Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN GELOMBANG TERHADAP

STABILITAS KAPAL AKIBAT PEMINDAHAN RUTE


UNIVERSITAS INDONESIA
Rury Nur Utomo1), Dr. Ir. Sunaryo M.Sc2)
1)
Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik Mesin Universitas Indonesia
2)
Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia

Email : rury.nur@gmail.com

Abstrak
Menyadari tren pembelian kapal feri bekas dari luar negeri untuk dioperasikan di Indonesia dengan
mengabaikan aspek stabilitas kapal ketika memodifikasi dan pemindahan operasi kapal ke rute pelayaran baru
yang hanya mementingkan masalah bisnis menjadi hal sangat penting dipertimbangkan sebagai salahsatu
penyebab kecelakaan kapal tenggelam. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas kapal adalah pengaruh
ketinggian gelombang yang ada dilautan. Oleh karena itu penting dilakukannya analisa stabilitas kapal terhadap
ketinggian gelombang mengacu pada persyaratan International Maritime Organization (IMO). Hasil analisis
menunjukan semakin tinggi ketinggian gelombang yang diberikan terhadap suatu kapal maka kapal pun akan
merespon dengan semakin tingginya besaran maksimum lengan penegak dengan berupaya mempertahankan
sudut maksimum lengan penegak berada untuk mendekati posisi stabil. Kriteria stabilitas berdasarkan
perhitungan stabilitas yang mengacu pada IMO A.749 (18) menyatakan bahwa ada satu poin yang tidak
memenuhi standar persyaratan yaitu sudut maksimum lengan penegak yang kurang dari 25. Selebihnya kapal
ini memenuhi standarisasi stabilitas yang telah ditetapkan oleh IMO, baik itu kriteria tambahan untuk kapal
penumpang. Faktor kenyamanan pun tak luput diperhatikan dimana rolling period kapal ini tidak memenuhi
batas minimum kenyamanan kapal penumpang yaitu 8 second.

Kata kunci: Kapal Feri Ro/Ro; IMO; Stabilitas; Ketinggian Gelombang

Abstract
Aware of trends in the purchase of former ferry from abroad to operate in Indonesia by ignoring aspects
of the ships stability when modifying and operating the ship transfer to the new route which is only concerned
with the bussiness aspects become very important things considered as one of the main causes of the accident
the ship sank. One of the things that affect the stability of the ship is the influence of the waveheight in the
ocean. Therefore it is important to do ship stability analysis of waveheight refers to the requirements of the
International Maritime Organization (IMO). Results of analysis showed the higher height of waves given to a
ship, then the ship will respond by increasing the maximum magnitude of the enforcement arm strives to
maintain the maximum angle it to approach the enforcement arm is stable. Stability criterion based on
calculation of calculation of stability which refers to IMO A.749 (18) states that there is one point that does not
meet the standard requirements of enforcement arm of the maximum angle of less than 25. This meets the
standars of the rest of the ships stability set by the IMO, whether additional criteria for passanger ships. The
comfort factor is not escaped note where the rolling period this ship does not meet minimum passenger ships
convenience limit that is 8 second.

Keywords : Ferry Ro/Ro; IMO; Stability; Waveheight Influence

Latar Belakang dan keamanan ketika pembelian armada kapal


second dari luar negeri yaitu kondisi daerah
Berkaca pada tren peningkatan kualitas pelayaran kapal daerah asal dan daerah pelayaran
jumlah armada kapal feri ro/ro yang ada di dimana kapal akan dioperasikan, sarat air pada
Indonesia yaitu dengan pembelian armada kapal lambung kapal, dan deadweight meliputi bahan
feri ro/ro second asing yang memiliki ruang muat bakar, minyak lumas, air tawar, air minum, bahan
besar kemudian dioperasikan di perairan Indonesia. makanan awak, penumpang, crew dan
Dalam hal ini ada beberapa ketentuan yang berbeda perlengkapan yang dibawanya selama pelayaran
yang mesti diperhatikan menyangkut keselamatan

