Anda di halaman 1dari 123

MESIN PEMINDAH BAHAN

PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT


7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK
PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

SKRIPSI
Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi
Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik

BRIAN PEBRINTA TARIGAN


NIM. : 080421007

PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSION


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7
TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK
PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 6.

BRIAN PEBRINTA TARIGAN


NIM. : 080421007

Diketahui/disyahkan oleh: Disetujui oleh :


Departemen Teknik Mesin Dosen Pembimbing
Fakultas Teknik USU
Ketua,

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri
NIP. : 19641224 199211 1 001 NIP. : 19641224 199211 1 001
PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7
TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK
PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 6.

BRIAN PEBRINTA TARIGAN


NIM. : 080421007

Telah Disetujui dari Hasil Seminar Skripsi


Periode ke 152 , pada Tanggal 09 April 2011

Dosen pembanding I Dosen pembanding II

Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc. Ir. Alfian Hamsi, M.Sc.


NIP. 19491012 198103 1 002 NIP. 19560910 198701 1 001
PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7
TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK
PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT 6.

BRIAN PEBRINTA TARIGAN


NIM. : 080421007

Telah Disetujui oleh:


Pembimbing/Penguji

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri


NIP. : 19641224 199211 1 001

Penguji I Penguji II

Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc. Ir. Alfian Hamsi, M.Sc.


NIP. 19491012 198703 1 002 NIP. 19560910 198701 1 001

Diketahui Oleh :
Departemen Teknik Mesin
Ketua

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri


NIP. : 19641224 199211 1 001
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN AGENDA : 255 / TS / 2010
PROGRAM PENDIDIKANEKSTENSI DITERIMA : 27 / 10 / 2010
FAKULTAS TEKNIK USU PARAF :
MEDAN =======================
==============================

TUGAS SKRIPSI

Nama : Brian Pebrinta Tarigan


NIM : 080421007
Mata Kuliah : Mesin Pemindah Bahan
Spesifikasi : Perencanaan Tower Crane dengan Kapasitas Angkat 7 Ton,
Tinggi Angkat 55 Meter, Radius 60 Meter untuk
Pembangunan Gedung Bertingkat.
Sebagai Studi Kasus ambil pembangunan Rumah Sakit
Pendidikan USU, Jalan Dr. Mansyur Medan
Untuk itu rencanakanlah Mekanisme Pengangkat,
Mekanisme Trolley, Mekanisme Gerak Slewing, dan
Konstruksi Boom sebuah Tower Crane

Diberikan tanggal : 27 Oktober 2010


Selesai tanggal :

Ketua Departemen Teknik Mesin Medan, Oktober 2010


Dosen Pembimbing,

Dr.Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri Dr.Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri


NIP. 19641224 199211 1 001 NIP. 19641224 199211 1 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan suatu syarat yang harus dialaksanakan

mahasiswa untuk menyelesaikan pendididkannya di Departemen Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Adapun Tugas sarjana yang dipilih adalah dalam bidang Mesin Pemindah Bahan

dengan Judul : Perencanaan Tower Crane dengan Kapasitas Angkat 7 Ton,

Tinggi Angkat 55 Meter, Radius 60 M, Untuk Pembangunan Gedung

Bertingkat.

Penyusunan tugas akhir ini berdasarkan hasil survey langsung dilapangan

serta melakukan pembahasan dan studi literature. Penulis menyadari banyak

kekurangan dalam tuas sarjana ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran

dan kritik untuk kesempurnaan tugas sarjana ini

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ir. N. Tarigan dan Y.br Sitepu, atas segala

dukungan baik moril maupun materil dan support yang tiada hentinya

kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

2. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri, sebagai dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingannya kepada penulis dalam penulisan

tugas sarjana ini.


3. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri, sebagai Ketua Departemen Teknik

Mesin dan bapak Ir. Tulus Burhanuddin, M.T. Sebagai Sekertaris

Departemen Teknik Mesin serta Seluruh Staf Pengajar di Departemen

Teknik Mesin.

4. Bapak dan Ibu staff pegawai yang telah banyak membantu penulis semasa

kuliah di Depaatemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

5. Teman-teman Teknik Mesin USU Ekstension terutama Stambuk 2008

yang telah banyak membantu penulis didalam segala hal, terima kasih

sahabat segala yang telah kau berikan akan ku ingat selalu. Semoga

pertemanan dan persahabatan ini selalu untuk selamanya.

6. Dan semua orang yang namanya tidak mungkin saya sebutkan satu

perasatu disini.

Terimakasih atas semua bantuan dan dukungan nya, semoga Tuhan yang

membalas semua kebaikan kalian.

Semua kisah pasti ada akhir yang harus dilalui, begitu juga akhir dari kisah

ini aku yakin sangatlah indah. Semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat buat kita

semua.

Medan, Juni 2011

Penulis

Brian Pebrinta Tarigan


NIM. : 080421007
ABSTRAK

Jenis mesin pemindah bahan yang direncanakan adalah mesin pengangkat


tipe tower crane sesuai dengan hasil survei pada Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Pendidikan USU Jln.Dr. Mansyur. Mesin pemindah bahan merupakan
bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin
pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh banyaknya jenis dan sifat muatan
yang dipindahkan serta banyaknya operasi pemindahan yang akan mendukung
produksi. Dalam setiap perusahaan, proses produksi secara keseluruhan sangat
ditentukan oleh pemilihan jenis mesin pemindah bahan yang tepat pemilihan
parameter utama yang tepat dan efisiensi operasinya. Jadi, pengetahuan yang
sempurna tentang ciri operasi dan desain mesin ini dan metode desainnya serta
penerapan praktisnya sangat diperlukan. Banyak sekali pesawat pengangkat yang
diproduksi dalam berbagai desain, sehingga dalam operasi yang sama dapat
dilakukan berbagai metode dan alat. Pemilihan alat yang tepat tidak hanya
memerlukan pengetahuan khusus tentang desain dan karakteristik operasi suatu
mekanisme mesin, tetapi juga memerlukan pengetahuan menyeluruh tentang
organisasi produksi dari suatu perusahaan.Dalam pemilihan jenis pesawat
pengangkat, alat ini harus dapat dimekaniskan sedemikian rupa sehingga hanya
memerlukan sedikit mungkin operator untuk pengendalian, pemeliharaan,
perbaikan, dan tugas-tugas tambahan lainnya. Pesawat pengangkat tidak boleh
merusak muatan yang dipindahkan, atau menghalangi dan menghambat proses
produksi. Alat ini harus aman dalam operasinya dan ekonomis baik dalam biaya
operasi atau perawatannya. Penggunaan tower crane memerlukan perencanaan
yang seksama karena crane dipasang tetap (fixed instalation) di tempat dengan
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang lama. Dari posisi tetapnya, tower crane
harus mampu menjangkau semua area yang diperlukan untuk mengangkat beban
yang diangkat ke tempat yang diinginkan. Yang perlu diperhatikan dalam
pemanfaatan tower crane adalah berat, ukuran, dan radius angkat dari beban
terberat, tinggi maksimum berdiri bebas alat, berat mesin yang ditopang struktur,
kecepatan angkat mesin, dan panjang kabel hoist drum yang dapat melayani.
Tower crane dirancang dengan ketinggian tertentu dan dengan boom yang
memiliki daya jangkau yang cukup jauh. Selain itu tower crane mampu melayani
pengangkutan bahan yang berat sesuai dengan kapasitas angkat maksimumnya.
Tower crane biasanya digunakan untuk mengangkat beban terpadu (load), seperti
: rangka besi, kepingan atap bangunan, batu bata dalam jumlah yang banyak, dsb.
Namun terkadang juga dapat digunakan untuk mengangkat bahan curah (bulk
load), seperti pasir dan coran semen. Untuk bahan curah, tower crane
membutuhkan wadah muatan seperti bucket, yang kemudian dihubungkan dengan
kait nantinya.

Kata Kunci : Tower Crane, Mesin Pengangkat, Kapasitas, Tinggi angkat, Radius
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN DARI PEMBIMBING ............................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DARI PEMBANDING ............................. iii

SPESIFIKASI TUGAS ............................................................................. v

LEMBAR EVALUASI SEMINAR SKRIPSI......................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... x

ABSTRAK ................................................................................................. xii

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii

DAFTAR NOTASI/ISTILAH .................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan tugas Akhir ............................................................... 2
1.3 Batasan Permasalahan .......................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN MATERI


2.1 Mesin Pemindah Bahan ........................................................ 5
2.2 Klasifikasi Mesin Pemindah Bahan ...................................... 6
2.3 Dasar Pemilihan Mesin Pemindah Bahan ............................ 10
2.3.1 Dasar Pemilihan Pesawat Pengangkat ........................ 11
2.3.2 Dasar Pemilihan Crane ............................................... 12
2.4 Tower Crane ......................................................................... 13
2.4.1 Komponen-Komponen Utama Tower Crane.............. 14
2.4.2 Cara Kerja Tower Crane ............................................. 15
2.5 Spesifikasi Perencanaan ....................................................... 17

BAB III PERANCANGAN MEKANISME PENGANGKAT


3.1 Perancangan Tali Baja .......................................................... 18
3.2 Peerancangan Puli................................................................. 24
3.3 Perancangan Drum ............................................................... 27
3.4 Perancangan Kait .................................................................. 30
3.5 Perancangan Motor Penggerak ............................................. 35
3.6 Perancangan Transmisi Mekanisme Pengangkat ................. 38
3.6.1 Perancanaan Dimensi Roda Tingkat I ........................ 40
3.6.2 Perhitungan Kekuatan Roda Gigi Tingkat I ............... 42
3.6.3 Perancanaan Dimensi Roda Tingkat II ....................... 44
3.6.4 Perancanaan Dimensi Roda Tingkat III ..................... 46
3.6.5 Bantalan Transmisi Roda Gigi ................................... 48
3.7 Sistem Rem Untuk Mekanisme Pengangkat ........................ 53

BAB IV PERANCANAAN MEKANISME TROLLEY


4.1 Perancanaan Roda Jalan ....................................................... 59
4.2 Perancanaan Tali Baja .......................................................... 62
4.3 Perancanaan Puli................................................................... 66
4.4 Perancanaan Drum ................................................................ 67
4.5 Perancanaan Motor Penggerak ............................................. 68
4.6 Perancanaan Mekanisme Trolley.......................................... 71
4.6.1 Perancanaan Dimensi Roda Tingkat II ....................... 74
4.7 Sistem Rem Untuk Mekanisme Trolley ............................... 75

BAB V PERENCANAAN MEKANISME GERAK SLEWING


5.1 Motor Penggerak .................................................................. 82
5.2 Sistem Rem Mekanisme Slewing ......................................... 85

BAB VI PERANCANAAN KONSTRUKSI BOOM


6.1 Konstruksi Boom .................................................................. 88
6.2 Gaya-Gaya Pada Batang Akibat Beban dan Beratnya Sendiri 89
6.3 Pemeriksaan Kekeuatan Konstruksi Bom ............................ 93
6.3.1 Analisa Gaya pada Spreader ....................................... 95
6.4 Perencanaan Counter Weight (Bobot Imbang) ..................... 101

BAB VII KESIMPULAN


7.1 Kesimpulan ........................................................................... 106
7.2 Saran ..................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Table 3.1 Dimensi Puli................................................................................ 26

Table 3.2 Tekanan Bidang yang Diizinkan ................................................. 27

Table 4.1 Dimensi Puli................................................................................ 67

Tabel 6.1 Klasifikasi dari Tower Crane ...................................................... 103

Tabel 6.2 Panjang Jumlah dan Masa kerangka Bobot Lawan

(Hasil Perhitungan) ..................................................................... 105

Tabel 6.3 Berat Panjang dan Jumlah Panjang Boom .................................. 105
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dongkrak dan Ikatan ........................................................... 7

Gambar 2.2 Hoisting Crane ..................................................................... 7

Gambar 2.3 Elevator................................................................................ 8

Gambar 2.4 Jenis Utama Crane ............................................................... 9

Gambar 2.5 Tower Crane ........................................................................ 16

Gambar 3.1 Konstruksi Serat Tali Baja................................................... 19

Gambar 3.2 Diagram Lengkungan Tali Baja Mekanisme Hoist ............. 20

Gambar 3.3 Puli....................................................................................... 25

Gambar 3.4 Drum .................................................................................... 28

Gambar 3.5 Diagram Lengkungan Tali Baja .......................................... 28

Gambar 3.6 Kait Tunggal/Standart ......................................................... 31

Gambar 3.7 Penampang Kait................................................................... 33

Gambar 3.8 Motor Penggerak ................................................................. 35

Gambar 3.9 Sistem Transmisi Roda Gigi ................................................ 39

Gambar 3.10 Nama Bagian Roda Gigi ...................................................... 40

Gmabar 3.11 Gaya Pada Roda Gigi .......................................................... 49

Gambar 4.1 Trolley ................................................................................. 58

Gambar 4.2 Diagram Untuk Menentukan Tahanan Gesek ..................... 60

Gambar 4.3 Diagram Roda Puli Untuk Tali Pengangkat ........................ 61

Gambar 4.4 Diagram Mekanisme Trolley............................................... 62

Gambar 4.5 Diagram Untuk Menentukan Tarikan Tali .......................... 63

Gambar 6.1 Konsruksi Boom .................................................................. 89


Gambar 6.2 Pembebanan Boom Maksimum........................................... 90

Gambar 6.3 Pembebanan Boom Akibat Beban Sendiri .......................... 91

Gambar 6.4 Pembebanan Boom maksimum yang Diizinkan.................. 92

Gambar 6.5 Gaya-Gaya Setiap Sambungan Pada Boom ........................ 93

Gambar 6.6 Gaya-gaya Pada Spreader .................................................... 95

Gambar 6.7 Diagram Benda Bebas Pada Spreader ................................. 96

Gambar 6.8 Lengan Bobot Imbang ......................................................... 101

Gambar 6.9 Counter Weight ................................................................... 103


