elastis Baja Prestress (strand) Es 193000000 kPa
Jumlah total strands ns 57
Luas Penampang satu strands Ast 0,0000987 m2
Beban putus satu strands Pbs 187,32 kN
Momen akibat berat sendiri balok M balok 1513,265625 kNm
Luas penampang tendon baja At = ns * Ast 0,0056259 m2
Modulus ratio antara baja prategang
dengan balok n = Es / Ebalok 5,41071345
Jari-jari girasi r = ( Ix / A ) 0,556894353 m
Koefisien Losses Ke = At / A *( 1 + es2 / r2 ) 0,021382126
Tegangan baja sebelum loss
prestress(tengah) pi = ns * Pbs / At 1897872,34 kPa
Losses oleh regangan elastik dengan
pengaruh berat sendiri' pe' = pi * n * Ke / (1 + n * Ke) 196801,2642 kPa
Teangan beton pada baja akibat gaya
prategang bt = pe' / n - M balok *es / Ix 31208,70989 kPa
Kehilangan tegangan baja oleh regangan
elastik tanpa pengaruh self weight pe = 1/2 * n * bt 84430,69317 kPa
Loss of Prestress akibat Elastic Shortening Pe = pe * At 474,9986367 kN
Universitas Indonesia
48
angkur dr ujung
Loss of prestress akibat
angkur P = 2*Lmax* tan w 365,0672179 kN
P'max = Po - P / 2 6861,377429 kN
Pmax = P'max Pe 6496,310211 kN
koefiesien kelembapan
udara kc 3
koefisien derajat pengerasan
beton kd 0,938
koefisien terhadap waktu kth 0,2
Universitas Indonesia
49
fc = fb 21073,13665 kPa
cr 0,000220864
Tegangan akibat creep cr 42626,77197 kPa
sc = cr + sh 119472,3155 kPa
pi 1145161,441 kPa
Besar tegangan terhadap UTS 60,33922391 %
x=0 pi < 50% UTS
x=1 pi = 50% UTS
x=2 pi = 70% UTS
maka x = 2
Relaksasi setelah 1000 pada
70% beban putus (UTS) C 2,5 %
r 51284,45628 kPa
losses prestress jangka
panjang sc + r 170756,7718 kPa
P 960,6605223 kN
Gaya efektif di tengah
bentang P eff = Pi - P 5481,903229 kN
losses total ( 1 - Peff / Pj )*100% 24,5100328
total losses adalah 24.5% < 30% ok
Dari seluruh jenis losses yang ada, berikut adalah resume dari losses
yang diterima oleh prestress.
Kontrol tegangan tendin baja pasca tarik setelah penyaluran gaya prategang
tegangan ijin tendon baja pasca tarik 0.70 * fpu 1302000 kPa
tegangan yang terjadi pada tendon baja pasca tarik fp = Peff / At 974404,6692 kPa
Universitas Indonesia
50
8000
7000
6000
5000
Gaya (kN)
4000
3000
2000
1000
0
Pj Po Px Pi Peff
Losses
1) Tegangan serat tekan terluar harus <= 0.60 * fci' dengan fci' = 0.80 fc'
2) Tegangan serat tarik terluar harus <= 0.50 *fci' dengan fci' = 0.80 fc'
1) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati, dan
beban hidup 0.45 * fc'
2) Tegangan serat tarik terluar yang pada awalnya mengalami tekan, 0.50 *fc'
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
Tegangan di serat -
bawah fcb = - Peff / A - Peff * es / Wb + Mbalok / Wb 16971,25241 kPa
Universitas Indonesia
53
Tegangan di serat atas f'ac = -Peff / Ac + Peff * e's/W'ac - Mbalok+plat / W'ac -3730,895122 kPa
Tegangan di serat
bawah fbc = -Peff / Ac - Peff * e's / Wbc + Mbalok+plat / Wbc -13120,94228 kPa
Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
cf = kb * kc * kd * ke * ( 1 - ktn) 1,495404624
e 2,718
1 - e-cf 0,775807355
Pi 6469,150629 kN
Peff 5481,903229 kN
Wac 0,598425222 m3
W'ac 0,935113515 m3
Wbc 0,359549445 m3
Ac 0,95360772 m2
M gabungan 3380,791661 kNm
e's = es + (ybc - yb) 1,018153379 m
Sebelum loss
Tegangan di atas plat fac = -Pi / Ac + Pi * e's / Wac - Mbalok+plat / Wac -1426,816359 kPa
Tegangan di serat
atas f'ac = -Pi / Ac + Pi * e's/W'ac - Mbalok+plat / W'ac -3355,627307 kPa
Tegangan di serat
bawah fbc = -Pi / Ac - Pi * e's / Wbc + Mbalok+plat / Wbc -15700,01738 kPa
Setelah loss
Tegangan di atas plat fac = -Peff / Ac + Peff * e's / Wac - Mbalok+plat / Wac -2071,230826
Tegangan di serat
atas f'ac = -Peff / Ac + Peff * e's/W'ac - Mbalok+plat / W'ac -3395,267934 kPa
Tegangan di serat
bawah fbc = -Peff / Ac - Peff * e's / Wbc + Mbalok+plat / Wbc -11869,10542 kPa
Universitas Indonesia
56
Universitas Indonesia
57
M TD 2831,475 kNm
Wac 0,598425222 m3
W'ac 0,935113515 m3
Wbc 0,359549445 m3
Tegangan di atas plat fac = - MTD / Wac -4731,54355 kPa
Tegangan di serat atas f'ac = - MTD / W'ac -3027,947895 kPa
Tegangan di serat bawah fbc = MTD / Wbc 7875,064298 kPa
M TB 72,56970358 kNm
Wac 0,598425222 m3
W'ac 0,935113515 m3
Wbc 0,359549445 m3
Tegangan di atas plat fac = - MTD / Wac -121,267789 kPa
Tegangan di serat atas f'ac = - MTD / W'ac -77,60523445 kPa
Tegangan di serat bawah fbc = MTD / Wbc 201,8351148 kPa
Universitas Indonesia
58
M EW 136,08 kNm
Wac 0,598425222 m3
W'ac 0,935113515 m3
Wbc 0,359549445 m3
Tegangan di atas plat fac = - MTD / Wac -227,3968325 kPa
Tegangan di serat atas f'ac = - MTD / W'ac -145,5224396 kPa
Tegangan di serat bawah fbc = MTD / Wbc 378,4736753 kPa
M EQ 430,7397911 kNm
Wac 0,598425222 m3
W'ac 0,935113515 m3
Wbc 0,359549445 m3
Tegangan di atas plat fac = - MTD / Wac -719,7888311 kPa
Tegangan di serat atas f'ac = - MTD / W'ac -460,6283453 kPa
Tegangan di serat bawah fbc = MTD / Wbc 1197,998764 kPa
Universitas Indonesia
59
Beban Simbol 1 2 3 4 5
A. Aksi Tetap
Berat Sendiri MS
Beban Mati Tambahan MA
Susut dan Rangkak SR
Prategang PR
B. Aksi Transien
Beban Lajur "D" TD
Gaya Rem TB
C. Aksi Lingkungan
Beban Angin EW
Beban Gempa EQ
Universitas Indonesia
60
Dari hasil perhitungan, maka kontrol tegangan telah terpenuhi dan bisa dilanjutkan ke analisa berikutnya.