Analisis pengaruh..., Rury Nur Utomo, FT UI, 2014


karena semua itu mempengaruhi stabilitas kapal Indonesia Ferry diharapkan mampu memberikan
tersebut. gambaran bagaimana menganalisa stabilitas kapal
sesuai dengan kriteria keselamatan IMO sebelum
Pemeriksaan dan pengecekan awal dan sesudah pemindahan operasi kapal ke daerah
sebelum pembelian dan pemindahan operasi kapal pelayarannya yang baru. KMP Jatra III ini dahulu
ini harus dilakukan yaitu meliputi analisis stabilitas dibeli dari pihak Jepang pada tahun 2000 dengan
kapal tersebut dengan kondisi daerah pelayaran nama sebelumnya Shi Zuki dan tahun pembuatan
yang baru dimana kapal tersebut akan dioperasikan 1985. Untuk trayek pelayaran , KMP Jatra III
untuk memenuhi aturanan yang berlaku yaitu dahulunya melayani trayek pelayaran pelabuhan
standar keselamatan International Maritime Merak-pelabuhan Bakaheuni (Lampung), namun
Organization (IMO). Seiring berkembangnya setelah tanggal 29 April 2013 P.T. ASDP Indonesia
teknologi maka dengan memanfaatkan software Ferry resmi melayani rute penyebrangan baru
MaxsurfPro untuk permodelan kapal kemudian dengan jarak yang cukup jauh sepanjang 470 mil
menggunakan software HidromaxPro kita dapat yaitu rute penyebrangan pelabuhan Paciran
mengetahui dan menghitung stabilitas sesuai (Lamongan, Jawa Timur)-pelabuhan Garongkong
dengan aspek yang akan ditentukan guna (Sulawesi Selatan).
memenuhi kriteria keselamatan IMO dan
memberikan rasa nyaman dan aman terhadap Redesign Hull Form Kapal
penumpang di Indonesia.
Dalam pengerjaan skripsi ini dilakukan
Metode Penelitian pembuatan ulang linesplan kapal karena spesifikasi
teknis yang diberikan oleh pihak P.T. ASDP
Berikut ini adalah gambar 1.1 yang hanyalah general arrangement dan principal
menggambarkan alur metode pengerjaan penelitian. dimensionnya.

Data Hidrostatik Kapal


Setelah dilakukan pembuatan ulang
linesplan kapal berdasarkan pendekatan ke general
arrangement didapat karakteristik hidrostatik kapal
ini dengan displascement, wetted Surface Area, Cb,
Cp, Cm, Cwp dan Longitudinal Center of
Bouyancy.

Permodelan Tangki Tangki Dalam


Kapal
Dengan bantuan general arrangement
KMP Jatra III yang ada dapat dibuat permodelan
tangki tangki dan kompartemen dalam kapal ini.
Pemanfaatan teknologi dengan bantuan software
Hydromax memudahkan dalam proses permodelan
tangki tangki ini. Dengan melihat koordinat
tangki dari general arrangement yang ada dan
memasukan koordinat tersebut menyesuaikan
dengan data kapal sebenarnya maka akan terbentuk
susunan permodelan tangki tangki yang ingin
diketahui.

Perhitungan Light Weight Tonnase


(LWT)
Light Weight Tonnase adalah berat dari
Gambar Error! No text of specified style in muatan berat badan kapal, peralatan dan
document..1 Metode Penelitian perlengkapan, serta permesinan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa LWT adalah berat kapal
Perhitungan dan Perancangan kosong tanpa muatan atau consumable. Ada
beberapa muatan berat yang sudah diketahui
Dengan mengambil studi kasus kapal dengan melihat general arrangement dan data
penumpang feri ro/ro Jatra III milik P.T. ASDP register kapal yang sudah ada seperti berat mesin

Analisis pengaruh..., Rury Nur Utomo, FT UI, 2014


kapal, berat anchor equipment, dan berat mesin 15.0
-
1.3
Shaft 1 1 4.910 4.910 1.30
bantu. 00
0
00

Perhitungan Dead Weigth Tonnase Shaft 2 1 4.910 4.910


15.0
-
3.90
1.3
00 00
(DWT) 0

15.0 1.30 1.3


Yang dimaksud dengan DWT adalah berat Shaft 3 1 4.910 4.910
00 0 00
dari muatan, bahan bakar, minyak lumas, air tawar,
air minum, bahan makanan, penumpang, awak Shaft 4 1 4.910 4.910
15.0 3.90 1.3
00 0 00
kapal dan perlengkapan yang dibawanya.
-
5.00 1.3
Perencanaan Loadcase Propeller 1 1 2.630 2.630
0
1.30
00
0

