Anda di halaman 1dari 15

Tarian Dari Daerah Bali

Tari Cendrawasi

Pengertian Tari cendrawasi tarian yang berasal dari daerah Bali. Nama tari cendrawasi
diambil dari nama salah satu burung langkah yang ada di pegunungnan irian jaya yaitu
cendrawasi. Dalam Babad Bali pengertian Tari Cendrawasih adalah kehidupan burung
Cendrawasih di pegunungan Irian Jaya pada masa birahi. Tari ini diciptakan pada tahun 1988
oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem yang juga berperan sebagai penata busana.

Deskripsi Tari
Tari Cendrawasih merupakan tari berpasangan. Ditarikan oleh dua penari putri atau lebih.
Dasar gerak tari ini mengikuti dasar pijakan gerak tari tradisi Bali, namun beberapa pose dan
gerakan dari tarian ini telah dikembangkan sesuai dengan interprestasi penata. Gerakan tari
yang dikembangkan agar menemukan bentuk gerakan tari yang sesuai dengan tema tari
cendrawasi. Tema dari tari ini adalah pantomime yang berarti menirukan gerakan.

Musik Pengiring
Musik pengiring tari cendrawasih ini terinspirasi dari musik tari klasik, tari jaipong
dan musik tari Bali.

Gerak Tari
Dalam gerakan tari Cendrawasih ini menggunakan pola lantai gerak tari berpasangan, yaitu :

1. Pemeson
2. Pengawak
3. Pengipuk

Itulah penjelasan singkat mengenai pengertian tari cendrawasi. Tarian yang berasal dari Bali
dan diciptakan pada tahun 1988.
Tari Truna Jaya Provinsi Bali

Tari Truna Jaya merupakan salah satu tarian yang berasal dari Bali sendiri, dimana seperti
yang kita tahu bahwa tarian tersebut mempunyai suatu hal dan juga makna yang berbeda
antara satu gerakan dengan gerakan yang lainnya, sehingga pada jenis-jenis tarian tertentu
ada yang sangat terkenal pada kalangannya sendiri, ada juga yang kurang terkenal kerena
beberapa gerakan yang belum pernah terlihat atau terkesan kaku sama sekali. Dalam hal ini
sendiri tarian merupakan sesuatu yang bisa disebut dengan seni, karena seperti yang kita
tahu bahwa tarian ini memperlihatkan beberapa hal yang sangat identik dengan keindahan
dari beberapa gerakan yang dibuatnya beserta dengan hal yang lain juga.

Tarian ini sendiri merupakan tarian yang sering digunakan dalam beberapa acara yang
biasanya diadakan pada daerah ini sendiri, hal ini bisa saja pada acara pernikahan, acara
adat istiadat ataupun acara keagamaan serta juga acara ritual yang biasanya dilakukan oleh
beberapa orang juga. Pada daerah ini sendiri hampir sama dengan daerah yang ada pada
Jawa sendiri, dimana terkadang beberapa gerakan yang ada merupakan gerakan yang penuh
dengan tanda Tanya dan masih menyimpan misteri pada beberapa gerakan yang dilakukan
oleh penari itu sendiri. bahkan terkadang kita bisa takjub akan beberapa gerakan tarian yang
dilakukan tanpa sadar oleh penari tersebut karena terkadang adanya kekuatan mistis pada
beberapa tarian tersebut.

Selain daripada itu tarian-tarian tersebut juga menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh
masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut sendiri, hal ini dikarenakan ada beberapa
orang yang memang menggemari tarian-tarian yang ada dan ingin melihatnya secara dekat
karena daya tarik dari beberapa gerakan yang ada pada tarian tersebut. Beberapa tarian
yang ada pun sering menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa orang yang melihatnya
karena adanya gerakan pada tarian tersebut disertai dengan irama yang ada membuat suatu
tarian tersebut menjadi terlihat lebih indah dan juga lebih menarik dibandingkan kesenian
yang lainnya.