DAFTAR NOTASI / ISTILAH

Notasi Arti Satuan

Q Kapasitas Angkat Maksimum kg

q Berat Spreader (Rumah Kait) kg

S Tegangan Tarik Maksimum Tali Baja kg

Efisiensi %

P Kekuatan Putus Tali Sebenarnya kg

K Faktor Keamanan

Pb Beban Patah kg

Tegangan kg/mm2

d Diameter mm

Dmin Diameter Minimum Puli dan Drum mm

F222 Luas Penampang Tali Baja mm2

m Jumlah kelengkungan berulng

C Faktor Karakteristik Konstruksi Tali dan Kekuatan Tarik Bahan

z1 Jumlah lengkungan berulang yang diizinkan

z2 Jumlah lengkungan berulang persiklus kerja

Jumlah siklus rata-rata perbulan

Faktor Perubahan Daya Tali

Perbandingan Jumlah lengkungan dan Putus Tali

e1 Faktor yang tergantung pada tipe alat pengangkat dan kondisi

operasinya

e2 Faktor yang tergantung pada konstruksi tali


P Tekanan Bidang Pada Gandar Roda

Puli kg/cm2

z Jumlah lilitan

H Tinggi m

L Panjang mm

v Kecepatan Keliling m/s

Tebal dinding drum mm

t kisar ulir mm

A Luas penampang mm2

V Kecepatan m/s

N Daya HP

M Momen kg.m

n Putaran rpm

GD2 Momen girasi kg/cm2

g Gravitasi m/s2

t Waktu s

Sudut tekan roda gigi 0

m Modul mm

z Jumlah gigi buah

b Lebar gigi mm

i Perbandingan

a Jarak Sumbu Poros mm

hk Tinggi Kepala Gigi mm

hf Tinggi Kaki Gigi mm


ck Kelonggaran Puncak mm

t Jarak bagi lingkaran mm

S0 Tebal gigi mm

Ft Gaya Tangensial kg

A Luas Permukaan mm2

Y Faktor bentuk gigi

fv Faktor Dinamis

Koefisien pengaruh masa bagian mekanisme transmisi

Koefisien pengereman

k Faktor Kecepatan Gelinding Roda

Dw Diameter roda Trolley mm

W Tahanan kg

G0 Berat Trolley kg

Koefisien Gesek

k Koefisien gesek Roda Gelinding

Koefisien tahanan Roda puli

f Defleksi tali Baja yang diizinkan mm

qr Berat tali Baja kg

S Luas Bidang m2

Pw Tekanan Angin kg/m2

T Gaya rem keliling total kg

N Tekanan Normal kg

F Luas Permukaan Kontak cm2

W Berat kg
E Modulus Elastisitas kg/m2

F Gaya kg

R Jari-jari/radius mm

I Momen Inersia mm4


ABSTRAK

Jenis mesin pemindah bahan yang direncanakan adalah mesin pengangkat


tipe tower crane sesuai dengan hasil survei pada Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Pendidikan USU Jln.Dr. Mansyur. Mesin pemindah bahan merupakan
bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin
pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh banyaknya jenis dan sifat muatan
yang dipindahkan serta banyaknya operasi pemindahan yang akan mendukung
produksi. Dalam setiap perusahaan, proses produksi secara keseluruhan sangat
ditentukan oleh pemilihan jenis mesin pemindah bahan yang tepat pemilihan
parameter utama yang tepat dan efisiensi operasinya. Jadi, pengetahuan yang
sempurna tentang ciri operasi dan desain mesin ini dan metode desainnya serta
penerapan praktisnya sangat diperlukan. Banyak sekali pesawat pengangkat yang
diproduksi dalam berbagai desain, sehingga dalam operasi yang sama dapat
dilakukan berbagai metode dan alat. Pemilihan alat yang tepat tidak hanya
memerlukan pengetahuan khusus tentang desain dan karakteristik operasi suatu
mekanisme mesin, tetapi juga memerlukan pengetahuan menyeluruh tentang
organisasi produksi dari suatu perusahaan.Dalam pemilihan jenis pesawat
pengangkat, alat ini harus dapat dimekaniskan sedemikian rupa sehingga hanya
memerlukan sedikit mungkin operator untuk pengendalian, pemeliharaan,
perbaikan, dan tugas-tugas tambahan lainnya. Pesawat pengangkat tidak boleh
merusak muatan yang dipindahkan, atau menghalangi dan menghambat proses
produksi. Alat ini harus aman dalam operasinya dan ekonomis baik dalam biaya
operasi atau perawatannya. Penggunaan tower crane memerlukan perencanaan
yang seksama karena crane dipasang tetap (fixed instalation) di tempat dengan
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang lama. Dari posisi tetapnya, tower crane
harus mampu menjangkau semua area yang diperlukan untuk mengangkat beban
yang diangkat ke tempat yang diinginkan. Yang perlu diperhatikan dalam
pemanfaatan tower crane adalah berat, ukuran, dan radius angkat dari beban
terberat, tinggi maksimum berdiri bebas alat, berat mesin yang ditopang struktur,
kecepatan angkat mesin, dan panjang kabel hoist drum yang dapat melayani.
Tower crane dirancang dengan ketinggian tertentu dan dengan boom yang
memiliki daya jangkau yang cukup jauh. Selain itu tower crane mampu melayani
pengangkutan bahan yang berat sesuai dengan kapasitas angkat maksimumnya.
Tower crane biasanya digunakan untuk mengangkat beban terpadu (load), seperti
: rangka besi, kepingan atap bangunan, batu bata dalam jumlah yang banyak, dsb.
Namun terkadang juga dapat digunakan untuk mengangkat bahan curah (bulk
load), seperti pasir dan coran semen. Untuk bahan curah, tower crane
membutuhkan wadah muatan seperti bucket, yang kemudian dihubungkan dengan
kait nantinya.

Kata Kunci : Tower Crane, Mesin Pengangkat, Kapasitas, Tinggi angkat, Radius
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dimana pada saat

sekarang ini sedang menggalakkan pembangunan di segala bidang untuk

meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Pembangunan sarana dan prasarana

umum meliputi pembangunan industri, perhubungan, pusat perbelanjaan (mall),

perkantoran, hotel, dan apartemen.

Untuk membangun konstruksi bangunan tinggi seperti : gedung bertingkat,

maka dibutuhkan tenaga kerja yang terampil, para ahli di bidang konstruksi, yang

lebih penting adalah mesin-mesin yang berguna untuk membantu dan

meringankan kerja manusia itu sendiri. Sehubungan dengan itu maka dibutuhkan

suatu pesawat pengangkat yang dapat mengangkat dan memindahkan material dan

struktur bangunan yang akan dipasang pada bangunan yang sedang dikerjakan

dengan gerak dan mobilitas yang aman.

Agar material yang diangkat tetap baik, aman dalam operasi bongkar muat

lebih cepat, maka diperlukan suatu wadah barang yang dapat diangkat dari semua

areal proyek ke tempat yang diinginkan seperti bucket, dimana wadah tersebut

dapat disimpan dilapangan terbuka sehingga tidak diperlukan lagi gudang sebagai

tempat penyimpanan barang. Untuk mengangkat material dalam kapasitas,

jangkauan dan tinggi angkat yang maksimum, maka pengangkatan dengan Tower

Crane merupakan mesin yang paling efektif. Kecenderungan untuk memakai

tower crane saat ini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya
pembangunan di Indonesia. Pesawat pengangkat ini berguna untuk mengangkat

serta memindahkan material dan struktur bangunan yang akan dipasang pada

bangunan yang sedang dikerjakan dan menjangkau semua area yang diinginkan.

1.2 TUJUAN TUGAS AKHIR

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah merencanakan sebuah mesin

pemindah bahan jenis pesawat pengangkat yaitu tower crane. Dengan kapasitas

angkat 7 ton, tinggi angkat 55 meter, radius lengan 60 meter untuk digunakan di

pembangunan gedung bertingkat 6.

1.3 BATASAN PERMASALAHAN

Dalam perancangan ini, tower crane direncanakan digunakan untuk

kapasitas angkat maks 7 Ton, tinggi angkat 55 m, dan radius lengan maks 60 m.

Karena luasnya permasalahan pada perancangan tower crane ini, untuk

menjelaskan tujuan penulisan tugas sarjana maka perlu pembatasan masalah yang

akan dibahas. Pada perancangan ini akan dibahas komponen-komponen utama

tower crane sebagai berikut : tali baja, puli, drum, kait, motor penggerak, rem, dan

sistem transmisi (roda gigi). Dan merencanakan mekanisme pergerakan dari tower

crane.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan ini menggunakan metode penulisan analitik yang dilakukan

didalam perencanaan ini adalah :

1. Studi literatur, dengan memaparkan teori-teori dasar dan rumus-rumus

serta tabel yang berkaitan dari berbagai literatur dengan


perhitungan.tentang perencanaan Tower Crane dari berbagai buku

2. Survey ke lapangan langsung ke Proyek Pembangunan Rumah Sakit

Pendidikan USU Jl Dr. Mansyur Medan, untuk mendapatkan data sebagai

bahan perbandingan dan dasar dalam perancangan.

3. Diskusi dengan pembimbing dan referensi ahli yang memahami tentang

Tower crane

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas sarjana ini, ditulis dalam 7 Bab dengan sistematika berikut

ini :

Bab I Pendahuluan,

Bab ini menyajikan latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode

penulisan, dan sistematika penulisan perancangan.

Bab II Pembahasan Materi

Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka dan klasifikasi mesin

pemindah bahan; dasar pemilihan dari mesin pemindah bahan, pesawat

pengangkat,dan crane; komponen utama dan cara kerja tower crane; serta

spesifikasi perencanaan.

Bab III Perencanaan Mekanisme Pengangkat

Membahas tentang perhitungan dan perencanaan tali baja, puli, drum, kait,

motor penggerak, sistem transmisi dan sistem rem pada mekanisme pengangkat.

Bab IV Perencanaan Mekanisme Trolley


Membahas tentang perhitungan dan perencanaan tali baja, puli, drum,

motor penggerak, sistem transmisi dan sistem rem pada mekanisme trolley.

Bab V Perencanaan Mekanisme Slewing

Membahas tentang perhitungan dan perencanaan motor penggerak, system

transmisi dan sistem rem pada mekanisme slewing.

Bab VI Perencanaan Boom/ Jib

Membahas tentang perhitungan dan perencanaan konstruksi boom serta

pemeriksaan kekuatan boom. Serta membahas tentang bobot imbang untuk

mengimbangi beban maksimum.

Bab VII Kesimpulan

Membahas semua kesimpulan semua perencanaan tower crane pada bab-

bab sebelumnya.
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Mesin Pemindah Bahan


Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis

dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

disebabkan oleh banyaknya jenis dan sifat muatan yang dipindahkan serta

banyaknya operasi pemindahan yang akan mendukung produksi. Dalam setiap

perusahaan, proses produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan

jenis mesin pemindah bahan yang tepat pemilihan parameter utama yang tepat dan

efisiensi operasinya. Jadi, pengetahuan yang sempurna tentang ciri operasi dan

desain mesin ini dan metode desainnya serta penerapan praktisnya sangat

diperlukan.

Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan yang digunakan

untuk memindahkan muatan dilokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi

konstruksi, tempat penumpukan bahan, tempat penyimpanan, dan pembongkaran

muatan. Mesin pemindah bahan pada prakteknya hanya memindahkan muatan

dalam jumlah dan besar serta jarak tertentu. Jarak ribuan meter hanya dilakukan

untuk perpindahan yang konstan antara dua lokasi atau lebih yang dihubungkan

oleh kegiatan produksi yang sama. Untuk operasi bongkar muatan tertentu,

mekanisme mesin pemindah bahan dilengkapi dengan alat pemegang khusus yang

dioperasikan oleh mesin bantu atau secara manual.Pemilihan mesin pemindah

bahan yang tepat dan sesuai pada tiap-tiap ktivitas diatas, akan meningkatkan

effisiensi dan daya saing dari aktivitas tersebut.


2.2 Klasifikasi Mesin Pemindah Bahan

Berdasarkan desainnya mesin pemindah bahan diklasifikasikan atas :


1. Perlengkapan perangkat, yaitu kelompok mesin dengan peralatan

pengangkat yang bertujuan untuk memindahkan muatan dalam satu batch.

2. Perlengkapan pemindah, yaitu kelompok mesin yang tidak mempunyai

peralatan pengangkat tetapi memindahkan muatan secara

berkesinambungan.

3. Perlengkapan permukaan dan overhead, yaitu kelompok mesin yang tidak

dilengkapi dengan peralatan pengangkat dan biasanya menangani muatan

dalam satu batch dan kontinu.

Setiap kelompok mesin dibedakan oleh ciri khas dan bidang penggunaan yang

khusus. Perbedaan dalam desain kelompok ini juga ditentukan oleh keadaan

muatan yang akan ditangani, arah gerakan kerja dan keadaan proses

penanganannya.

Banyaknya jenis perlengkapan pengangkat, membuat sulitntya penggolongan

secara tepat. Penggolongan bisa berdasarkan pada berbagai karakteristik, seperti

desain, tujuan, jenis gerakan dan sebagainya. Bila diklasifikasikan menurut jenis

gerakannya (karakterisrik kinematik), beban dianggap terpusat pada titik berat

beban tersebut dan penggolongan mesin ditentukan oleh lintasan perpindahan

muatan yang berpindah pada bidang horizontal. Penggolongan menurut tujuan

penggunaan yang ditentukan dengan memperhatikan kondisi operasi khasnya

Jenis-jenis perlengkapan pengangkat diklasifikasikan berdasarkan ciri khas

desainnya, yaitu :

1. Mesin pengangkat, yaitu kelompok mesin yang bekerja secara periodik


yang didesain sebagai perlatan swa-angkat, atau untuk mengangkat dan

memindahkan muatan. Salah satu jenis mesin pengangkat dapat dilihat

pada gambar 2.1 dibawah ini

Gambar 2.1 Dongkrak dan Ikatan

2. Crane, yaitu gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan

rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat

digantungkan secara bebas atau diikatkan pada crane. Salah satu jenis

crane dapat diihat pada gambar 2.2 dibawah ini

Gambar 2.2 Hoisting Crane


3. Elevator (Lift), yaitu kelompok mesin yang bekerja secara periodik untuk

mengangkat muatan pada jalur pandu tertentu.

Gambar 2.3 Elevator


Gambar 2.4 Jenis Utama Crane
2.3 Dasar Pemilihan Mesin Pemindah Bahan

Faktor-faktor teknis penting yang digunakan dalam menentukan pilihan

jenis peralatan yang digunakan dalam proses pemindahan bahan :

1. Jenis dan sifat muatan yang akan diangkat.

Untuk muatan satuan (unit load) : bentuk, berat, volume, kerapuhan,

keliatan, dan temperatur. Untuk muatan curah (bulk load) : ukuran

gumpalan, kecenderungan menggumpal, berat jenis kemungkinan longsor

saat dipindahkan, sifat mudah remuk (friability), temperatur, dan sifat

kimia.

2. Kapasitas per jam yang dibutuhkan.

Kapasitas pemindahan muatan per jam yang hampir tak terbatas dapat

diperoleh pada peralatan, seperti konveyor yang bekerja secara kontinu.

Sedangkan pada peralatan lain yang mempunyai siklus kerja dengan gerak

balik muatan kosong, akan dapat beroperasi secara efisien jika alat ini

mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi dalam

kondisi kerja yang berat, seperti truk dan crane jalan.

3. Arah dan jarak perpindahan.

Berbagai jenis peralatan dapat memindahkan muatan ke arah horizontal,

vertikal, atau dalam sudut tertentu. Untuk gerakan vertikal diperlukan

pengangkat seperti : crane, bucket elevator. Dan untuk gerakan horizontal

diperlukan crane pada truk yang digerakkan mesin atau tangan, crane

penggerak tetap, dan berbagai jenis konveyor. Ada beberapa alat yang

dapat bergerak mengikuti jalur yang berliku dan ada yang hanya dapat

bergerak lurus dalam satu arah.


4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir, dan antara.

Pemuatan ke kendaraan dan pembongkaran muatan ditempat tujuan sangat

berbeda, karena beberapa jenis mesin dapat memuat secara mekanis,

sedangkan pada mesin lainnya membutuhkan alat tambahan khusus atau

bantuan operator.

5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan.

Gerakan penanganan bahan berkaitan erat, bahkan terlibat langsung

dengan proses produksi. Misalnya : crane khusus pada pengecoran logam,

penempaan dan pengelasan; konveyor pada pengecoran logam dan

perakitan; pada permesinan dan pengecatan.

6. Kondisi lokal yang spesifik.

Hal ini meliputi luas dan bentuk lokasi, jenis dan desain gedung, keadaan

permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk unit proses, debu,

kelembaban lingkungan, adanya uap dan berbagai jenis gas lainnya, dan

temperatur.

2.3.1 Dasar Pemilihan Pesawat Pengangkat

Banyak sekali pesawat pengangkat yang diproduksi dalam berbagai

desain, sehingga dalam operasi yang sama dapat dilakukan berbagai metode dan

alat. Pemilihan alat yang tepat tidak hanya memerlukan pengetahuan khusus

tentang desain dan karakteristik operasi suatu mekanisme mesin, tetapi juga

memerlukan pengetahuan menyeluruh tentang organisasi produksi dari suatu

perusahaan.Dalam pemilihan jenis pesawat pengangkat, alat ini harus dapat

dimekaniskan sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit mungkin

operator untuk pengendalian, pemeliharaan, perbaikan, dan tugas-tugas tambahan


lainnya. Pesawat pengangkat tidak boleh merusak muatan yang dipindahkan, atau

menghalangi dan menghambat proses produksi. Alat ini harus aman dalam

operasinya dan ekonomis baik dalam biaya operasi atau perawatannya.

2.3.2 Dasar Pemilihan Crane

Dasar pemilihan crane ditentukan dari faktor teknis jenis dan sifat muatan,

yang dapat mengangkat muatan satuan dan curah. Dari faktor kapasitas per jam

yang dibutuhkan, dimana crane mempunyai siklus kerja dengan gerak balik

bermuatan sehingga dapat beroperasi secara efektif dan efisien karena alat ini

mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi. Dari faktor arah

dan jarak perpindahan crane dapat memindahkan dan mengangkat muatan baik

secara vertikal, horizontal, dan berputar 360o.

Dari faktor teknis kondisi lokasi yang spesifik, dimana crane digunakan

pada pembangunan gedung bertingkat dengan kelebihan dari segi struktur dengan

ketinggian tertentu dan daya jangkauannya yang cukup jauh. Crane dirancang

untuk melayani pengangkatan muatan dengan jarak yang cukup jauh dalam suatu

areal pembangunan, dengan mempertimbangkan dimensinya. Dari pertimbangan

faktor-faktor teknis diatas maka dipilihlah Tower Crane sebagai alat yang tepat

untuk memenuhi semua pertimbangan tersebut

2.4 Tower Crane

Penggunaan tower crane memerlukan perencanaan yang seksama karena

crane dipasang tetap (fixed instalation) di tempat dengan jangka waktu

pelaksanaan pekerjaan yang lama. Dari posisi tetapnya, tower crane harus mampu

menjangkau semua area yang diperlukan untuk mengangkat beban yang diangkat
ke tempat yang diinginkan. Yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan tower

crane adalah berat, ukuran, dan radius angkat dari beban terberat, tinggi

maksimum berdiri bebas alat, berat mesin yang ditopang struktur, kecepatan

angkat mesin, dan panjang kabel hoist drum yang dapat melayani.

Tower crane dirancang dengan ketinggian tertentu dan dengan boom yang

memiliki daya jangkau yang cukup jauh. Selain itu tower crane mampu melayani

pengangkutan bahan yang berat sesuai dengan kapasitas angkat maksimumnya.