Pengisian loadcase disesuaikan dengan -


koordinat yang sebenarnya mengacu kepada 5.00 1.3
Propeller 2 1 2.630 2.630 3.90
0 00
general arrangement. Pengujian disini dilakukan 0

dengan kondisi kapal yang penuh dengan muatan 5.00 1.30 1.3
penumpang dan kendaraan serta kondisi water Propeller 3 1 2.630 2.630
0 0 00
ballast yang kosong (full payload). Berikut ini
adalah perhitungan loadcase stabilitas kapal. 5.00 3.90 1.3
Propeller 4 1 2.630 2.630
0 0 00

Tabel 1.1 Perencanaan Loadcase Main


22.00 88.00 30.0 0.00 2.0
Engine 4
0 0 00 0 30
Tra Ver Daihatsu
Unit Total Lon
Unit Total ns. t.
Quan Volu Volu g.
Item Name Mass Mass Ar Ar Engine 24.00 26.5 0.00 2.0
tity me me Arm 4 6.000
tonne tonne m m (R/G) 0 00 0 00
m^3 m^3 m
m m
-
Midbody 251.3 30.2 0.00 0.0 Anchor 81.0 4.2
0.001 0.251 1 2.285 2.285 4.50
Bottom 91 30 0 17 Equipment 00 50
0

Midbody 132.4 29.9 0.00 3.8 Anchor 81.0 4.50 4.2


0.001 0.132 1 2.285 2.285
Side 67 32 0 18 Equipment 00 0 50

Midbody 113.9 29.8 0.00 0.8 Outfitting,


0.001 0.114 92.27 92.27 42.1 0.00 3.0
Bilge 32 03 0 37 Accomodat 1
1 1 50 0 00
ons, and O
Stern 232.1 9.53 0.00 2.0
0.001 0.232
Bottom 64 3 0 09 Electrical 53.96 53.96 40.0 0.00 3.6
1
Aggregate 0 0 00 0 00
107.0 10.3 0.00 4.2
Stern Side 0.001 0.107
6 92 0 50 TOTAL 907.0 39.6 0.00 2.6
LWT 00 06 0 94
11.3 0.00 2.0
Stern Bilge 89.2 0.001 0.089
42 0 82

- Truk 110.0 2420. 42.1 0.00 5.5


14.40 0.00 4.8 22
Transom 0.001 0.014 2.11 Trailer 00 000 50 0 00
2 0 11
4
Mobil 88.78 25.0 0.00 8.0
Upper 308.7 58.8 0.00 2.1 45 1.973
0.001 0.309 Sedan 5 00 0 00
midsection 99 69 0 98
Penumpan 56.00 63.2 0.00 8.0
Lower 498.4 57.9 0.00 0.1 700 0.080
0.001 0.498 g 0 25 0 00
midsection 75 78 0 48
Awak 73.7 0.00 9.8
Upper 83.5 0.00 3.6 29 0.080 2.319
2.322 0.001 0.002 Kapal 62 0 00
Bowcone 70 0 81
2567. 42.0 0.00 5.6
240.3 68.6 0.00 4.8 TOTAL
Bulwark 0.001 0.240 104 45 0 45
76 06 0 08

Copy of
25.98 86.1 0.00 4.9
upper 0.001 0.026
8 24 0 32 FORE
Bowcone 67.48 67.48 82.4 0.00 4.5
PEAK 100% 0.081 0.081
3 3 20 0 35
TANK
612.0 612.0 42.1 0.00 2.7
Hull Steel 1
22 22 50 0 50
102.7 100.2 67.4 0.00 0.0
NO 1 0% 0.000 0.000
18 13 48 0 01
BALLAST

Analisis pengaruh..., Rury Nur Utomo, FT UI, 2014


TANK TANK 0

NO 2 FRESH
112.5 109.8 60.7 0.00 0.0 68.78 68.78 68.78 68.78 44.2 2.95 1.1
BALLAST 0% 0.000 0.000 WATER 100%
66 21 70 0 01 2 2 2 2 35 0 00
TANK TANK