Tarian-tarian yang ada pada daerah ini sendiri adalah terdiri dari Tari Kebyar Duduk, Tari
Jauk Manis, Tari Truna Jaya, Tari Cendrawasih, Tari Oleg Tamuliling, Tari Sekar Ibing, Tari
Joged Bumbung, Tari Puspawresti, Tari Puspanjali, Tari Panyembrama, Tari Sekar Jagat, Tari
Belibis, Tari Rejang, Tari Legong, Tari Pendet dan Tari Kecak. Semua tarian yang ada di atas
sendiri merupakan tarian yang mempunyai berbagai macam arti dari gerakan-gerakan yang
dilakukan pada saat melakukan tarian itu sendiri. seperti halnya mungkin beberapa gerakan
itu terbuat karena ketidaksengajaan ataupun terkadang bisa dapat berupa kesengajaan dari
orang untuk membuat kesenian tersebut menjadi lebih indah dan menarik untuk dilihat.
Tari Barong

Tari barong merupakan salah satu tarian tradisisonal yang berasal dari Bali. Tarian ini salah
satu tarian peninggalan dari kebudayaan pra hindu, selain tari Sangyang. Kata barong sendiri
berasal dari kata bahruang, yang artinya binatang beruang, yaitu seekor binatang mitologi
yang mempunyai kekuatan gaib dan dianggap sebagai binatang pelindung.

Bahan pembuatan topeng Barong ini dibuat dari kayu yang berasal dari tempat-tempat
angker, seperti di kuburan, oleh karena itu Barong merupakan benda yang sakral dan sangat
disucikan oleh umat Hindu di Bali. Pertunjukan dari tarian ini tanpa lakon dan selalu diawali
dengan sebuah demonstrasi pertunjukan yang diiringi dengan alat musik gamelan yang
berbeda-beda, seperti menggunakan gamelan Babarongan, gamelan Batel, dan gamelan
Gong Kebyar.

Jenis-jenis Tari Barong

Barong singa merupakan barong yang paling umum ditemukan di pulau Bali. Di masing-
masing kawasan di Bali memiliki roh penjaga di hutan atau tanahnya. Roh pelindung ini
digambarkan dalam bentuk satwa tertentu, seperti :

Barong Ket, yaitu barong berbentuk binatang singa, barong ini merupakan barong
yang paling umum dan melambangkan roh kebaikan.
Barong Landung, yaitu barong yang berwujud raksasa, barong ini dipengaruhi oleh
budaya Tionghoa dan bentuknya juga mirip Ondel-ondel di Betawi.
Barong Celeng, yaitu barong berbentuk binatang babi hutan.
Barong Macan, yaitu barong berbentuk binatang macan atau harimau.
Barong Naga, yaitu barong berbentuk binatang naga atau ular.
Barongan Pilangrejo, yaitu barong berbentuk binatang singa dan berasal dari
kecamatan juwangi, barong ini menggambarkan simbol kebuasan.
Tari Legong

Pada mulanya tari legong itu merupakan satu jenis tari tapi dalam pertumbuhan
selanjutnya gerak-gerak tarinya diposisikan berdasarkan salah satu tarian yang ada
dalam gambuh. Jika dilihat dari perbendaharaan gerak,nampaknya garak-gerak sukar
(intricate) yang terdapat dalam
pegambuhan,disempurnakan,dihaluskan,distilisasikan,disesuaikan dengan
gambelannya yang dinamis, sehingga menjadilah ia Legong seperti yang ada
sekarang.Gerak-gerak tari dalam pelegongan sangat indah,walaupun pada akhirnya
dibalik gerak-gerak itu tersembunyi gerak-gerak yang bersifat dramatis.