Universitas Indonesia
61
Pj = po * ns * Pbs
Angkur Mati
Angkur hidup VSL VSL
Dimensi Luas
Penampang
No Lebar b (m) Tinggi h (m) A (m2) Lengan y (m) Statis Momen A*y (m3)
1 0,52 0,05 0,026 0,879257504 0,022860695
2 0,65 0,1 0,065 0,804257504 0,052276738
3 0,23 0,1 0,023 0,720924171 0,016581256
4 0,19 0,654257504 0,124308926 0,327128752 0,040665024
4b 0,19 0,595742496 0,113191074 0,297871248 0,033716367
5 0,23 0,2 0,046 0,362409163 0,016670821
6 0,65 0,2 0,13 0,630742496 0,081996524
Total 1,6 0,5275 4,022590837 0,264767425
Universitas Indonesia
62
ya = h - yb 0,904257504 m
yb = A*y / A 0,695742496 m
Lengan momen pada titik berat
Sxa 0,132383713 m3
Sxb 0,132383713 m3
Universitas Indonesia
63
Angkur Angkur
hidup Mati
VSL VSL
No Sc Diameter Dim Pbta Ara Jumlah
Kabel (ton) (mm) P (ton) (mm) Pj (kN) a1 a ra (kN) (m2) Sengkang
1 19 265 19 250 2815 250 340 0,735 223,60 0,001 5,360
2 19 265 19 250 2815 250 340 0,735 223,60 0,001 5,360
3 19 265 19 250 2815 250 340 0,735 223,60 0,001 5,360
Angkur Angkur
hidup Mati
VSL VSL
No Sc Diameter Dim Pj Jumlah
Kabel (ton) (mm) P (ton) (mm) (kN) b1 b rb Pbtb (kN) Arb (m2) Sengkang
1 19 265 19 250 2815 250 340 0,73 223,606 0,00142 5,36045
2 19 265 19 250 2815 250 340 0,735 223,606 0,00142 5,36045
3 19 265 19 250 2815 250 340 0,735 223,606 0,00142 5,36045
Universitas Indonesia
64
Eksentrisitas tendon : e = Y = 4 * f * X / L2 * (L - X)
Sudut kemiringan tendon : = ATAN [ 4 * f * ( L - 2*X ) / L2 ]
Komponen gaya arah x Px = Peff * cos
Komponen gaya arah y Py = Peff * sin
Resultan gaya geser, Vr = V - Py
Tegangan geser yang terjadi : fv = Vr * Sx / ( b * Ix )
At = /4*D2 0,000132665 m2
f 0,558242496 m2
L 30 m
Peff 5481,903229 kN
B 0,23 m
A 0,5275 m2
Ix 0,163594272 m4
Sx 0,132383713 m3
Wa 0,180915581 m3
Wb 0,235136236 m3
Universitas Indonesia
65
Momen Geser
X (m) (kNm) (kN) e (m) (rad) Px (kN) Py (kN) Vr (kN) fv (kPa) fa (kPa) y (rad) as (m)
0 0,000 1500,223 0,000 0,074 5466,781 406,905 1093,317 3846,670 -10363,56 -0,319 0,024
1 1454,040 1407,857 0,072 0,072 5467,768 393,413 1014,444 3569,165 -16227,98 -0,207 0,037
2 2815,713 1315,491 0,139 0,069 5468,723 379,913 935,577 3291,686 -21731,03 -0,147 0,051
3 4085,021 1223,125 0,201 0,067 5469,644 366,407 856,718 3014,231 -26872,83 -0,110 0,070
4 5261,962 1130,759 0,258 0,064 5470,533 352,893 777,865 2736,800 -31653,47 -0,086 0,078
5 6346,538 1038,393 0,310 0,062 5471,388 339,373 699,019 2459,392 -36073,07 -0,068 0,125
6 7338,748 946,027 0,357 0,059 5472,210 325,848 620,179 2182,005 -40131,73 -0,054 0,196
7 8238,591 853,661 0,399 0,057 5472,999 312,316 541,345 1904,640 -43829,53 -0,043 0,306
8 9046,069 761,295 0,437 0,055 5473,755 298,778 462,517 1627,294 -47166,57 -0,034 0,485
9 9761,181 668,929 0,469 0,052 5474,478 285,235 383,694 1349,968 -50142,93 -0,027 0,796
10 10383,926 570,305 0,496 0,050 5475,167 271,686 298,619 1050,644 -52758,69 -0,020 1,455
11 10914,306 484,197 0,519 0,047 5475,822 258,133 226,064 795,371 -55013,92 -0,014 2,760
12 11352,319 391,831 0,536 0,045 5476,445 244,575 147,256 518,097 -56908,68 -0,009 6,960
13 11697,967 299,465 0,548 0,042 5477,034 231,012 68,452 240,840 -58443,04 -0,004 33,966
14 11951,248 207,099 0,556 0,040 5477,589 217,445 -10,347 -36,403 -59617,05 0,001 1547,022
15 12112,164 114,733 0,558 0,037 5478,111 203,874 -89,142 -313,631 -60430,76 0,005 21,415
Universitas Indonesia
66
Momen Geser
X (m) (kNm) (kN) e (m) (rad) Px (kN) Py (kN) Vr (kN) fv (kPa) fb (kPa) y (rad) as (m)
0 0,000 1500,223 0,000 0,074 5466,781 406,905 1093,317 3846,670 -10363,565 -0,319 0,024
1 1454,040 1407,857 0,072 0,072 5467,768 393,413 1014,444 3569,165 -14876,128 -0,224 0,032
2 2815,713 1315,491 0,139 0,069 5468,723 379,913 935,577 3291,686 -19110,633 -0,166 0,040
3 4085,021 1223,125 0,201 0,067 5469,644 366,407 856,718 3014,231 -23067,170 -0,128 0,052
