Anda di halaman 1dari 10

Prosiding

Seminar Nasional Sains Antariksa


Homepage:http//www.lapan.go.id

PERBANDINGAN PETA ISOMAGNETIK EPOCH 2010.0 DARI BMKG DAN


MODEL MATEMATIS IGRF
(COMPARISON OF EPOCJ 2010.0 ISOMAGNETIC MAP FROM BMKG AND
IGRF MATHEMATICAL MODEL)

Alexander Parera1*, Andrean Simanjuntak2, Mariska Rande3 , Ismi Sania3


1Stasiun Geofisika Kepahyang Bengkulu
2Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh
3Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG)

*e-mail: alexanderfelixtaufan@gmail.com

ABSTRAK
Riwayat Artikel: Penelitian telah dilakukan untuk mencari perbandingan antara besarnya
kisaran nilai setiap komponen medan magnet bumi di wilayah Indonesia
Diterima: 22-11-2016
Direvisi: 20-02-2017 dengan menggunakan model matematis IGRF-11 dengan Peta
Disetujui: 02-03-2017 Isomagnetik Epoch 2010 hasil survey dari BMKG. Wilayah penelitian
Diterbitkan: 22-05-2017 membentang dari 7N 11S dan 94 142E. Hasil perhitungan dengan
menggunakan model matematis IGRF berupa kisaran nilai minimum dan
Kata kunci: maksimum untuk tiap komponen medan magnet di wilayah Indonesia
Peta isomagnetik epoch, adalah : nilai komponen deklinasi = -3,21660 - 5,31670; nilai komponen
intensitas medan inklinasi -41,8830 - 0,8330; nilai komponen Horisontal = 35023,6 - 41521,1
magnet, IGRF nT; nilai komponen Vertikal = -31418,2 - 587,4 nT ; nilai komponen total =
36983,4 - 44909,9 nT. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam format
peta yang juga disajikan bersusun (overlay) dengan peta epoch hasil survei
yang telah dirilis BMKG pada tahun 2010.

ABSTRACT
Keywords:
Research had been done to find a range magnitude comparison between
Isomagnetik epoch map, each earth's magnetic field component value in Indonesia by using IGRF-
The intensity of magnetic 11 mathematical models with 2010 Isomagnetic Epoch Map survey results
field, IGRF
from BMKG. The study area stretches from 7N - 11S and 94 - 142E.
The calculations results using mathematical model IGRF for each
component of the magnetic field in Indonesia region are : Declination
component values = -3.21660 to 5.31670; Inclination component values = -
41.8830 to 0.8330; Horisontal component values = 35023.6 to 41521.1 n ;
Vertical component values = -31,418.2 to 587.4 nT ; Total component
values = 36983.4 to 44909.9 nT. The result been displayed on a map,
overlaid to the map published by BMKG (epoch) 2010.

yang disebabkan oleh arus listrik karena adanya


1. Pendahuluan proses rotasi bumi dan konveksi material
Penyebab dan pengaruh paling dominan magnetis di dalam inti bumi bagian Nar (outer
serta utama keberadaan magnet di bumi adalah core) yang didominasi besi (Stephen, 2001 ;
gejala yang terjadi didalam bumi. Gejala tersebut Beggan, 2010).
didasarkan pada teori dinamo (dynamo theory),

Seminar Nasional Sains Antariksa


c 2017 Pusat Sains Antariksa LAPAN
Bandung, 22 November 2016 ISBN: 978-602-17420-1-3
142 A. Parera et al.