Tower crane biasanya digunakan untuk mengangkat beban terpadu (load), seperti

: rangka besi, kepingan atap bangunan, batu bata dalam jumlah yang banyak, dsb.

Namun terkadang juga dapat digunakan untuk mengangkat bahan curah (bulk

load), seperti pasir dan coran semen. Untuk bahan curah, tower crane

membutuhkan wadah muatan seperti bucket, yang kemudian dihubungkan dengan

kait nantinya.

2.4.1 Komponen Utama Tower Crane

Komponen-komponen utama dari Tower Crane adalah :

1. Rangka

2. Boom/ Jib (Lengan)

Boom adalah lengan dari tower crane yang memiliki jangkauan/ radius sebagai

tempat berjalannya trolley. Boom ini berfungsi untuk menjangkau, memutar,

memindahkan, mengangkat dan menurunkan beban. Boom pada tower crane

ini ada 2 yaitu : boom bobot imbang dan boom beban.

3. Bobot Imbang (Counter Weight)

Bobot Imbang adalah bagian dari tower crane yang berfungsi untuk

mengimbangi berat dari boom beban


4. Trolley

Trolley berfungsi sebagai tempat bergantungnya spreader kait dan juga untuk

menggerakkan spreader kait pada saat mengangkat dan menurunkan beban atau

muatan. Trolley terletak pada konstruksi boom.

5. Motor Penggerak

Motor penggerak pada tower crane ada 3 yaitu motor penggerak drum, motor

penggerak trolley dan motor penggerak mekanisme slewing.

6. Drum

Drum adalah alat yang berfungsi sebagai tempat untuk menggulung atau

mengulur tali baja pada saat menaikkan atau menurunkan beban

7. Sistem Puli

Puli (kerek) adalah alat yang berbentuk cakra bundar beralur, berfungsi sebagai

laluan tali baja.

8. Tali Baja

Tali Baja adalah perlengkapan fleksibel yang berfungsi sebagai penarik atau

pengulur spreader kait atau trolley.

9. Kait (Hook)

Kait adalah alat sebagai tempat menggantungkan beban

10. Rem

Rem adalah alat yang digunakan untuk menghentikan pergerakan motor

penggerak baik itu, pada mekanisme pengangkat, trooley ataupun slewing


2.4.2 Cara Kerja Tower Crane

Cara kerja dari tower crane ini dapat dibagi atas 3 gerakan, yaitu :

1. Gerakan Angkat dan Turun (Hoisting)

Gerakan mengangkat dan menurunkan beban ini diatur oleh kerja elektro

motor yang berfungsi memutar drum yang akan menggulung tali baja. Tali

baja ini akan menggerakkan puli agar rumah puli yang diujungnya

memiliki kait (hook) akan bergerak naik-turun. Beban yang akan

dipindahkan digantungkan pada kait. Bila posisinya telah sesuai dengan

yang dikehendaki maka gerakan drum ini akan dihentikan oleh operator

dengan menarik tuas (handle) yang terhubung dengan rem.

2. Gerakan Jalan Mendatar (Trolling)

Gerakan ini adalah gerakan trolley yang berjalan / berpindah dalam arah

mendatar (horizontal) atau melintang. Gerakan ini diatur oleh elektro

motor yang berfungsi untuk memutar drum untuk menggulung tali baja

yang akan memutar puli sehingga trolley berjalan disepanjang rel yang

terletak diatas girder dan boom. Gerakan ini dihentikan dengan

memutuskan arus listrik pada elektro motor melalui tombol operator dan

sekaligus rem bekerja.

3. Gerakan Berputar (Slewing)

Gerakan ini terjadi akibat putaran elektro motor yang memutar gigi jib

sehingga jib dapat berputar ke arah kanan atau kiri dengan sudut 3600
Gambar 2.5 Tower Crane
Keterangan Gambar :
1. Rangka tower Crane 5. kait (Hook)

2. Boom tower crane 6. trolley

3. Bobot imbang (Couter weight)

4. Spreader

2.5 Spesifikasi Perencanaan

Dari data yang diperoleh dari Proyek Pembangunan Rumah Sakit

Pendidikan USU Jln. Dr. Mansyur Medan, sebagai data perbandingan atau dasar

perencanaan pesawat pengangkat ini, dibawah ini tercantum spesifikasi tower

crane yang diperoleh dari hasil survey :

Jenis mesin : Tower Crane

Kapasitas angkat maks : 7.000 kg

Tinggi angkat maks : 40 m

Radius jangkauan lengan : 70 m


BAB III

PERANCANGAN MEKANISME PENGANGKAT

Komponen utama mekanisme pengangkat meliputi perencanaan-

perencanaan :

1. Tali Baja (Steel Wire Rope)

2. Puli (Rope Sheave)

3. Drum (Rope Drum)

4. Kait (Hook)

5. Motor Penggerak

6. Sistem Transmisi

7. Sistem Rem

3.1 Perancangan Tali Baja

Tali baja berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan beban serta

memindahkan gerakan dan gaya. Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari

kumpulan jalinan serat-serat baja (steel wire) dengan kekuatan b = 130-200

kg/mm2 . Beberapa serat dipintal hingga menjadi satu jalinan (strand), kemudian

beberapa strand dijalin pula pada suatu inti (core) sehingga membentuk tali. Tali

baja banyak sekali digunakan pada mesin pengangkat karena dibandingkan

dengan rantai, tali baja mempunyai keunggulan antara lain :

1. Lebih ringan dan lebih murah harganya

2. Lebih tahan terhadap beban sentakan, karena beban terbagi rata pada

semua strand

3. Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi


4. Keandalan operasi yang tinggi

5. Lebih fleksibel dan ketika beban lengkungan tidak perlu mengatasi

internal stress

6. Sedikit mengalami fatigue dan internal wear karena tidak ada

kecenderungan kawat untuk menjadi lurus yang selalu menyebabkan

internal stress

7. Kurangnya kecenderungan untuk membelit karena peletakan yang tepat,

pada drum dan puli, penyambungan yang lebih cepat, mudah dijepit (clip),

atau ditekuk (socket)

8. Kawat yang patah setelah pemakaian yang lama tidak akan menonjol

keluar sehingga lebih aman dalam pengangkatan dan tidak akan merusak

kawat yang berdekatan

Gambar 3.1 Konstruksi serat tali baja

Dalam perencanaan ini kapasitas maksimum berat muatan yang diangkat

adalah 7 ton. Karena pada pengangkat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

overload, keadaan dinamis dalam operasi dan perubahan udara yang tidak

terduga, maka diperkirakan penambahan beban 10 % dari beban semula sehingga

berat muatan yang diangkat menjadi :

Q0 = 7.000 + (10 % x 7.000) = 7.700 kg


Kapasitas angkat total pesawat adalah :

Q = Q0 + q

dimana : q = Berat spreader = 300 kg (Hasil survei)

maka : Q = 7.700 + 300 = 8.000 kg

Gambar 3.2 Diagram lengkungan tali baja mekanisme hoist

Dari gambar 3.2 dapat dilihat diagram lengkungan tali pada mekanisme

gerak hoist dapat ditentukan tegangan tali maksimum baja yang terjadi. Sistem

pengangkat yang direncanakan ini terdiri dari 7 buah puli yang menyangga

(suspensi), sehingga :

Q = S1 + S 2 + S 3 + S 4 + S 5 + S 6 + S 7

Tegangan tarik maksimum pada tali dari sistem puli beban dihitung

n. .1
Q
dengan rumus : S = .............................................................. (Lit.1, Hal 41)

dimana : n = Jumlah puli yang menyangga (suspensi) = 7

= Efisiensi puli = 0,905

1 = Efisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuannya ketika


menggulung pada drum yang diasumsikan 0,98

= 1288,6 kg
8.000
Maka S =
7.0,905.0,98

Kekuatan putus tali sebenarnya (P) dapat dicari dengan rumus :

P
S= ............................................................................... (Lit.1, Hal 40)
K
atau : P = S . K

dimana : K= Faktor keamanan dengan jenis mekanisme dan kondisi operasinya

= 5,5

maka : P = 1288,6 . 5,5 = 7087,3 kg

Dari hasil kekuatan putus tali (P), maka pada perencanaan ini dipilih tipe

tali baja menurut United Rope Works Standard, Rotterdam Holland yaitu

6 x 37 +1 fibre core dengan :

Diameter tali (d) = 18,6 mm

Berat tali (W) = 1,15 kg/m

Beban patah (Pb) = 15.400 kg

Tegangan patah (b) = 140-159 kg/mm2

Jenis tali ini dipilih dengan pertimbangan bahwa semakin banyak kawat baja

yang digunakan konstruksi tali maka akan lebih aman dari tegangan putus tali dan

dapat menahan beban putus tali.

Tegangan maksimum tali baja yang diizinkan adalah :


P
S izin = b ............................................................................ (Lit.1, Hal 40)
K

= 2800 kg
15.400
Maka S=
5,5

Tegangan pada tali yang dibebani pada bagian yang melengkung karena tarikan
dan lenturan adalah :

b
=
Pb
izin = ............................................................................ (Lit.1, Hal 39)
K K

Maka =
159
=28,9 kg/mm
5,5

Luas penampang tali baja dapat dihitung dengan rumus :

b
S

F 222 = ............................................................. (Lit.1, Hal 39)
d
(36000)
K Dmin

Dengan perbandingan diameter drum dan diameter tali baja ( ) untuk


Dmin
d

jumlah lengkungan (NB) = 16, seperti terlihat pada gambar 3.2 adalah 38 , maka

luas penampang dari tali baja adalah:

1288,6
= 0,6633 cm 2
(36000)
F 222 =
15.900 1
5,5 38

Tegangan tarik yang terjadi pada tali baja adalah :

t=
Sb
........................................................................... (Lit.1, Hal 83)
F222

t = = 1942,71 kg/cm = 19,43 kg/mm

Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa perencanaan tali baja aman

untuk digunakan karena tegangan maksimum tali (S) yang direncanakan lebih

kecil dari tegangan maksimum izin ( S izin ) yaitu : 1288,6 kg < 2181,81 kg. Dan

tegangan tarik ( t ) yang direncanakan lebih kecil dari tegangan tarik yang

diizinkan ( ) yaitu : 19,43 kg/mm2 < 28,9 kg/mm 2 .

Kerusakan tali baja disebabkan oleh kelelahan bahan dan mengalami

jumlah lengkungan tertentu. Umur pakai tali tergantung pada ukuran puli atau
drum, beban, konstruksi tali, faktor metalurgi, produksi, desain dan kondisi

operasi. Ketahanan (batas kelelahan) tali baja ditentukan berdasarkan umur

operasi tali baja tersebut.

Faktor yang bergantung pada jumlah lengkungan berulang selama periode

keausannya sampai tali tersebut rusak (m) yang dihitung dengan persamaan :

m. .C.C1 .C 2 ........................................................... (Lit.1, Hal 43)


D
A=
d

dimana : A = Perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali, A = 38

= Tegangan tarik sebenarnya pada tali, = 19,43 kg/mm2

C = Faktor yang memberi karakteristik konstruksi dan tegangan patah

tali baja, C = 0,93

C1 = Faktor yang tergantung diameter tali baja, C1 = 0,97

C2 = Faktor yang menentukan produksi dan operasi tambahan, C2 = 1,37

.C.C1 .C 2
A
Maka m=

38
m= = 1,58
19,43.0,93.0,97.1,37

untuk m = 1,58 dan dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh nilai

z1, yaitu :

1,58 1,50 z 230.000


=
1,62 150 255.000 230.000

Z = 246.666,67
Jadi, jumlah lengkungan berulang yang diizinkan z = 246.666,67 yang

menyebabkan kerusakan pada tali baja. Untuk mencari umur tali baja (N)

diperoleh dengan rumus :

z1 = a.z2.N. ...................................................................... (Lit.1, Hal 48)


dimana : z1 = Jumlah lengkungan berulang yang diizinkan, z = 246.666,67

a = Jumlah siklus rata-rata per bulan, a = 3400

z2 = Jumlah lengkungan berulang per siklus kerja (mengangkat dan menurunkan)

pada tinggi pengangkatan penuh dan lengkungan satu sisi, z2 = 5

= Faktor perubahan daya tahan tali akibat mengangkut muatan lebih rendah dari

tinggi total dan lebih ringan dari muatan penuh, = 0,3

= Perbandingan jumlah lengkungan dengan jumlah putus tali, = 2,5

n=
a.z 2 .
z1

= 19 bulan
246.666,67
n=
3400.5.0,3.2,5

3.2 Perancangan Puli

Puli (kerek atau katrol) yaitu cakra (disc) yang dilengkapi tali, merupakan

kepingan bundar, terbuat dari logam ataupun nonlogam. Pinggiran cakra diberi

alur (grove), berfungsi sebagai laluan tali untuk memindahkan gaya dan gerak.

Puli ada 2 jenis yaitu :

1. Puli Tetap

Puli tetap terdiri dari sebuah cakra dan sebuah tali yang dilingkarkan pada alur

di bagian atasnya dan pada salah satu ujungnya digantungi beban, sedangkan

ujung lainnya ditarik ke bawah sehingga beban terangkat keatas.

1. Puli Bergerak

Puli bergerak terdiri dari cakra dan poros yang bebas. Tali dilingkarkan dalam

alur di bagian bawah. Salah satu ujung tali diikatkan tetap dan di ujung

lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan


pada kait yang tergantung pada poros.

Gambar 3.3 Puli


Diameter drum atau puli minimum untuk pemakaian tali baja yang diizinkan

diperoleh dengan rumus :

D e1 . e2 . d ................................................................................. (Lit.1, Hal 41)

dimana : D = Diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm)

d = Diameter tali baja (mm) = 18,6 mm

e1 = Faktor yang tergantung pada tipe alat pengangkat dan kondisi

operasinya = 25

e2 = Faktor yang tergantung pada konstruksi tali = 0,9

maka : D 25 . 0,9 . 18,6

D 418,5 mm

Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh ukuran-ukuran dari puli yang

ditabelkan pada Tabel 3.1 dibawah dengan diameter tali 18,6 mm.
Tabel 3.1 Dimensi Puli

Diameter a b c E h l r r1 r2 r3 r4

18,6 52 38 9,4 1,4 29 14 11,3 4,8 3,6 16 9,6

Sumber : Rudenko,N. 1994. Mesin Pemindah Bahan. Jakarta : Erlangga.

Puli dipasang pada poros (gandar) yang terdapat bantalan tak terbebani

didalam roda puli sehingga bushing roda puli mengalami tekanan yang dicari

dengan rumus :

Q
P= .................................................................. (Lit.1, Hal 72)
l.d g

dimana : p = Tekanan bidang pada poros/gandar roda puli (kg/mm2)

Q = Beban (kg/mm2)

l = Panjang bushing (mm)

dg = Diameter gandar roda puli (mm)

Harga tekanan yang tergantung pada kecepatan keliling permukaan lubang roda

puli ini tidak boleh melebihi nilai yang tercantum didalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tekanan Bidang Yang Diizinkan

V (m/s) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3

P(kg/cm 2 ) 75 70 66 62 60 57 55 54 53 52 51 50 49

Sumber : Rudenko,N. 1994. Mesin Pemindah Bahan. Jakarta : Erlangga.

Kita mengambil kecepatan keliling = 0,3 m/s karena kecepatan angkat =

0,28 m/s, maka tekanan bidang poros sebesar P = 66 kg/cm2. Perbandingan

panjang bushing dengan diameter gandar untuk roda puli kerja adalah :
i
=1,5-1,8 diambil 1,65
dg

Atau : l = 1,65 dg
Q
Maka : dg =
P.l
8000
dg = = 8,57 cm = 85,71 mm
66 . (1,65 d g )

maka : l = 1,65 .85,71 = 141,4215 mm

3.3 Perancangan Drum


Drum pada mekanisme pengangkatan digunakan untuk menggulung tali

atau rantai. Drum untuk tali baja terbuat dari besi cor, tapi terkadang dari besi

tuang atau konstruksi lasan. Dengan memperhitungkan efisiensi gesekan pada

bantalannya 0,95. Diameter drum tergantung pada diameter tali.

Gambar 3.4 Drum

Untuk drum penggerak daya (digerakkan dengan mesin), drum harus

dilengkapi dengan alur heliks sehingga tali akan tergulung secara seragam dan

keausannya berkurang. Drum dengan satu tali tergulung hanya mempunyai satu
arah heliks ke kanan. Drum yang didesain untuk dua tali diberi dua arah heliks, ke

kanan dan ke kiri.

