Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

I. Kompetensi
Memperbaiki sistem pengapian konvensional

II. Sub Kompetensi


Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memeriksa komponen sistem pengapian.
2. Merangkai sistem pengapian.
3. Menyetel dwell dan timing pengapian.
4. Mengidentifikasi gejala yang timbul akibat dwell dan timing yang tidak tepat.

III. Alat dan bahan :


a. Enginer stand Kijang 5K
b. Tool box set
c. Multitester
d. Engine Tuner (seri EA-800)

IV. Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat praktikum sesuai dengan fungsinya.
2. Berhati-hati dalam mengerjakan praktikum
3. Melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja
4. Menanyakan pada istruktur apabila mengalami permasalahan praktikum
5. Hati-hati dalam menghidupkan mesin

V. Dasar Teori
Sistem pengapian pada mobil berfungsi untuk menaikan tegangan baterai menjadi 10
KV atau lebih dengan mempergunakan ignition coil dan kemudian membagi-bagikan
tegangan tinggi tersebut ke masing-masing busi melalui distributor dan kabel tegangan
tinggi.

KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


1. Baterai
Menyediakan arus listrik tegangan rendah untuk ignation coil. Baterai juga merupakan
sumber arus bagi sistem kelistrikan pada mobil.
2. Ignition Coil
Fungsi dari Ignition koil adalah menaikan tegangan yang di terima dari baterai menjadi
tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
3. Distributor
Distributor berfungsi membagikan arus tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan
skunder pada ignation coil ke busi pada tiap-tiap silinder sesuai dengan urutan
pengapian. Bagian-bagian ini terdiri dari:
Cam (nok)
Membuka Kontak point (platina) pada sudut cam shaftt yang tepat untuk masing-
masing silinder.
Kontak point
Memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer dari ignition coil
untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi.
Capasitor (condensor)
Menyerap lompatan bunga api yang terjadi antara breaker point pada saat membuka
dengan tujuan menaikan tegangan coil skunder.Kondensor mencegah percikan
bunga api pada poin-poin pada saat poin-poin tersebut mulai membuka.
Centrifugal governor advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin
Vacuum Advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vacuum Intake manifold).
Rotor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh ignation coil ke tiap-
tiap busi.
Distributor Cap
Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk
masing- masing silinder.
Kabel tegangan tinggi
Berfungsi mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignation coil ke busi.
Busi
Menghasilkan bunga api dengan menggunakan tegangan tinggi yang dihasilkan
oleh koil.

CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


Saat kunci kontak on, kontak pemutus tertutup, arus dari terminal positif baterai mengalir ke
kunci kontak ke terminal positif (+) koil, ke terminal negatif (-) koil, ke kontak pemutus, kemudian
ke massa. Aliran arus ke kumparan primer koil menyebabkan terjadinya kemagnetan pada coil.
Karena cam berputar, maka ada saatnya ujung cam mendorong kontak pemutus sehingga terbuka.
Jika kontak pemutus terbuka, arus yang mengalir ke kumparan primer seperti dijelaskan di
atas terputus dengan tiba-tiba. Akibatnya kemagnetan di sekitar koil hilang / drop dengan cepat.
Dalam teori kemagnetan, jika terjadi perubahan medan magnet di sekitar suatu kumparan, maka
pada kumparan tersebut akan terjadi tegangan induksi. Karena saat kontak pemutus terbuka arus
listrik terputus, maka medan magnet pada koil hilang dengan cepat atau terjadi perubahan garis-
garis gaya magnet dengan cepat sehingga pada kumparan sekunder terjadi induksi tegangan. Pada
kumparan primer juga terjadi tegangan induksi. Tegangan tinggi pada kumparan sekunder
disalurkan ke distributor melalui kabel tegangan tinggi dan dari distributor diteruskan ke tiap-tiap
busi sesuai dengan urutan penyalaannya sehingga pada busi terjadi loncatan api pada busi.
VI. Langkah Kerja
A. Pembongkaran
1. Melakukan pengamatan terhadap rangkaian pengapian, lalu melepas distributor dari
engine.
2. Membuka tutup distributor, memutar pada poros distributor dan mengamati kerja
platina.
3. Membuka tutup oktan selektor, menahan poros distributor kemudian memutar
pengatur oktan ke kiri dan ke kanan. Mengamati efeknya terhadap breaker plate.
4. Melepas vacuum advancer, platina dan breaker plate.
5. Menahan poros distributor bagian bawah, gerakkan bobot sentrifugal advancer
dengan obeng (-). Mengamati efeknya terhadap gerakan cam (nok).
6. Melepaskan sentrifugal advancer dan melepas poros distributor.