Tari Legong adalah sebuah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan
gerak yang sangat komplek yang diikat oleh struktur tabuh pengiring yang konon
merupakan pengaruh dari Gambuh. Adakalanya tarian ini ditarikan oleh 2 (dua)
orang gadis atau lebih dimana biasanya salah satu diantaranya ada berperan sebagai
Condong,yaitu peran yang pertama kali tampil di pentas guna memulai tari Legong
ini.Adapula tari Legong yang dibawakan oleh satu atau dua pasang penari tanpa
menampilkan tokoh Condong.Diantara ciri khas Legong adalah pemakaian kipas oleh
para penarinya (kecuali Condong).Penarinya tidak memakai dialog verbal,dan
penyajian lakon yang secara episodic atau tidak terlalu naratif.
Kata Legong diduga berasal dari akar kata leg yang kemudian
dikombinasikan dengan kata gong .Leg mengandung arti kata luwes atau elastis
yang kemudian dapat ddiartikan gerakan yang lemah gemulai (tari) .Selanjutnya
Gong berarti gamelan.Leg dan gong digabungkan,sehingga menjadi Legong yang
mengandung arti gerakan yang sangat diikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan
yang mengiringinya.Sebutan Legong Kraton adalah merupakan perkembangan
kemudian,gambelan yang dipakai mengiringi tari Legong dinamakan gamelan Semar
Pagulingan.Lakon yang biasa dipakai dalam Legong ini kebanyakan bersumber pada
cerita Malat khususnya kisah Prabu Lasem,cerita Kuntir dan Jobog (kisah Bali
Sugriwa),Legod Bawa (kisah Brahma Wisnu tatkala mencari ujung dan pangkal
Lingganya Siwa),Kuntul (kisah burung),Sudarsana (semacam Calonarang),Palayon
Candrakanta dan lain sebagainya.Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari
Papeson, Pangawak, Pengecet dan Pakaad.
Di Desa Tista (Tabanan) terdapat jenis Legong yang lain yang dinamakan Andir
(Nandir). Di Pura Pajongan Agung (Ketewel) terdapat juga Tari Legong yang memakai
topeng yang dinamakan sanghyang Legong atau Topeng Legong. Daerah-daerah
yang dianggap sebagai daerah sumber Legong di Bali adalah: Saba, Pejeng, Peliatan
(Gianyar), Binoh dan Kuta (Badung), Klandis (Denpasar), dan Tista (Tabanan). ( I
Wayan Dibia, 1999:36-38)
Tari Kecak

Tari Kecak ialah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan
dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau
lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan cak dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat
barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari
ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar,
melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan
harapan-harapannya kepada masyarakat.

Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan
catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang
memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rhama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan
Sugriwa.

Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian Sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik.
Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-
tokoh Ramayana.

Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies
menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana.
Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari
Bali-nya.
Tari Pendet

Pendet adalah tarian tradisional dari Bali, yang


digunakan untuk menyucikan pura atau teater sebelum
upacara atau tarian lainya dimulai. Pendet ditampilkan
oleh gadis-gadis yang membawa wadah berisi bunga
yang akan dilemparkan ke udara pada bagian-bagian
tertentu saat tarian. Pendet dapat diartikan sebagai
tarian penyambut, untuk menyapa para tamu atau
mengundang roh suci untuk menikmati pertunjukan.

Tarian tradisional Bali merupakan bentuk tertua dari


seni pertunjukan di Bali. Tarian tradisional bisa dibagi
menjadi dua tipe, yaitu Wali atau tari keramat dan
Bebalihan atau tarian sebagai pertunjukan. Wali
biasanya ditampilkan saat upacara-upacara tertentu
karena memiliki kekuatan mistis yang tinggi dan hanya
bisa ditampilkan oleh penari yang terpilih. Bebalihan
biasanya ditampilkan pada waktu acara sosial. Selain
menghibur, Bebalihan juga digunakan untuk menyambut
tamu, perayaan panen, atau mengumpulkan keramaian.
Bebalihan lebih memiliki banyak variasi dibandingkan
Wali.

Pendet adalah satu bentuk persembahan yang


mengambil bentuk tarian. Tidak seperti tarian lain yang
memerlukan banyak latihan, Pendet bisa dilakukan oleh siapa saja. Hanya dengan meniru
sedikit gerakan penari yang sederhana.

Para gadis mengikuti gerakan dari wanita yang lebih tua, dimana mereka mengetahui
tanggung jawab masing-masing dan memberikan contoh yang baik. Keahlian berkembang
seiring waktu. Sebagai tarian yang religius, Pendet biasanya ditampilkan dalam upacara
keagamaan di Pura.

Semua penari membawa sesajian berupa bunga, dupa, kue, dan air di tangan kanan. Dengan
ini mereka menari di sekitar areal pura. Pendet bisa ditampilkan hanya sebentar saat siang
hari dan dilanjutkan malam hari pada saat perayaan di Pura.

