Oleh :
POLI GIGI
PUSKESMAS PARIT RANTANG
PAYAKUMBUH
2030
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui laporan “Laporan Evaluasi Kegiatan Program Kesehatan Gigi Dan Mulut
Disetujui oleh;
Kepala Puskesmas Tarok Dokter Pendamping Intership Puskesmas Tarok
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Laporan Evaluasi Kegiatan
Program Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Lansia Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh
dibuat guna untuk memenuhi syarat dalam melengkapi kegiatan Intersip Dokter Gigi Periode 2
Tahun 2023. Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses yang
telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Drg.Nofi Triani selaku dokter pendamping peserta
internship dokter gigi di Puskesmas Tarok, serta bantuan dan dorongan yang telah diberikan
berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita
semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Puskesmas Tarok merupakan salah satu puskesmas yang terdapat di Kota payakumbuh
dengan ruang lingkup kerja yang luas, juga merupakan salah satu puskesmas yang melayani
pemeriksaan kesehatan, rujukan, surat kesehatan dll, baik pasien umum maupun pengguna
layanan BPJS , yang juga merupakan faskes pertama dalam pembuatan rujukan bagi pasien BPJS
Pelayanan Puskesmas Tarok juga baik dengan tenaga kesehatan yang baik, mulai dari
perawat, dokter, alat kesehatan dan obatnya. Puskesmas ini dapat menjadi salah satu pilihan
warga masyarakat Kota Payakumbuh untuk memenuhi kebutuhan terkait kesehatan. Puskesmas
Tarok mempunyai Tugas Pokok dalam Melaksanakan Pelayanan kesehatan pada masyarakat
Kota Payakumbuh, Pembinaan dan Pengembangan Upaya Kesehatan Secara Paripurna Kepada
memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, mewujudkan upaya dan pelayanan kesehatan yang
bermutu, baik upaya kesehatan wajib maupun pengembangan, pelayanan kesehatan dalam
Anak dan KB dengan tujuan Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan bantuan tenaga
kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal terpenting untk mengurangi kematian ibu dan
kematian neonatal dini, Layanan Usia lanjut yang merupakann Pelayanan kesehatan yang di
tujukan salah satunya terhadap kelompok usia lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak
mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya." Perbaikan Gizi juga
mrupakan hal pokok dalam lingkup kerja Puskesmas Tarok bertujuan untuk melakukan
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB ) sehingga mampu menurunkan prevalensi anemia
pada kelompok sasaran rawan terutama ibu hamil, kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan
dan distribusi tablet Fe." Pemberian Imunisasi "Jenis imunisasi yang diberikan adalah DPT-HB
1,2 dan 3, Polio 1,2,3 dan Imunisasi Campak. Juga merupakan agenda rutin dalam lingkup kerja
Puskesmas Tarok, serta " Pelaksanaan BIAS Pada Bulan November tahun 2017 telah terlaksana
imunisasi BIAS Campak pada anak atau sekitar dari sasaran anak SD kelas I di wilayah
Puskesmas Tarok." Selanjutnya Penggunaan akses pelayanan mutu kesehatandi Puskesmas ini
mencakup pelayanan ASKES, Jamkesmas dan PBI, Bpjs . Untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan sekarang ini telah menjangkau sampai ke tingkat kelurahan dengan adanya bidan
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tarok sebagian besar beragama Islam. warga non
muslim, umumnya adalah kaum pendatang dari luar provinsi. di tengah perbedaan suku, agama
dan budaya , aktivitas sosial dari peribadatan penduduk berjalan dengan baik.
Mata pencaharian penduduk beraneka ragam, mulai dari buruh, Petani, pedagang,
wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri, ABRI dan lain-lain. Dengan banyaknya sarana
pendidikan di wilayah kerja puskesmas Tarok juga berpengaruh terhadap perilaku masyarakat
terutama remaja seperti masalah kesehatan reproduksi dan narkoba, dan lain-lain
Sebagai satu bentuk organisasi, Puskesmas Tarok memiliki struktur organisasi yang jelas
dan mengacu pada struktur organisasi tata kerja (SOTK) Dinas Kesehatan Kota
Payakumbuh . struktur organisasi tersebut terdiri dari:
Jumlah unit tergantung pada kegiatan, jumlah tenaga dan fasilitas yang ada. untuk
koordinasi semua unit dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu usaha kesehatan
masyarakat dan usaha kesehatan perorangan. masing masing kelompok diatur oleh koordinator.
1. Sarana fisik
2. Sarana Pendidikan
Wilayah kerja puskesmas memiliki sarana pendidikan dari dari berbagai jenjang. Mulai
dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidika lanjut lanjutan yang tersebar di wilayah
kerja Puskesmas Tarok semua murid dan siswa di semua sarana pendidikan dasar dan lanjutan
adalah sasaran pelayanan kesehatan Puskesmas Tarok, melalui UKS, ukgs, KIA- anak dan
imunisasi. Serta sarana dan prasarana kesehatan, Ketenagaan.
Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat dalam wilayah kerja,
Puskesmas Tarok memiliki sarana dan prasarana yang cukup diantaranya
Berikut Tabel Data jenis pelayanan Kesehatan Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh
6 KB Pemasangan alat KB
seperti suntik, implant,
spiral, pil, kondom dan
pemeriksaan IVA
Dibawah ini merupakan Tabel Waktu dan Jenis Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Tarok
4. Pendanaan
memiliki masalah gigi dan mulut dengan proporsi usia 55-64 tahun sebanyak 61,9% dan usia
>65 tahun sebanyak 54,2%.lPenyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang menyerang segala
kelompok umur baik pada anak-anak sampai dewasa tak terkecuali pada kelompok lansia. Salah
satu masalah kesehatan pada lansia adalah karies gigi dan penyakit periodontal, karies dan
penyakit gigi lainnya, Penyakit gigi dan mulut masih menjadi persoalan di Indonesia sebab
berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, tingkat prevalensi karies di
Lansia adalah setiap orang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat
berbeda dengan kelompok usia lainnya. Pengetahuan merupakan faktor yang membentuk
perilaku seseorang. Perilaku seseorang memiliki peranan penting dalam menetukan kesehatan
gigi mulut. Salah satu kondisi yang sering terjadi pada rongga mulut lansia yaitu kehilangan gigi
yang disebabkan oleh karies gigi., berdasarkan Survey laporan tahunan 2019, tingkat prevalensi
karies mencapai 90,05%. Dalam suatu penelitian menyatakan penyakit karies dapat
meningkatkan risiko stroke lebih dari 50% pada orang berusia 25-54, hal ini disebabakan bakteri
pada penyakit karies dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran kapiler-kapiler
sampai ke otak, Beberapa peneliti menyebutkan 95% penderita penyakit gigi dan mulut bermur
umur lebih 65 tahun mempunyai penyakit gigi dan mulut, dan 70% penderita lansia
membutuhkan perawatan gigi dan mulut yang tepat dalam mengembalikan fungsi giginya
(Astoeti, 2004).
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit gigi dan mulut pada lansia yakni
dengan melakukan pendekatan dari tenaga kesehatan terutama dokter gigi tentang pentingnya
kesehatan gigi dan mulut. Hal ini juga dapat dilakukan dengan pembentukan kader-kader
kesehatan gigi dan mulut yang berperan dalam memantau kesehatan gigi lansia dalam kegiatan
posyandu lansia.
Tabel 1.11 Jumlah Kunjungan Pasien Lansia Poli Gigi Puksesmas Tarok Pada Bulan Maret
2023
Berdasarkan tabel diatas kasus tertinggi adalah penyakit Nekrosis pulpa dimana jumlah
kasus 17 orang dalam satu bulan dengan persentase 38 % dan kasus terendah adalah pulpitis
dimana jumlah kasus 8 dengan persentase 18 % pada tbulan maret tahun 2023 di bagian poli
gigi Puskesmas Tarok. Dengan jumalah kunjungan pasien lansia pada bulan maret yang datang
berkisar 200 orang perbulan, hanya 30% dari jumlah kunjungan yang ingin melakukan
pemeriksaan gigi dan mulut.
Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit gigi dan mulut pada
lansia yakni dengan melakukan pendekatan baik melalui Poswindu, dengan melakukan kegitan
cek rutin kesehehatan lansia di wilayah kerja Puskesmas Tarok.
Perilaku Lingkungan
1.Kurangnya
2.Kesibukan
pengetahuan
masyarakat atas
masyarakat tentang
kepekerjaannya 1.Dukungan masyarakat
kesehatan gigi dan
mulut. 2.Dukungan keluarga
1. Masih banyaknya lanjut usia dengan kondisi nekrosis pulpa dan membutuhkan
2. Masih banyak lanjut usia yang jarang memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara
Bagaimana cara meningkatkan Kesehatan Gigi dan Mulut pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Tarok ?
1.10 Tujuan
Dokter gigi mampu mengaplikasikan ilmu ditengah-tengah masyarakat dan menjadi tenaga
medis profesional yang pada gilirannya bisa menjawab masalah yang ada dihadapannya sehingga
2. Memperoleh gambaran atau profil tentang kesehatan gigi dan mulut serta faktor-
1.11. Manfaat.
1. Membantu pencatatan dan pelaporan mengenai program kesehatan gigi dan mulut
Puskesmas Tarok
2. Membantu pihak Puskesmas menyusun dan merencakan program kesehatan gigi dan
TINJAUAN PUSTAKA
Penuaan merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh seluruh manusia dan tak dapat
dihindarkan. Proses menua akan terjadi terus menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Lanjut usia merupakan periode akhir dari
kehidupan seseorang dan setiap individu akan mengalami proses penuaan dengan terjadinya
perubahan pada berbagai aspek fisik/fisiologis, psikologis, dan sosial. Secara biologis, penduduk
lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunya daya tahan fisik disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
Menurut World Health Organization (WHO), batasan-batasan usia lanjut terdiri dari
empat golongan, yaitu usia pertengahan (middle age) yang merupakan kelompok usia antara 45-
59 tahun; lanjut usia (elderly age) yang merupakan kelompok usia antara 60-74 tahun; usia tua
(old age) yang merupakan kelompok usia antara 75-90 tahun; dan usia sangat tua (very old) yang
berikut :
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
Sistem mastikasi terdiri atas gigi geligi, mukosa mulut, kelenjar ludah, sistem
neuromaskular, tulang alveolar dan temporomandibular. Proses penuaan akan merubah struktur
dan keadaan rongga mulut baik bersifat fisiologis maupun patologis yang umumnya sulit
dibedakan. Proses penuaan fisiologis pada seluruh sistem tubuh bersama-sama dengan faktor
lokal, dapat mempengaruhi struktur dan fungsi rongga mulut. Perubahan pada sistem mastikasi
pada lansia juga dipengaruhi oleh kebiasaan, kebersihan rongga mulut dan lingkungan
(Bahar,2008).
Proses penuaan menyebabkan perubahan struktur dan tampilan gigi geligi. Beberapa
keadaan yang umumnya terjadi pada gigi seiring pertambahan usia, misalnya perubahan warna
menjadi gelap atau kekuningan. Seringkali terjadi keretakan, yang bersama dengan produk
korosif akan menyebabkan perubahan warna. Menipisnya lapisan enamel dapat disebabkan atrisi,
erosi atau abrasi. Hal ini akan berlanjut dengan tereksposnya dentin yang menyebabkan
terbentuknya dentin sekunder yang dalam waktu jangka lama menyebabkan gigi kurang sensitif
akan tetapi lebih rapuh, sehingga lebih beresiko terhadap terjadinya karies dan fraktur. Oral
mukosa akan menjadi lebih tipis, halus, dan kering, sehingga lebih rentan terhadap trauma.Pada
lidah terlihat penurunan ketebalan epitel, penyederhanaan struktur epitel dan rete peg yang
kurang menonjol, sehingga lidah terlihat lebih halus.Penipisan pada mukosa mungkin
berhubungan dengan defisiensi diet.Tidak ada bukti nyata adanya penurunan persepsi rasa yang
signifikan sehubungan dengan bertambahnya umur. Perubahan indera perasa dianggap kurang
berpengaruh dibandingkan indera lain. Indera perasa bersama indera penciuman berperan pada
asupan makanan. Penurunan fungsi kelenjar ludah merupakan keadaan normal pada proses
penuaan. Pada lansia yang sehat penurunan aliran saliva yang terjadi seiring bertambahnya usia,
tidak bermakna secara klinis. Penurunan aliran saliva yang menuju pada kekeringan mulut
tertentu(Herwanda,2014).
Fungsi otot dan sistem persyarafan berkaitan erat. Tulang alveolar turut ambil bagian
dalam hilangnya mineral tulang karena usia melalui resorbsi matriks tulang. Proses ini dapat
dipercepat dengan 9 tanggalnya gigi, penyakit periodontal, atau prothesa yang kurang
baik.Keadaan yang berhubungan dengan sendi temporomandibular masih belum jelas. Sejumlah
kelainan termasuk atritis dan kerusakan meniskus telah disebutkan, tapi hubunganya dengan
usia, terpisah dari trauma lokal dan penyakit sistemik masih belum dapat dipastikan.Dampak dari
buruknya kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kehidupan sehari-hari lansia. Lebih lanjut
akan mempengaruhi kemampuan mengunyah, berkurangnya indera perasa, bicara, estetik, dan
seringkali mengakibatkan terbatasnya kehidupan sosial.Secara umum status kesehatan gigi yang
buruk pada lansia dapat terlihat dengan tingginya kehilangan gigi, adanya karies gigi, tingginya
merupakan kondisi yang sering ditemui pada lansia.Menurut penelitian-penelitian yang telah
dilakukan, pravalensi kehilangan gigi pada lansia masih tinggi.Keadaan tidak bergigi baik
sebagian maupun seluruhnya merupakan indikator kesehatan gigi dan mulut dalam suatu
populasi (Ionel,2005).
terjadinya inflamasi pada gingiva dan jaringan periodontal, serta kerusakan pada tulang
alveolar.Terdapat dua tipe penyakit periodontal yang dapat dijumpai yaitu gingivitis dan
periodontitis (Daliemunthe,2008).
a. Gingivitis
disebabkan infeksi non spesifik dan terjadi sebagai akibat dari gingiva yang
b. Periodontitis
berasal dari plak gigi yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal,
ini berupa perubahan pada warna, kontur, konsistensi, dan pendarahan saat
probing.
A. Faktor Lokal
a. Plak Gigi
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang
melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Secara klinis juga terbukti bahwa mulut yang
berpenyakit periodontal selalu memperlihatkan adanya penimbunan plak yang jauh lebih banyak
dari mulut yang sehat.Dengan penelitian kuantitatif ditunjukkan bahwa jumlah plak dalam
kalkulus di dalam mulut yang berpenyakit periodontal adalah kurang dari 10 kali lebih banyak
b. Kalkulus
Kalkulus adalah massa terkalsifikasi yang melekat pada permukaan gigi asli maupun gigi
tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami
gingiva.Kalkulus ini biasanya berwarna putih atau kuning keputih-putihan, konsistensinya keras
seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.Warnanya dapat
dipengaruhi oleh tembakau dan pigmen makanan.Kalkulus ini terlokalisir pada satu gigi, atau
Kalkulus subgingival berada di apikal dari krista tepi gingiva. Penentuan lokasi dan
Kalkulus ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijau-hijauan, dan konsistensinya keras
B. Faktor Sistemik
Berikut ini beberapa penyakit/kondisi sistemik yang ada kaitannya dengan penyakit
ditimbulkan (Bahar,2007).
a. Diabetes Melitus
Salah satu tanda penting diabetes melitus adalah gingivitis dan periodontitis.Ada banyak
penelitian yang menunjukkan hubungan antara diabetes dan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi oral termasuk penyakit periodontal.Periodontitis berkembang lebih cepat pada penderita
diabetes yang kurang terkontrol. Sebaliknya, pada penderita diabetes yang paling terkontrol
dengan baik dapat mempertahankan kesehatan periodontal dan akan merespon terapi periodontal
secara positif.
b. Penyakit Endokrin
rongga mulut yang mempermudah penumpukan plak atau trauma karena oklusi.
2.3.2. Kehilangan Gigi
status hormonal, penyakit-penyakit yang diderita, kebiasaan dalam pemeliharaan rongga mulut,
sosio budaya dan terdapatnya sarana perawatan gigi dan mulut yang terjangkau.Pada lansia yang
sering ditemui penurunan daya penglihatan, berkurangnya indera penciuman dan indera perasa
serta kemampuan motorik, yang menyebabkan kesulitan dalam pemeliharaan kebersihan mulut.
Berkurangnya aliran saliva yang dikaitkan dengan penggunaan obatobatan pada penyakit kronis
sering menyebabkan retensi plak yang akan menyebabkan karies, dan lebih lanjut menyebabkan
Kemungkinan adanya keterbatasan fisik dan penyakit yang diderita dapat mengurangi
perhatian dan atau kemampuanya untuk mengurus diri sendiri, yang berdampak terhadap status
kesehatan gigi dan mulutnya.Beberapa penelitian melaporkan hubungan keadaan tidak bergigi
dengan tingkat sosio ekonomi, ternyata pada masyarakat berpenghasilan dan berpendidikan
menghubungkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehilangan gigi dengan umur, jenis
kelamin, merokok, daerah tempat tinggal, kunjungan ke dokter gigi, dan asuransi kesehatan.
Kehilangan gigi berdampak pada hilangnya struktur orofacial, seperti jaringan tulang,
sistem persarafan, reseptor dan otot-otot. Akibatnya fungsi orofacial akan hilang sejalan dengan
kehilangan gigi. Setelah gigi tanggal, akan terjadi resorbsi pada tulang alveolar yang lebih lanjut
akan mengakibatkan penurunan dimensi vertikal wajah. Besarnya resorbsi tulang alveolar
berhubungan dengan lamanya seseorang tidak bergigi. Kehilangan gigi memberi dampak negatif
pada mastikasi, estetik dan oral health related quality of life (OHRQoL).
2.3.3 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi yaitu email,
dentin dan sementum yang mengalami proses kronis regresif. Karies gigi terjadi karena adanya
interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet, terutama komponen
karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat
dan asetat. Yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan
invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat berkembang ke jaringan periapeks sehingga
Karies gigi merupakan penyakit multifactorial yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Lima faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan lesi karies adalah akumulasi dan
retensi plak, frekuensi asupan karbohidrat, frekuensi pajanan terhadap makanan asam, faktor
pelindung alami seperti pelikel dan saliva, serta fluoride dan elemen-elemen lain yang dapat
Plak adalah lapisan polisakarida semi transparan yang melekat dengan kuat pada
permukaan gigi dan mengandung organisme patogen. Akumulasi dan retensi plak akan
bakteri dalam keadaan maksimal dpata menyababkan pH permukaan gigi turun dengan cepat.
Tingkat penurunan pH bergantung pada ketebalan plak, jumlah dan jenis dalam plak,
Penetapan diagnosis yang tepat sangat dibutuhkan untuk kesuksesan perawatan lesi pada
karies, baik dengan pemeriksaan klinis maupun dengan pemeriksaan penunjang seperti
radiografi.Diagnosis yang dilakukan pada tahap dini telah dianggap seebagai sesuatu yang sangat
penting, sejak karies diketahui dapat dihentikan dan remineralisasi dapat terjadi.Deteksi lesi awal
merupakan perpaduan diagnosis yang penting karena hal ini mengacu kepada jenis pencegahan
Beberapa karies awal dapat dideteksi oleh alat diagnosa klinis yang lebih teliti dan
pemeriksaan radiografi. Deteksi dini lesi karies karies yang kecil dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan, pada lesi karies yang mengenai pit atau fisura dapat menggunakan kaca
mulut dan eksplorer, dengan tekanan ringan dapat terasa, ujung sonde yang tersangkut dan pada
tekanan yang lebih besar akan teraba daerah lebih lunak, opak, warna dan lebih buram jika
dibandingkan dengan gigi sebelahnya. Diagnosis karies diperlukan untuk mengetahui kerentanan
seseorang terhadap karies, aktivitas karies , dan risiko karies dan untuk menentukan jenis terapi.
a. Karies Dini/karies email tanpa kavitas yaitu karies yang pertama terlihat secara klinis, berupa
bercak putih setempat pada email. Anamnesis pada karies email tanpa kavitas adanya bintik
putih pada gigi. Terapi yang dilakukan dengan pembersihan gigi, diulas dengan flour, edukasi
pasien.
b. Karies dini/karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan
dari karies dini. Anamnesa pada pasien dirasakannya gigi yang terasa ngilu.Terapi dengan
penambalan.
terbukanya dentin. Anamnesa pada pasien kadang-kadang rasa ngilu waktu kemasukan makanan,
saat minum dingin, asam dan asin dan biasanya rasa ngilu hilang setelah rangsangan dihilangkan,
rasa sakit harus karena adanya rangsangan, tidak sakit secara spontan.Terapi dengan
penambalan.
d. Pulpitis reversibel/hiperemi pulpitis/pulpitis awal yaitu peradangan pulpa awal sampai sedang
akibat rangsangan. Anamnesa biasanya pasien nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin,
nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus, rasa nyeri lama hilangnya setelah
rangsangan dihilangkan. Terapi dengan penambalan /pulp cafing dengan penambalan Ca(OH) ±
e. Pulpitis irreversibel yaitu radang pulpa ringan yang baru dapat juga yang sudah berlangsung
lama.
Pulpitis irreversibel terbagi : Pulpitis irreversibel akut yaitu peradangan pulpa lama atau
baru yang ditandai dengan rasa nyeri akut yang hebat. Anamnesa nyeri tajam spontan
dapat menunjukkan gigi yang sakit. Terapi bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit
Pulpitis irreversibel kronis yaitu Peradangan pulpa yang berlangsung lama. Anamnesa,
gigi sebelumnya pernah sakit, rasa sakit dapat hilang timbul secara spontan, nyeri tajam
menyengat, bila ada rangsangan seperti panas, dingin, asam, manis, dan penderita masih
PEMBAHASAN
derajat kesehatan ang optimal, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya ahli kelola,
upaya kesehatan, maka fungsi Puskesmas mempunyai ruang lingkup promotif, preventif, dan
kuratif.
Prinsip manajemen Puskesmas meliputi perencanaan, pengaturan dan penilaian. Tiga prinsip
tersebut meliputi:
1. Perencanaan (P1)
RUK sama dengan planning of action (POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun
RKA merupakan pengembangan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara pembuatan
anggaran kegiatan dalam setiap unit satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
Setelah disusun rencana kegiatan kemudian dibuatkan strategi pelaksanaan secara terpadu.
DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah disetujui sebagai pedoman pelaksanaan
2. Pengaturan (P2)
kegiatan pelayanan.
Minlok ini dilaksanakan Puskesmas setiap 3 bulan sekali dengan melibatkan instansi
terkait seperti Dinkes, Diknas, Kecamatan, Kelurahan dan lainnya, sesuai porsi kegiatan
Puskesmas.
3. Penilaian (P3)
a. Pengawasan (monitoring)
Kegiatan pelayanan harus terus diawasi pelaksanannya agar mencapai target yang telah
ditetapkan.
b. Pengendalian (controlling)
Pelayanan yang sudah optimal perlu dikendalikan arahnya agar tidak menyimpang dari
tujuan kegiatan.
c. Penilaian (evaluation)
Setiap hasil kegiatan harus dievaluasi sebagai bentuk pertanggung jawaban institusi
terhadap public dan pemerintahan daerah. Puskesmas perangkat teknis pemerintah daerah
tingkat II dan bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada
Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan, dalam urutan hirarki pelayanan kesehatan,
fungsional, jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap daerah, unit
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dalam proses
manajemen yang akan dijadikan acuan bagi kepala Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan dari program Puskesmas. Adapun fungsi manajemen Puskesmas:
a. Planning
Planning adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.
Perencanaan mengenai program Puskesmas Ulak Karang dilakukan pada awal tahun,
untuk menyusuk rencana usulan kegiatan (RUK) berdasarkan hasil kajian dari
b. Organizing
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan yang telah
dibagi. Pengorganisasian Puskesmas Tarok cukup baik, dikarenakan SDM yang ada di
bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga secara efektif dan efisien
direncanakan kepada bawahannya dengan cara orientasi, perintah dan juga delegasi
wewenang dan cara tersebut cukup efektif dan rapat berjalan dengan baik sehingga
d. Kontroling
Merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus, pelaksanaan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpang yang terjadi. Di
Puskesmas Ulak karang kontroling selalu dilakukan kepala Puskesmas terhadap kinerja
SDM yang ada di Puskesmas. Untuk enjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar
kinerja yang jelas, dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan
dijadikan dasar untuk menilai hasil kerja pegawai. Penilaian kerja pegawai di
Puskesmas Ulak Karang meliputi tenaga yang memberikan pelayan langsung kepada
pasien sperti perawat, bidan dan dokter maupun tenaga administratif. Adanya indikator
kinerja, akan memudahkan dalam melakukan koreksi apabila ada penyimpangan. Oleh
karena adanya kontroling maka kinerja SDM di Puskesmas Ulak Karang bisa dikatakan
Program kesehatan berdasar komitmen global dan nasional, wajib dilaksanakan oleh
Puskesmas.
f. Upaya Kesehatan Pengembangan
tuntutan masyarakat yang tercakup dalam kegiatan pokok Puskesmas dan kegiatan
tambahan lainnya.
3.3. Kesehatan Gigi dan Mulut pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang
1. Masih banyaknya lanjut usia dengan kondisi nekrosis pulpa dan membutuhkan
2. Masih banyak lanjut usia yang jarang memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara
3. Lanjut usia hanya akan ke puskesmas apabila gigi tersebut sudah dalam kondisi
Meningkatkan penanggulangan masalah kesehatan gigi dan mulut pada lansia pada
Cause Effect
Man Methode
Rendahnya kesadaran
lansia tentang kesehatan
Budaya menjaga kesehatan
gigi
gigi mulut yang masih
kurang
Rendahnya pengetahuan
lansia tentang kesehatan gigi
dan mulut Tidak adanya tindak
lanjut pasca skrining
Jumlah tenaga
kesehatan yg terbatas
Kurangnya
pengetahuan
kesehatan gigi
Kurangnya penyuluhan Minimnya dan mulut pada
kesehatan gigi dan mulut lansia anggaran untuk
lansia
meningkatkan
kesgimul
Tidak ada kebijakan yang
mengharuskan lansia untuk
periksa gigi secara rutin.
Status sosial ekonomi
yang rendah
Masih kurangnya
pengetahuan waktu dan cara
yang benar untuk menjaga
kesehatan gigi Material
Mechine
Untuk mencari akar permasalahan yang lebih jelasnya maka dilakukan brainstorming, yang
5. Tidak adanya kesadaran Lansia untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
1. Melakukan pemberian informasi lebih banyak kepada lansia agar pola pikir tentang
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting dan berdampak pada
kesehatan lainnya hal ini bisa dengan memberikan penyuluhan misalnya pada saat
2. Memberi tahu waktu yang tepat dan cara yang tepat dalam menyikat gigi, serta cara
menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar,hal ini bisa diperagakan di
3. Melakukan perawatan secara berlanjut agar gigi masih tetap bisa dipertahankan.
4. Bila gigi sudah tidak dapat di pertahankan meminta lansia untuk pencabutan gigi , karna
bila tetap di biarkan infeksi akan tetap terus berlanjut dan akan berakibat serius, dan
setelah dilakukan pencabutan mengajak lansia untuk menggunakan gigi tiruan agar dapat
4.1 Kesimpulan
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan umum sehingga jika rongga
mulut tidak sehat, maka akan berdampak ke kesehatan tubuh lain nya, terutama pada orang
lanjut usia. Kurangnya tingkat pengetahuan sejak dini pada lansia menyebabkan banyak
terjadinya permasalahan pada rongga mulut lansia, seperti periodontitis dan karies. Kelainan
pada rongga mulut lansia akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari hari
4.2 Saran
Melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi pada lansia dan merencanakan secara teratur
AlJehani, Y. A., Bansal, M., Rastogi, S., & Vineeth, N. S. (2013). Risk factors of periodontal
disease: review of the literature. International Journal of Dentistry, 2014(2), 126–30.
Bahar A.Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut Lansia di Desa Lengkong Gudang dan Serpong
serta Saran Penanggunglangannya Melalui Peran Kader Kesehatan Desa.JKGUI
2000;7:311-317.
Dep-Kes RI, Dirjen Binkesmas Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. Pola operasional upaya
kesehatan usia lanjut, 1995.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2019. Laporan Tahunan Dinas Kesehata Kota Padang. Padang:
Dinas Kesehatan Kota Padang.
Gilbert GH & Duncan RP. Attitudinal and Behavioural Characteristics of Older Fluoridians with
Tooth Koss. Com. Dent. Oral Epid. Vol. 21, 1993.
Herwanda, Rahmayani L.Gambaran Kebutuhan Perawatan Gigi dan Mulut pada Pasien di
Posyandu Lansia PUSKESMAS. Cakradonya Dent J 2014; 6(1):619-677.
Ionel, A., Lucaciu, O., Moga, M., Buhatel, D., Ilea, A., Catoi, C., Campian, R. S. (2015).
Periodontal disease induced in Wistar rats - experimental study. Human & Veterinary
Medicine International Journal of the Bioflux Society, 7(2), 90–95.
Irmawati, S., H Sultan M., Nurhannis. 2017. Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas
Sangurara Kecamatan Tatanga Kota Palu. eJurnal Katalogis Administrasi Publik. Vol. 5
(1); 188-197.
Lebukan, B. J. (2013). Faktor- Faktor Penyebab Penyakit Periodontal (Studi Kasus Masyarakat
Pesisir Pantai Kecamatan Bacukiki Barat Kota Pare – Pare). Jurnal Repository Unhas, 1–
50.
Newman, M.G., Takei, H, H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. (2012). Carranza's Clinical
Periodontology (11th ed.). Philadelphia: WB. Saunders.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat No. 75. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Puskesmas Ulak Karang. 2019. Laporan Tahunan Puskesmas Ulak Karang. Padang: Puskesmas
Ulak Karang
Putri, Wayan Citra Wulan Sucipta., Putu Cinta Dewi Yuliatni., Putu Ariani., Komang Ayu
Kartika Sari., A.A Sagung Sawitri. 2017. Dasar-dasar Pusat Kesehatan Masyarakat edisi
1. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Quamilla, N. (2016). Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur), 1(2), 161–168.
Suominen AL. Demand for Oral Health Services in Adults Finns. Turku; University of Turku,
Department of Community Dentistry, Institute of Dentistry, Thesis 2000:421.
Woods N, Whelthon H, Kelleher V. Factors Influencing the Need for Dental Care amongs the
Elderly in the Republic of Ireland. 2007;5-12.
Wowor, Hetmi., Daud ML., Joyce Rares. 2016. Pelayanan Kesehatan Di Pusat Kesehatan
Masyarakat Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Ilmu sosial dan
pengelolaan sumber daya pembangunan edisi XX. Vol. 3.
Lampiran Foto kegiatan bimbingan management puskesmas