B. Pemeriksaan dan Perakitan Komponen


1. Membersihkan komponen, memeriksa kerusakan, keausan secara visual dan
kekocakan.
2. Memeriksa kelurusan/kebengkokan poros (max. 0,05 mm).
3. Memasang poros dan mengukur celah aksial (0,15-0,50 mm)
4. Memeriksa kondisi pegas sentrifugal advancer.
5. Memasang sentrifugal advancer (memberikan pelumas pada poros).
6. Memasang cam, memeriksa kelonggaran terhadap poros.
7. Memeriksa vacuum advancer, diafragma, kondisi keausan pada platina dan posisi
kontaknya.
8. Memasang breaker plate, vacuum advancer dan paltina.
9. Memastikan tanda oktan selektor telah segaris, lalu setel celah platina (0,40-0,50 mm)
10. Memeriksa tutup distributor den bersihkan karbon, karat pad terminal-terminalnya.
Memasang rotor.
11. Memeriksa kondensor dengan multitester (ohm meter).
12. Memeriksa tahanan kabel tegangan tinggi dengan ohm meter.
13. Mengidentifikasi jenis (nomor busi) menyetel celah busi dan mengetes busi pada
spark tester.
14. Memasang unit distributor pada engine sesuai dengan oetunjuk buku manual dengan
pendekatan timing pengapian.

C. Merangkai dan Menyetel


1. Buat skema dan rangkai sistem pengapian, lalu mengkonsultasikan dengan isntruktur.
2. Menyetel dwell angle dan timing pengapian.
a. Memasang tune- up tester, mengarahkan selector ke dwell, memasang penjepit
merah pada positif baterai, hitam ke negatif, hijau ke negatif koil, lalu melihat
angka penunjukan dwell angle (spec: 522 atau melihat pada buku manual). Bila
penyetelan tidak tepat, melakukan penyetelan ulang denga melakukan start engine
sampai mengubah besarnya gap (bila dwell terlalu besar, gap dipersempit atau
sebaliknya), hingga didapat nilai dwell angle yang sesuai.
Catatan : Jangan terlalu lama menstarter. Waktu start maksimal 5 detik.
b. Menyetel putaran mesin pada putaran indle (spec:700 50 rpm).
c. Memeriksa timing ignition dengan menggunaka timing light (spec: melihat buku
manual). Bila belum, menepatkan tanda timing dengan memutar rumah distributor
berlawanan putaran rotor (untuk mengajukan) atau sebaliknya.
3. Melakukan penyetelan dwell angle diluar spesifikasi (misal : 43, 48, 57, 60, lalu
mengidentifikasi gejala yang timbul pada posisi start, putaran idle, menengah dan
putaran tinggi.
4. Mengamati kerja governor, memutar selektor tune-up tester pada HI-TACH,
mengarahkan timing pada tanda, mempercepat putaran mesin, mencatat selisih
penunjukan timing.
5. Melepas selang vacuum advancer, mempercepat putaran mesin, mencatat selisih
penunjukan timing.
6. Memutar selektor tune-up tester pada LO-TACH, mengamati hubungan timing dan
putaran mesin.
7. Melakukan penyetelan timing di luar spesifikasi, lalu mengidentifikasi gejala yang
timbul pada posisi start, putaran idle, menengah dan putaran tinggi.
8. Mengecek temperatur pada coil ignition, memastikan temperatur tidak terlalu panas.
9. Mematikan mesin, membersihkan alat dan training obyek yang digunakan.