Pendet ditarikan oleh 4-5 gadis muda (sebelum masa pubertas mereka) di aula pura. Penari
pendet membawa bunga di bokor kecil. Mereka kemudian menyebarkan bunga tersebut ke
areal pura. Tarian ini adalah simbol penyambutan dewa-dewa pada ritual keagamaan di Bali.
Pendet biasanya memiliki gerakan tari yang sederhana. Gerakan ini adalah dasar dari
gerakan tari tradisional bali. Pendet sudah berkembang dengan beberapa variasi gerakan
dan sekarang tidak hanya ditampilkan dalam upacara keagamaan tapi juga saat acara-acara
sosial. Pendet lebih dikenal sebagai tarian penyambut.
Tari Baris

Tari Baris, merupakan tarian perang tradisional. Tarian yang


menunjukkan keberanian para ksatria Bali. Tarian ini
merepresentasikan para pejuang yang bertempur bagi raja
Bali.
Tarian ini sebenarnya merupakan ritual keagamaan.
Persembahan dari para pejuang dan senjata mereka selama
peryaan di Pura. Dari tari Baris Gede yang ritualistik muncul
lah Baris yang lebih dramatis, cerita yang didahului oleh
tarian tunggal yang menunjukan kegagahan dalam
pertempuran. Itu merupakan cikal bakal munculnya tari
Baris tunggal. Penari Baris yang
baik harus melewati latihan yang berat untuk mendapat
kemampuan dan kelenturan yang menggambarkan
keanggunan dari tarian ini.

Tarian yang berarti barisan pasukan ini, adalah tarian


perang yang menampilkan para ksatria saat berperang
melawan musuh-musuhnya. Ritme yang kuat dari Gong
Kebyar dan Gong Gede yang menyertainya, menambah
ketegasan gerakanya. Para penari membawa tombak atau
pedan dan perisai, tergantung dari jenis Tari Baris yang
dipertunjukan. Langkah kaki merka yang mantap akan
membuat suara hentakan yang keras. Mereka benar-benar
terlihat bagai kesatria yang menuju medan perang, dimana
tari ini juga diperuntukan guna menyambut pada Dewa dan
Leluhur ke dunia.

Tarian ini biasanya dilakukan oleh 8 sampai 40 pria yang


mengenakan pakaian tradisional para pejuang lengkap
dengan ornamen pada kepala, dada dan punggung. Kostum
yang dipergunakan berbeda di setiap kabupaten karena semua kabupaten di Bali memiliki
Tari Baris Khas masing-masing. Sebagai contoh, di Kabupaten Badung, Tari Baris yang
dilaksanakan sebelum upacara kremasi menggunakan pakaian bermotif kotak-kotak yang
berwarna hitam dan putih. Sedangkan di Kabupaten Jembrana warna yang dominan adalah
merah.
Seorang penari baris harus mencerminkan keganasan, harga diri, dan kewaspadaan dari
seorang pejuang perang. Tari Baris diiringi oleh Gamelan, dan hubungan antara penari dan
penabuh gamelah haruslah menyatu. Gamelan haruslah selaras dengan gerakan dan
kehendak dari sang penari.
Mula-mula gerakan penari Baris sangat hati-hati, seperti seseorang yang mencari musuhnya
di daerah yang belum ia kenal. Saat ia sampai di tengah panggung, ia mulai berjinjit, dan
dengan cepat berputar diatas satu kaki dan wajahnya menunjukkan wajah seorang pejuang
yang tengah berada di medan perang.
Tari Panji Semirang

Tari Panji Semirang sebuah tari tunggal, menggambarkan penjiwaan seorang Galuh bernama
Candrakirana, yang menyamar menjadi seorang laki-laki. Ditarikan oleh seorang perempuan
dengan sikap gagah serta halus sebagai layaknya seorang lelaki.

Seklumit kisahnya diceritakan Dewi Candrakirana dijodohkan seorang puteri dari Kerajaan
Kediri telah dijodohkan dengan Pangeran Inu Kertapati dari Kerajaan Jenggala, pada saatnya
tiba pangeran bermaksud meminang Putri, tapi oleh galuh Liku yang juga jatuh hati
mengatakan bahwa puteri telah hilang entah kemana karena hilang ingatan.

Keberadaan puteri sendiri yang sakit akibat ulah galuh Liku akhirnya bisa disembuhkan oleh
tabib dan melanglang buana mencari keberadaan sang Pangeran. Raden Inu Kertapati
sendiri bisa lolos dari ulah jahat Galuh yang juga berniat menikahinya. Pada akhirnya mereka
bertemu dan melangsungkan pernikahan. Sebuah perjalanan cinta yang romantis serta
penuh liku.

