Anda di halaman 1dari 3

Dasar-Dasar Kefarmasian

Lukita Lestari N., S.Farm

SIFAT FISIKA DAN KIMIA BAHAN OBAT

Faktor Fisikokimia Obat

Dalam membuat sediaan harus diperhatikan sifat-sifat fisikokimia obat

sehingga respons terapi dapat tercapai.

1. Particle size

Bila suatu partikel obat dikurangi sampai menjadi partikel-partikel yang

lebih kecil dalam jumlah besar, luas permukaan total yang dihasilkan meningkat.

Untuk obat yang sukar larut umumnya mengakibatkan peningkatan dalam laju

disolusi. Meningkatnya respons terapi terhadap obat karena ukuran partikel yang

lebih kecil telah dilaporkan untuk sejumlah obat.

Diantaranya tolbutamid, griseofulvin, sulfadiazin dan sulfisoksazol;

kloramfenikol, dan fenotiazin. Untuk mencapai luas permukaan yang meningkat,

seringkali digunakan serbuk micronized dalam produk bentuk sediaan padat.

Serbuk mikronized terdiri dari partikel-partikel obat yang ukurannya dikurangi

sampai kira-kira 5 mikron atau bahkan lebih kecil dari 5 mikron.

2. Water solubility

Jika suatu obat larut dalam air berarti obat tersebut memiliki proses

disolusi yang cepat atau jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada

dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorpsi terutama tergantung pada

kesanggupannya menembus pembatas membran (rate limiting step). Tetapi, jika

suatu obat sukar larut/laju disolusi lambat maka proses disolusinya sendiri

merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorpsi. Dengan demikian,

obat-obat yang sukar larut atau produk obat yang formulasinya buruk dapat

mengakibatkan absorpsi obat tidak sempurna. Disolusi dari suatu zat dapat

digambarkan oleh persamaan Noyes-Whitney:


dc
= K.S (Cs-C)
dt
Dasar-Dasar Kefarmasian
Lukita Lestari N., S.Farm

dc/dt = laju disolusi

K = konstante laju disolusi

S = luas permukaan zat padat yang melarut,

Cs = konsentrasi obat dalam lapisan difusi (yang dapat diperkirakan dengan

kelarutan obat dalam pelarut karena lapisan difusi dianggap jenuh)

C = konsentrasi obat dalam medium disolusi pada waktu t

3. Partition coefficient

Koefisien partisi menggambarkan konsentrasi obat yang larut dalam fase

lemak dibandingkan dengan konsentrasi obat yang larut dalam fase air. Dengan

mengetahui nilai koefisien partisi secara tidak langsung dapat mengetahui jumlah

yang terlarut dan terabsorpsi pada organ target dengan sifat-sifat tertentu.

4. Salt form (bentuk garam)

Garam-garam natrium dan kalium suatu asam organik lemah dan garam-

garam hidroklorida basa organik lemah melarut jauh lebih mudah dibandingkan

dengan asam bebas atau basa bebasnya. Contoh :

- Garam natrium fenobarbital mempunyai laju disolusi kira-kira 800 kali lebih

besar dibandingkan dengan fenobarbital dalam HCl 0,1 N

- Garam natrium tolbutamid mempunyai laju disolusi hampir 10.000 kali lebih

besar dari asam bebasnya dalam HCl 0,1 N

5. Extent of ionization, pKa (Nilai Ionisasi Asam Lemah)

Obat dengan pKa rendah/kecil pada organ dengan pH asam dalam bentuk

tidak terionkan sehingga jumlah yang larut sedikit. Bentuk tidak terionkan

menyebabkan jumlah yang diabsorpsi besar. Sebaliknya apabila obat tersebut

berada dalam usus dengan pH basa maka obat tersebut dalam bentuk terionkan,

dengan demikian akan meningkatkan kelarutan obat dalam cairan tetapi jumlah

yang terabsorpsi sedikit. Kelarutan ini mempengaruhi respons terapi dari obat

tersebut.
Dasar-Dasar Kefarmasian
Lukita Lestari N., S.Farm

6. Polymorphism

Berbagai bentuk polimorfis bahan kimia yang sama umumnya berbeda

banyak sifat-sifat fisikanya, termasuk karekteristik kelarutan dan disolusinya.

Perbedaan ini ditunjukkan obat dalam keadaan padatnya.

Penggunaan bentuk metastabil umumnya menghasilkan kelarutan dan laju

disolusi yang lebih tinggi dari bentuk kristal stabil obat yang sama. Sebaliknya,

polimorf stabil umumnya lebih tahan terhadap degradasi kimia dan karena

kelarutannya yang rendah seringkali dipilih dalam bentuk suspensi. Sulfur dan

kortison asetat merupakan dua contoh obat yang memiliki lebih dari satu bentuk

kristal dan seringkali dibuat dalam bentuk suspensi.

7. Complexity (Bentuk kompleks)

Bentuk kompleks suatu bahan obat, baik dengan senyawa kimia lain

maupun dengan senyawa dalam tubuh dapat mengakibatkan aktivitas terapi yang

berbeda.

Contoh : Insulin

Insulin merupakan suatu protein yang bila dikombinasi dengan zink dalam dapar

asetat, membentuk suatu garam zink-insulin yang tidak larut sama sekali.

Tergantung dari pH larutan dapar asetat, kompleks tersebut dapat berupa

endapan amorf atau kristal.

Keadaan amorf, dikenal sebagai insulin semilente atau suspensi zink insulin cepat

(Prompt Insulin Zinc Suspension, USP) dengan cepat diabsorpsi pada injeksi

intramuskular atau injeksi subkutan. Bahan kristal yang lebih besar disebut

insulin ultralente atau Extented Insulin Zinc Suspension, USP, diabsorpsi lebih

lama dengan lama aksi yang lebih panjang. Dengan mengkombinasi dua tipe dari

berbagai proporsi, dokter sanggup memberikan kepada pasien dengan kerja

insulin baik dari berbagai derajat onset maupun lama aksi.

Anda mungkin juga menyukai