4 5261,962 1130,759 0,258 0,064 5470,533 352,893 777,865 2736,800 -26745,821 -0,101 0,056
5 6346,538 1038,393 0,310 0,062 5471,388 339,373 699,019 2459,392 -30146,669 -0,081 0,087
6 7338,748 946,027 0,357 0,059 5472,210 325,848 620,179 2182,005 -33269,788 -0,065 0,135
7 8238,591 853,661 0,399 0,057 5472,999 312,316 541,345 1904,640 -36115,251 -0,053 0,208
8 9046,069 761,295 0,437 0,055 5473,755 298,778 462,517 1627,294 -38683,126 -0,042 0,327
9 9761,181 668,929 0,469 0,052 5474,478 285,235 383,694 1349,968 -40973,476 -0,033 0,532
10 10383,926 570,305 0,496 0,050 5475,167 271,686 298,619 1050,644 -42986,361 -0,024 0,966
11 10914,306 484,197 0,519 0,047 5475,822 258,133 226,064 795,371 -44721,836 -0,018 1,824
12 11352,319 391,831 0,536 0,045 5476,445 244,575 147,256 518,097 -46179,952 -0,011 4,583
13 11697,967 299,465 0,548 0,042 5477,034 231,012 68,452 240,840 -47360,756 -0,005 22,306
14 11951,248 207,099 0,556 0,040 5477,589 217,445 -10,347 -36,403 -48264,290 0,001 1013,929
15 12112,164 114,733 0,558 0,037 5478,111 203,874 -89,142 -313,631 -48890,593 0,006 14,017
Universitas Indonesia
67
X (m) Tinjauan Geser 1 (mm) Tinjauan Geser 2 (mm) Jarak yang diambil
0 23,50255662 23,50255662 20
1 37,42616208 31,70135645 20
2 51,40683559 40,00536251 20
3 69,62371368 51,52142922 50
4 77,73130606 55,65854227 50
5 124,6649194 87,2396265 100
6 195,6910655 134,6707331 150
7 306,0232656 207,9634851 200
8 485,1556431 326,5171575 200
9 796,3710049 531,934015 250
10 1455,048406 966,134975 250
11 2760,104426 1824,173384 250
12 6959,838776 4583,188566 300
13 33966,09558 22305,97047 300
14 1547022,386 1013929,044 300
15 21414,95575 14017,08955 300
fv = Vi * Sx / ( bv * Ixc )
Vi = gaya lintang pada penampang yang ditinjau
Sx = momen statis luasan plat terhadap titik berat penampang komposit
Sx = beff * ho * ( yac - ho / 2 )
bv = lebar bidang gesek ( = lebar bidang
kontak antara plat dan balok )
beff = lebar efektif plat
ho = tebal plat
Ixc = Inersia penampang balok komposit
Luas total shear conector, Ast = ns * As
ns = jumlah shear conector
As = luas satu shear conector
Jarak antara shear conector,
dihitung dengan rumus : as = fs * Ast * kt / ( fv * bv )
Universitas Indonesia
68
Baja
Tegangan leleh fy 320000 kPa
Tegangan ijin fs = 0.578 * fy 184960 kPa
kf 1
Untuk shear conector digunakan tulangan D 13
Jumlah besi tulangan ns 2
As = / 4 * D2 0,000132665 m2
Ast = ns * As 0,00026533 m2
Sx = beff * ho * (yac - ho / 2) 0,211775088 m3
Universitas Indonesia
69
Universitas Indonesia
70
Pt1 6172,499363 kN
es 0,558242496 m
M balok 1513,265625 kNm
Qpt1 = 8*Pt1*es / L2 30,62890179 kN/m
Qbalok = 8*Mbalok / L2 13,45125 kN/m
= 5/384 * ( -Qpt1 + Qbalok)*L4 / ( Ebalok*Ix) 0,036576117 m
ok
Peff 5481,903229 kN
es 0,558242496 m
M balok 1513,265625 kNm
Qpeff = 8*Peff * es / L 27,20205637 kN/m
Qbalok = 8*Mbalok / L2 13,45125 kN/m
= 5/384 * ( -Qpt1 + Qbalok)*L4 / ( Ebalok*Ix) 0,029279386 M
ok
Peff 5481,903229 kN
es 0,558242496 m
M balok+Plat 2822,484375 kNm
Qpeff = 8*Peff * es / L 27,20205637 kN/m
Qbalok+plat = 8*Mbalok+plat / L2 25,08875 kN/m
= 5/384*( -Qpeff + Qbalok+plat)*L4 / ( Ebalok*Ix) 0,004499832 m
ok
Universitas Indonesia
71
Peff 5481,903229 kN
e's = es + (ybc - yb) 0,959711857 m
M balok 2822,484375 kNm
Qpeff = 8*Peff * es / L 46,7648669 kN/m
Qbalok+plat = 8*Mbalok+plat / L2 25,08875 kN/m
= 5/384*( -Qpeff + Qbalok+plat)*L4 / ( Ebalok*Ix) 0,046154631 m
ok
Universitas Indonesia
72
Ps 1253,595402 kN
e' 0,627788143 m
Qps = 8 * Ps * e' / L2 6,995487374 kN/m
= 5/384*Qps* L4 / ( Ebalok* Ixc) 0,006357052 m
M TB 145,1394072 kNm
= 0.0642 * MTB * L2 / ( Ebalok*Ixc) 0,000722565 m
= L / 300 0,1 m
Universitas Indonesia
73
Universitas Indonesia
74
Dimensi
Luas Penampang A (m2)
No Lebar b (m) Tinggi h (m)
Universitas Indonesia
75
Beff 1,349341112 m
h 1,6 m
ho 0,25 m
Tinggi total balok prategang H = h + h0 1,85 m