Tari Panji Semirang ini diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942 dan ditarikan
pertama kali oleh muridnya yaitu Ni Luh Cawan. Tarian ini sering dipertunjukan dalam acara-
acara tertentu, saat pesta Kesenian juga sering dilombakan. Banyak cara untuk
melesatirikan warisan budaya kita. Bahkan hasil kreasi tersebut bisa dinikmati para
pelancong yang sedang menikmati keindahan objek wisata di Bali. Peran kita bersama juga
pemerintah untuk bisa melesatarikannya.

Menikmati keindahan pulau Dewata tidak hanya karena tempat wisatanya tapi juga kreasi
seni yang memiliki nilai tinggi.
Tari Puspanjali

Sejarah tari puspanjali dari bali

Tari Puspanjali merupakan tarian yang berasal dari Pulau Bali. Tarian ini di ambil dari kata
puspa yang artinya bunga. Sedangkan anjali memiliki arti menghormati. Jadi tari
puspanjali merupakan tarian penghormatan yang di tarikan oleh para penari perempuan
yang di ibaratkan seperti bunga. Tarian ini biasanya di tarikan oleh 5 sampai 7 orang penari
perempuan.

Gerakan-gerakan tari puspanjali ini sangat lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan
gerak-gerak ritmis yang dinamis. Tarian ini sebenarnya mengambil inspirasi dari tarian-tarian
upacara rejang. Tari Puspanjali juga menggambarkan sejumlah wanita dengan penuh rasa
hormat menyongsong kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka.Sehingga para
tamu merasa senang dan betah ketika berkunjung ke pulau.

Pencipta tari puspanjali

Tari ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya. Selain itu, beliau juga sebagai penata tari
puspanjali. Sedangkan I. Nyoman Windha sebagai penata iringan musiknya. Sehingga
terbentuklah tari puspanjali yang menarik dan pantas untuk di pentaskan. Dengan gerakan
yang ritmis dan lembut membuat para tamu makin meras gembira. Anda sudah menyimak
tari puspanjali. Nah, Anda juga harus membaca Sejarah Asal Usul Tari Janger yang tidak
kalah bagusnya.

Latar belakang tari puspanjali

Tari Puspanjali dilatarbelakangi oleh kesadaran dua seniman akan keberadaan pulau Bali
sebuah pulau yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan, sehingga dengan melalui tarian
mampu untuk mendukung potensi wisata di Bali. Selain itu karya yang mereka ciptakan
dapat diturunkan kepada generasi penerus.

Gerakan tari puspanjali

Gerakan tari Puspanjali terdiri dari gerak kepala, dan gerakan menyambut tamu dengan
berjalan dengan kedua tangan di depan dada. Keramahtamahan kepada tamu digambarkan
dengan melalui gerak memutar dan melenggok.
Tari Margapati

Tari Margapati berasal dari kata "Marga". Di Bali, kata marga adalah sebutan dari kata
"jalan" atau "margi" seperti "Marga Tiga" yaitu jalan simpang tiga dan "pati" merupakan
kematian atau meninggal dunia sehingga tari ini mungkin berarti jalan menuju kematian
atau tarian yang menggambarkan kesalahan jalan seorang wanita, karena tari ini biasanya
ditarikan oleh seorang penari wanita dengan gerakan - gerakan yang menyerupai seorang
laki - laki.

Tari ini adalah buah karya dari Bapak Nyoman kaler dan diciptakan pada tahun 1942. Juga
Margapati diartikan yaitu: Kata marga berasal dari mrega yang berarti binatang, sedang
pati berarti mati. Gerak-gerik raja hutan yang sedang mengintai dan siap membinasakan
mangsanya telah memberikan inspirasi pada penciptanya untuk menggubah tarian ini.

A. Macam-Macam Gerakan Kaki


Macam-macam gerakan kaki yang disebut Gegajalan pada tari Margapati terdiri dari
berbagai bentuk seperti berikut:
1. Gandang Arep = Berjalan ke muka
2. Gandang Uri = Berjalan ke belakang
3. Malpal = Berjalan cepat
4. Nyregseg = Bergeser cepat

B. Macam-Macam Gerakan Tangan


Fungsi gerakan tangan disebut pepiletan dalam tari Margapati terdapat macam-macam
yang sebagai berikut :
1. Luk Nagasatru = Haluan tangan berputar ke dalam
2. Luk Nerudut = Haluan tangan seiring

C. Macam-Macam Gerakan Jari


Fungsi gerakan jari disebut tetanganan yang terdiri atas Ulap-ulap = Melambai-lambai

D. Macam-Macam Gerakan Badan


Fungsi gerakan badan disebut leluwesan terdiri atas gerakan Ngejatpala = Pangkal lengan
bergetar

E. Macam-Macam Gerakan Mimik


Fungsi gerakan mimik disebut entiah-tjerengu terdiri atas Kenjungmanis = tersenyum

F. Macam-Macam Gerakan Leher


Fungsi gerakan leher disebut dedengkek terdiri dari bermacam-macam bentuk sebagai
tersebut di bawah ini:
1. Uluwangsul = leher bergeleng halus
2. Ngotag = menggeleng gelengkan leher(keras)

G. Gerakan Mata
1. Nyeledet (kanan/kiri)
2. Ngelier
Tari Wirayuda

Tari Wirayuda adalah sebuah tarian putra berpasangan/ berkelompok, yang ditarikan oleh
antara 2 sampai 4 pasang penari pria bersenjatakan tombak, tari ini menggambarkan
sekelompok prajurit Bali Dwipa yang sedang bersiap-siap untuk maju ke medan perang.
Tarian Wirayuda diciptakan oleh I Wayan Dibia pada tahun 1979.

GERAK DASAR TARI WIRAYUDA


1. Pepeson
- Majalan Gayal-gayal,
- Ngagem kanan dan kiri,
- Majalan nengkleng
- Malpal
2. Pengadeng
- Miles/Nganget
- Majalan adeng nengkleng
- Numbak kesamping
- Ngigelang tumbak
- Majalan oyog-oyog
3. Pasiat/Pakaad
- Ngagem Ngisi Tumbak
- Saling Tumbak
- Malpal
- Numbak kesamping
- Malpal

Pementasan tari Wirayuda memerlukan beberapa macam perlengkapan busana dan juga
properti. Adapun macam-macam perlengkapan busana dan properti tari WIRAYUDA adalah,
a. Celana khusus menari Wirayuda
b. Kamen (Cara melancingannya ke depan salah satu bagiannya di bawa ke belakang)
c. Sabuk Prada (Dipakai hanya sampai di perut)
d. Baju Rompi
e. Badong glenter
f. Ampok-ampok
g. Gelang Kana kain (Di pergelangan)
h. Udeng
i. Bunga Imitasi merah dan Putih di pasang di telinga
j. Tombak
Tari Gopala

Tari Gopala adalah tarian kerakyatan yang bersifat menghibur, tarian ini biasanya di tarikan
berpasangan oleh kelompok remaja putera. Kata Gopala sekilas seperti berasal dari India,
atau dalam bahasa kawi yang berarti penggembala dalam hal ini penggembala sapi, tarian
ini menggambarkan tingkah polah penggembala sapi di sebuah ladang penggembalaan sapi,
tarian ini ditarikan dengan nuansa jenaka, sehingga memaksimalkan citra yang menghibur.

Tari Gopala ini digarap pada tahun 1983 oleh I Nyoman Suarsa sebagai penata tari, dan
diiringi oleh penata tabuh I Ketut Gede Asnawa. Banyak gerakan-gerakan yang bisa kita
saksikan seperti saat memotong rumput, menghalau burung, membajak sawa, gerakan-
gerakan binatang yang dipadu dengan gerak yang humoris. Untuk sanggar tari anak-anak
laki biasanya akan mendapat pelatihan ini.

Di kawasan Denpasar banyak terdapat sanggar-sanggar tari yang mengajarkan pola-pola


menari dari tingkat dasar sampai mahir, bahkan ada wisatawan yang kebetulan wisata dan
jalan-jalan keliling pulau dewata, menyaksikan gerakan seni dan unik ini merasa tertarik dan
ikut mempelajarinya. Kita cukup merasa bangga, kebudayaan dan seni kita dicintai dan
masih diminati oleh orang asing.
Tari Topeng
Tari Topeng adalah bentuk dari tarian dan drama dimana penarinya menggunakan topeng dan
menampilkan cerita-cerita lama, yang sering berkisah tentang raja dan pahlawan pada jaman
dahulu. Tarian ini ada sejak abad ke-17. Tari topeng populer di Bali dan Jawa, tapi juga ditemukan di
pulau Madura. Tarian ini diiringi oleh musik Gamelan.