Gambar 3.5 Diagram lengkungan tali baja

Berdasarkan jumlah lengkungan (NB) yang terjadi pada tali baja diperoleh

hubungan perbandingan diameter minimum untuk puli dan drum dengan diameter

tali. Untuk NB = 38, maka :

D min
= 38
d

Dmin = 38 . d = 38 . 18,6 = 706,8 mm

Jumlah lilitan (z) pada drum untuk satu tali adalah :

z= + 2 .................................................................... (Lit.1, Hal 74)


.D
H .i

dimana : H = Tinggi angkat muatan, angka 2 ditambahkan untuk lilitan yang

menahan muatan = 110 m

i = Perbandingan sistem tali = 2

D = Diameter drum minimum = 706,8 mm

45.000 2
+ 2 = 42 lilitan
. 706,8
Maka = z

Panjang alur spiral (helical grove) dihitung dengan rumus :

l = z . s ............................................................................... (Lit.1, Hal 75)


Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh nilai s dari drum dengan

diameter tali 18,6 mm, maka : s = 26 mm

l = 112 . 26 = 2.912 mm

Panjang drum (L) seluruhnya dapat dicari dengan persamaan :

H .i
L= + 7 .s ............................................................................. (Lit.1, Hal 75)
.D

45000. 2
L= + 7 26 = 1,236 mm
.706,8

Tebal dinding drum () dapat ditentukan dengan rumus :

= 0,02 D + (0,6 s/d 1,0 cm); diambil 0,6 cm ................. (Lit.1, Hal 75)
maka : = 0,02 . 70,68 + 0,6

= 2,01 cm = 20mm

Tegangan tekan ( t ) pada permukaan dinding drum adalah :

t =
.s
S
............................................................................. (Lit.1, Hal 76)

dimana : S = Tegangan tarik maksimum pada tali baja = 1288,6 kg

maka : t = = 261,11 kg/cm 2


1288, 6
2,1. 2,35

Jadi, bahan drum dipilih dari besi cor dengan kekuatan tekan maksimum

bahan 1000 kg/cm2.

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tegangan tekan izin lebih besar dari

tegangan tekan t i > t maka drum aman digunakan.


3.4 Perancangan Kait

Kait adalah perlengkapan yang digunakan untuk menggantung beban yang

diangkat. Pada ujung tangkainya terdapat ulir yang digunakan untuk mengikat

bantalan aksial agar kait tersebut dapat berputar dengan leluasa. Kait dapat

mengangkat mulai dari 25-100 ton. Kait terdiri atas beberapa jenis, yaitu :

1. Kait Tunggal (Single Hook) / Kait Standar

Kait ini dibuat dengan cara ditempa pada cetakan rata atau tertutup. Kait

standar dapat mengangkat sampai 50 ton,

2. Kait Ganda (Double Hook)

Kait ini dibuat dengan cara ditempa pada cetakan rata atau tertutup Kait ganda

dapat mengangkat mulai dari 25-100 ton Kait ganda didesain dengan dudukan

yang lebih kecil dari kait tunggal dengan kapasitas angkat yang sama

3. Kait Mata Segitiga (Triangular Hook)

Kait mata segitiga digunakan pada crane untuk mengangkat muatan diatas 100

ton

Gambar 3.6 Kait tunggal/standar


Dalam perencanaan ini, jenis kait yang digunakan adalah kait tunggal.

Karena beban yang diangkat masih dalam batas kemampuan kait tunggal yaitu 12

ton. Bahan kait yang diambil dari bahan S 45 C dengan sifat-sifat material : batas

mulur = 5000 kg/cm2, kekuatan tarik (t) = 7000 kg/cm2. Perencanaan dimensi

kait dapat diambil dari standar N 661 (Kait Tunggal) dari bahan baja. Untuk

beban angkat 12 ton dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh dimensi kait:

d1 = Diameter dalam ulir kait = 59,5 mm

d2 = Diameter tangkai kait = 82 mm

Tangkai kait diperiksa tegangan tariknya pada bagian yang berulir dengan rumus :

4.Q0
.d q
t = 2
< < 500 kg/cm 2 ............................................... (Lit.1, Hal 86)

Dimana : Q 0 = kapasitas angkat maksimum = 7.000 kg

(5,95)
4(8.000)
Maka : t = 2
= 287,6 kg/cm 2

Tegangan tarik yang terjadi pada bagian yang berulir dari tangkai kait :

287,6 kg/cm2 < 500 kg/cm2, masih dalam batas yang diizinkan sehingga kait

aman untuk digunakan

Karena kait yang digunakan untuk mengangkat muatan diatas 5 ton jenis

ulir yang dipakai adalah ulir trapesium. Dengan diameter dalam ulir 59,5 dari

Standar 364 diperoleh :

d0 = Diameter luar ulir kait = 70 mm

t = Kisar ulir = 10

Tinggi minimum mur kait (H) ditentukan oleh tegangan tekan yang
diizinkan pada ulir yang dicari dengan rumus :

4.Q0 t
.(d 0 d1 2 ) p
H= ............................................................ (Lit.1, Hal 86)

dimana : p = Tegangan tekan aman untuk baja; 300-350 kg/cm2, diambil 325

kg/cm 2

= 2,3 cm
.(7.0 2 5,95 2 ).325
4(8.000)1
maka H =

jumlah ulir/lilitan (z) :

H
z= ..................... (Lit.3, Hal 156)
t

2,3
maka : z = = 2,3 = 2 ulir
1

Gambar 3.7 Penampang Kait

Luas penampang berbentuk trapesium ;

h
A= (b 1 +b 2 ) ............. (*) ............................................................ (Lit.3, Hal 163)
2
dimana : h = 2,4 d1 = 2,4 (5,95) =14,28 cm

b1 = 0,9 d1 = 0,9 (5,95) = 5,36 cm

b2 = 2,2 d1 = 2,2 (5,95) = 13,09 cm


Jadi luas penampang I-II :

AI-II = 1,2 d1 (0,9 d1 + 2,2 d1)

maka : AI-II = 3,72 d12 .............................................................................................................. (Lit.3, Hal 163)

AI-II = 3,72 (5,95)2 = 131,69 cm2

Dalam menentukan luas penampang III-IV, juga menggunakan rumus (*):

dimana : h = 2 d1 = 2 (5,95) = 11,9 cm

b1 = 0,9 d1 = 0,9 (5,95) = 5,36 cm

b2 = 1,9 d1 = 1,9 (5,95) = 11,31 cm

maka : AIII-IV = d1 (0,9 d1 + 1,9 d1)

AIII-IV = 2,8 d12 ..................................................................................................................(Lit.3, Hal 163)

AIII-IV = 2,8 (5,95)2 = 99,13 cm2

Tegangan geser () yang terjadi dicari dengan rumus :

Q
= ................................................................................. (Lit.3, Hal 164)
A

Maka : I II = = = 60,74kg / cm 2
Q 8000
AI II 131,69

III IV = = = 80,70kg / cm 2
Q 8.000
AIII IV 99,13

Pemeriksaan tegangan pada bagian kait. Dari konstruksi secara grafis diperoleh :

luas penampang kritis (F) = 104 cm, faktor x = 0,12; dan jaring-jaring mulut kait

a
= 6,5 cm
2

e1 =
h 2b1b2
3b1 + b2
..................................................................... (Lit.3, Hal 163)
14,28. 2(5,36) + 13,09
= 6,14
5,36 + 13,09
Maka : e 1 =
3

Tegangan tarik maksimum di bagian terdalam pada penampang tersebut adalah :

1 =
Q 1 2e1
= 1500 kg/cm2 ........................................... (Lit.1, Hal 88)
F x a

Maka : 1 =
8000 1 2(6,14)
= 605,52 kg/cm 2
104 0,12 13

h b1 + 2b2
2 b1 + b2
e2 = .................................................................. (Lit.3, Hal 162)

14,28 5,36 + 2(13,09)


= 8,14cm
5,36 + 13,09
maka ; e 2 =
3

Tegangan tekan maksimum di bagian terluar pada penampang tersebut adalah :

II = < aman .................................................. (Lit.1, Hal 88)


Q 1 e2
+h
F x a
2

Maka : II = = 251,10 kg/cm 2


8000 1 8,14
104 0,12 6,5 + 14,28

3.5 Perancangan Motor Penggerak

Gambar 3.8 Motor penggerak

Dalam perancangan ini, tenaga penggerak yang digunakan untuk

mengangkat berasal dari daya motor listrik dengan memakai sebuah elektromotor.

Pada kecepatan angkat yang konstan (V = const, gerakan yang seragam), besarnya
daya (N) yang dihasilkan oleh elektromotor dapat dihitung dengan rumus :

75
Q.V
N= .............................................................................. (Lit.1, Hal 234)

dimana : Q = Kapasitas angkat muatan =8.000 kg

= Effisiensi mekanisme pengangkat, diasumsikan 0,8 dengan 3

pasangan roda gigi penggerak ........................ (Lit. 1, Hal 299)

V = Kecepatan angkat muatan, V = 17 m/min = 0,28 m/det

= 37.33 HP
8.000 x0,28
Maka : N =
75.0,8

Maka dipilih elektromotor dengan daya motor ternilai, Nrated = 75 HP, putaran

(nrated) = 1000 rpm disesuaikan dengan standar, jumlah kutub 6 buah, momen

girasi rotor (GDrot = 4,08 kg.m2).

Momen tahanan statik pada poros motor (M) adalah :

M st = 71.620 x = 4.512 kg.cm =45,12 kg.m


63
1000

Bahan poros penggerak dipilih S30C dengan kekuatan tarik bahan t = 5500

kg/cm2.

Tegangan tarik yang diizinkan adalah :

t
ti =
K

Dimana : K = Faktor kemanan, diambil K=8

ti = = 687,5 kg/cm 2
5500
8

Tegangan puntir yang diizinkan adalah :

p = 0,7 ti

p = 0,7(687,5) = 481,25 kg/cm 2


Diameter poros penggerak dapat dicari dengan rumus :

dp 3
0,2. p
M rated

Maka ; d p 3 = 3,81 cm =38,1 mm


5371,5
0,2(481.25)

Diameter poros penggerak dp diambil sebesar 40 mm, maka momen girasi kopling

dapat dicari dengan rumus :

GDcoupl = 4.g .I .................................................................. (Lit.1, Hal 289)

dimana : g = Percepatan gravitasi, g = 9,81 m/s2

I = Momen inersia kopling = 0,01 kg.cm/s2

maka : GD2coupl = 4 (9,81)(0,0001) = 0,039 kg.m2

Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah :

GD2 = GD2rot + GD2coupl

GD2 = 4,08 +0,003 = 4,083 kg.m2

Momen gaya dinamis (Mdyn) ketika start, diperoleh dengan rumus :

GD 2 n 0,97QV 2
M dyn =
nt s
+ ............................................... (Lit.1, Hal 293)
375t s

dimana : = Koefisien pengaruh massa mekanisme transmisi (1,1 s/d 1,25)

n = Kecepatan poros motor dalam keadaan normal = 1000 rpm

Q = Berat penuh muatan pada peralatan pengangkat =6.900 kg

V = Kecepatan normal atau tetap dari mekanisme pengangkat = 0,28 m/s

= Efisiensi mekanisme pengangkat =0,8

ts = Waktu start pada mekanisme pengangkat (1,5-5), diambil =3,25


maka : M dyn = + = 4,3 kg.m
(1,15)(4,08)(1000) 0,975(8.000)(0,28) 2
375(3,25) (1000)(3,25)(0,8)

Momen gaya motor yang diperlukan pada saat start adalah :

M mot = M st + M dyn ................................................................ (Lit.1, Hal 296)

maka : Mmot = 45,12 + 4,3 = 49,42 kg.m

Momen gaya ternilai motor adalah :

M rate = 71.620 x
N rate
n

Maka : M rate = 71.620 x = 5.371,5 kg.m


75
1000

Pemeriksaan motor terhadap beban lebih motor selama start (Mmaks = Mmot) adalah

< 2,5 ...................................................................... (Lit.1, Hal 296)


M max
M rated

= = 0,92
M max 49,42
M rated 53,71

Harga 0,85 berada jauh dibawah batas aman yang diizinkan 2,5 maka

motor aman untuk digunakan.

3.6 Perancangan Transmisi Mekanisme Pengangkat

Pada perancangan transmisi mekanisme pengangkat ini digunakan sistem

roda gigi yang berfungsi untuk mereduksi putaran motor penggerak. Roda gigi

yang dipakai adalah roda gigi lurus 3 tingkat yang terpasang pada poros

elektromotor. Pada sistem pengangkat ini digunakan sebuah elektromotor yang

dipasang pada satu poros yang diantaranya dipasang transmisi roda gigi yang

meneruskan putaran ke drum.


Dari perhitungan sebelumnya, telah diketahui bahwa untuk mekanisme

pengangkat diperoleh :

Daya motor penggerak, N1 = 75 HP = 55,95 kW

Putaran motor, n1 = 1000 rpm.

Kecepatan angkat, V = 0,28 m/s.

Diameter drum, D = 623 mm.

Gambar 3.9 Sistem transmisi roda gigi

Kecepatan tali baja pada drum adalah :

Vd = V . i puli ................................................................... (Lit.1, Hal 234)

dimana : i puli = Perbandingan transmisi puli, i puli >1, diambil 2

V = Kecepatan angkat motor

maka : Vd = 0,28 . 2 = 0,56 m/s.

Putaran drum dapat ditentukan dengan rumus :

nd =
.D
60.Vd
....................................................................... (Lit.1, Hal 235)

nd = = 17,25 rpm
.0,62
60.0,56
Perbandingan transmisi motor dengan drum adalah :

n
i= ................................................................................. (Lit.1, Hal 234)
nd

= 58
1000
i=
17,25

Perbandingan transmisi roda gigi tingkat pertama, kedua dan ketiga diambil i1 = 5;

i2 = 4 dan i3 = 2,9.

Gambar 3.10 Nama-Nama Bagian Roda Gigi

3.6.1 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat I

Daya dari poros elektromotor diteruskan ke poros roda gigi tingkat I,

sehingga dapat direncanakan ukuran-ukuran roda gigi 1 dan 2, transmisi tingkat I

yaitu :

Sudut tekan : = 20

Modul : m = 60

Jumlah gigi roda gigi : z 1 = 12

: z 2 = i 1 .z 1

: 5 x 12 =60

Lebar gigi :b =(6-10) m


=8.(6) =48 mm

Tinggi kepala gigi :h k =m=6 mm

Tinggi kaki gigi :h f =1,25.m

=1,25 (6) =7,5 mm

Kelonggaran puncak :c k = 0,25 . m

=0,25 (6)=1,5 m

Tinggi gigi :H =2m+c k

=2(6) + 1,5 = 13,5 mm

m( z1 + z 2 )
Jarak sumbu poros :a =
2

6(12 + 60)
= = 216 mm
2

Diameter jarak bagi :d 01 =m.z 1

=6 x 12 =72

:d 02 =m.z 2

= 6 x 60 = 360 mm

Diameter kepala : d h1 =( z 1 +2 ) m

= (12+2) 6 = 84

:d h 2 =(z 2 +2) m

=(60+2) 6 = 372 mm

Diameter kaki :d f 1 =d h1 -H

=84-13,5=70,5 mm

:d f 2 =d h 2 -H
= 372 13,5 = 358,5 mm

Jarak bagi lingkaran : t 1 =t 2 = .m

= .6 = 18,84 mm


Tebal gigi : S01=S02=m.
2


= 6. = 9,42 mm
2

3.6.2 Perhitungan Kekuatan Roda Gigi Tingkat I

Perhitungan kekuatan roda gigi tingkat I sangat penting untuk diperiksa

karena saat roda gigi berputar antara roda gigi yang satu dengan yang lainnya

akan terjadi benturan dan gesekan.

Kecepatan keliling roda gigi 1 dan 2 dapat dihitung dengan rumus :

.d 01.n
V = 1
................................................................ (Lit.2, Hal 238)
60 x1000

Dimana : d 01 = diameter jarak bagi lingkaran = 72 mm

n 1 = Putaran motor = 1000 rpm

.72.1000
maka : V= = 3,76 m/det
60.1000

gaya tangensial (F t ) yang berkerja pada roda gigi 1 dan 2 adalah :

102. p
Ft= ..................................................................... (Lit.2, Hal 238)
v

Diaman : P = daya yang ditranmisikasn dari motor penggerak = 55,95 kW

= 1517,79 kg
102.55,95
Maka : F t =
3,67
Faktor dinamis (fv) dimana untuk kecepatan rendah dirumuskan dengan ;

3
3+v
fv= ............................................................................ (Lit.2, Hal 240)

fv= = 0,44
3
3 + 3,76

Tegangan lentur yang terjadi dapat dicari dari rumus :

F t = a .b.m.Y.f v

Atau : 0 =
Ft
b.m.Y . f v

dimana : b = Lebar sisi gigi = 48 mm

m = Modul = 6

Y = Faktor bentuk gigi

Pada roda gigi 1, untuk Z = 12 dengan Y1 = 0,245 maka :

a = = 44,82 kg/mm 2
1517,79
48.6.0,245.0,44

Pada roga gigi 2, untuk Z =60 Y 2 =0,421 maka :

a = = 26,08 kg/mm 2
1517,79
48.6.0,421.0,44

Bahan untuk roda gigi 1 adalah SNC 2 yang memiliki tegangan lentur izin

(a1) = 50 kg/mm2 dan kekuatan tarik (b1) = 85 kg/mm2. Dan bahan untuk roda

gigi 2 bahannya adalah S 45 C yang memiliki tegangan lentur izin (a2) = 30

kg/mm2 dan kekuatan tarik (b2) = 58 kg/mm2.