NO 3 - NO 1
63.35 61.81 55.1 0.0 392.3 392.3 68.9 0.00 3.5
BALLAST 0% 0.000 0.000 0.78 VOID 100% 0.471 0.471
6 1 04 01 99 99 55 0 66
TANK 7 TANK

NO 3 NO 2
63.35 61.81 55.1 0.78 0.0 402.0 402.0 61.6 0.00 3.3
BALLAST 0% 0.000 0.000 VOID 100% 0.482 0.482
6 1 04 7 01 05 05 89 0 74
TANK TANK

NO 4 - NO 3
71.88 70.13 47.0 0.0 380.3 380.3 55.5 0.00 3.3
BALLAST 0% 0.000 0.000 1.99 VOID 100% 0.456 0.456
8 5 87 01 80 80 84 0 74
TANK 6 TANK

NO 4 NO 4
71.88 70.13 47.0 1.99 0.0 381.3 381.3 49.8 0.00 3.3
BALLAST 0% 0.000 0.000 VOID 100% 0.458 0.458
8 5 87 6 01 12 12 11 0 99
TANK TANK

NO 5 - TOTAL 30.43 1396. 424.8 3010. 2062. 36.4 0.00 1.1


94.39 92.09 18.5 0.2
BALLAST 0% 0.000 0.000 5.68 TANGKI % 131 96 488 942 29 0 18
8 6 63 46
TANK 8
Total 3899. 3010. 2062. 40.8 0.00 4.4
NO 5 Loadcase 000 488 942 66 0 65
94.39 92.09 18.5 5.68 0.2
BALLAST 0% 0.000 0.000
8 6 63 8 46
TANK FS 0.0
correction 00
NO 6 -
148.3 144.7 12.0 1.4
BALLAST 0% 0.000 0.000 2.68 4.4
32 14 64 85 VCG fluid
TANK 6 65

NO 6
148.3 144.7 12.0 2.68 1.4
BALLAST 0% 0.000 0.000
32 14 64 6 85
TANK

NO 1 - Analisa Stabilitas
42.09 42.09 44.57 44.57 37.9 1.1
FUEL OIL 100% 4.15
5 5 8 8 30 02
TANK 1
Dalam menentukan kualitas stabilitas suatu
NO 1
57.73 57.73 61.13 61.13 37.9 0.00 1.1
kapal hal yang paling berpengaruh adalah besarnya
FUEL OIL 100%
TANK
0 0 6 6 02 0 02 gaya yang bekerja untuk mengembalikan kapal
(lengan momen penegak GZ) pada beberapa sudut
NO 1
FUEL OIL 100%
42.09 42.09 44.57 44.57 37.9 4.15 1.1 kemiringan yang diberikan, dengan mengetahui
5 5 8 8 30 1 02
TANK luasan area dibawah kurva GZ.
NO 2 -
Sebagai persyaratan yang wajib, tentunya
38.82 38.82 41.11 41.11 22.2 1.1
FUEL OIL 100%
3 3 3 3 32
5.37
31 stabilitas kapal harus mengacu pada standar yang
TANK (P) 0
telah ditetapkan oleh International Maritime
NO 2
38.82 38.82 41.11 41.11 22.2 5.37 1.1
Organization (IMO). Jadi proses analisa stabilitas
FUEL OIL 100%
TANK (S)
3 3 3 3 32 0 31 yang dilakukan harus berdasarkan dengan standar
IMO (International Maritime Organization) Code
FUEL OIL
TANK 100%
15.16 15.16 16.05 16.05 29.0 0.00 1.1 A.749(18) Ch 3 - Design criteria applicable to all
1 1 5 5 50 0 09
SERVICE ships yang mensyaratkan ketentuan-ketentuan
LUBRICA sebagai berikut:
14.79 14.79 16.08 16.08 31.3 0.00 1.1
TING OIL 100%
6 6 3 3 50 0 07 1. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.1:
STORAGE
a. Luasan pada daerah dibawah
BILGE
100%
14.74 14.74 16.02 16.02 26.7 0.00 1.1 kurva GZ pada sudut oleng 0 -
OIL TANK 4 4 7 7 50 0 11
30 (deg) tidak boleh kurang atau
COF 10.55 10.55 10.55 10.55 41.2
-
1.1 sama dengan 3,151 m.deg,
100% 3.00
TANK 8 8 8 8 00
0
00 b. Luasan pada daerah dibawah
kurva GZ pada sudut oleng 0 -
COF 10.55 10.55 10.55 10.55 41.2 3.00 1.1
TANK
100%
8 8 8 8 00 0 00 40 (deg) tidak boleh kurang atau
sama dengan 5,157 m.deg,
68.78 68.78 68.78 68.78 44.2 1.1
FRESH 100%
2 2 2 2 35 - 00 c. Luasan pada daerah dibawah
WATER 2.95
kurva GZ pada sudut oleng 30 -