VII. Melaporkan pada instruktur atau teknisi untuk pemeriksaan kondisi training obyek.
VIII. Pertanyaan dan Tugas
a. Jelaskan yang dimaksud dengan sudut dwell dan apa kaitannya dengan sistem pengapian!
b. Uraikan gerakan breaker plate dan nok saat terjadi pemajuan saat pengapian!
c. Jelaskan bagaimana prosedur pemasangan distributor pada engine 3K bila dilakukan pada
saat TOP silinder 4!

Jawaban

a. Sudut dwell adalah sudut yang terbentuk dari titik pertama pada saat kontak pemutus mulai
menutup sampai dengan titik pada saat kontak pemutus mulai terbuka. Atau dengan kata lain
sudut yang terbentuk dari titik pertama pada saat celah rubbing blok dengan as distributor
mulai renggang sampai dengan titik pada saat celah rubbing blok dengan as distributor mulai
menutup. Kaitannya dengan kemampuan pengapian ditentukan oleh kuatnya arus primer.
Karena untuk mencapai arus primer maksimum, diperlukan waktu pemutusan kontak
pemutus yang cukup.
Jika sudut dwell kecil, maka waktu penutupan kontak pemutus pendek sehingga arus primer
tidak mencapai maksimum dan menyebabkan emampuan pengapian kurang. Sedangkan jika
sudut dwell besar, kemampuan pengapian akan baik, tetapi waktu mengalir arus terlalu
lama sehingga kontak pemutus menjadi panas dan menyebabkan kontak pemutus cepat aus.
b. Gerakan breaker pada saat terjadi pengajuan adalah dudukan platina maju karena vacuum
advancer bekerja sesuai kevacuman pada buaan pedal gas dan vacuum menggerakkan
dudukan platina maju sehingga breaker juga ikut bergerak maju.
c. Prosedur pemasangan distributor pada engine 3K saat top 4 :
1) Putar poros engkol pada posisi 100 sebelum TMA.
2) Pastikan bahwa katup berad diposisi top kompresi bukan overlapping.
3) Kemudian putar poros pompa oli yang terdapat pada lubang dudukan poros distributor
pada posisi yang tepat.
4) Memutar poros distributor/rotor hingga pas dengan poros pompa oli.
5) Kemudian padang distributor hingga posisi pas padadudukan dan top 4.
6) Kemudian cari api dengan memutar distributor berlawanan arah jarum jam pelan-pelan
hingga keluar letikan bunga api.
7) Pastikan bahwa posisi distributor pada posisi yang tepat sehingga baut pengunci bisa
dipasang.
8) Pasang baut dan kencangkan.
9) Pasang kabel negatif koil, tegangan tinggi dan kabel busi sesuai FO 1-3-4-2

HASIL PRAKTEK

1. Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional

2. Identifikasi Kerja Distributor


No Gerakan breker plate dan nok Breaker plate Platina
1 Poros diputar satu putaran tidak bergerak Bergerak 4x
2 Oktan selector diputar ke kanan Berputar ke kiri Tidak bergerak
Oktan selector diputar ke kiri Berputar ke kanan Tidak bergerak
Oktan selector ditekan Berputar ke kiri Bergerak 1x
3 Bobot centrifugal advancer digerakkan. Gerakan cam/nok : ..
3. Data Pemeriksaan
No Nama bagian Hasil Spesifikasi
1 Kelurusan poros .. mm Max. 0,15
2 Celah aksial .. mm mm