Besarnya beban lentur yang diizinkan per satuan lebar sisi dapat dihitung

dengan rumus :
Fb = a .m.Y . f v .................................................... (Lit.2, Hal 240)

maka : Fb1 = 50 . 6 . 0,245 . 0,44 = 35,28 kg/mm

Fb2 = 30 . 6 . 0,421 . 0,44 = 36,37 kg/mm

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa tegangan lentur yang diizinkan lebih

besar dari tegangan lentur yang direncanakan sehingga roda gigi aman untuk

digunakan.

3.6.3 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat II

Daya dari poros roda gigi tingkat I diteruskan ke poros roda gigi tingkat II,

dan dengan cara perhitungan yang sama seperti transmisi roda gigi tingkat I dapat

diperoleh ukuran-ukuran roda gigi 3 dan 4, yaitu :

Sudut tekan : =20 0

Modul :m =6

Jumlah gigi roda gigi : z3 = 14

: z4 = 56

Lebar gigi :b = 48 mm

Tinggi kepala gigi : hk = 6 mm

Tinggi kaki gigi : hf = 7,5 mm

Tinggi gigi :H = 13,5 mm

Jarak sumbu poros :a =210 mm

Diameter jarak bagi : d 03 = 84 mm

: d 04 = 336 mm

Diameter kepala : d h3 = 96 mm

: d h4 = 348 mm
Diameter kaki : df3 = 82,5 mm

: df4 = 334,5 mm

Jarak bagi lingkaran : t1=t2 = 18,85 mm

Kelonggaran puncak : ck = 1,5 mm

Tebal gigi : S 01 = 9,42 mm

Putaran poros I adalah n1, dengan ;

i= =
n1 Z 2
n2 Z1

Maka putaran poros II adalah :

n1 Z 1
n2=
Z2

= 200 rpm
1000.12
=
60

Putaran poros III adalah

n3 =
n2 Z 2
Z4

n3 = 200 x = 50 rpm
14
56

Kecepatan keliling roda gigi 3 dan 4 : Vo3 = Vo4 = 4,39 m/s

Gaya tangensial yang dialami : Ft =1291,61 kg

Tegangan lentur yang terjadi : a3 = 36,92 kg/mm 2

: a4 = 23,27 kg/mm 2

Bahan roda gigi 3 yang dipilih adalah SNC 1 dengan tegangan lentur yang

diizinkan a3 = 40 kg/mm2 dan kekuatan tarik b3 = 75 kg/mm2. Bahan roda gigi 4

yang dipilih adalah S 35 C dengan tegangan lentur yang diizinkan a4 = 26


kg/mm2 dan kekuatan tarik b4 = 52 kg/mm2.

Rancangan ini juga aman digunakan karena tegangan lentur yang diizinkan

lebih besar dari tegangan lentur yang direncanakan.

3.6.4 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat III

Daya dari poros roda gigi tingkat II diteruskan ke poros roda gigi tingkat

III, dan dengan cara perhitungan yang sama seperti transmisi roda gigi tingkat II

dapat diperoleh ukuran-ukuran roda gigi 5 dan 6, yaitu :

Sudut tekan : =20 0

Modul :m =6

Jumlah gigi roda gigi : z5 = 16

: z6 = 47

Lebar gigi :b = 48 mm

Tinggi kepala gigi : hk = 6 mm

Tinggi kaki gigi : hf = 7,5 mm

Tinggi gigi :H = 13,5 mm

Jarak sumbu poros :a =189 mm

Diameter jarak bagi : d 03 = 96 mm

: d 04 = 282 mm

Diameter kepala : d h3 = 108 mm

: d h4 = 294 mm

Diameter kaki : d f3 = 94,5 mm

: d f4 = 280,5 mm
Jarak bagi lingkaran : t1=t2 = 18,85 mm

Kelonggaran puncak : ck = 1,5 mm

Tebal gigi : S 01 = 9,42 mm

Putaran poros IV, dengan ;

n4 =
n3 Z 5
Z6

= 17,24 rpm
16
n 4 = 50 x
46,4

Kecepatan keliling roda gigi 5 dan 6 : Vo5 = Vo6 = 5,03 m/s

Gaya tangensial yang dialami : Ft =1134,57 kg

Tegangan lentur yang terjadi : a5 = 30,935kg/mm 2

: a6 = 22,27 kg/mm 2

Bahan roda gigi 5 yang dipilih adalah SNC 1 dengan tegangan lentur yang

diizinkan a5 = 35 kg/mm2 dan kekuatan tarik b5 = 75 kg/mm2. Bahan roda gigi 6

yang dipilih adalah S 35 C dengan tegangan lentur yang diizinkan a6 = 26

kg/mm2 dan kekuatan tarik b6 = 52 kg/mm2.

Rancangan ini juga aman digunakan karena tegangan lentur yang diizinkan

lebih besar dari pada tegangan lentur yang direncanakan

3.6.5 Bantalan Transmisi Roda Gigi

Bantalan poros transmisi berfungsi sebagai penyangga atau penumpu

poros. Untuk perencanaan poros bantalan transmisi roda gigi dibutuhkan sebanyak

29 bantalan, dimana pada setiap poros ditumpu oleh dua hingga empat bantalan.

Untuk mendapatkan bantalan yang sesuai maka terlebih dahulu dicari


besarnya beban nominal dinamis spasifik ( C ) yang harus ditahan bantalan. Pada

gerak hoist terdapat lima putaran,seperti dijelaskan sebelumnya.

- Putaran poros I (n1) = 1000 rpm

- Putaran poros II (n2) = 200 rpm

- Putaran poros III (n3) = 50 rpm

- Putaran poros IV (n4) = 17,25 rpm

Untuk menentukan beban radial maka dapat ditentukan dengan cara seperti

berikut ini (gaya yang bekerja pada poros I )

Gaya total yang ditumpu kedua banatalan adalah :

RA + RB = FRG + WP ; FRG = Fn + WP

RA + RB = Fn + WRG + WP

Dimana :

Fn = Gaya yang terjadi akibat persinggungan antara roda gigi (kg)

WRG = Berat roda gigi (kg)

Wp = Berat Poros (kg)

Gambar 3.11 Gaya pada Roda Gigi


Gaya yang terjadi akibat adanya Momen puntir (gaya tangensial)

Ft =
Mp
(kg ) ................................................................. (Lit.2, Hal 25)
df / 2

Dimana :

Ft = Gaya yang terjadi akibat adanya Momen puntir (gaya tangensial)

(kg)

Mp = Momen puntir (kg.mm)

Df = Diameter lingkar kaki (mm)

Sehingga gaya tangensial yang terjadi adalah :

19.376,1
Ft =
28,5 / 2

Ft =1359,7 kg

Gaya normal yang terjadi (Fn)

Cos
F1
Fn= (kg ) .................................................................. (Lit.2, Hal 237)

Dimana :

Ft = Gaya yang terjadi akibat adanya Momen puntir (gaya tangensial)

(Fn) = Gaya normal yang terjadi (kg)

= Sudut tekan = 20 0

Sehingga

= 1.446.9 kg
1.359.7
Fn =
Cos 20 0

Fn =1.446,9 x 9,81 = 14,194 N

Massa roda gigi (Mrg) :

Mrg = Volum roda gigi x massa jenis


Mrg =

4
(d 0 )
d2 b
7,85
1000
(kg )

Dimana :

(Mrg) = Massa roda gigi (kg)

do = Diameter lingkaran jarak bagi (cm)

d = Diameter poros (cm)

b = Lebar gigi (cm)


Sehingga masa roda gigi diperoleh :


(3.6 2 3,3 2 )4,5
7,85
Mrg =
4 1000

Mrg = 0,06 kg

Berat roda gigi (Wrg)

Wrg = Mrg.g (N)

Dimana :

Wrg = Berat roda gigi (N)

g = Gaya grafitasi bumi =9,81 m/s 2

Maka :

Wrg = 0,06 x 9,81 = 0,5886

Wrg =0,6 N

Massa poros (mp)

mp = massa poros (kg)

d = Diameter poros (cm)

L = Panjang poros = 60 cm

Sehingga :

7,85
mp = (3,3) 2 .60 X .
4 1000
mp =4

Berat poros (Wp)

Wp = m.g (N)

Dimana :

Wp = Berat Poros (N)

M = Massa poros (Kg)

g = Gaya gravitasi bumi = 9,81 m/s2

Maka :

Wp = 4 x 9,81
Wp =39,3 N

Maka gaya reaksi pada bantalan A dan B adalah :

M A = 0

FRG (15) + Wp (30) RB (60) = 0

(Fn + Wrg ) (15) + Wp (30) - RB (60) = 0

(14.194 + 0,6) (15) + 39,3 (30) - RB (60) = 0

214.098
Rb =
60

RB = 3,568,3 N = 3,6 N
Fy = 0
RA + RB = Frg + WP
RA = Frg + WP - RB
RA =14.194 + 39,3- 3,568,3
RA =10.665 N
RA =10,7
Jenis bantalan yang digunakan adalah Single Row Deep Grove Ball Bearing dari

standar Jerman. Alasan pemilihan bantalan Single Row Deep Grove Ball Bearing

adalah :

Mampu menerima beban radial serta beban terpusat

Memiliki kualitas yang baik (tahan aus,gesek dan tahan terhadap korosi).

Mampu digunakan pada putaran yang tinggi

Biaya perawatan yang murah dan pemasangan yang mudah

3.7 Sistem Rem Untuk Mekanisme Pengangkat

Pada pesawat pengangkat ini, rem tidak hanya dipergunakan untuk

menghentikan beban tetapi juga untuk menahan beban pada waktu diam dan

mengatur kecepatan pada saat menurunkannya. Pada perencanaan ini jenis rem

yang dipergunakan adalah jenis rem cakra (disc breake).

Karena rem dipasang pada poros motor, maka daya pengereman statik

(Nbr) adalah :

Q.V .
Nbr = ........................................................................ (Lit.1, Hal 292)
75

Dimana : Q = Berat muatan yang diangkat = 8.000 kg

V = Kecepatan angkat = 0,28 m/det

= Effisiensi total mekanisme = 0,8

= 23,89 HP
8.000.0,28.0,8
Maka : Nbr =
75

Momen statik (Mst) yang diakibatkan beban pada poros rem saat

pengereman adalah :

M st = 71620
N br
.............................................................. (Lit.1, Hal 292)
nbr
Dimana : Nbr = Kecepatan poros pengereman = 1000 rpm

= 1711,24kg.cm = 17,11kg.m
23,89
Maka : Mst = 71.620
1000

Momen gaya dinamik saat pengereman pada poros rem adalah :

.GD 2 .n 0,975.Q.V 2 .
M dyn = + .................................... (Lit.1, Hal 293)
375.t br n.t br

dimana : GD2 = Momen girasi akibat komponen yang terpasang pada poros motor

= 4,47 kg/m2

= Koefisien yang memperhitungkan pengaruh massa mekanisme

transmisi ( = 1,1 s/d 1,25), diambil 1,15

tbr = Waktu untuk pengereman, untuk mekanisme pengangkatan, V>12

m/menit = 1,5 detik

= 9,46kg.m
1,15.4,47.1000 0,975.8000(0,28) 2 .0,8
maka : M dyn = +
375.1,5 1000.1,5

Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :

Mbr = Mst + Mdyn ......................................................... (Lit.1, Hal 297)

Mbr = 17,11 + 9,46 = 26,57 kg.m

Ukuran-ukuran diameter dan lebar cakram dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan dibawah ini :

M br .
2 . . p
b.rm 2 = ................................................................ (Lit.8, Hal 512)

dimana : b = Lebar cakra rem (cm)

rm = Radius rata-rata cakram (cm)

= Koefisien pengereman, (1,75 2)


= Koefisen gesekan, (0,35 0,45)

P = Tekanan permukaan yang diizinkan, (0,5 7)

= 0,2 s / d 0,5 ................................................................ (Lit.8, Hal 512)


b
r

2 .0,4(3.25)
3856(2)
Maka : 0,35 . rm 3 =

= 17,54
1888
r m = 3 0,35

maka : b = 0,2. rm

b = 0,35 . 17,54 = 3,51 cm

Diameter dalam cakram rem adalah :

D1 = 2rm b ........................................................ (Lit.8, Hal 512)


D1 = 2(17,54) 3,51 = 31,57 cm

Diameter luar cakram rem adalah :

D2 = 2rm + b ........................................................ (Lit.8, Hal 512)


D2 = 2(17,54) + 3,51 = 38,59 cm

Gaya dorong aksial (S) untuk permukaan gesek adalah :

z. .rm
M br
S= .............................................................. (Lit.1, Hal 222)

= 153,11kg
2417
Dimana : S =
2(0,45)17,54

Rem harus diperiksa kekuatannya terhadap tekanan satuan (untuk keausan)

Permukaan lingkaran gesek cakram adalah :

F = (R22 R12) ................................................................. (Lit.1, Hal 223)

maka : F = (19,292 15,782) = 386,72 cm2


Tekanan permukaan satuan yang terjadi adalah :

S
P= ................................................................................. (Lit.1, Hal 223)
F

= 0,39kg / cm 2
153,11
Maka : P =
386,72

Harga tekanan permukaan kontak ini masih dalam batas tekanan satuan

yang diizinkan yaitu untuk bahan asbes pada logam P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan

demikian bahan yang dipilih adalah tepat.

h 2b1 + b2
3 b1 + b2
e1= x

h b1 + 2b2
3 b1 + b2
e1= x

Tegangan tarik maksimum pada bagian terdalam pada penampang I adalah :

I = < 1500kg / cm 2
F x
Q 1 2e1
x x

I = < 1500kg / cm 2
F x + 2h
Q 1 2e1
x x

Tegangan geser izin dapat dihitung dengan rumus :

b
a =
Sf1 + Sf 2

dengan :

Sf1 = Faktor keamanan untuk bahan S-C dengan pengaruh massa = 6

Sf2 = Faktor keamanan dengan pengaruh kekasaran permukaan = 2,15

maka :

untuk roda gigi 1 : a = = 6,1kg / mm 2


52
6 + 2,5
untuk roda gigi 2 : a = = 3,53kg / mm 2
30
6 + 2,5

Beban permukaan yang diizinkan per satuan lebar, dapat diperoleh dari persamaan

2z2
Z1 + Z 2
FH=fv.kH.do1

dimana : kH = Faktor tegangan kontak = 0,13 kg/mm

d01 = Diameter jarak bagi lingkaran = 72 mm

= 1,37
2(12)
12 + 60
maka : FH = 0,44 . 0,13 . 72

Luas permukaan roda gigi adalah :

A=b.H

dimana : b = Lebar gigi = 48 mm

H = Tinggi gigi = 13.5 mm

maka : A = 48 .13,5 = 648 mm2

Tegangan geser () yang terjadi pada roda gigi 1 dan 2 adalah :

=
Ft
............................................................................... (Lit.12, Hal 843)
A

Maka : = = 2,34 kg/mm 2


1517,79
648
BAB IV
PERENCANAAN MEKANISME TROLLEY

Trolley dirancang sedemikian rupa sebagai tempat bergantungnya rumah kait,

disamping harus dapat menahan beban yang diangkat, trolley juga berfungsi

sebagai pembawa beban yang melintas diatas rel pada boom/girder dalam arah

horizontal.

Perencanaan mekanisme trolley meliputi perencanaan- perencanaan :

1. Roda Trolley

2. Tali baja

3. Puli

4. Drum

5. Motor penggerak

6. Sistem Tranmisi

7. Sistem Rem

Gambar 4.1 Trolley


4.1 Perencanaan Roda Jalan

Gaya maksimum yang bekerja pada roda trolley adalah :

Q0 + G o
Pmax=
4

dimana : Q0 = Berat muatan = 7.700 kg

G0 = Berat trolley = 500 kg, (Dari hasil survey)

7.700 + 500
Maka : Pmax= = 2.050 kg
4

k = (0,2 s / d 1)v
Faktor perhitungan kecepatan gelinding roda adalah:

dimana : v = kecepatan gelinding roda, direncanakan 1 m/det

k = 0,6 x 1 = 0,6

Bahan roda trolley Cast Iron 35-36 dengan kekuatan tekan, p = 3.500 kg/cm2.

Diameter roda trolley dapat dicari dengan rumus :

p = 600
Pmax .K
b.r

dimana : p = Kekuatan tekan izin pada roda trolley, diambil p = 3.500 kg/cm2

b = Lebar permukaan kerja rel rata atau lebar roda trolley, = 12 cm

600 Pmax .k
Maka : r =
2

p b.r

600 2050. 0,6


r=
2

3.500 12

Jadi,diameter roda trolley :

D = 2 x 2,89 = 5,78 cm
Diameter poros roda trolley dapat ditentukan dengan rumus :

b
10, 2.Pmax .L
d= 3

dimana : L = Jarak plat gantungan dengan roda trolley

(direncanakan L = 12,5 cm).

Dan bahan poros diplih S45C dengan kekuatan tarik t = 5800 kg/cm2. dan

tegangan lentur izin b = 3500 kg/cm2.

Maka : d = 3 = 2,46 cm
10, 2 .2050 . 2,5
3500

Gambar 4.2 Diagram Untuk Menentukan Tahanan Gesek

Tahanan total terhadap gerak trolley pada gerakan normal adalah :

W = W1 + W2

Tahanan akibat gesekan pada roda gerak trolley adalah :

d+2k
W1 = (Q + q + G0)
D

dimana : Q = Berat muatan = 7.700 kg

q = Berat rumah kait (spreader) = 300 kg (Dari hasil survei)

G0 = Berat trolley = 500 kg, (Dari hasil survey)


= Koefisien gesekan flens roda dan rel

Untuk roda bergerak pada bantalan luncur =1,25-1,4; diambil 1,3

= Koefisien gesek pada bantalan roda = 0,1 untuk bantalan luncur

k = Koefisien gesek roda gelinding = 0,05

0,1. 2,9 + 2 ( 0,05)


Maka : W1 = (7.700 + 300 + 500) x 1,3 x = 430,95 kg
10

Momen tahanan relatif terhadap poros roda pada gerakan yang normal adalah :

d
M = (Q + q + G0) + 3
2

+ 0,05 = 2349,05 kg.cm


2,9
Maka : M = (15.400 + 300 + 500) x 0,1 x
2

Tahanan pada puli tali pengangkat (ketika troli yang dibebani bergerak,

roda puli berputar) adalah :


W2 = Son - Soff

Gambar 4.3 Diagram Roda puli Untuk Tali Pengangkat


dimana :

Q+q
S offf = S1= S offf . S2 = S1 . Son = S2 .
2

dimana : = Koefisien tahanan roda puli, untuk puli dengan bantalan peluru atau
rol = 1,02

7.700 + 300
Maka : S off = = 4.000 kg
2

S1 = 4000 . 1,02 = 4080 kg

S2 = 4080 . 1,02 = 4161,6 kg

Son = 4161,6 . 1,02 = 4244,8 kg

Maka :

W2 = 4244,8 4000 = 244,8 kg

4.2 Perencanaan Tali Baja.

Gambar 4.4 Diagram Mekanisme Tali Baja

Tarikan tali akibat berat dan defleksinya (f) sendiri ditentukan dari keadaan

keseimbangan momen :

S=
qr . x2
2.f

dimana : qr = Berat tali per meter panjangnya

x = Setengah panjang tali maksimum yang terdefleksi

f = Defleksi (lengkungan) tali baja yang diizinkan, diambil sebesar :

1 1
f= + X max
100 200

dimana ; xmax = Panjang lengkungan maksimum = 50 m (Dari hasil survey)


Gambar 4.5 Diagram Untuk Menentukan Tarikan Tali

Maka :

Tipe tali baja yang dipilih adalah 6 x 19 + 1 fibre core dengan diameter dr = 12,9

mm serta berat per meter tali qr = 0,64 kg/m.

Maka :

S= = 606,06 kg
0,64.(25)
2. 0,33

Tegangan tali maksimum yang terjadi :

W1 + W2 + S
S max =

dimana : = effesiensi puli, untuk 3 buah puli = 0,927

Maka :

375, 2 + 212 + 606, 06


S max = = 1241 kg
0,927

Beban patah tali baja :

P = Smax.K

dimana : K = Faktor keamanan = 5,5

Maka :

P = 1241 . 5,5 = 6.825,5 kg.

Dari hasil perhitungan diatas, beban patah yang terjadi masih dibawah

beban patah yang diizinkan yaitu, Pb = 10.100 kg. untuk tali baja dengan b =
18.000 kg/cm2.

Tegangan tali baja maksimum yang diizinkan adalah :

Pb
S=
K

= 1.836,36 kg/cm 2
10.100
Sb=
5,5

Tegangan tarik tali baja yang diizinkan :

b
t =
K

t = = 3272,73 kg/cm 2
18.000
5,5

Luas penampang tali baja adalah :

F 114 =
b
S
d
(50.000)
K Dmin

Dari gambar. 3.9 terlihat bahwa jumlah lengkungannya (NB) = 8, sehingga;

d 1
adalah =
Dmin 3

Maka :

F 114 = = 0,74 cm 2
1.241
18.000 1
(50.000)
5,5 31

Tegangan tarik yang terjadi :

t =
S max
F114

t = = 1108,1 kg/cm 2
1241
1,12

Faktor yang tergantung pada jumlah lengkungan tali berulang dari tali
selama periode keausannya sampai tali tersebut rusak (m) :

= m. .C.C1.C 2
D
A=
d

dimana :

A = Perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali = 31

= Tegangan tarik sebenarnya pada tali = 1665,17 kg/cm2

C = Faktor yang memberi karakteristik konstruksi tali baja dan tegangan

tarik bahan kawat, yaitu : C = 0,78

C1 = Faktor yang tergantung diameter tali baja, C1 = 0.93

C2 = Faktor yang menentukan faktor produksi dan operasi tambahan,

C2 = 1,37

Maka : m =
.c.c1.c2
A

m= = 2,81
31
11,08 (0,78)(0,93)(1,37)

Untuk m = 1,87 diperoleh jumlah lengkungan berulang z = 310.000, maka umur

tali baja (N) dapat ditentukan dengan rumus :

N=
a.z 2 . .
z

dimana :

z = Jumlah lengkungan berulang yang diizinkan = 310.000

a = Jumlah siklus rata-rata per bulan = 3400

z2 = Jumlah lengkungan berulang per siklus kerja = 3

= Faktor perubahan daya tahan tali = 0,3

= Perbandingan jumlah lengkungan dengan jumlah putus tali = 2,5


Maka :

= 40,52 Bulan
310.000
N=
3400 (3)(0,3)(2,5)

4.3 Perencanaan Puli

= 31 dan diameter tali baja =


Dmin
Dari diagram lengkungan tali diperoleh
d

12,9 mm, maka diameter drum atau puli minimum :

Dmin = 31 . d

Dmin = 31 . 12,9 = 340 mm

Diameter drum atau puli minimum yang diizinkan diperoleh dengan rumus :

D e1 . e2 . d

dimana :

D = Diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm) = 340 mm

d = Diameter tali baja (mm) = 12,9 mm

e1 = Faktor yang tergantung pada tipe alat pengangkat crane, digerakkan

oleh daya, kondisi operasinya medium = 25

e2 = Faktor yang tergantung pada konstruksi tali Tipe 6 x 19 Fibre core

posisi sejajar = 0,9

Maka :
D 25 . 0,9 . 12,9

D 290,25 mm

Jadi diameter drum atau puli minimum sebesar = 340 mm dapat digunakan

Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh ukuran-ukuran dari puli

ditabelkan pada Tabel 4.1 dibawah dengan diameter tali baja 12,9 mm.
Tabel 4.1 Dimensi Puli
Nama a b C e h L r r1 r2 r3 r4

Ukuran 40 30 7 1,0 25,0 10 8,5 4,0 3,0 12 8

4.4 Perencanaan Drum

Ukuran-ukuran dari drum dapat diperoleh dengan diameter

tali baja 12,9 mm 13 mm untuk alur dalam :

s2 = 19 c2 = 9,5 r2 m= 1,5
Tebal dinding drum dapat ditentukan dengan rumus :

= 0,02 D + (0,6 s/d 1,0 cm); diambil 0,6 cm...

= 0,02 . 34 + 0,8

= 1,28 cm = 12,89 mm

Dari hasil diatas, maka tebal dinding drum yang digunakan adalah 13 mm.

Tegangan tekan pada permukaan dinding drum adalah :


Maka :
t =
.S
S

t = = 510,27 kg/cm 2
1.241
1,28.1,9

Maka bahan drum dipilih dari besi cor dengan kekuatan tekan maksimum bahan

yang diizinkan 1000 kg/cm2

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tegangan tekan izin lebih besar dari

tegangan tekanan ti > t , maka drum aman untuk digunakan.


4.5 Perencanaan Motor Penggerak

Tahanan total untuk menggerakkan trolley :

W = W1 + W2
= 375,2 + 212 = 587,2 kg

Daya yang dihasilkan oleh motor penggerak yang dibutuhkan pada

kecepatan konstan :

75.
W .v1
N=

dimana :

= Effesiensi mekanisme pengangkat, diasumsikan 0,85 dengan 2 pasang

roda gigi penggerak

Vt = Kecepatan jalan trolley (Direncanakan = 1 m/detik)

Sehingga :

N= = 9,3 HP = 7,13 kW
587,2
75.0,85

Dari hasil perhitungan, maka direncanakan sebuah elektromotor

dengan daya (Nrated) = 20 Hp, putaran (nrated) = 980 rpm disesuaikan dengan

standart, jumlah kutub 6 buah, momen girasi motor (GDrot = 1,21 kg.m2). Momen

statis (Mst) poros motor adalah :

M st = 71.620 x
N
n

M st = 71.620 x
7,13
980
M st = 521,07 kg.cm
Bahan poros penggerak dipilih S35C dengan kekuatan tarik bahan P = 5200

kg/cm2

Tegangan tarik yang diizinkan :

t
ti =
K

dimana : K = Faktor keamanan, diambil K = 8

ti =
5200
8
ti = 650kg / cm2
Tegangan puntir yang diizinkan adalah :

k = = 0,7( ti )

= 0,7(650)

= 455kg / cm2

Diameter poros penggerak dp = 30 mm, maka momen girasi kopling dapat

dicari dengan rumus :

GD2coupl = 4.g.I

dimana :

g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

I = Momen inersia kopling ( 0,003 kg.cm/det2)

Maka :

Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah

GD2 = GD2kop + GD2rot


GD2 = 0,011 + 1,21 = 1,221 kg.m2
Momen gaya dinamis (Mdyn) dapat dihitung :
M dyn = +
.GD 2 .n ,975.Q .v 2
375.t s n.t s .

dimana :

= Koefisien pengaruh massa mekanisme transmisi (1,1 / 1,25)

ts = waktu start (1,5 s/d 5), diambil = 3,25

Maka :1,129080615

+
1,15.1, 221.980 0,975(1122,8)(1) 2
M dyn =
372.3,25 (980).3,25.(0,85)

=1,533 kg.m

Momen gaya motor yang diperlukan pada start adalah :

M mot = M st + M dyn

Maka : GDcoupl = 4(9,81)(0,0003) = 0,011 kg.m

M mot = 959,56 + 1,533 = 1.287,763 kg.m

Momen gaya ternilai dari motor (Mrated) adalah :

M rated = 71.620 x
N rated
n rated

M rated = 71.620 x = 1.090,37 kg.m


14,92
980

Pemeriksaan motor terhadap beban lebih selama start adalah ( M maks = M mot )

adalah :

< 2,5
M maks

M rated

= = 1,18
M maks 1.287,76
M rated 1.090,37

Harga 1,18 < 2,5 ; maka motor aman untuk dipakai.


4.6 Perencanaan Transmisi Mekanisme Trolley

Pada perencanaan transmisi mekanisme pengangkat ini digunakan sistem

roda gigi yang berfungsi untuk mereduksi putaran motor penggerak. Roda gigi

yang dipakai adalah roda gigi lurus 2 tingkat roda gigi penggerak yang terpasang

pada poros elektromotor. Pada sistem pengangkat ini digunakan sebuah

elektromotor yang terpasang pada satu poros yang diantaranya dipasang transmisi

roda gigi yang meneruskan putaran ke drum.


Dari perhitungan sebelumnya, telah diketahui bahwa untuk mekanisme trolley

diperoleh :

Daya motor penggerak, N1 = 20 Hp/14,92 kW

Putaran motor,n1 = 980 rpm

Kecepatan gelinding trolley, v = 1 m/det

Diameter drum, D = 340 mm

Kecepatan tali baja pada drum adalah :

Vd = V . i puli

dimana : i puli = Perbandingan transmisi puli, i puli >1, diambil 2

V = Kecepatan angkat motor

Maka : Vd = 1 . 2 = 2 m/det.

Putaran drum dapat ditentukan dengan rumus :

.D
60.Vd
nd =

.0,34
60. 2
nd = 112,34 rpm

Perbandingan transmisi motor dengan drum adalah :

n
i=
nd
= 8,72
980
=
112,34

Perbandingan transmisi roda gigi tingkat pertama, diambil sebesar : i1 = 3, maka

i2= = 2,91
8,72
3

Dengan cara yang sama. Ukuran-ukuran roda gigi mekanisme trolley

direncanakan seperti dibawah ini :

Sudut tekan : = 20 0
Modul :m = 6
Jumlah gigi roda gigi : z1 = 12
: z2 = 36
Lebar gigi :b = 32 mm
Tinggi kepala gigi : hk = 4 mm
Tinggi kaki gigi : hf = 5 mm

Tinggi gigi :H = 9 mm
Jarak sumbu poros :a = 96 mm
Diameter jarak bagi : d01 = 48 mm
d02 = 144 mm
Diameter kepala : dh1 = 56 mm
dh2 = 152 mm
Diameter kaki : df1 = 38 mm
df2 = 134 mm
Jarak bagi lingkaran : t1 = t2 = 15,56 mm
Kelongaran puncak : ck =1,0 mm
Tebal gigi : So1=So2 = 6,28 mm
Putaran poros I adalah n1, dengan :

=
n1 Z 2
i1=
n2 Z 1

maka putaran poros II adalah :


n1 . Z1
n2=
Z2

= 326,66 rpm
980.12
=
36

Kecepatan keliling roda gigi 1 dan 2 : vo3 = vo4 = 2,46 m/det

Gaya tangensial yang dialami :F = 618,63 kg

Tegangan geser yang dialami : = 2,14 kg/mm2

Tegangan lentur yang terjadi : al = 36,53 kg/mm2

al = 23,74 kg/mm2

Bahan roda gigi 3 yang dipilih adalah S 50 C dengan tegangan lentur yang

diizinkan a3 = 37 kg/mm2 dan kekuatan tarik b3 = 62 kg/mm2. Bahan roda gigi 4

yang dipilih adalah S 35 C dengan tegangan lentur yang diizinkan a4 = 26

kg/mm2 dan kekuatan tarik b4 = 52 kg/mm2.

4.6.1 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat II

Daya dari poros roda gigi tingkat I diteruskan ke poros roda gigi tingkat II,

dan dengan cara perhitungan yang sama seperti transmisi roda gigi tingkat I dapat

diperoleh ukuran-ukuran roda gigi 3 dan 4, yaitu :

Sudut tekan : = 20 0

Modul :m =6

Jumlah gigi roda gigi : z1 = 12

= 36

Lebar gigi :b = 32 mm

Tinggi kepala gigi : hk = 4 mm

Tinggi kaki gigi :hf = 5 mm


Tinggi gigi :H = 9 mm

Jarak sumbu poros :a = 96 mm

Diameter jarak bagi : d01 = 48 mm

d02 = 144 mm

Diameter kepala : dh1 = 56 mm

dh2 = 152 mm

Diameter kaki : df1 = 38 mm

df2 = 134 mm

Jarak bagi lingkaran : t1 = t2 = 15,56 mm

Kelongaran puncak :ck =1,0 mm

Tebal gigi : So1 = So2 = 6,28 mm

Putaran poros II adalah :

n3 =
n2. Z 3
Z4

= 112,25 rpm
13
n3 = 326,66 x
38

Kecepatan keliling roda gigi 3 dan 4 : vo3 = vo4 = 0,88 m/det

Gaya tangensial yang dialami : Ft = 1.729,36 kg

Tegangan geser yang dialami : = 6 kg/mm2

Tegangan lentur yang terjadi : al = 67,22 kg/mm2

Bahan roda gigi 3 yang dipilih adalah SNC2 dengan tegangan lentur yang

diizinkan a3 = 70 kg/mm2 dan kekuatan tarik b3 = 85 kg/mm2. Bahan roda gigi 4

yang dipilih adalah SNC22 dengan tegangan lentur yang diizinkan a4 = 50

kg/mm2 dan kekuatan tarik b4 = 100 kg/mm2.


4.7 Sistem Rem Untuk Mekanisme Trolley

Pada mekanisme trolley ini, rem dipergunakan untuk menghentikan laju

mekanisme trolley saat membawa beban. Pada perencanaan mekanisme trolley

ini, jenis rem yang dipergunakan adalah jenis rem blok ganda yang dikatrol

dengan sistem elektromotor.

Daya pengereman statik yang dipakai adalah :

75.
W .v
N br =

dimana :

W = Tahanan total terhadap gerak trolley = 1.122,8

V = Kecepatan gelinding trolley = 1 m/det

= Effisiensi total mekanisme = 0,85

maka :

== 17,61 HP = 13,13 kW
1.122,8 .1
Nbr =
75. 0,85

Momen statis pada saat pengereman adalah :

N br
Mst = 71.620
nbr

= 9,89 kg.m
13,13
Mst = 71.620
980

Momen gaya dinamik saat pengereman adalah :

.GD 2 .n
+
0,975.W .v 2
Mdyn =
375.t br n.tbr

dimana :

tbr = Waktu untuk pengereman, untuk mekanisme pengangkatan, V>12

m/menit = 1,5 detik (mekanisme pengangkat dan penjalan)


= Koefisien efek massa bagian mekanisme transmisi ( = 1,1 1,25)

+ = 30,79 kg.m
1,15 (1,221) 2 .980 0,975.1122,8 (1) . 0,85
Mdyn =
375.1,5 980 .1,5

Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :

Mbr = Mdyn + Mst

Mbr = 30,79 - 9,89 = 20,9 kg.m

Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu ganda dapat

dihitung dengan rumus :

D.
M br
S=

dimana :

= Koefisien gesekan ( 0,35 s/d 0,65)

D = Diameter roda rem (direncakan = 35 cm)

Maka :

= 184,8 kg
22,64
S=
0,35(0,35)

Luas permukaan kontak antara sepatu dan roda rem adalah :

.D.B.
F=
360

Dimana : B = Lebar sepatu (direncanakan= 6cm)

= Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (600 s/d 1200)

Maka :

. 35. 6.60
F= = 109,9 cm 2
360

Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :


= 1,68 kg/cm 2
S 184,8
P= =
F 109,9
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang diizinkan

yaitu untuk bahan asbes pada logam, P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan demikian

bahan yang dipilih adalah tepat.

Ukuran-ukuran diameter dan lebar cakram dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan dibawah ni :

M br .
2 . .P
b.r m 2 =

dimana :

b = Lebar cakra rem (cm)

rm = Radius rata-rata cakram (cm)

= Koefisien pengereman, (1,75 2)

= Koefisen gesekan, (0,35 0,45)

P = Tekanan permukaan yang diizinkan, (0,5 7)

= 0,2 s/d 0,5


b
rm

maka :

2 .0,45 (6)
3393,02 ( 2)
0,2 . rm3 =

= 12,59 cm
400,01
rm= 3
0,2

maka : b = 0,2 . rm

b = 0,2 . 12,59 = 2,51 cm

Diameter dalam cakram rem adalah :

Di = 2rm b

Di = 2(12,59) 2,51 = 22,67 cm


Diameter luar cakram rem adalah :

Do = 2rm + b

Do = 2(12,59) + 2,51 = 27,69 cm

Gaya dorong aksial (S) untuk permukaan gesek adalah :

M br
S=
Z ..rm

Dengan jumlah permukaan gesek (Z) = 2, maka :

= 299,44 kg
3393,02
S=
2(0,45)12,59

Tekanan permukaan yang terjadi adalah :

S
P=
F

dimana :

F = luas permukaan kontak

F = (ro2 ri2)

F = 3,14(13,842 11,332) = 198,47 cm2

maka :

= 1,5 kg/cm 2
299, 44
P=
198,47

Harga tekanan permukaan kontak ini masih dalam batas tekanan satuan

yang diizinkan yaitu untuk bahan asbes pada logam P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan

demikian bahan yang dipilih adalah tepat.


BAB V

PERENCANAAN MEKANISME GERAK SLEWING

Mekanisme pemutar berfungsi untuk membawa komponen kran seperti

boom dan lengan bobot lawan berputar, yang bertujuan untuk memperluas daerah

kerja dan memudahkan pengaturan beban agar tepat sesuai dengan tempatnya.

Tergantung pada desain kompnen pendukung mekanisme pemutar, kran dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Kran berputar bersama dengan pilar tiang pada bantalnya dan terpasang

pada pondasi ataupun dipasang pada kolom bangunan.

2) Kran berputar pada pilar tiang pada bantalannya biasanya terpasang pada

pondasi ataupun terpasang mati pada pondasi atau pada truk kran.

3) Kran berputar pada poros pemutar pusat yang dipasang mati pada

komponen tak berputar, meja putar pada rel yang berbentuk lingkaran dan

dipasang pada pondasi ataupun kruk kran.

Mekanisme pemutar yang dipakai kran ini adalah yang termasuk pada

kelompok tiga, yaitu kran berputar pada poros pemutar pusat yang dipasang mati

pada komponen tak berputar.

Momen tekan terhadap perputaran akibat gaya gesek :

M = (Q + G B .G P ).k. 1
Rs
R

dimana :
Q = Beban muatan keseluruhannya = 14.000 kg

G B = Berat struktur yang diputar meliputi : boom muatan + kabin operator

+ rangka atas = 6.000 + 1.500 + 6.500 kg =14.000 kg

Gcw = Berat boom dan bobot pengimbang = 6.880 + 13.300 = 20.180 kg


k = Koefisien gesek gelinding bantalan rol pemutar = 0,05
Rs = Jari-jari jalur lintasan = 0,6 m
R = Jari-jari rol perputaran = 7,62 cm = 0.07 m
1= Faktor yang memperhitungkan tambahan akibat gesekan pada nap
(untuk rol) atau akibat luncuran lateral rol pada jalur (untuk rol
silindris) = 1,2-1,3
Maka :

M = (14.000 + 14.000 + 20.180) 0,05 1,3 = 11.258,74 kg.m


0,6
0,07

Momen akibat tegangan angin dapat ditentukan dengan rumus :


M = P S mua tan .a + P .S P .S cvw .e g

dimana :
P = Tekanan angin = 40 kg/m2

S cr = Luas bidang yang mengalami tekanan angin pada struktur putar

crane

1
= (55 x 1,4) + (17 x 2,32) + (7.2 + 7.2) =137,44 m2
2

S mua tan = Luas bidang yang mengalami tekanan angin pada muatan = 4 m2

l = Jarak bobot bagian kran yang berputar relatif terhadap meja putar = 1m

S cw = Luas bidang yang mengalami tekanan angin pada pengimbang =0,75 m2


e g = Jarak titik pusat ke bobot pengimbang = 17 m
a = Jangkauan lengan 55 m
Maka :
M = 40.4.55 + 40.(137,44`).1 40.(0,95).17 = 13.651,6 kg.m

Momen perlawanan terhadap perputaran total :


M = M +

= 11.258,74 + 13.651,6 = 24.910,34 kg.m


5.1.Motor Penggerak

Daya motor penggerak yang dibutuhkan :

N=
M .ncr
71620.

dimana :

ncr = Kecepatan putaran struktur putar crane = 0,8 rpm


= Efisiensi penggerak = 0,85

Maka :

N= = 0,32 HP
24.910,34 .0,8
71620.0,85

Maka dipilih motor penggerak dengan daya motor ternilai Nrated = 4.1 HP,

dengan putaran n = 930 rpm dan momen girasi rotor (GD2)rot = 0,18 kg/m2

Momen statik dengan mengacu momen terhadap putaran pada sumbu

bagian crane yang berputar dengan kecepatan ncr terhadap poros motor (atau

pengereman) dengan kecepatan nmot (atau nbr) dapat ditentukan dengan rumus :

M st =
M
i.

Perbandingan transmisi mekanisme :

M st = = = 1162,5
n mot 930
n cr 0,8

Maka :

M st = = 25,2 kg.m
24.910,34
1162,5. 0,85

Disini dipilih kopling fleksibel untuk poros motor dengan diameter poros =30
mm. momen inersia kopling tersebut (Tabel 39 Lit. 1) sebesar I = 0,003 kg.m/s2
Momen girasi kopling :
(GD2)cuopl = I . 4g
= 0,003 x 4(9,81) = 0,11 kg.m2
Momen girasi motor pada poros motor akan menjadi :
(GD2) = (GD2)rot + (GD2)cuopl
= 0,18 + 0,11 = 0,29 kg.m2
Momen inersia beban :

I load = Q.(a 2 + b 2 ) + Q.lboom


1
2

dimana :
a = Panjang beban = 2 m
b = Lebar beban = 2 m
lboom = Panjang lengan = 55 m

Maka :

I load = .12.000.(2 2 + 2 ) + 12.000.55 = 668.000 kg/m 2


1
12

Momen inersia konstruksi boom muatan :

I Gb = G B .(c 2 + d 2 ) + G B .lboo
1
12

dimana :

c = Tinggi struktur boom c = 1,4 m


d = Panjang struktur boom : d = 55 m

Maka :

I GB = 6.000 (1,4 2 + 55 ) + 6.000 55 = 1.843.480 kg/m 2


1
12
Momen inersia bobot pengimbang :

I cw = Gcw .(e 2 + f 2 ) + Gcw .lcw


1
2

dimana : e = Lebar lengan bobot pengimbang = 1,7 m


f = Tinggi lengan bobot pengimbang = 1,8 m
cw = Panjang lengan bobot pengimbang = 17 m
Maka :

I cw = .13.300.(1,7 2 + 1,8 ) + 13.300.17 = 232.894,08 kg/m2


1
12

Momen inersia total :


I total = I load + I G + I cw + I G
B cw

= 668.000 + 1.843.840 + 232.894,08 + 124.867,64


= 2.869.601,72 kg.m2.
Momen dinamik yang dihasilkan pada poros motor selama percepatan ialah :

.GD 2 .n mot .n cr .
M dyn = + I total .............................................. (Lit.1 Hal 298)
375.t s 30.t s . .i

dimana :
GD2= Momen girasi yang dipasang pada motor dan kopling = (0,29kg/m2)
= Koefisien untuk memperhitungkan efek masa mekanisme
transmisi(1,1 2,5 ), diambil 1,15

ncr = Putaran crane ( 0,8 rpm)

t s = Waktu start (5-8) detik, diambil 6,5 detik


i = Perbandingan transmisi
Maka :

.0,8
M dyn = + 2.869.601,72 = 46,91 kg.m
1,15.0, 29.930
375.6,5 30.6,5.930.0,85
Momen gaya start motor yang diperlukan adalah :

Mmot = Mst + Mdyn = 25,2 + 46,91 = 72,11 kg.m

Momen gaya ternilai motor adalah :

M rated = 71.620
N rated
n

M rated = 71.620 = 315,74 kg.cm


4,1
930
Pemeriksaan motor terhadap beban berlebih selama start (Mmaks = Mmot) adalah :

< 2,5
M maks
M daya

= = 0,22
M maks 72,11
M daya 315,74

Dari hasil diatas diperoleh berada dibawah batas yang diizinkan 0,22 < 2,5

5.2. Sistem Rem Mekanisme Slewing


Jenis rem yang digunakan pada mekanisme gerak slewing adalah rem
sepatu elektromagnetik.
Waktu pengereman

t br =
2.n.60
n cr

dimana :
ncr = Putaran struktur putar crane pada kecepatan normal = 0,8 rpm

nt = Bagian dari satu putaran crane dimulai saat motor dimatikan sampai
mekanisme crane terhenti sepenuhnya : untuk crane pelayanan

1
sedang nt = putaran (20 o )
8
1
Maka : t br = 18 0,8.60 = 6,6 detik
2.
0.8

Momen gaya dinamik selama perlambatan pada poros motor adalah :

.ner .
M dyn = +I
.GD 2 n mot
total
375.t br 30.t br .i.
Maka :

.0,8.0,85
M dyn = + 2.869.601,72 = 26.75 kg.m
1,15.0, 29.930
375.6,6 30.6,6.1162,5.
Momen statis yang dibutuhkan untuk pengereman :

m
M st ' = M st =
i.
M st ' = M st = = 25,2 kg.m
24.910,34
1162,5.0,85

Momen gaya yang dibutuhkan untuk pengereman adalah :


M br = M st M dyn

= 25,2 26,75 = -1,55 kg.m


Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu ganda dapat
dihitung dengan rumus :

D.
M br
S=

Dimana :
= koefisien gesekan ( 0,35 atau 0,65)
D= Diameter roda rem (direncanakan = 50 cm)
Maka :

= 4,769 kg
1,55
S=
0,5(0,65)
Luas permukaan kontak antara sepatu dan roda rem adalah :

.D.B.
A=
360
Dimana : B= Lebar sepatu (direncanakan = 20 cm)
= Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (600 s/d 1200)

.32.20.60
A= = 418,66 cm 2
360
Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :

P
P=
S
= 5,56 kg/cm 2
2328,316
=
418,66
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang diizinkan yaitu

untuk bahan asbes pada logam, P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan demikian bahan

yang dipilih adalah tepat.


BAB VI
PERENCANAAN KONSTRUKSI BOOM

6.1 Konstruksi Boom

Boom adalah bagian dari pesawat pengangkat tempat digantungkan sistem

pengangkat. Boom berfungsi sebagai tangan crane yang digunakan untuk

menjangkau, memindahkan, menaikkan, ataupun menurunkan beban. Jadi boom

berfungsi sebagai gantungan (suspensi) serta menaikkan dan menurunkan sistem

pengangkat. Sedangkan sistem pengangkat sendiri berfungsi untuk gantungan

(suspensi) serta menaikkan dan menurunkan beban atau muatan

Berdasarkan cara kerjanya, boom dibagi atas 3 jenis yaitu :

1. Boom dengan radius tetap (fixed radius boom)

2. Boom sebagai suspensi (guyed boom)

3. Boom elevasi (luffing boom)

Berdasarkan konstruksinya, boom dibagi atas 3 jenis yaitu :

1. Boom dengan lengan tetap (boom with fixed arm)

2. Boom dengan lengan yang dapat memanjang dan memendek (telescopic boom)

3. Boom dengan lengan yang dapat dilipat (bent boom)

Berdasarkan jenis material konstruksinya, boom dibagi atas 3 jenis yaitu :

1) Boom dari baja profil (rigid boom)

2) Boom dari pipa baja (round turbular boom)

3) Boom rangka baja, terdiri atas 2 jenis yaitu :


a. Boom rangka tunggal (single frame boom)

b. Boom rangka berganda (assembled frame boom)

Pada perencanan ini boom yang dipergunakan adalah boom dengan lengan

tetap, seperti pada gambar jenis boom ini berdasarkan material konstruksinya
adalah boom rangka baja berganda. Boom jenis ini dapat mengangkat beban lebih

besar. Dalam perencanaan boom ini, perlu diketahui dulu beban akibat berat boom

itu sendiri.

Gambar 6.1 Konstruksi Boom

6.2 Gaya-Gaya Pada Batang Akibat Beban Dan Beratnya Sendiri

Tegangan batang penahan boom dapat dihitung dengan persamaan kesetimbangan

momen terhadap A.

Gambar 6.2 Pembebanan Boom Maksimum


Keterangan gambar :

GE = Berat peralatan : motor, drum dan transmisi troli = 600 kg

= Sudut penyangga boom 1 (28,790)

= Sudut penyangga boom 2 (9,740)

Gb = Berat boom seluruhnya = 6815,06 kg)

Q0 = Kapasitas angkat maksimum kran (7.000 kg)

G0 = Berat rumah kait/spreader (300 kg)

q = Berat troli (500 kg )

M A = 0 ;
G E (5,62) + G (16,6) TB1 sin (12,74) + G B (27,5) + TB2 sin (40,75) = 0
(600) (5,62) + (13.500) (16,6) TB1 sin 28,79 (12,74) + (6000) (27,5) TB2 sin 9,74
(40,75) = 0
3372 + 224.100 8,37 TB1 + 165.000 6,93 TB2 = 0
8,37 TB1 + 6,93 TB2 = 392.472

Gaya yang terjadi terhadap sumbu y :

Fy = 0
FAy + G E + G TB1 sin + G B TB2 sin = 0
FAy + 600 + 13.500 TB1 sin 28,79 + 6000 TB2 sin 9,74 = 0
FAy + 20.100 0,48TB1 0.17 TB2 = 0
FAy =0,48TB10.17 TB2 + 20.100

Gaya yang terjadi terhadap sumbu x :

Fx = 0
TB1 cos TB2 cos = 0
TB1 cos 28,79 TB2 cos 9,74 = 0
0,88TB1 0,98TB2 = 0

Substitusikan persamaan 2 ke persamaan 1 maka :


8,37.(2,057TB2 ) + 5,53TB2 = 900000
11,087TB2 + 5,53TB2 = 900000
TB2 = 54161,4kg
TB1 = 2,057.(54161,4) = 111409,99kg

Gambar 6.3 Pembebanan Boom Akibat Beban Sendiri

Momen gaya terhadap beban sendiri yaitu :

M A = 20.TB1 sin + 40TB2 sin 60.(G B )


M A = 20.(111409,99) sin 15,64 + 40.(54161,4).sin 7,96 60(6815,06)
M A = 491816,19kg.m

Gambar 6.4 Pembebanan Boom Maksimum Yang Diizinkan


Jarak beban maksimum yang diperbolehkan dalam lengan tower crane sewaktu

pengangkatan yaitu :

M Ay = 0
0 = 20.TB1 sin + 40TB2 sin 60.(G B ) X (G0 + Q + q)
0 = 20.(111409,99) sin 15,64 + 40.(54161,4).sin 7,96 60(6815,06) X (15000)
491913,97 = X .15000
X = 32,79 = 32meter

Jadi beban maksimum yang boleh diangkat pada jarak 32meter, apabila

melebihi dari jarak yang ditentukan maka lengan akan mengalami patah.

6.3 Pemeriksaan Kekuatan Konstruksi Boom

Gambar diagram bentang dari batang boom untuk pemeriksaan kekuatan


konstruksi dapat dilihat pada gambar 6.5. di bawah ini :

Gambar 6.5 GayaGaya Setiap Sambungan Pada Boom

Besarnya gaya tiap sambungan adalah :

P=
Fy
s

Dimana : s = jumlah sambungan = 42 sambungan

Maka :

6 .600 + 500 + 300


P= = 176,19 kg
42

Besarnya gaya pada tiap batang adalah :


Kesetimbangan titik A

Fx = 0
0,6
-F AB Cos - FAC = 0
1,86

- FAB = 0,99FAC

Fy = 0
1,76
-F AB Sin -P =0
1,86

0,016FAB = 150
FAB = 9375kg

FAC = = 9469,69kg
9375
0,99

Kesetimbangan titik B

Fx = 0
FAB cos a + FBD = 0
9375(0,99) + FBD = 0
FBD = 9281,25kg

Fy = 0
FBC sin a P = 0
0,016FBC = 150
FBC = 9375kg
Kesetimbangan titik D

Fx = 0
FDE cos a + FBD = 0
0,99FDE + 9281,25 = 0
FDE = 9375kg

Fy = 0
FDC sin a P = 0
0,016FDC = 150
FDC = 9375kg

Kesetimbangan titik E

Fx = 0
FDE cos a FEC = 0
9375(0,99) = FEC
FEC = 9281,25kg

Dengan cara yang sama dapat digunakan untuk menghitung gaya dalam

yang terjadi pada tiap batang. Bahan yang digunakan untuk konstruksi lengan

tower crane yaitu baja karbon S 25 C dengan kekuatan tarik 45 kg/mm2.


6.3.1 Analisa Gaya di Spreader

TB1Sin Q1 TB 2 Sin Q2
TB 1
GB
TB 2

Q1 Q2

TB1cos Q1 TB2 cos Q 2


A
G GE

Gambar 6.6 Gaya-gaya pada Spreader

Fy = 0

Fx = 0

tinjau sb y :

Fy = 0

-G + TB1sin Q1+ TB2sin Q2 GE GB + RAy = 0

RAy = G + GE +GB - TB1sin Q1 - TB2sin Q2

RAy = G + GE +GB (TB1sin Q1 - TB2sin Q2) = 0

= 13.500 + 600 + 6000 (TB1sin Q1+ TB2sin Q2) = 0

(TB1sin Q1+ TB2sin Q2) = 20.100

0,48 TB1 + TB2 0,17 = 20.100 .. (1)

Fx = 0

- TB1cos Q1 - TB2cos Q2 = 0

- 0,88TB1 0,98TB2 = 0
TB 1 TB1Sin Q1
TB 2 Sin Q2
TB 2
G

Q1 Q2
A TB1cos Q1 TB2 cos Q 2
G
16 m 20 m GE
GB + Q + q
30 m

40 m

60 m

Gambar 6.7 Diagram Benda Bebas pada Spreader

MA = 0

GE(l.GE) + G(l.GB) + G(l.G)

- TB1sin Q1 - TB2sin Q2 = 0

600 (5,52)+ 13.500 (16,6) + 6000 (27,5)

- TB1sin Q1 - TB2sin Q2 = 0

3372 + 224.100 +-8,37 TB1+ 165.000- 6,93 TB2 = 392.472 ....(2)

substitusikan 1 dan 2

0,48 TB1 + TB2 0,17 = 20.100

- 0,88TB1 0,98TB2

0,37 (2,057 TB2) + 5,53 TB2 = 900.000

11,087 TB2 + 5,53 TB2 = 900.000

TB2 = 54161, 4 kg

TB2 = 2,057 (54161,4) = 111404,99 kg

Pembebanan maksimum Boom

MA = 20TB1sin Q1 + TB2sin Q2 +60 (GB)


MA = 20(111.409,99)sin Q1 + 40 (54161,4)sin Q2 +60 (6815,06)

MA = 491816,19 kg.m

jadi jarak maksimum agar lengan tower Crane tidak patah

-MAy = 0

0 = 20TB1sin Q1 + 40TB2sin Q2 +60 (GB) + x (GB +Q + q)

0 = 20 (111.404,99)sin 15,64 + 40(54161,4)sin Q2 + 60 (6815,06) + x (15.000)

491913,97 = 15.000 x

x = 991913,97 / 15000

= 32 meter

Konstruksi truss pada spreader sepanjang 60 meter, banyaknya truss =42

panjang tiap bagian truss = 60 / 42 = 1,4 m

tinggi truss = 1,4 m

E 1,4 m
C
D

1,4 m
A B
F

R A
GB

jadi besarnya gaya pada FFB = FBD

jadi FFD = 2 FFB


Tinjau sambungan B

F BD
F EB F EB

F BD F BD = F BF

BF
B GB
F BF

GB

FBD + FEB + FBF + GB = 0

2FBD + FEB + GB = 0

2FBD + 2 FBD + GB = 0

2FBD + 2 FBD + 6815,06 = 0

2FBD + 1,414 FBD = -6815,06

3,414 FBD = -6815,06

FBD = -6815,06 / 3,414

= -1996,21 (arahnya terbalik)

FEB +2 FBD = 2822,64

GB = 6815,06

Tinjau Sambungan D

F FD
F

-F D

FFD - FFD + FDB = 0

FFD = FBE = 2822,64


Tinjau Sambungan F

F FB
F DF
F FE
F FE F DF

F FA F FB F FA

Tinjau Sambungan E

F CE F DE F CE

F EA F EA F EF
F EF

F DE

Tinjau Sambungan C

F CE F CE

F CF F CA
F CF
F CA

Tinjau Sambungan A

F AC
F AE

F AF

F AC
A F AF

F AE R A

Karena struktur kruss A merupakan struktur statik dan konstruksi tiap bagian truss
merupaka persegi sehingga gaya pada tiap sisi truss adalah sama, sedangkan gaya
pada tiap sisi diagonal truss adalah 2 dikali tiap sisi

cth : FBE = 2 FBF


F AC
F AE
F AF

F AC
R A

F AF
F AE
R A

RA + FAF +FAC + FAE = 0

RA + 2FAF +2 FAF = 0

RA = -3,414FAF

RA = -3,414 1996,21

= 6815,06

Analisa gaya pada tali baja drum

FTB2
F TD R A FTB2
TD R A FTB1
FTB1

FTD + FTB2 + RA + FTB1

FDD = FTB1 + (FTB2 + RA )

= 111409,99 + (54161) + 6815,06

= 172386,05

6.4 Perencanaan Counter weight (bobot imbang)

Counter weight (bobot imbang) berfungsi unuk mengimbangi berat dari

pada boom dan beban, Counter weight (bobot imbang)terbuat dari coran beton.

Dalam perancangan tower crane ini, Counter weight (bobot imbang) terpasang di
bagian ujung pada lengan bobot lawan yang terlihat pada gambar 6.8. berikut di

bawah ini.

Gambar 6.8 Lengan Bobot Imbang

Gambar 4.8. konstruksi bobot lawan

Counter Weight

Counter weight (bobot imbang) berfungsi untuk mengimbangi berat boom

(lengan) dan bagian beban yang sedang diangkat. Dalam perancangan tower crane

ini meja putar dan bobot imbang (counter weight) yang terpasang di bagian atas.
Bila tower crane hendak dipindahkan dari site ke site, maka harus dipisah

pisahkan dalam beberapa bagian, kemudian dipasang kembali pada site yang baru.

Kabin operator terdapat pada bagian tengah dari tower. Beberapa tower crane dari

tipe ini mempunyai gerakan trolley sepanjang boom (lengan crane) yang

memudahkan mengatur lempengan besar persis pada tempat yang diinginkan.

Dari hasil survei, bobot imbang terbuat dari coran baja yang massa

berkisar 3 4 ton yang terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar. 6.9 Counter weight

Untuk lebih mengetahui penggunaan bobot imbang (counter weigth) dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini :


Tabel 6.1 Klasifikasi Dari Tower Crane

Bobot lawan yang dibutuhkan untuk sebagai penyeimbang lengan tower crane

FY=0
adalah

.(W A) + .(Gmt ) (G0 + Q + q) = 0


W A + 600 .(2000 + 10000 + 3000) = 0
W A = 14400kg
W A = 15ton

Berat sebuah bobot imbang (counter weight) yang berupa coran beton yaitu 4 ton.

Maka bobot imbang yang dibutuhkan untuk mengangkat beban maksimum yaitu:

4ton.n = 15 ton

n = 3,75= 4 buah

Tegangan batang untuk menyangga beban counter weight yaitu

FY=0
W A + 600 TC.sin = 0
TC.sin 23,62 = 16600
TC = 41430,719kg

Karena batang penyangga (TC) ada dua maka tegangan satu batang penyangga

Yaitu :
= 20715,359kg
41430,719
TC =
2

Panjang lengan yang direncanakan untuk sebagai bobot lawan untuk

pengangkatan beban maksimum adalah :

M A == 0

x.(W A) + 17.(Gmt ) + 16.TC sin = 0


x(W A ) + 17(600) + 16(41430,719) sin 23,62 = 0
x15000 = 275799,99kg
x = 18,38m = 19meter

Tabel 6.2 Panjang, jumlah, dan massa kerangka bobot lawan (hasil
perhitungan)

Jumlah
No Panjang Batang (m) Batang Massa (kg) Massa Total

1 19 2 17,38 660,44
2 1,5 24 3,16 113,76
3 1,2 27 3,16 102,384
4 1,4 22 1,68 51,744
5 15 2 1,68 50,4
6 1 4 5,57 22,28
7 10 2 1,68 16,934
Massa total lengan bobot lawan =1017,94 kg

Tabel 6.3 Berat, panjang, dan jumlah batang boom


No Panjang Batang (m) Jumlah Batang Berat per meter (kg) Berat Total

1 56,8 2 22,2 2521,92


]
2 56,2 1 6,53 366,98

3 2,0 44 5,57 490,16

41 1,7 176 3,89 1163,88

5 1,2 45 3,89 210,06

Berat Boom Total = 6815,06 kg


BAB VII
KESIMPULAN dan SARAN

7.1 Kesimpulan
Jenis mesin pemindah bahan yang direncanakan adalah mesin pengangkat

tipe tower crane sesuai dengan hasil survei pada Proyek Pembangunan Rumah

Sakit Pendidikan USU Jln.Dr. Mansyur.

Berdasarkan spesifikasi tugas, hasil survei, analisa pemeriksaan dan

perhitungan serta standar yang ada dalam perencanaan mesin pengangkat dan

elemen mesin, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah mesin pengangkat dengan

kapasitas angkat 7 ton, secara teoritis dapat dioperasikan pada pembangunan

apartemen bertingkat dengan spesifikasi sebagai berikut :

Karakteristik Utama

Jenis Mesin : Tower Crane


Kapasitas angkat : 7 ton
Kecepatan angkat penuh : 17 m/menit
Radius jangkauan : 60 m
Tinggi angkat : 55 m
Karakteristik Komponen Komponen Utama Mekanisme
1. Tali Baja Mekanisme Pengangkat
Jenis tali : 6 x 37 + 1 fibre core
Diameter : 16,6 mm
Beban patah : 12.500 kg
Tegangan patah : 159 kg/mm2
Berat tali : 0.9 kg/m
Umur tali : 1,5 tahun

2. Tali Baja Mekanisme Trolley


Jenis tali : 6 x 19 + 1 fibre core
Diameter : 16,4 mm
Beban patah : 12000 kg
Tegangan patah : 159 kg/mm2
Berat tali : 0.9 kg/m
Umur tali : 1,5 tahun
3. Tali Baja Mekanisme Trolley
Jenis tali : 6 x 19 + 1 fibre core
Diameter : 16,4 mm
Beban patah : 12000 kg
Tegangan patah : 159 kg/mm2
Berat tali : 0,89 kg/m
Umur tali : 13 bulan
Jenis dan Karakteristik Puli (Cakra)
1. Puli mekanisme Pengangkat
Jenis : Puli tetap dan bebas
Diameter : 418,5 mm
Jumlah : 7 buah
2. Puli Mekanisme Trolley
Jenis : Puli tetap
Diameter : 541 mm
Jumlah : 4 buah
Jenis dan Karakteristik Drum
1. Drum Mekanisme Pengangkat
Jenis : Drum ganda/ Alur standar
Diameter : 418,5 mm
Panjang : 1795,25 mm
Jumlah lilitan : 276 lilitan
Tebal dinding : 18 mm
Bahan : S 35 C
2. Drum Mekanisme Trolley
Jenis : Drum ganda/ Alur standar
Diameter : 541 mm
Tebal dinding : 17 mm
Bahan : Baja Khrom Molybdenum SFCM 80D
Jenis dan Karakteristik Motor Penggerak
1. Motor Penggerak Mekanisme Pengangkat
Daya : 80 kW
Putaran : 1200 rpm
Bahan poros penggerak : S 30 C
Diameter poros penggerak : 8 cm
2. Motor Penggerak Mekanisme Trolley
Daya : 4,5 kW
Putaran : 1200 rpm
Bahan poros penggerak : S 35 C
Diameter poros penggerak : 15 mm
3. Motor Penggerak Mekanisme Slewing
Daya : 30 kW
Putaran : 500 rpm

Jenis dan Karakteristik Rem

Jenis: Rem cakra


1. Rem Mekanisme Pengangkat

Jumlah: Satu
Bahan cakra: Besi cor
Bahan lapisan rem: Asbes
Diamater roda rem: 320 mm
Lebar Sepatu rem: 100 mm
2.Rem Mekanisme Trolley
Jenis : Rem blok ganda
Jumlah : Satu
Bahan rem : Besi cor
Bahan lapisan rem : Asbes
Diamater roda rem : 320 mm
Lebar sepatu rem : 100 mm

3. Rem Mekanisme Slewing


Jenis: Rem sepatu elektromagnetik
Jumlah: Satu
Bahan rem: Besi cor
Bahan lapisan rem: Asbes
Diamater roda rem: 500 mm
Lebar Sepatu rem: 200 mm

7.2 Saran

Adapun saran yang terdapat dalam penulisan skripsi ini adalah :

Terlebih dahulu survey lapangan untuk mendapatkan data dan keterangan

lebih lanjut tentang mesin pemindah bahan yang akan dirancang ulang

Lebih memperbanyak diskusi kepada ahli yang memahami tentang crane

untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas serta mendapatkan

pemahaman secara teoritis dari Tower crane.


DAFTAR PUSTAKA

1. Rudenko, N, Mesin Pengangkat, Erlangga, Jakarta, 1966.


2. Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1997.
3. Muin Syamsir, A, Pesawat Pengangkat, P.T. Raya Grafindo Persada,
Jakarta, 1995.
4. G.M. Maitra, Hand Book of Gear Design, Tata McGrawHill, New Delhi
5. Joseph, E, Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, Jilid 1, Erlangga,
Jakarta, 1986.
6. Joseph, E, Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, Jilid 2, Erlangga,
Jakarta, 1986.
7. George. H. Martin, Setyobakti, Kinemeatika dan Dinamika Teknik, Edisi
Kedua, Erlangga, Jakarta.
8. Rudenko, N, Material Handling Equipment, Moscow, 1964
9. Beer. Ferdinand, P. Johnston, Mekanika Untuk Insinyur, Erlangga,
Jakarta, 1976.
10. United Ropework, Wire Rope, Roterdam, Holland.
11. Dobrovolsky, V, Machine Element, MIR Publisher, Moscow, 1979.
12. Hamrock, Bernard, J, Fundamentals of Machine Elements, WCB
McGrawHill, International Edition, Singapore, 1999.
13. Niemann, Gambar Elemen Mesin, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1994.

Anda mungkin juga menyukai