L/H 16,21621622 < 35
fps = feff + 150 + fc' / (100 * p) 1188,200087 MPa
fps = feff + 400 1374,404669 MPa
fps = 0.8 * fpy 1264 MPa
Diambil kuat leleh baja prategang fps 1264 MPa
1 = 0,85 untuk fc' 30 MPa
1 = 0.85 - 0.05*( fc' - 30 )/7 untuk fc' > 30 MPa
maka nilai 1 = 0.85 - 0.05*( fc' - 30 )/7 0,767857143
Letak titik berat tendon baja
prategang terhadap alas balok zo 0,695742496 m
Tinggi efektif balok, d = H - zo 1,154257504 m
Gaya tarik pada baja prestress, Ts = Aps * fps 7111,1376 kN
Diperkirakan, a < ( h0 + h1 ) h0 + h1 0,3 m
Cc = [ Beff * h0 + b1 * ( a - h0 ) ]
Gaya tekan beton * 0.85 * fc'
Cc = Ts
a = [ Ts / (0.85 * fc') - Beff * h0
] / b1 + h0 0,238954133 m
a < h0 + h1 perkiraan benar
(OK)
Jarak garis netral terhadap sisi atas c = a / 1 0,311196081 m
< 0.03
Regangan baja Prestress eps = 0.003 * (d - c) / c 0,008127301 (OK)
Universitas Indonesia
76
Lengan thd
Lebar Tinggi Gaya Pusat Baja
No (m) (m) Luas (m2) (kN) Prestress
1 1,35 0,24 0,32 5481,90 y = d - h0 / 2 y (m) Momen (kNm)
Universitas Indonesia
77
Universitas Indonesia
78
Kombinasi Beban 1 2 3 4 5
Beban
A. Aksi Tetap 4395,02916 4395,02916 4395,02916 4395,02916 4395,02916
Berat Sendiri 1853,2125 1853,2125 1853,2125 1853,2125 1853,2125
Beban Mati Tambahan -183,901044 -183,901044 -183,901044 -183,901044 -183,901044
Susut dan Rangkak -5261,047526 -5261,047526 -5261,047526 -5261,047526 -5261,047526
Prategang
B. Aksi Transien 5096,655 5096,655 5096,655
Beban Lajur "D" 87,0836443 87,0836443 87,0836443
Gaya Rem
C. Aksi Lingkungan 163,296 163,296
Beban Angin 516,8877494 516,8877494
Beban Gempa
MOMEN ULTIMATE KOMBINASI 5987,031734 5987,031734 5987,031734 803,2930895 803,2930895
Momen Tahanan 10592,39193 10592,39193 10592,39193 10592,39193 10592,39193
ok ok ok ok ok
Universitas Indonesia
79
Universitas Indonesia
80
10
Diameter tulangan digunakan D10 mm
Jarak tulangan yang 236,6863905
dibutuhkan s = pi / 4 * D2 * b / As mm
Universitas Indonesia
81
diperlukan
Gunakan Tulangan 2 D 13
2. Tulangan Geser
Vu 3000 N
Vc = (akar fc') / 6 * b * d 3149 N
Butuh
* Vc 2361,75 N geser
Vs = Vu Vc 638,25 N
Vs 851 N
Sengkang 2D6
Luas tulangan geser sengkang Av = / 4 * 2 * 2 56,55 mm2
Jarak tulangan geser (sengkang) yang
diperlukan S = Av * fy * d / Vs 1834,054054 mm2
Digunakan sengkang 2 D 6 -200
Universitas Indonesia
82
BAB 3
PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH
Bahan struktur
Mutu beton fc = 35 MPa (kuat tekan beton)
Mutu baja fy = 390 MPa (tegangan leleh baja)
Berat jenis beton = 24 kN/m3
Universitas Indonesia
83
Universitas Indonesia
84
Beban Vertikal
a. Berat sendiri abutment
Universitas Indonesia
85
Beban Horizontal
a. Gaya horisontal akibat gaya rem dan traksi
Universitas Indonesia
86
b. Gaya akibat gempa bumi (asumsi arah gempa bumi searah balok memanjang)
Universitas Indonesia
87
Wt
QEQ = TEQ
Beban gempa vertikal 4.82 kN/m
/L
VEQ = 1/2 *
Gaya Geser Maksimum 72.4 kN
QEQ * L
P2
P1
Universitas Indonesia
88
Tekanan Parameter
Nilai Lengan Momen
Tanah
Gamma q (kN) thd A (m) (kNm)
Aktif Ka H (m) L (m)
(kN/m3) (kN/m3)
P1 0.713 24 5.5 19 94.12 2.75 258.82
P2 0.713 1.07 5.5 19 11.54 1.833 21.15
Total 105.66 279.97
q beton = 24 kN/m3
dry = 1.07 kN/m3
Tekanan Parameter
Nilai Lengan thd Momen
Tanah Gamma q
Kp H (m) L (m) (kN) A (m) (kNm)
Pasif (kN/m3) (kN/m3)
P3 1.403 1.07 2.5 19 4.69 0.833 3.91
P1 = Ka * q * H Pp = * Kp * * H2
= 94.12 kN = 4.69 kN
P2 = * Ka * * H2
= 11.54 kN
Universitas Indonesia
89
Rekapitulasi Gaya
Universitas Indonesia
90
BACK WALL
Vu
No. Jenis Beban Faktor Beban V (kN) M (kNm) (kN) Mu (kNm)
1 Tekanan tanah 1.25 100.96373 276.064 126.20 345.08
2 Gempa 1 72.4 398.2 72.4 398.2
Total 198.60 743.28
BACK WALL
Momen rencana ultimit, Mu 743.2806 kNm
Mutu beton fc' 35 Mpa
Mutu baja fy 390 Mpa
Tebal beton h 2500 mm
selimut beton d' 40 mm