3 Keausan sudut cam Baik


4 Kondisi pegas bobot centrifugal
5 Kelonggaran cam terhadap poros
6 Vacuum advancer Baik
7 Kondisi titik kontak platina Baik
8 Terminal tutup distributor Baik
9 Kondensator : Kapasitas 0,30 f
0,22 0,24
Kondisi bocor f
10 Kabel tegangan tinggi
Silinder 1 dan silinder 2 1,2 K dan 1 K
Silinder 3 dan silinder 4 4,6 K dan 1 K 5 10
Koil K
.. K
Kondisi fisik Baik/lecet/retak
11 Kondisi ignition coil
Kumparan primer
2 13

Kumparan sekunder
14,5 K Baik / 5 10 K

Kebocoran kumparan Bocor Baik

Kondisi fisik
13 Kondisi busi Kode W16EX Gap 0,76 mm 0,7 0,8 mm
Silinder 1
Kode W16EX Gap 0,8 mm
Silinder 2
Silinder 3 Kode W16EX Gap 0,8 mm

Silinder 4 Kode W16EX Gap 0,8 mm

4. Pengaruh Penyetelan Sudut Dwell


Sudut Put. Put. Put.
No Start Akselerasi
Dwell Renda Sedang Tinggi
Berat, agak sulit Kurang baik, Baik Kurang baik Tidak optimal
1 43 o hh
mbrebet
Berat Kurang baik Baik Baik Tidak optimal
2 48 o
Halus Baik Baik Baik Baik
3 52 o
Kasar Kasar Kasar Kasar Tidak optimal
4 57 o
Kasar agak sulit Kurang baik, Kasar Kasar Tidak optimal
5 60 o
mbrebet

5. Pengaruh Pengajuan Waktu Pengapian


Put. Put. Put.
No Sudut Timing Start Akselerasi
Rendah Sedang Tinggi
1 5 o setelah TMA Susah menyala Kurang baik Mesin pincang Tenaga kurang Tenaga hilang

2 0 o saat top TMA Susah menyala Kurang baik Tenaga kurang Tenaga kurang Tenaga hilang

o Halus Baik Baik Putaran tidak baik


3 5 sebelum TMA
stabil
4 10 o sebelum TMA Sangat baik Baik Baik Baik baik

5 15 o sebelum TMA Kasar Kurang Mesin pincang Tenaga kurang Tenaga kurang
maksimal
Kesimpulan :

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa melakukan timing harus
dilakukan penyetelan sudut dwell terlebih dahulu agar letikan bunga api baik dan kemudian stell timing
di posisi 8-100 sebelum TMA. Dan setelah dilakukan penyetelan maka mesin akan berputar baik saat
idle, akselerasi dan putaran tinggi dan cara penyetelan sudut dwell yang benar adalah 54 0 20, dengan
mengendorkan sedikit batu penahan platina kemudian melebarkan atau menyempitkan kontak point
platina . hingga sudut dwell tercapai atau celahnya 0,7-0,8 mm.
SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

I. Kompetensi :
Memperbaiki dan memodifikasi Sistem Pengapian Elektronik

II. Sub Kompetensi :


Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapka dapat :
1. Memeriksa komponen sistem pengapian elektronik.
2. Memasang sistem pengapian elektronik sebagai pengganti pengapian konvensional.
3. Mengidentifikasi keuntungan penggunaan sistem pengapian elekronik.

III. Alat dan Bahan :


1. Engine stand dengan pengapian konvensional
2. Tool box set
3. Multitester
4. Engine Tuner
5. Feeler gauge
6. Osiloscope
7. Kit pengapian elektronik

IV. Keselamatan Kerja


1. Berhati-hati dalam mengerjakan praktikum
2. Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kapasitas kerjanya
3. Melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja
4. Menanyakan pada istruktur apabila mengalami permasalahan praktikum
5. Hati-hati dalam merangkai rangkaian sistem pengapian elektronik

V. Dasar Teori
Perbandingan Rangkaian Pengapian
Perbedaan utama antara pengapian elektronik dengan yang menggunakan kontak poin adalah pada
bagian rangkaian primer. Kontak poin digantikan oleh pembangkit sinyal elektronik dan sebuah unit
pengendali pengapian elektronik. Pembangkit sinyal digunakan untuk memberikan impuls listrik
untuk memberikan sinyal saat pengapian pada unti pengendali pengapian elektronik. Unit pengendali
akan mensaklarkan rangkaian primer pengapian sebagai sinyal oleh pembangkit sinyal.