Analisis pengaruh..., Rury Nur Utomo, FT UI, 2014


40 (deg) tidak boleh kurang atau Hubungan antara ketinggian gelombang,
sama dengan 1,719 m.deg. sudut maksimum lengan penegak dan besaran
2. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.2: nilai maksimum lengan penegak tersebut adalah
GZ maksimum yang terjadi pada sudut 30 semakin tinggi ketinggian gelombang yang
- 180 (deg) tidak boleh kurang atau sama diberikan terhadap suatu kapal maka kapal pun
dengan 0,2 m. akan merespon dengan semakin tingginya besaran
maksimum lengan penegak dengan berupaya
3. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.3: sudut mempertahankan sudut maksimum lengan penegak
pada nilai GZ maksimum tidak boleh berada untuk mendekati posisi stabil agar mampu
kurang atau sama dengan 25 (deg). lebih mudah mengembalikan kapal ke posisi
semula. Pada posisi separuh sudut maksimum
4. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.4: nilai lengan penegak kapal pun bisa dikatakan sudah
GM awal pada sudut 0 (deg) tidak boleh berada pada posisi sudut bahaya.
kurang atau sama dengan 0,15 m. Melihat ke permasalahan pemindahan rute
yang dilakukan oleh pihak ASDP bahwa kondisi
Tambahan kriteria stabilitas untuk kapal jenis perairan di daerah pelayaran dari pelabuhan Merak-
penumpang: pelabuhan Bakaheuni memiliki ketinggian
1. Sudut kemiringan atau oleng pada gelombang tertinggi yaitu tiga meter sedangkan
perhitungan penumpang dalam kondisi kondisi daerah pelayaran dari pelabuhan Paciran-
penuh ke satu sisi (berkelompok disatu pelabuhan Garongkong memiliki gelombang
sisi) tidak boleh melebihi 10. tertinggi dua meter namun yang membedakan
2. Sudut kemiringan pada nilai putaran atau adalah jarak yang tempuh dari kapal ini. Jarak
belok tidak boleh melebihi 10. tempuh dari pelabuhan Paciran ke pelabuhan
Garongkong lebih jauh daripada pelabuhan Merak
Analisa Hasil Lengan Stabilitas dan ke pelabuhan Bakaheuni yaitu sepanjang 470 mil,
Grafik Stabilitas sehingga kondisi perairan yang memiliki
ketinggian terekstrim dan panjang gelombangnya
Berbagai informasi mengenai KMP Jatra pada daerah laut Jawa jauh lebih panjang dan
III ini dapat diketahui dari hasil lengan stabilitas sering dilewati selama perjalanan. Hal ini jelas
dan kurva stabilitasnya. Kurva ini menggambarkan akan mempengaruhi efek pada stabilitas kapal ini
stabilitas kapal pada masing masing kondisi yang berkaitan pada kenyamanan dan keselamatan.
ketinggian gelombang kapal. Dapat dilihat sebagai
berikut ini:
Analisa Kriteria Stabilitas Kapal
Tabel 1.2 Tabel Hubungan Ketinggian Gelombang Mengacu pada IMO
dengan lengan stabilitas maksimum dan derajat
sudut maksimumnya Tabel 1.3 Tabel Hasil Perhitungan Stabilitas
Menurut Standar IMO
Ketinggian Gelombang Max GZ Max GZ at
(m) (m) (deg)