Saat cairan konduktif mengalir, arus listrik menghitungnya dan membandingkannya, kita
akan terinduksikan, yang kemudian kembali bisa mengetahui perbedaan diantara ke duanya.
menghasilkan medan magnet yang lain. Saat
medan magnet ini menguatkan medan magnet 2. Tinjauan Pustaka
yang sebelumnya, dinamo terbentuk dan menjadi
stabil. Medan magnet bumi dapat diukur nilai Peta Isomagnetik (variasi magnetik) atau
dan besarannya, dimana yang diukur adalah peta epoch merupakan peta yang berisikan
komponen-komponen dari medan magnet informasi mengenai nilai absolut dari setiap
tersebut (Kerrod, 2005). komponen medan magnet pada tempat yang
Medan magnet bumi terdiri dari tujuh diukur, di mana peta tersebut dibuat dan
komponen utama, antara lain medan magnet diperbaharui dalam selang waktu lima tahun
bumi komponen horisontal searah dengan arah sekali. Pembaharuan dalam jangka waktu lima
utara geografis (x); komponen horisontal searah tahun sekali tersebut adalah berdasarkan
dengan arah timur geografis (y); komponen ketentuan (IAGA) International Association of
horisontal (H) yang merupakan resultan dari x Geomagnetism and Aeronomy (Mioara, 2011).
dan y; komponen vertikal (Z); medan magnet Di Indonesia, nilai hasil pengukuran medan
bumi komponen Total; dan sudut yang dibentuk magnet bumi pertama kali didokumentasi dalam
antara komponen-komponen medan magnet bentuk buku oleh seorang ahli bernama Dr.
yakni sudut Deklinasi (D) dan Inklinasi (I). S.W.Visser. Visser menulis dan mempublikasi
Pengukuran besaran nilai komponen medan sebuah buku yakni buku Verhandelingen nomor
magnet bumi secara umum dapat dilakukan 13 pada tahun 1925. Isi buku tersebut mengenai
dengan berdasarkan pada data lapangan atau survei pengukuran magnet bumi daerah
hasil analisis pada data observasi atau juga bisa Indonesia untuk tahun Epoch 1925.0 (Winata,
berdasarkan model matematis yang menerapkan 2008).
konsep pemodelan kedepan (forward modeling) Hingga tahun 1980, publikasi mengenai
(Jeremy , 2004). survey pengukuran medan magnet di Indonesia
Pengukuran secara observasi dilakukan oleh secara lengkap tidak pernah diterbitkan
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika kembali.Publikasi nilai hasil pengukuran medan
(BMKG), yang mana berkaitan dengan magnet bumi pada periode tahun 1960-1980 di
pembuatan peta Epoch. Pengukuran medan Indonesia memang jarang dilakukan, namun
magnet yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran besar nilai medan magnet bumi di
model matematis, misalnya diterapkan oleh Indonesia terus dilakukan (Winata, 2008).
Badan Referensi International untuk Medan Pengukuran medan magnet bumi di
Magnet Bumi atau IGRF (International Indonesia pertama kali dilakukan di Jakarta
Geomagnetic Reference Field). pada tahun 1866 oleh Koninklijk Magnetisch en
Pengolahan data untuk model yang dibuat Meteorologisch Observatorium pada masa
IGRF diperoleh dari observasi kolektif pemerintahan kolonial Belanda. Sistem
menggunakan satelit dan pengamatan di peralatan yang digunakan untuk pengamatan
beberapa titik observatorium magnet bumi. Nilai pada saat itu masih menggunakan
hasil perhitungan model matematis IGRF magnetograph foto.
dijadikan sebagai referensi dengan skala Pada tahun 1960, kegiatan pengukuran
internasional (Pedersen, 1993). medan magnetik atau survei magnetik sudah
Pada tahun 2010, BMKG mempublikasikan menjadi tugas dan kewajiban BMKG. Guna
hasil pengamatan magnet bumi secara berkala di meningkatkan kualitas dan kinerja, maka
53 titik repeat stations. Hasil pengukuran BMKG mulai membangun stasiun pengamatan
tersebut merupakan nilai komponen medan magnet bumi. Pada tahun 1964, didirikan sebuah
magnet yang diukur berdasarkan pengamatan stasiun pengamatan magnet bumi di Tangerang
langsung atau observasi. Pada bulan Desember dan kemudian di Tuntungan, Medan pada tahun
2009, IGRF juga mempublikasikan model baru 1980 (Husni, 2010).
yang digunakan untuk menghitung besaran 10 tahun kemudian, di tambah satu stasiun
komponen medan magnet di setiap titik lagi di Manado, dan pada tahun 2006, BMKG
koordinat di permukaan bumi (BMKG, 2010). resmi memiliki lima stasiun pengamatan magnet
Apakah nilai hasil pengukuran lapangan dengan tambahnya dua stasiun di daerah
oleh BMKG dalam pembuatan peta epoch 2010 Kupang dan Pelabuhan Ratu. Selain melakukan
versi BMKG sesuai dengan nilai yang dijadikan pengamatan magnet bumi secara stasioner,
acuan Internasional yakni berdasarkan respon BMKG juga melakukan pengamatan magnet
model yang dipublikasikan IGRF? Dengan bumi secara periodik (5 tahun sekali) di titik-