Penggunaan topeng dipercaya sebagai cara memuja para leluhur. Pertunjukan tari topeng ini dimulai
dengan tarian tokoh bertopeng yang tidak bicara dan tidak terkait dengan cerita tarian utama.
Topeng tradisional ini antara lain : Topeng Manis, Topeng Kras dan Topeng Tua.

Cerita utama dikisahkan oleh seorang narator yang menggunakan topeng separuh wajah, yang
memudahkan sang aktor untuk berbicara, dia disebut Penasar. Pada grup penari topeng, biasanya
ada dua penasar yang menceritakan kisah dari dua sudut pandang yang berbeda. Pertunjukan ini
terdiri atas pertunjukan karakter topeng yang berbicara dan yang tidak berbicara dan juga termasuk
tari-tarian, perkelahian dan efek khusus. Kadang para karakter lawak yang ikut didalam cerita juga
menceritakan sudut pandangnya sendiri.

Narator dan karakter pelawak sering memasukan kejadian sehari-hari atau berita yang ada di
masyarakat dalam percakapan mereka untuk lebih menghibur dan memancing gelak tawa.

Pada tarian topeng, Sifat-sifat dasar manusia juga diikutsertakan, kadang sifat-sifat yang bertolak
belakang seperti cantik dan buruk, suci dengan hina dan masih banyak lagi yang lainya. Penjelasan
yang lengkap dan analisa dari "Topeng Pajegan", ada di "Masked Performance" karya John Emigh,
seorang profesor dari barat di bidang teater yang menjadi penari Topeng Bali.
Tari Condong

Tari condong adalah tari tradisional yang berasal dari istana di Bali pada pertengahan abad
ke-19. Penciptanya tidak diketahui, akan tetapi kepercayaan masyarakat yang berkembang
mengacu bahwa ada pangeran dari Sukawati sakit parah mendapat penglihatan dua gadis
cantik menari dengan anggun ditemani musik gamelan. Setelah pengeran tersebut sehat
kembali, pangeran ini mereka ulang tarian yang dia pernah lihat. Tarian ini awalnya
menceritakan kisah dua bidadari bernama Supraba dan Wilotama. Semenjak dekade 1930-
an, cerita diubah menjadi seorang raja atau ratu.

Tari Condong umumnya digunakan sebagai pendahuluan dari tari legong, tarian ini
dibawakan dengan diiringi oleh gamelan pangulingan.
Tari Janger

Tari Janger adalah tarian tradisional khas Bali yang sudah populer ratusam tahun yang lalu,
perjalanan tarian ini punya historis yang beragam baik itu yang ada di Tabanan, Buleleng,
Tabanan, Bangli maupun yang ada di desa Kedaton Denpasar. Ada pementasan dengan
tokoh dari Belanda, penari yang kesurupan, dan juga dengan iringan gon kebayar. Tapi
tarian jenis ini yang kita kenal sekarang, adalah tarian khas muda-mudi yang ditarikan
berpasang-pasangan, jadi lebih identik dengan tari pergaulan muda-mudi.

Ditarikan oleh pria dan wanita diiringi dengan paduan suara yang bergantian dan seolah
bersahutan, gerakan-gerakan taripun sangat sederhana yang merupakan dasar untuk tarian
Bali yang lebih komplek, musik yang mengiringinya tetamburan dan gender, temanya lebih
berkisar tentang muda-mudi yang sednag jatuh cinta dan juga pesan-pesan sosial, bahkan
juga digunakan untuk janger-janger politik atau jargon-jargon masa tertentu. Dalam
peradaban sekarang janger cenderung ditinggalakan, walaupun kadang-kadang sekolah
mementaskan tarian ini dalam acara-acara tertentu dan juga dalam acara PKB di setiap
tahunnya, namun perkembangannya belum signifikan.

Begitu banyak warisan budaya yang adiluhung yang pantas kita lestarikan, dan dalam masa
transisi, hasil karya seni ini nyaris punah, lain halnya yang menjadi komoditi wisata, seperti
tari kecak dan Barong, terus berkembang dan innovatif. Janger bisa menjadi tari pergaulan
yang ditarikan oleh para remaja putra dan putrid.

Anda mungkin juga menyukai