0 0,909 22,7

0,5 0,904 22,7

1 0,89 22,7

1,5 0,876 22,7

2 0,852 23,6

2,5 0,76 24,5

3 0,795 24,5

Analisis pengaruh..., Rury Nur Utomo, FT UI, 2014


Dari hasil diatas menggambarkan bahwa
kapal ini terlalu cepat melakukan periode oleng
pada kondisi laut tanpa gelombang yaitu sebesar
7,18 second. Adanya perbedaan sebesar 0,1025%
dari periode normal kapal penumpang
penyebrangan yaitu 8,0 second. Dapat dikatakan
bahwa penumpang yang berada di atas kapal ini
akan mengalami kondisi tidak begitu nyaman atau
bahkan terjadinya mabuk laut.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan stabilitas KMP
Jatra III ini yang akan dipindah operasikan rute
Dari analisa kriteria kapal pada tabel - penyebrangannya dari pelabuhan Merak
tabel diatas yang mengacu pada peraturan IMO pelabuhan Bakaheuni ke pelabuhan Paciran
menerangkan bahwa hasil perhitungan stabilitas pelabuhan Garongkong dengan bantuan simulasi
untuk KMP Jatra III pada kondisi tanpa gelombang stabilitas kapal yaitu software Maxsurf dan
sampai kondisi tinggi gelombang terekstrim pada Hidromax berdasarkan pada kriteria International
daerah pelayarannya yaitu 3 meter dinyatakan ada Maritime Organization (IMO) dapat ditarik
satu poin yang tidak memenuhi standar persyaratan kesimpulan sebagai berikut ini:
IMO. KMP Jatra III ini tidak memenuhi standar di 1. Luasan di bawah kurva stabilitas statis
peraturan IMO A.749 (18) Ch.3 Design criteria sampai dengan sudut 30 dengan
appplicable to all ships pada bagian sudut perhitungan kondisi ketinggian gelombang
maksimum lengan penegak yang tidak boleh 0 3 meter memenuhi persyaratan IMO
kurang dari 25. Kapal ini hanya mampu memiliki yaitu lebih dari 0,055 m.rad (3,151
sudut maksimum lengan penegak pada 22,7 m.deg).
dengan kondisi tanpa gelombang. Selebihnya kapal 2. Luasan di bawah kurva stabilitas statis
ini memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan sampai dengan sudut 40 dengan
oleh IMO. perhitungan kondisi ketinggian gelombang
0 3 meter memenuhi persyaratan IMO
yaitu lebih dari 0,090 m.rad (5,157
Analisa Periode Oleng Kapal
m.deg).
Kemudian dapat dilihat dalam menganalisis 3. Luasan area di bawah kurva stabilitas
periode oleng yang terjadi dikapal ini sesuai statis dari sudut 30 sampai dengan sudut
dengan rumus sebagai berikut ini: 40 dengan perhitungan kondisi ketinggian
gelombang 0 3 meter memenuhi
2 x C!" x B persyaratan IMO yaitu lebih dari 0,030
T = m.rad (1,719 m.deg).
g x GM
4. Lengan stabilitas (GZ) pada sudut
Tabel 1.4 Tabel Periode Oleng Berdasarkan kemiringan 30 dengan perhitungan
Ketinggian Gelombang dan Metasentra Awal kondisi ketinggian gelombang 0 3meter
Kapal memenuhi persyaratan IMO yaitu lebih
dari 0,20 m.
Wave Height (m) Initial GMt (m) Periode Oleng 5. Lengan stabilitas maksimum (GZ) tidak
memenuhi stabilitas IMO karena berada
0 3,43 7,18 sec dibawah sudut 25.
6. Tinggi metasentra awal dengan
0,5 3,368 7,25 sec
perhitungan kondisi ketinggian gelombang
1 2,997 7,69 sec 0 3 meter memenuhi persyaratan IMO
yaitu lebih dari 0,15 meter.
1,5 2,703 8,09 sec 7. Sudut oleng pada perhitungan penumpang
yang berkelompok ke satu sisi kapal tidak
2 2,425 8,54 sec
lebih dari 10 dengan perhitungan kondisi
2,5 2,034 8,77 sec ketinggian gelombang 0 3 meter
memenuhi persyaratan IMO. Dengan berat
3 2,2 8,97 sec standar 80 kg per penumpang dan jumlah