Keuntungan sistem pengapian elektronik


1. Tidak menggunakan kontak poin.
2. Tidak memerlukan perawata kontak poin.
3. Sudut Dwell ditetapkan oleh unit pengapian.
4. Saat pengapian lebih tepat.
5. Percikan bunga api lebih besar dan lebih lama sangat berguna untuk mengendalikan emisi
gas buang.

Sistem pengapian elektronik memanfaatkan transistor untuk memutus dan mengalirkan arus
primer koil. Jika pada sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan secara
mekanis dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem pengapian elektronik
pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronis melalui suatu power transistor yang
difungsikan sebagai saklar (switching transistor).

VI. Langkah Kerja


1. Memeriksa oli pelumas, cairan pendingin, kabel baterai dari kekendoran dan memastikan
baterai dalam keadaan baik.
2. Menghidupkan mesin hingga mencapai temperatur kerja 5 menit.
3. Mengambil data sistem pengapian konvensiaonal yang meliputi : putaran mesin, tegangan
baterai, tegangan primer koil, sudut dwell dan timing pengapian (saat vacuum dilepas dan
kondisi terpasang).
4. Membandingkan data dengan spesifikasi engine yang ada. Jika tidak sesuai, melakukan
perbaikan/penyetelan yang diperlukan. Melakukan kembali pengukuran pada langkah 3
hingga diperoleh data sesuai spesifikasi, lalu mematikan mesin.
5. Melakukan modifikasi dan megambil data mengenai sistem pengapian elektronik.
a. Melepas kabel negatif bateai, kemudian melepaskan platina dari breaker plate.
b. Memasang pick up coil pada breaker plate dan reluctor pada poros distributor.
Menyetel celah antara reluktor dan breaker plate 0,4 mm.
c. Dengan menggunakan ohm meter, ukur tahanan pick up coil (spec: ).
d. Melepas kabel negatif ignition coil dan pasang probe osiloskop pada kabel pick up
coil (kabel warna merah dan hitam). Menstart engine selama 7 detik. Mengamati
dan mencatat tegangan yang dihasilkan pada osiloskop serta membuat gambar bentuk
gelombang yang dihasilkan. Jika tegangan tidak muncul, memeriksa pick up coil dan
memasangnya pada distributor.
e. Memasang modul pengapian pada coil.
f. Memeriksa kembali rangkaian yang telah dipasang. Jika semua terpasang dengan
baik, menghidudupkan mesin.
g. Memasang kembali osiloskop pada kabel pick up coil dan mengamati apabila terdapat
perubahan bentuk gelombang yang dihasilkan. Menggambar dan mencatat hasil
pengamatan.
h. Mengambil data seperti pada nomor 3, meliputi : putaran mesin, tegangan baterai,
tegangan primer koil, sudut dwell dan timing pengapian (saat vacuum dilepas dan
kondisi terpasang).
6. Membandingkan data yang diperoleh pada sistem pengapian elektronik dengan data
sistem pengapian konvensional. Mendiskusikan hasilnya dengan kelompok.
7. Melepas semua komponen sistem pengapian elektronik dan memasng kembali sistem
pengapian konvensional. Memastikan mesin dapat bekerja dengan baik.
8. Membersihkan alat dan training objek yang digunakan.
9. Melaporkan pada isntruktur atau teknisi untuk pemeriksaan kondisi training objek.
VII. Pertanyaan dan Tugas
1. Buatlah uraian secara singkat perbandingan antara sistem pengapian konvensional dan
sistem pengapian elektronik!
2. Jelaskan minimal 2 keuntungan dan kerugian sistem pengapian elektronik!
Jawaban!
1. Sistem pengapian konvensional berbeda dengan sistem pengapian elektronik. Perbedaan
utama antara sistem pengapian konvensional dan sistem pengapian elektronik adalah
pada rangkaian primernya. Pada rangkaian konvensional menggunakan kontak platina
untuk memutus dan menghubungkan arus primer coil yang berfungsi sebagai timing
pengapian yang tepat. Sedang pada pengapian elektronik peran platina telah digantikan
oleh pembangkit sinyal elektronik dan unit pengendali pengapian elektronik. Dalam
sistem pengapian untuk praktik disebut pick up sensor dan modul pengapian. Pembangkit
sinyal diberikan untuk memberikan sinyal saat pengapian pada modul pengendali
elektronik. Modul pengapian akan melaksanakan rangkaian primer pengapian sebagai
sinyal oleh pembangkit sinyal.
2. 2 keuntungan
Sudut dwell ditetapkan oleh unit pengapian. Jika pada pengapian konvensional
sudut dwell diatur oleh celah platina, namun pada sistem pengapian elektronik
tidak. Hal ini tentu akan menghilangkan efek platina mengembang saat mesin
berputar pada rpm yang tinggi sehingga sudut dwell selalu tepat.
Kerja sistem pengapian elektronik lebih stabil.
2 kerugian
Pengaturan saat pengapian mesin dan cara konvensional yaitu masih
menggunakan sentrifugal advancer dan governor advancer.
Harga komponen lebih mahal dibanding sistem konvensional.
LEMBAR LAPORAN

