PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui tujuan pertunjukan Tari Legong
2. Mengetahui tempat pertunjukan Tari Legong
3. Mengetahui motif gerak pada pada Tari legong
4. Mengetahui busana Tari Legong
5. Mengetahui perkembangan Tari Legong
6. Mengetahui macam macam Tari Legong
7. Mengetahui Gerakan Tari Legong
8. Mengetahui Daerah Tari Legong
BAB II
TINJAUAN MATERI
Tarian yang baku ini ditarikan oleh dua orang penari yang dikenal
dengan legong serta condong. Pada saat pertunjukan bermula condong
tampil pertama dan disusul oleh dua legong. Awal mula tari legong
lasem ini pada abad ke-17 pertengahan. Saat itu Bali dipimpin oleh
beberapa raja. Menurut Dewa Agung Karna, putra dari raja pertama
kerajaan Sukawati abad ke-17 pertengahan melihat bayangan bidadari
yang sedang menari dari sinilah tari legong tercipta.
Tarian legong yang satu ini memiliki kisah persaingan antara Dewa
Brahma dan Dewa Wisnu dalam membanggakan kekuatan mereka. Disaat
mereka bersaing kekuatan Dewa Siwa menjadi lingga sambil mengajukan
syarat, siapa yang mampu menemukan ujung lingga maka dewa
tersebutlah yang lebih sakti.
Gerakan tarinya antara lain terdiri dari gerakan agem atau sikap dasar.
Gerakan agem ini berupa tangkis (gerakan peralihan dari satu agem ke agem yang
lain), tandang (cara berjalan dan bergerak penari), tangkep (ekspresi), gerakan
mata, gerakan leher, gerakan jemari, serta menggunakan kipas.
Ciri Tari Legong adalah gerakan mata penarinya yang membuat penari itu
menjadi hidup dengan ekspresi yang memukau Ketrampilan dalam membawakan
Tari Legong sesuai dengan penguasaan jalinan wiraga, wirama, dan wirasa yang
baik sesuai dengan patokan agem, tandang, dan tangkep.
3.1 Kesimpulan
1. Tari Legong merupakan tarian tradisional Bali yang dibawakan oleh dua
atau tiga penari wanita, dengan ciri pokok gerakan yang luwes pada kaki
yang diiringi permainan musik.
2. Tari Legong tidak lagi merupakan manifestasi dari leluhur, seperti halnya
Sang Hyang, namun dipertunjukkan untuk hiburan para leluhur dengan
kata lain, Tari Legong dipentaskan untuk menghibur para leluhur yang
turun dari kayangan, termasuk para Raja yang hadir pada upacara odalan
yang datangnya setiap 210 hari.
3. Legong tidak lagi dipentaskan di jeroan pura, tetapi pada sebuah kalangan
baik di dalam maupun di luar halaman pura. Kalangan berbentuk segi
empat panjang di atas tanah dengan ukuran panjang delapan meter dan
lebar enam meter. Kalangan dikelilingi oleh bambu yang dihiasi dengan
janur. Dindingnya dibuat rendah sehingga penonton dapat melihat sambil
duduk di atas tanah.
4. Struktur tari Legong secara khusus adalah pepeson, bapang, ngengkong,
ngaras, pepeson muanin oleg dan ngipuk. Sedangkan secara umumnya
terdiri dari pepeson, pengawak, pengecet, dan pakaad. Keterampilan dalam
membawakan tari Legong, kesesuaiannya dengan penguasaan jalinan
wiranga, wirama dan wirasa yang baik, sesuai dengan patokan agem,
tandang dan tangkep.
5. Ada beberapa kostum yang harus digunakan oleh para penari legong
adalah Hiasan kepala emas (Gelungan), Baju Prada, Lamak, Gelang Kana,
Kalung Bodong, Ampok-ampok dan Kipas
6. Adapun macam macam Tari Legong diantaranya Tari Legong Keraton
Lasem, Tari Legong Kuntul, Tarian Legong Pelayan, Tarian Legong
Candrakanta dan Tari Legong Legod Bawa.
7. Gerak Tari Legong terdiri dari gerakan agem atau sikap dasar. Gerakan
agem ini berupa tangkis (gerakan peralihan dari satu agem ke agem yang
lain), tandang (cara berjalan dan bergerak penari), tangkep (ekspresi),
gerakan mata, gerakan leher, gerakan jemari, serta menggunakan kipas.
8. Daerah-daerah yang memiliki tari Legong yang khas yaitu didesa Tista
(Tabanan), di pura Pajegan Agung (Ketewel ), didaerah daerah yang
dianggap sebagai daerah sumber Legong di Bali diantaranya Saba, Pejeng,
Peliatan (Gianyar), Binoh dan Kuta (Bandung), Kelandis (Denpasar) dan
Tiista (Tabanan).