Analisis pengaruh..., Rury Nur Utomo, FT UI, 2014


penumpang dalam kapal adalah 700
penumpang. Saran
8. Sudut oleng diperhitungan tidak melebihi
10 saat melakukan turning dengan Adapun saran-saran yang dapat dilakukan
perhitungan kondisi ketinggian gelombang setelah dilakukannya simulasi dan perhitungan
0 3 meter memenuhi persyaratan IMO. stabilitas terhadap ketinggian gelombang masing-
9. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing rute daerah pelayaran antara lain:
pemindahan rute KMP Jatra III dari 1. Perlu diperbaikinya kualitas lengan
pelabuhan Merak pelabuhan Bakaheuni stabilitas maksimum (GZ) kapal ini agar
ke pelabuhan Paciran pelabuhan memenuhi stabilitas IMO yaitu mampu
Garongkong masih diperbolehkan jika berada di atas sudut 25.
dilihat dari pengaruh ketinggian 2. Waktu periode oleng perlu diperhatikan
gelombang terhadap stabilitasnya, hanya agar lebih nyaman bagi para penumpang
saja lengan penegak maksimum yang yang ingin menaiki kapal ini yaitu 8
kurang memenuhi persyaratan. second karena jarak tempuh pemindahan
10. Perlu diperhatikan pada aspek periode ke rute untuk kapal ini cukup jauh. Cara
oleng kapal, kapal ini terlalu cepat memperbaikinya yaitu dengan cara
melakukan periode oleng pada kondisi laut meningkatkan nilai metasentra awal
tanpa gelombang yaitu sebesar 7,18 (GMt) pada kapal ini.
second. Adanya perbedaan sebesar 3. Pada kapal penyebrangan feri ro/ro
0,1025% dari periode normal kapal kondisi ketinggian gelombang sangatlah
penumpang penyebrangan yaitu 8,0 berpengaruh apabila kapal mengalami
second. Dapat dikatakan bahwa oleng maka pintu ramp door harus
penumpang yang berada di atas kapal ini dipastikan kedap air dan dipastikan ketika
akan mengalami kondisi tidak begitu kemiringan dikapal air tidak menyentuh
nyaman atau bahkan terjadinya mabuk deck atau masuk ke area vehicle deck
laut. 4. Kondisi pemuatan khususnya kendaraan
11. Variasi ketinggian gelombang seperti sedan dan truk harus benar-benar
berpengaruh pada besarnya lengan diperhatikan penempatan dan dipastikan
penegak maksimum dan sudut maksimum tidak mengalami pergeseran ketika kapal
lengan penegaknya. Semakin tinggi mengalami oleng karena pergeseran
ketinggian gelombang yang diberikan muatan pada kapal penumpang tidak boleh
terhadap suatu kapal maka kapal pun akan melebihi 10. Seharusnya mobil sedan dan
merespon dengan semakin tingginya truk harus diikat pada ikatan yang sudah
besaran maksimum lengan penegak ada di samping kanan dan kiri kendaraan
dengan berupaya mempertahankan sudut tersebut.
maksimum lengan penegak berada untuk
mendekati posisi stabil agar mampu lebih
mudah membalikan kapal ke posisi Daftar Pustaka
semula.
12. Pada dasarnya kapal ini memiliki lengan Anonimous, Rule International Maritime
penegak yang bernilai positif hingga sudut Organization 1978 London, Edition 2002.
kemiringan 50 dengan asumsi bahwa Anonimous, Rules For Hull Biro Klasifikasi
seluruh struktur utama kapal ini kedap air. Indonesia Vol. II, Edition 2001.
Namun pada kenyataannya jarang atau Anonimous, Materi Pelatihan Stabilitas Kapal
bahkan tidak ada kapal penumpang untuk Marine Surveyor Biro Klasifikasi Indonesia,
penyebrangan di Indonesia yang kedap air 2011
jadi kembali ke persyaratan awal bahwa Dr. C.B. Barrass, Captain D.R. Derrett. Ship
tidak boleh melebihi sudut kemiringan Stability for Masters and Mates, Sixth edition
10. consolidated 2006. Elsevier.

Analisis pengaruh..., Rury Nur Utomo, FT UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai