Anda di halaman 1dari 5

7.

3 AUDIT BEBAN DIBAYAR DI MUKA

Bagi banyak entitas, piutang usaha dan persediaan menunjukan aktiva lancer utama yang masuk
dalam laporan keuangan. Termasuk juga di kebanyakan laporan keuangan adalah akun yang
disebut sebagai aktiva lain (other asset). Jika aktiva tersebut memberikan manfaat ekonomis
selama kurang dari satu tahun, maka diklasifikasikan sebagai aktiva lancer dan disebut beban
dibayar di muka (prepaid expenses) Contoh beban dibayar dimuka yaitu:

1. Asuransi dibayar dimuka

Merupakan bagian dari premi asuransi yang telah dibayar tetapi belum berlaku pada saat
pelaporan Neraca. Pengeluaran tersebut dilaporkan dalam bagian Aktiva Lancar yaitu dalam
perkiraan asuransi dibayar di muka.

2. Sewa dibayar di muka

Merupakan beban sewa yang sebenarnya belum menjadi kewajiban yang harus dibayarkan
dalam periode yang bersangkutan, tetapi telah dibayarkan lebih dulu.

3. Pajak dibayar di muka

Adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut oleh pihak
ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak penghasilan)
atau di akhir bulan (untuk PPN).

Aktiva yang memberikan manfaat ekonomis lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai beban
yang ditangguhkan (deferred charges) atau aktiva tidak berwujud (intangible asset). Contoh dari
beban ditangguhkan dan aktiva tidak berwujud yaitu:

Biaya organisasi

Biaya penerbitan utang

Hak cipta

Merek dagang

Nama dagang

Lisensi

Paten

Waralaba

Goodwill
Biaya pengembangan software computer

Perbedaan utama antara akun aktiva seperti piutang usaha atau persediaan dan beban dibayar
dimuka adalah materialitas dari saldo akun. Pada banyak perikatan, beban dibayar di muka,
beban yang ditangguhkan, dan aktiva tidak berwujud materialitasnya tidak tinggi. Akibatnya,
prosedur analitis substantive dapat digunakan secara luas untuk memverifikasi saldo akun ini.

Tujuan Pemeriksaan Beban Dibayar di Muka

Pemeriksaan terhadap beban dibayar di muka perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dan pajak
dibayar di muka. Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
biaya dan pajak dibayar di muka berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan
substantive test dapat dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak
dibayar di muka adalah :

a) Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.

b) Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka didukung oleh bukti-
bukti yang sah dan lengkap. Misalnya : polis asuransi, perjanjian sewa menyewa (lease
agreement), kontrak untuk advertensi Surat Setoran Pajak (SSP), faktur pajak masukan,
bukti pemotongan PPh 22, 23, dll.

2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah
dicatat sebagai biaya dibayar di muka. Auditor harus memeriksa apakah bagian yang
belum expired (mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan sebagai
biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar di muka.

3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan. Auditor harus memeriksa apakah
bagian yang expired(masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai biaya tahun
berjalan.

4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan
pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir
periode. Auditor perlu melakukan pemeriksaan atas bukti-bukti pendukung pembayaran pajak,
memeriksa keabsahan dari bukti tersebut.

5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/
PSAK.
Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan
satu tahun disajikan sebagai harta lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun
disajikan sebagai aktiva tak lancar. Sedangkan pajak dibayar di muka bisa disajikan sebagai harta
lancar atau di offset dengan utang pajak yang sejenis (pajak penghasilan badan atau pajak
pertambahan nilai).

Prosedur Audit Beban Dibayar di Muka

Agar audit dapat berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, para auditor harus melakukan pemeriksaan atas akun-akun sesuai dengan prosedur.

Berikut prosedur audit yang perlu dijalankan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya :

1. Asuransi Dibayar di Muka

a) Minta daftar asuransi yang dibayar di muka, dan cocokkan dengan saldo buku besar

b) Periksa polis asuransi dan bukti pembayaran premi asuransi, bila polis tersebut
disimpan oleh bank, lakukan konfirmasi kepada bank yang bersangkutan

c) Periksa kebenaran perhitungan premi asuransi yang dibayar di muka dan biaya
asuransi untuk tahun berjalan dengan memerhatikan periode berlakunya polis asuransi
tersebut

d) Pisahkan antara biaya yang mempunyai masa manfaat jangka pendek dengan yang
jangka panjang

e) Perhatikan kecukupan jumlah asuransi atas segala macam kerugian yang timbul.

2. Sewa Dibayar di Muka

a) Minta daftar-daftar sewa dibayar di muka dan cocokkan dengan saldo menurut buku
besar

b) Periksa surat kontrak sewa untuk perjanjian baru, sedangkan untuk perjanjian lama
dapat dilihat pada kertas kerja tahun sebelumnya

c) Periksa kebenaran perhitungan sewa dibayar di muka untuk tahun berjalan dengan
memerhatikan periode berlakunya masa sewa tersebut (lakukan rekonsiliasi dengan biaya
sewa di pos laba rugi)

d) Periksa bukti pembayaran atas penambahan sewa dibayar di muka dan pastikan
bahwa penambahan tersebut disetujui oleh pejabat yang berwenang
e) Pisahkan antara biaya kontrak jangka pendek dengan jangka panjang

f) Untuk kontrak sewa jangka panjang lakukan konfirmasi atas jumlah yang masih
berlaku

g) Yakinkan bahwa peraturan perpajakan yang berlaku untuk biaya sewa telah ditaati.

3. - Pajak Dibayar di Muka

a) Minta daftar rincian pajak dibayar di muka yang meliputi jenis pajak PPh Pasal 22,
PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 25

b) Periksa bukti pemotongan dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP), serta tanggal
penyetoran dan pelaporan

c) Cocokkan atas bukti pemotongan dan bukti surat setoran pajak dengan saldo di buku
besar serta lakukan vouching terhadap bukti tersebut

d) Lakukan rekonsiliasi antara total objek dengan tarif pajaknya (misalnya, uang muka
pajak PPh Pasal 23 = total pendapatan sewa tahun berjalan x tarif pajaknya)

- Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Masukan

a) Minta daftar Pajak Pertambahan Nilai Masukan yang meliputi informasi tanggal
faktur pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor Pengusaha Kena Pajak
(NPKP), Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan besarnya PPN yang dipungut

b) Yakinkan bahwa semua pajak sesuai pajak masukan telah didukung dengan bukti
pajak, yang semuanya merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan sesuai dengan
peraturan perpajakan

c) Pastikan bahwa pajak masukan telah dilaporkan / dikreditkan secara teratur dalam
SPT Masa, dan dikompensasikan dengan pajak pengeluaran

d) Apabila pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan, pastikan bahwa kekurangan
pembayaran tersebut telah dilunasi sesuai batas waktunya

e) Apabila ada perbedaan saldo bersih (pajak masukan dikurangi pajak keluaran) antara
buku besar dengan SPT Masa, pelajarilah sebab-sebabnya (terutama untuk saldo per
tanggal neraca)

f) Pelajari semua surat koresponden dengan kantor pajak, terutama untuk permohonan
restitusi karena kelebihan pembayaran pajak masukan.

g) Pastikan apakah semua permohonan tersebut disetujui, dan bila ada faktur pajak yang
tidak disetujui oleh kantor pajak, pelajari sebab-sebabnya.
http://kelompokakuntansi.blogspot.co.id/2016/12/audit-siklus-bebean-dibayar-dimuka.html

http://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/audit-proses-pendanaan-beban-dibayar-di.html

Anda mungkin juga menyukai