DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
1
KATA PENGANTAR
Laporan ini berisi data-data dan rumusan masalah hasil observasi lapangan
kelompok kami tentang penyakit tertentu yang menjadi epidemi di lingkungan
masyarakat sekitar Puskesmas Tamangapa, penjabaran mengenai Kesehatan
Lingkungan secara subjektif dan objektif berdasarkan fakta yang otentik dan
penuturan dari masyarakat serta nakes Puskesma Tamangapa, serta kesimpulan
dan pandangan kami tentang pokok-pokok permasalahan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Tamangapa.
Tim Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. PROFIL PUSKESMAS
Tamangapa Raya No. 264 Kel. Tamangapa berada dalam wilayah Kecamatan
dan 30 RT, dengan luas wilayah 662 ha. Sedangkan Kelurahan Bangkala terdiri
3
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
B. KEADAAN DEMOGRAFIS
Puskesmas Tamangapa adalah 25.649 orang, terdiri dari 7.488 orang di Kelurahan
bervariasi mulai dari tingkat Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, tamat SD, tidak
tamat SD, hingga tidak sekolah. Adapun mata pencaharian penduduk sebagian
D. UPAYA KESEHATAN
4
Periksa/Ruang Dokter, Ruang Tindakan, Ruang Kepala Puskesmas,
Apotek,/Kamar Obat, Ruang Gizi dan PSM, Poliklinik Gigi, Ruang P2 dan
Kesling, Ruang Tata Usaha, Ruang KIA dan KB, Ruang Laboratorium dan 2 buah
WC.
T
A Laboratorium
Ruan KIA dan KB
M
A WC WC
N
Gambar 2. Denah Puskesmas Tamangapa
secara rinci pada struktur organisasi Puskesmas Tamangapa. Pada wilayah kerja
5
E. VISI DAN MISI PUSKESMAS TAMANGAPA
pelayanan kesehatan.
kesehatan masyarakat.
kesehatan.
6
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Upaya Pengobatan
Kepala Puskesmas
Tata Usaha
* Bendahara
* Inventaris
Unit Pencegahan & Unit Peningkatan & Unit Pemeliharaan Unit Lingkungan, Unit Pelaksana
Unit Perawatan Unit Penunjang
P'berantasan Peny. Kes. Keluarga Kes. Rujukan Penyuluhan & PSM Khusus
* Imunisasi * KIA * Kes. Gigi & Mulut * Kes. Lingkungan * Pelayanan Kartu * Farmasi * Kesehatan Mata
* TB Paru * KB * Pelayanan Darurat * Perkesmas * Kamar Periksa * Laboratorium * Kesehatan Jiwa
* Kusta/Diare/ISPA * Gizi * Rujukan * PKM/Posyandu * Kamar Tindakan
Surveilans * UKS
* DHF * Usila
7
G. ALUR PELAYANAN PUSKESMAS TAMANGAPA
Pasien datang
Pengambilan Kartu
Apotek/Kamar Obat
Pasien pulang
Alur Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Tamangapa
8
BAB II
mendapatkan pengobatan.
2. Pelayanan Imunisasi
3. Sosialisasi KIA
9
4. Pelayanan KB (Keluarga Berencana)
5. Surveilans
6. Kesehatan Lingkungan
7. Gizi
8. Manajemen Puskesmas
bentuk rawat jalan dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
adalah cara berkomunikasi dengan pasien yang datang dari berbagai golongan
untuk menggali penyakit yang dideritanya dan juga cara mendiagnosa penyakit.
Pasien yang datang bervariasi, mulai dari bayi sampai usia lanjut.
10
Gambar 4. Kegiatan Poliklinik diPuskesmas Tamangapa
Kegiatan poliklinik dilaksanakan dari hari Senin hingga hari Sabtu, dimulai
pukul 8 pagi sampai dengan pukul 12 siang, kecuali pada hari Jumat dimulai
pukul 8 pagi sampai dengan pukul 11 pagi. Kegiatan yang dijalankan selama di
poliklinik ini kami dapat mempelajari cara berkomunikasi yang benar dengan
pasien yang datang dari berbagai golongan dan latar belakang, yang menjadi
Puskesmas Tamangapa untuk berobat adalah flu/pilek, batuk, demam, dan sakit
perut. Rata-rata pasien yang datang terdiri dari golongan anak-anak dan usia
11
lanjut. Penyakit yang sering didapatkan selama bertugas di poliklinik adalah
common cold, demam, batuk, dan diare.Selain itu juga terdapat penyakit kulit,
JanuariDesember 2013.
1. ISPA
2. Common Cold
3. Diare
4. Gastritis
5. Dermatitis
8. Hipertensi
10. Vulnus
12
Series1, CC, 1249 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas
Tamangapa
Periode Juli-September 2010
Jumlah
Nama Penyakit
pasien usia lanjut, dimana rata-rata menggunakan bahasa daerah. Hal ini
kebanyakan berasal dari golongan kurang mampu. Hal ini merupakan salah satu
obat di kamar obat/apotek. Akan tetapi apabila pasien ingin membeli obat lain
yang tidak tersedia di puskesmas maka akan diresepkan ke apotik lain. Kamar
13
obat melayani pasien setiap hari senin-sabtu mulai pukul 08.00-12.00 WITA yang
mefenamat, acetosal
Vitamin dan mineral : Vitamin C, B comp, B1, B6, B12, Calcium, SF,
Vitamin K
14
efedrin, tetracain.
15
LAPORAN KASUS I
(ISPA)
IDENTITAS PASIEN
Umur : 2 Tahun
ANAMNESIS
anam)
anam)
PEMERIKSAAN FISIS
16
Tinggi Badan : 65 cm
Berat Badan : 10 kg
Tanda Vital:
PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan Fisis :
17
Nadi : 72 kali/menit
Suhu : 37 C
1. Profil Keluarga
Pasien merupakan anak terakhir dari pasangan bapak Saharuddin dan Ibu
Pekerjaan sehari-hari ayah pasien adalah sebagai buruh harian dan ibu
rumah kayu milik keluarganya yang telah dihuni sekitar 10 tahun. Rumah
pasien dalam keadaan yang kurang baik. Rumah terdiri dari 1 lantai saja.
kamar, dan dapur. Ventilasi dan pencahayaan dirumah pasien masih kurang.
18
Riwayat penyakit dalam keluarga tidak ada.
6. Lingkungan
menggunakan air ledeng untuk dikonsumsi dan air sumur untuk keperluan
19
DISKUSI
karena bakteri. Hal tersebut dapat dilihat dari lingkungan disekitar rumah pasien
pneumonia. Hal tersebut dapat dilahat dari gejala yang dialami pasien seperti
batuk pilek, disertai demam, dan tanpa tarikan dinding dada yang masuk dalam
20
PEMBAHASAN
(ISPA)
A. DEFINISI
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran napas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA adalah bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
Hemofillus, dan Bordetella. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Herpesvirus.
C. EPIDEMIOLOGI
usia dari bayi, anak-anak dan sampai orang tua. Menurut WHO 1981, bahwa
satu dari tiga penyebab kematian anak dibawah lima tahun adalah ISPA dengan
21
pneumonia sebesar 75% dari semua jumlah kematian. Data CBS-UNICEF juga
penyumbang kematian pada anak,terutama pada bayi kurang dari dua bulan.
Dari survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 diketahi bahwa anka
mobiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sebesar
dan pada balita sebesar 36%. Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa
(36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki peringkat kedua (13%).
D. KLASIFIKASI
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
E. PATOFISIOLOGI
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,
bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui
22
udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan
melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
dengan tubuh pejamu. Respon inflamasi pada lokasi infeksi merupakan hasil
ke atas mendorong virus ke arah faring atau reflek oleh laring. Jika reflek
tersebut gagal maka akan merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
F. GEJALA KLINIS
23
Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat
menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan
tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya
berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti
bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan
Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung
3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia
(radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering
juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan
bernapas).
1. ISPA ringan
1. Batuk
b. ISPA sedang
1.Batuk
24
3.Pernapasan cepat
4. Wheezing (mengi)
c. ISPA berat
1. Batuk
3. Pernapasan cepat
4. Wheezing (mengi)
8. Kesadaran menurun
25
G.PENATALAKSANAAN
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
1. Pemeriksaan
mendengarkan anak.
Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa
membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit
untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju
26
2. Pengobatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
3. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
27
Untuk anak usia 2 bulan sampi 5 tahun demam diatasi dengan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
b. Mengatasi batuk
yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok
c. Pemberian makanan
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI
d. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
28
yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu
antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut
diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang
2. Immunisasi.
3. Immunisasi
perbaiki
29
MODUL 2
30
LAPORAN KASUS 2
IDENTITAS PASIEN
Umur : 62 tahun
Bangsa//suku : Bugis
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan utam : Tegang pada leher dan sakit pada lutut kanan
Anamnesis terpimpin
PEMERIKSAAN FISIS
Berat badan : 76 kg
31
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 64x/menit
metabolik
PENATALAKSANAAN :
(dosis?)
garam
Pemeriksaan fisis :
- Nadi : 64x/menit
32
- Suhu : normal ( tidak didpatkan tanda-tanda demam)
mengkonsumsi garam
1. Profil keluarga
Pasien tersebut bernama Ny. Harmin, beliau tinggal bersama dengan keluarga.
Status pendidikan terakhir adalah SD, pekerjaan Ibu rumah tangga (IRT), Ibu
Pekerjaan sehari-hari pasien adalah IRT pasien ini tinggal dirumah yang telah
dihuni sekitar 14 tahun, rumah pasien dalam keadaan baik. rumah terdiri dari 2
lantai, dilantai 1 terdapat ruang keluarga untk bersantai dan ada dapur beserta
kamar tidur dan WC, sedangkan dilantai 2 masih dalam tahap pembangunan.
mencukupi.
33
Ada yang memiliki tekanan darah tinggi dan adek dari ibu Harmi meninggal
karena strok. Ada juga keluarga yg sakit pada lututnya. Keluarga kesan obes
Pola komsumsi makanan tidak teratur (kadang-kadang 2kali sehari atau 1 kali
sehari)
6. Lingkungan
harmin adalah TPS (tempat pembuangan sampah). Tata letak peralatan rumah
cukup baik. Sumber air menggunakan air sumur. Sehari-hari ibu pasien masak
dengn menggunakan kompor gas. Ketika hujan sering banjir, sampah didlam
34
DISKUSI
terdapat pasien Ny. Harmin dengan keluhan utama leher terasa tegang dan sakit
pada lutut kanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda vital yang dilakukan,
faktor risiko untuk hipertensi. Berdasarkan data pada identitas pasien, Ny. Harmin
usia 62 tahun, merupakan usia lanjut yang sangat rentan untuk menderita
sehingga wanita akan lebih beresiko untuk menderita berbagai penyakit seperti
hipertensi.
Pola hidup yang buruk juga akan meningkatkan risiko hipertensi. Kebiasaan
hipertensi. Hal ini terlihat dari postur tubuh pasien yang terkesan obesitas. Selain
itu, pasien juga memiliki kebiasaan makan makanan yang tinggi kadar
35
tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume plasma. Hal ini akan
Selain mengeluhkan tegang pada leher, pasien juga mengeluhkan sakit pada
lutut kananya. Hal ini juga bisa disebabkan oleh peningkatan usia, IMT pasien
yang obesitas, dan aktifitas pasien yang berat. Berdasarkan hasil observasi, pasien
Ny. Harmi memiliki tambahan aktivitas selain mengurus rumah tangga. Ny.
rumahnya.
36
PEMBAHASAN
HIPERTENSI
A. DEFINISI
lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.
(diastole).
B. ETIOLOGI
tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain yang
seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari cukup
37
tinggi. Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor
tekanan darah, sudah diidentifikasi, demikian juga beberapa gen yang jarang yang
berpengaruh besar pada tekanan darah tetapi dasar genetik dari hipertensi masih
tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya
dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet
DASH)). Olah Raga, penurunan berat badan dan menurunkan asupan alkohol juga
stres, konsumsi kafein, dan defisiensi vitamin D kurang begitu jelas. Resistensi
insulin, yang umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari
awal kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu merokok, dan kurangnya air
susu ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi esensial dewasa. Namun,
tidak jelas.
ginjal adalah penyebab sekunder tersering dari hipertensi. Hipertensi juga bisa
38
di antaranya obesitas, henti nafas saat tidur, kehamilan, koarktasio aorta,
konsumsi akar manis (licorice) yang berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan
obat-obat terlarang
C. EPIDEMIOLOGI
1. Person (orang)
segi orang:
pada saat umur seseorang mencapiu paruh baya yakni cenderung meningkat
khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60
tahun keatas.
b. Jenis kelamin. Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin
39
c. Status gizi. Keadaan zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak.
Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan
makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan
protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang
dihindari/dibatasi.
2. Place (tempat)
Yang dimana penduduk yang berdomisil di daerah pesisir lebih rentan terhadap
D. KLASIFIKASI
nilai normal yang dapat diterima (saat ini sistolik 139 mmHg, diastolik 89 mmHg:
40
lihat tabel Klasifikasi JNC7). Bila pengukuran diperoleh dari pemantauan
darah yang lebih tinggi dari kisaran normal. JNC7 (2003) menggunakan istilah
dan/atau diastolik 8089 mmHg, sedangkan Pedoman ESH-ESC (2007) dan BHS
membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan diastolik di bawah 90 mmHg.
derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik
normal dan umumnya terjadi pada kelompok usia lanjut. Pedoman ESH-ESC
(2007) dan BHS IV (2004), mendefinisikan hipertensi derajat ketiga (derajat III)
untuk orang dengan tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg atau tekanan
diastolik di atas 109 mmHg. Hipertensi tergolong resisten bila obat penurun
tekanan darah tertentu tidak mengurangi tekanan darah (menjadi normal) dan
Gestational hypertension atau tekanan darah tinggi yang terjadi pada saat
kehamilan di atas 20 minggu dan protein pada air seni adalah negatip dan harus
41
dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali dengan selang waktu lebih dari 6
jam dan keduanya menunjukkan tekanan darah lebih besar dari 140/90.
hypertension dan jika tekanan diastolik meningkat hingga 98 mmHg atau lebih
ketika kita tiba-tiba bangun dari tidur yang pulas, oleh karenanya pengukuran
tidur, tetapi belum melakukan aktivitas apa pun, kecuali misalnya buang air
E. PATOMEKANISME
dimulai denga nadanya renin yang merupakan enzim yang disimpan di dalam
dimodulasi oleh faktor intra renal (seperti angiotensin II, katekolamin, dan
tekanan perfusi ginjal), dan juga factor ekstrarenal (seperti natrium, klorida,
dan kalium). Sel juxta glomerular berfungsi sebagai alat sensor, dimana pada
penurunan tekanan arteri ginjal dan aliran darah ginjal dapat dikenali oleh
42
distal, peningkatan katekolamin, serta penurunan kalium dan/atau kalsium
intra sel dapat memicu sel juxta glomerular untuk melepaskan renin. Renin
F. GEJALA KLINIS
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
43
G. DIAGNOSIS
Anamnesis:
obesitas, makanan)
Pemeriksaan fisik:
tekanan darah. Posisi terlentang, duduk atau berdiri lengan kanan dan kiri
H. PENANGANAN
44
Target tekanan darah yaitu <140/90 mmHg
Terapi farmakologis:
Terapi farmakologis yang dianjurkan JNC VII yaitu diuretic, terutama jenis
I. PROGNOSIS
maupun tidak langsung yang bisa mengenai jantung, otak, ginjal, arteri perifer,
organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap
reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric
oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan
45
Tabel. Faktor Risiko Kardiovaskular
b) Merokok tahun)
f) Diabetes mellitus
< 60 ml/min
WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang
ke depan :
46
Tabel. Faktor Yang Mempengaruhi Prognosis
J. PENCEGAHAN
Promosi Hipertensi
normal di luar ruang pemeriksaan klinik. Definisi ini arbitrary dan diagnosis
47
besarnya berkisar antara 560% tergantung karakteristik klinik dari populasi
setempat. WCH banyak dijumpai pada usia muda, wanita kurus pada usia
subur. Cara yang baik untuk menghindari adanya WHC adalah melakukan
Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM, (1,2,7) namun cara ini jarang
abnormal
abnormal
abnormal.
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah
untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah 130/80 mmHg.
yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan
penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri
kronik, dan 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung. Sedangkan
menurut National Kidney Foundation (NKF), target tekanan darah yang harus
dicapai adalah 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik dan
48
diabetes, dan < 125/75 mmHg untuk pasien dengan > 1 g proteinuria (Cohen,
2008).
dosis obat antihipertensi yang adekuat, atau kombinasi obat yang tidak sesuai
dapat mengontrol tekanan darah pasien hanya bila pasien tersebut memiliki
kemudahan akses, waktu tunggu yang minimal, dan tanggapan yang positif dari
49
staf pekerja, semua mempengaruhi kepuasan penyedia dan kepatuhan pasien.
Dokter adalah model peran dan harus melatih staf dengan meningkatkan positif
salinan tertulis
d) Dokter dan pasien sepakat mengenai target tekanan darah yang akan
dicapai
perawatan
g) Menekankan :
50
Kontrol tidak berarti menyembuhkan
pengobatan adalah:
pasien,
c) Pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih
Prevensi Hipertensi
tidaklah murah, obat-obat baru amat mahal, dan mempunyai banyak efek
51
Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari epngobatan hipertensi
dankomplikasinya.
normal dalam kisaran yang tinggi (TDS130-139 mmHg atau TDD 85-
tidak aktif secara fisik, atau banyak minum alcohol dan garam.
52
TDS dan TDD sebesar 1,3mmHg dan 1,2 mmHg. Penelitian yangmengikut
mmHg pada usia 15-19 tahundan 10 mmHg pada usia 60-69 tahun.
darah akan lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam percobaan
jangka pendek, penurunan berat badan dan pengurangan NaCl diet juga
jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah
53
asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat
secara keseluruhan.
berat badan sebanyak 9,2 kg. Berolah raga teratur selama 30 menit seperti
rendah pada orang darah normal. Konsumsi alkohol pada orang yang
mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman standar berisi
kaya akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam
54
Penurunan
Sistolik
badan
menit
alkohol
55
2) Menurunkan Berat Badan Berlebih
sebesar 34,3% pada populasi dengan indeks massa tubuh (IMT) normal,
60,6% pada pasien dengan status gizi berlebih, 72,9 % pada pasien dengan
obesitas derajat I, 77,1% pada pasien dengan obesitas derajat 2 dan sebesar
56
3) Diet DASH
Blood Pressure (JNC 7) bagi semua pasien hipertensi. Pola diet mengikuti
pola DASH ini meliputi tinggi buah-buahan, sayuran, produk susu rendah
lemak, rendah asupan lemak dan rendah lemak jenuh, kolesterol, serealia
daging merah, gula, serta minuman manis. Pola diet sesuai DASH ini kaya
sistolik paling tinggi 160 mmHg dan tekanan diastolik 80-95 mmHg,
mmHg dan tekanan diastolik sebesar 3,0 mmHg. Pada penelitian tersebut
Kenapa ada yang ada catatan kaki (referensi) ada yang tidak? --> lengkapi!
57
DAFTAR PUSTAKA
58