1. Gambar Rangkaian Sistem Pengapian Elektronik

2. Pemeriksaan kerja sistem pengapian konvensional


Timing Pengapian
Tegangan Tegangan Sudut
Putaran Mesin Vacuum Vacuum
Baterai Primer Coil Dwell
Dilepas Terpasang
Putaran Idle > 0 setelah 8 sebelum
750 rpm 52
11,5 V 7V TMA TMA
Putaran Menengah > 0 setelah 20 sebelum
54
2000 rpm 12 V 5,6 V TMA TMA
Putaran Tinggi > 0 setelah > 20 sebelum
3500 rpm 56
12 V 5V TMA TMA

3. Pemeriksaan komponen sistem pengapian elektronik


Item pemeriksaan Hasil pemeriksaan dan Kesimpulan
spesifikasi
Tahanan pick up coil 550

Gelombang output pick up


coil
4. Pengapian kerja sistem pengapian elektronik
Timing Pengapian
Tegangan Tegangan Sudut
Putaran Mesin Vacuum Vacuum
Baterai Primer Coil Dwell
Dilepas Terpasang
Putaran Idle 10 sebelum
> 0 setelah
750 rpm 14 TMA
11,5 V 1,30 V TMA
Putaran Menengah > 0 setelah 15 sebelum
2000 rpm 22 TMA TMA
12 V 1,8 V
Putaran Tinggi > 0 setelah 20 sebelum
3500 rpm 30 TMA TMA
12 V 2,6 V
Kesimpulan :

Berdasarkan analisis data hasil praktik dan pembahasan diperoleh kesimpulan, pada pemeriksaan sistem
pengapian konvensional didapatkan hasil: semakin tinggi kecepatan putaran engine, maka tegangan baterai
semakin tinggi, tegangan primer koil semakin rendah, dan sudut dwell relatif stabil (kenaikan kecil). Pada
pemeriksaan sistem pengapian elektrik didapatkan hasil: semakin tinggi kecepatan putaran engine, maka tegangan
baterai semakin tinggi, tegangan primer koil semakin tinggi, dan sudut dwell semakin tinggi pula. Keuntungan
dari sistem pengapian elektronik adalah tidak menggunakan kontak point, sudut dwell ditentukan oleh unit
pengapian, percikkan bunga api lebih besar dan lebih lama, kerja sistem pengapian lebih stabil, dan timming
pengapian lebih tepat.

Anda mungkin juga menyukai