Modulus elastisitas baja Es 200000 Mpa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, beta 1 0.815
Rho b= beta1* 0.85 * fc/ fy * 600 / ( 600 + fy ) 0.0377
R max =0.75 * rho b * fy * [1 *0.75* rho b * fy / (
8.9796
0.85 * fc ) ]
Faktor reduksi kekuatan lentur, phi 0.9
Faktor reduksi kekuatan geser, phi 0.65
Tebal beton d=h-d' 2460 mm
Lebar yang ditinjau, b 2000 mm
Momen nomial rencana, Mn = Mu/phi 825.8673 kNm
Rn = Mn * 10^3/
Faktor tahanan momen, 0.0001
(bxd^2)
Rn <Rmax OK
Rasio tulangan yang diperlukan:
rho = 0.85 * fc / fy * [1-* akar dari 1 2 * Rn / (0.85 * fc ) ]] 0.00788
Rasio tulangan minimum, rho min = 25%*( 1.4 / fy ) 0.00090
Rasio tulangan yang digunakan. rho 0.007881
Luas tulangan yang diperlukan, As = rho * b* d 38774.52 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D 19 mm
Jarak tulangan yang diperlukan, s = phi / 4 *D^2 * b / As 14.61707327 mm
Digunakan tulangan D19 - 30
Universitas Indonesia
91
2. Penulangan Corbel
Pada saat penggantian bearing pad (elastometric), corbel direncanakan
mampu menahan jacking force yang terdiri dari berat struktur atas (beban dan
berat sendiri). Dengan ksentrisitas, e = 0.5 m.
CORBEL
V Vu
No. Jenis Beban Faktor Beban e (m) Mu (kNm)
(kN) (kN)
1 Beban konstruksi atas 1.1 14000 15400 1.5 23100
Total 23100
Perhitungan Corbel
CORBEL
Momen rencana ultimit, Mu 23100 kNm
Mutu beton fc' 35 Mpa
Mutu baja fy 390 Mpa
Tebal beton h 500 mm
selimut beton d' 40 mm
Modulus elastisitas baja Es 200000 Mpa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, beta 1 0.815
Universitas Indonesia
92
Universitas Indonesia
93
BREAST WALL
Mutu beton fc' 35 Mpa
Mutu baja fy 390 Mpa
Lebar brest wall b 2000 mm
tebal breast wall h 2000 mm
Modulus elastisitas baja Es 200000 mm
Luas penampang Ag = b x h 4000000 mm2
Pu = gaya aksial ultimit pada breast wall 16690.4 kN
Mu = momen ultimit pada breast wall 17483.84 kNm
.Pn = Pu 0.9
= .Pn / (fc'.Ag) = Pu x 10^3 / b x d 4.1726
.Mn = Mu
= .Mn / (fc'.Ag.h) = Mu x 10^6 / bd^2 2.18548
Universitas Indonesia
94
BREAST WALL
Mutu beton fc' 35 Mpa
Mutu baja fy 390 Mpa
Gaya aksial ultimit rencana, Pu 16690.4 kN
Momen ultimit rencana, Mu 17483.84 kNm
Ditinjau dinding abutment selebar, b 1500 mm
Faktor reduksi kekuatan geser, 0.65
Tinggi dinding abutment, L 5500 mm
Tebal dinding abutment, h 2000 mm
Luas tulangan longitudinal abutment, As 20000 mm2
Jarak tulangan thd. Sisi luar beton, d' 100 mm
Vu = Mu / L 3178.880 kN
d = h d' 1900 mm
N/mm2
1314171.44
N/mm2
3024171.44
x Vc 1965711.436 kN
(perlu tulangan
x Vc > Vu geser min)
Universitas Indonesia
95
PILE CAP
Universitas Indonesia
96
PILE CAP
Mutu beton fc' 35 Mpa
Mutu baja fy 390 Mpa
Gaya aksial ultimit rencana, Pu 22070.725 kN
Momen ultimit rencana, Mu 83940.08563 kNm
Ditinjau dinding abutment selebar, b 4500 mm
Faktor reduksi kekuatan geser, 0.6
Tinggi dinding abutment, L 4500 mm
Tebal dinding abutment, h 1250 mm
Luas tulangan longitudinal
As 350000 mm2
abutment,
Jarak tulangan thd. Sisi luar beton, d' 100 mm
Vu = Mu / L 18653.35236 kN
Universitas Indonesia
97
d = h d' 1150 mm
Vcmax = 0,2 x fc' x b x d 36225000
x Vcmax 21735000
CEK! x Vcmax > Vu OK
1 = 1,4 d/2000 0.825
2 = 1 + Pu / (14 x fc' x b x h) 1.00001
3 1
1314171.44
N/mm2
4419171.44
x Vc 2651502.864
(perlu
x Vc > Vu tulangan
geser min)
Geser pada beton sepenuhnya dipikul oleh tulangan geser, sehingga :
Vs = Vu / 31088.9206 kN
Untuk tulangan geser digunakan besi beton :
Digunakan tulangan geser D 16 mm
Jarak arah y, Sy 350 mm
phi / 4 * D^2 * b /
Luas tulangan geser, 2583.771 mm2
Sy
Jarak tulangan geser yang
145.856 mm
diperlukan,
16
Digunakan tulangan geser D
Jarak x, D 16 - 150
Jarak y, D 16 - 150
Universitas Indonesia
98
Universitas Indonesia
99
Besarnya gaya geser yang bekerja pada penampang kritis sejarak d/2 ,
dapat ditentukansebagai berikut :
Vu = qu (4w+d2)
Keterangan
d = 250 mm
qu = tekanan tanah = * d = 1.07 kN/m3 * 0.25 m = 0.27 kN/m2
w = dimensi kolom = 1000 mm
Universitas Indonesia
100
BAB 4
PERANCANGAN PONDASI
Universitas Indonesia
101
40
Qb = ( )
40 60
Qb = ( ) 0.785
2
Qb = 942 ton
4+3+24+11+60
Nilai N-SPT sepanjang tiang =
5
= 20.4
0.2 60
Qs = ( )
0.2 20.4
Qs = ( ) 3.14
2
Qs = 64.056 ton
Setelah mendapatkan daya dukung ujung dan daya dukung friksi pada pondasi
tiang, maka daya dukung ultimate tiang pancang dapat dihitung dengan:
Qult = Qb + Qs
Qult = 942 + 64.056
Qult = 1006.06 KN = 335.35 ton
Universitas Indonesia
102
Setelah memperoleh nilai daya dukung ultimate pondasi maka selanjutnya dibagi
dengan nilai faktor keamanan sebesar 2.5 untuk mendapatkan nilai daya dukung
ijin pondasi
Qult
Qa =
SF
1006.06
Qa =
3
Qa = 335.35ton
40
Qb = ( )
40 60
Qb = ( ) 0.785
2
Universitas Indonesia
103
Qb = 942 ton
3+4+7+8+25+60
Nilai N-SPT sepanjang tiang =
6
= 17.83
0.2 60
Qs = ( )
0.2 17.83
Qs = ( ) 3.14
2
Qs = 64.40 ton
Setelah mendapatkan daya dukung ujung dan daya dukung friksi pada pondasi
tiang, maka daya dukung ultimate tiang pancang dapat dihitung dengan:
Qult = Qb + Qs
Qult = 942 + 64.40
Qult = 1006.40 KN = 335.47 ton
Setelah memperoleh nilai daya dukung ultimate pondasi maka selanjutnya dibagi
dengan nilai faktor keamanan sebesar 2.5 untuk mendapatkan nilai daya dukung
ijin pondasi
Qult
Qa =
SF
1006.40
Qa =
3
Universitas Indonesia
104
Qa = 335.47ton
Qs = ( )
HP = fs 20 cm
Universitas Indonesia
105
Universitas Indonesia
106
Qb = ( )
150
Qb = ( ) 7850 = 588.75
2
Qs = ( )
843 359.2
Qs = ( ) 314 = 75.95
2
Setelah mendapatkan daya dukung ujung dan daya dukung friksi pada pondasi
tiang, maka daya dukung ultimate tiang pancang dapat dihitung dengan:
Qult = Qb + Qs
Qult = 588.75 + 75.95
Qult = 664.707 ton
Setelah memperoleh nilai daya dukung ultimate pondasi maka selanjutnya dibagi
dengan nilai faktor keamanan sebesar 3 untuk mendapatkan nilai daya dukung ijin
pondasi
Qult
Qa =
SF
664.707
Qa =
3
Qa = 246.88 ton
Universitas Indonesia
107
Qs = ( )
HP = fs 20 cm
Universitas Indonesia
108
Qb = ( )
Universitas Indonesia
109
150
Qb = ( ) 7850 = 588.75
2
Qs = ( )
974.2 415
Qs = ( ) 314 = 87.79
2
Setelah mendapatkan daya dukung ujung dan daya dukung friksi pada pondasi
tiang, maka daya dukung ultimate tiang pancang dapat dihitung dengan:
Qult = Qb + Qs
Qult = 588.75 + 87.79
Qult = 676.544 ton
Setelah memperoleh nilai daya dukung ultimate pondasi maka selanjutnya dibagi
dengan nilai faktor keamanan sebesar 3 untuk mendapatkan nilai daya dukung ijin
pondasi
Qult
Qa =
SF
676.544
Qa =
3
Qa = 254.78 ton
Universitas Indonesia
110
= 470035
=27805.57 Mpa
= 0.0494
5
T=
Estimasi nilai
Universitas Indonesia
111
5 5 27805.57 0.049
T= =
5.4672
T = 3.01
L/T = 10/3.01 = 3.3< 3.5 (short pile)
DB 01
= 9 ( 1.5)
= 9 81.6 1(10 1.5 1)
= 6242.4 = 624.24
= 4.5 (2 2.25 2 )
= 4.5 81.6 1(102 2.25(1)2 )
= 4358.93
DB 02
= 9 ( 1.5)
= 9 81.6 1(11.5 1.5 1)
= 7344 = 734.4
= 4.5 (2 2.25 2 )
= 4.5 81.6 1(11.52 2.25(1)2 )
= 4773.6
Universitas Indonesia
112
1. Acuan
Diagram Interaksi
Kuat nominal dari suatu komponen struktur (baik yang memikul lentur,
beban aksial, geser maupun puntir), yang dihitung berdasarkan kaidah kaidah
yang berlaku, harus dikalikan dengan suatu faktor reduksi yang besarnya kurang
dari satu. Dalam SNI 2847:2013, pasal 9.3 digunakan beberapa nilai faktor
reduksi kekuatan, f, sebagai berikut
Universitas Indonesia
113
TULANGAN GESER
Panjang Bor pile, L 10000 mm
Diameter Bor Pile, D 1000 mm
Luas tulangan longitudinal Bor Pile, As 4022.86 mm2
Universitas Indonesia
114
Universitas Indonesia
115
TULANGAN GESER
Panjang Bor Pile, L 11500 mm
Diameter Bor Pile, D 1000 mm
Luas tulangan longitudinal Bor Pile, As 4022.86 mm2
Universitas Indonesia
116
Universitas Indonesia
117
BAB 5
PERANCANGAN DRAINASE
Universitas Indonesia
118
Universitas Indonesia
119
Universitas Indonesia
120
Sx = standar deviasi
YTr = reduced variate,bergantung pada besaran Tr
Yn = reduced mean, bergantung pada jumlah sampel n
Sn = reduced standard deviation, bergantung pada jumlah sampel n
Tr = periode ulang (5 tahunan)
n = jumlah sampel
Tabel 5.1 Data Curah Hujan di Stasiun Klimatologi Pekanbaru (10 tahun)
(Sumber: BMKG Provinsi Riau)
Universitas Indonesia
121
Universitas Indonesia
122
Dari tabel diatas, maka curah hujan tahunan pada Povinsi Riau adalah
Curah Hujan
Maksimum
Tahun (mm)
1999 124,4
2000 109,6
2001 146,3
2002 133
2003 114,6
2004 125
2005 118,2
2006 145,2
2007 102
2008 108,7
Universitas Indonesia
123
Universitas Indonesia
124
Hasil
Parameter
Perhitungan
N 10
Sx 15,1270178
Ytr 10 2,2502
Yn 0,4952
Sn 0,9496
Ktr 1,84814659
Universitas Indonesia
125
5 tahunan
140
10 tahunan
120
15 tahunan
100
20 tahunan
80
25 tahunan
60
50 tahunan
40
100 tahunan
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100105
Waktu (menit)
Panjang jembatan, L = 30 m
Lebar area jalan, Wp = (7 m jalur dan 0.5 m bahu
jalan) 7.5 m
Kemiringan memanjang S = 0.01
Kemiringan melintang Sx = 0.03
Koefisien kekerasan Manning, n = 0.014 (saluran beton)
Koefisien limpasan, C = 0.9
Universitas Indonesia
126
Universitas Indonesia
127
Intensitas curah hujan adalah tinggi curah hujan per satuan waktu. Intensitas
digunakan untuk menentukan jarak antar inlet. Perlu awalnya dibuat asumsi nilai
waktu konsentrasi. Asumsi awal nilai Tc adalah 1 menit.
t = 8.45 s
2
2 3
24 24 379,89 24
= ( ) = ( )
24 24 1
60
= 800.48 /
Dari nilai asumsi awal waktu konsentrasi dan intensitas hujan, konsultan
mencari nilai sesungguhnya dari waktu konsentrasi. Ada dua waktu disini yaitu
waktu konsentrasi limpasan permukaan to dan waktu konsentrasi aliran selokan
samping tg.
( . )0.6
0 = 6.92
(. )0.4 ()0.3
Universitas Indonesia
128
2
= 40331
. .
= 0 +
(0.014 7.5)0.6
0 = 6.92
(0.9 800.48)0.4 (0.03)0.3
0 = 0,4315
0.01 12
= 40331
0.9 800.48 7,5
= 0.0707
= 0,4315 + 0.0707
= 0.5022 1
Universitas Indonesia
129
= 0.00777 3 /
Maka debit yang ditampung oleh gutter pada bahu jalan selebar 0.5 meter
adalah sebesar 0.00777 m3/s. Hasil akan dibandingkan dengan kapasitas saluran
tepi tersebut dengan cara mengetahui debit curah hujan yang turun pada suatu
luasan yang dibatasi jarak antar inlet dan lebar penampang jalan Wp.
3608631
0 =
. .
3608631 0.00777
0 =
0.9 424.47 7.5
0 = 9.27 < 30
Universitas Indonesia
130
0.757 0.5
= . . 0.67 . 0.67
0.757
= 0.010.5 0.030.67 10.67
0.014
= 0.516 /
= 1.692 /
Dari monogram (gambar 4), inlet dengan Lg = 0.45 m (1.5 ft) dan jenis
curved vane memiliki nilai Vo =4.2 ft > V = 1.692 ft/s. Maka gunakan nilai Rf = 1
2.67
0 = 1 (1 )
= 0 .
0.3 2.67
0 = 1 (1 )
0.5
0 = 0.614
= 0.614 1
= 0.614
Dari efisiensi inlet, maka dapat diketahui jarak Inlet final dengan
Universitas Indonesia
131
= 0 .
= 9.27 0.614
= 5.693
Dari hasil perhitungan, jarak antar inlet adalah 5.693 m, karena jarak
abutment jembatan adalah sejauh 30 meter, maka jarak antar inlet dibuat menjadi
tiap 5 meter guna menyederhanakan perhitungan. Terdapat 7 buah inlet.
Dengan diperolehnya jarak inlet final, maka dapat dicari debit curah hujan
pada luasan yang dibatasai jarak antar inlet. Fungsinya untuk memastikan
kapasitas gutter yang telah dihitung cukup menampung debit curah hujan yang
mengalir pada luasan tersebut.
= .
800.48 103
= 0.9 (5 7.5)
3600
= 0.0075 3 /
Universitas Indonesia
132
Dengan jarak inlet 5 meter dan jarak abutment adalah 30 meter, pipa
drainase hanya turun melalui saluran tepi pada abutment. Hanya inlet yang berada
di ujung-ujung pier yang turun melalui saluran tepi jalan. Beberapa inlet tidak
membuang airnya menuju pipa vertical, tetapi terlebih dahulu menuju pipa
horizontal dan bergabung pada 3 inlet lainnya setiap jarak 15 meter lalu turun
melalui satu pipa vertical.
= 4 0.0075
= 0.030 3 /
Akan didesain pipa drainase yang cukup untuk menampung debit aliran air
tersebut.
Asumsi Pipa
Universitas Indonesia
133
Kemiringan Pipa = 3 %
Maka diperoleh asumsi pipa awal yaitu 225 mm karena nilai debit 0.0300 tidak
memenuhi diameter pipa yang tersedia.
Dari diameter 225 mm, didapat bahwa kecepatan aliran (v) adalah sebesar 2.4 m/s
dan kapasitas pipa (Q) sebesar 0.085 m/s.
Universitas Indonesia
134
Inlet:
Jarak Antar Inlet Lc =5m
Panjang Inlet Lg = 0.45 m
Lebar Inlet W = 0.3 m
Gutter:
Lebar (bahu jalan) T = 0.5 m
Kemiringan Melintang Sx = 3%
Kemiringan Memanjang S = 1%
Pipa Drainase:
Ukuran pipa = 225 mm
Universitas Indonesia
135
BAB 6
PERANCANGAN OPRIT
Dalam penentuan tebal timbunan nilai CBR dapat dikorelasikan terhadap daya
dukung tanah (DDT). Timbunan Jalan pendekat harus dipadatkan lapis demi lapis
sesuai dengan ketentuan kepadatan lapisan (SNI 03-2832-1992 dan SNI 03- 1738-
1989). Tinggi timbunan harus dipertimbangkan terhadap adanya bahaya longsor,
sebaiknya pada lahan mencukupi dibuat kelandaian lereng alami dan apabila tidak
mencukupi harus dibuat konstruksi penahan tanah. Timbunan jalan pendekat harus
direncanakan sedemikian rupa, sehingga mendukung terhadap kekuatan dan kestabilan
konstruksi kepala jembatan. Khusus untuk timbunan jalan pendekat dengan timbunan
tanah yang tinggi, konstruksi penahan tanah sangat diperlukan agar badan jalan tidak
longsor.
Berikut adalah perhitungan tebal perkerasan untuk oprit jembatan sesuai dengan
Standar Bina Marga.
Universitas Indonesia
136
Perkerasan Jalan
Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi : lapis pondasi bawah (sub base
course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).
PARAMETER
Lalu Lintas
Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya,
yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka
jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut daftar di bawah ini:
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat
pada jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini:
Universitas Indonesia
137
*) berat total < 5 ton, misalnya mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**) berat total > 5 ton, misalnya, bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.
Universitas Indonesia
138
Universitas Indonesia
139
Pengujian Kepadatan Ringan (SKBI 3.3. 30.1987/UDC 624.131.43 (02) atau Pengujian
Kepadatan Berat (SKBI 3.3. 30.1987/UDC 624.131.53 (02) sesuai dengan kebutuhan.
CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru.
Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya kepada
pengukuran nilai CBR. Cara-cara lain hanya digunakan bila telah disertai data-data yang
dapat dipertanggungjawabkan. Cara-cara lain tersebut dapat berupa : Group Index, Plate
Bearing Test atau R-value. Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang
dilaporkan, ditentukan sebagai berikut:
a. Tentukan harga CBR terendah.
b. Tentukan berapa banyak harga dari masing-masing nilai CBR yang sama dan
lebih besar dari masing-masing nilai CBR.
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%. Jumlah lainnya merupakan
persentase dari 100%.
d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%.
Universitas Indonesia
140
Universitas Indonesia
141
Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu
dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen
rencana (LER), menurut daftar di bawah ini:
*) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan: Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT / jalan murah atau jalan darurat
maka IP dapat diambil 1,0. Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur
rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan / kehalusan serta
kekokohan) pada awal umur rencana, menurut daftar di bawah ini:
Universitas Indonesia
142
Universitas Indonesia
143
2. Lapis Pondasi:
Tahun
No. Jenis Kendaraan 2009 2010 2011 2012 2015 LEP LEA
1 Mobil Penumpang 500 625 678 702 783 0.07 0.101
2 Bus 300 387 412 465 519 32.90 47
3 Truk 250 276 309 359 400 72.46 104
4 Sepeda Motor 750 823 879 910 1,015 0.09 0.131
Jumlah 1,800 2,111 2,278 2,436 2,717 106 152
LET =
(LEP+LEA)/2 128.64
FP = UR/10
128.64
LER = LET x
FP
Universitas Indonesia
144
CBR 5%
DDT 4.5
IP 2
FR 1
ITP 7.0
a1 0.4 Laston t min (cm) 7.5
a2 0.14 Batu Pecah kelas A t min (ITP 7.22) (cm) 20
a3 0.13 Sirtu kelas A t min (cm) 10
Universitas Indonesia
145
Susunan Perkerasan:
o Laston = 7.25 cm
o Batu pecah (CBR 100) = 20 cm
o Sirtu (CBR 50) = 10 cm
Universitas Indonesia
146
DAFTAR PUSTAKA
Craig, R.F & Susilo, Budi. 1991. Mekanika Tanah Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Jalan No. 038/T/BM/1997 Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina
Marga
Lampiran Peraturan Menteri No. 19-PRT-M-2011, Persyaratan Teknis Jalan, Kementrian
Pekerjaan Umum
MacGregor, James .G & Wight, James .K. Reinforced Concrete Mechanics and Design
Fourth Edition. Upper Saddle River, NJ: Pretince Hall
Nawy, E.G. 2009. Prestressed Concrete: A Fundamental Approach Fifth Edition. Upper
Saddle River, NJ: Pretince Hall
Perancangan Drainase Jalan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015.
Perencanaan Sistem Drainase Jalan (Pd. T-0202006-B)
Pedoman Standar IKINDO 2104
RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan. BSN
SNI 03-2883-2008 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Jembatan. BSN
Tim Dosen. Buku Pedoman Mata Kuliah Proyek. DTS UI: 2015
Universitas Indonesia