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
Perbandingan Peta Isomagnetik Epoch . . . 143

titik tertentu yang disebut sebagai repeat meteorologi (IAMAS), hidrologi (IAHS) dan
stations (Husni, 2010). oseanografi (IAPSO).
Jumlah repeat stations saat ini ada 53 titik. IAGA adalah koordinator utama koleksi
Hasil pengukuran ini digunakan untuk data magnet bumi. IAGA telah banyak membuat
memperbaruhi peta kemagnetan bumi dan rekomendasi (resolusi) tentang observatorium
memetakan perubahannya dalam kurun waktu 5 magnetik, manajemen data, dan pengolahan data
tahun. Peta magnet bumi edisi yang paling yang tersedia.
terakhir diperbarui pada tahun Epoch 2010.0.
Proses untuk mempelajari dan mengenal
2.2 International Association of
lebih jauh tentang interaksi alam di mana Geomagnetism and Aeronomy
manusia melangsungkan hidupnya sangat (IAGA)
penting. Suatu organisasi yang berkonsentrasi IAGA merupakan asosiasi internasional
dalam pengembangan suatu kelompok keilmuan yang terbaik bagi siapapun yang ingin
untuk kemajuan serta keberlangsungan hidup mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
manusia sangat diperlukan untuk jangka waktu masalah yang berkaitan dengan magnet bumi.
yang panjang kedepannya. Adapun beberapa Divisi V dari IAGA mempunyai beberapa tugas
organisasi yang bidang operasionalnya berkaitan yang berkaitan dengan observatorium magnet
langsung dengan magnet; dalam hal ini adalah bumi dan instrument untuk penelitian tentang
magnet bumi, penulis paparkan sebagai berikut : magnet bumi.
2.1 International Council of Scientific Salah satu tugasnya adalah menetapkan
Unions (ICSU) suatu besaran nilai yang akan digunakan
sebagai referensi internasional, yang dikenal
ICSU adalah sebuah badan internasional sebagai IGRF (International Geomagnetic
non-pemerintah yang dipimpin oleh seorang Reference Field). Nilai tersebut ditetapkan
presiden emeritus dan terdiri dari organisasi- berdasarkan survey dan penelitian terhadap
organisasi internasional ilmiah sebagai data-data dari Satelit, dari berbagai
keanggotaannya. Presiden ICSU yang sekarang observatorium magnet di dunia, dan dari survey
Yuan Tseh Lee, berasal dari Taiwan dan magnetik dari tim IAGA (Renuganth, 2007).
merupakan lulusan University of Berkeley,
California. 2.3 International Geomagnetic
International Union of Geodesy and Reference Field (IGRF)
Geophysics (IUGG) adalah salah satu anggota IGRF merupakan sebuah model matematis
tersebut. Asosiasi Internasional Geomagnetism yang terdiri dari beberapa seri dan disepakati
dan Aeronomy (IAGA) adalah salah satu dari secara internasional, di mana nilai IGRF
tujuh asosiasi geofisika bawah IUGG tersebut. ditentukan untuk mendeskripsikan nilai besaran
Asosiasi lainnya adalah untuk geodesi (IAG), medan magnet utama bumi dengan pendekatan
seismologi (IASPEI), vulkanologi (IAVCEI), yang lebih mudah untuk diakses. Dalam

Tabel 1-1.
Model IGRF generasi ke 1 sampai generasi ke 11.

Full Name Short Valid For References


Name
IGRF 11th generation (revised 2009) IGRF-11 1900.0 2015.0 Finlay et al. (2010)
IGRF 10th generation (revised 2004) IGRF-10 1900.0 2010.0 Macmillan and Maus (2005)
IGRF 9th generation (revised 2003) IGRF-9 1900.0 2005.0 Macmillan et al. (2003)
IGRF 8th generation (revised 1999) IGRF-8 1900.0 2005.0 Mandea and Macmillan (2000)
IGRF 7th generation (revised 1995) IGRF-7 1900.0 2000.0 Barton (1997)
IGRF 6th generation (revised 1991) IGRF-6 1945.0 1995.0 Langel (1992)
IGRF 5th generation (revised 1987) IGRF-5 1945.0 1990.0 Langel et al. (1988)
IGRF 4th generation (revised 1985) IGRF-4 1945.0 1990.0 Barraclough (1987)
IGRF 3rd generation (revised 1981) IGRF-3 1965.0 1985.0 Peddie (1982)
IGRF 2nd generation (revised 1975) IGRF-2 1955.0 1980.0 IAGA (1975)
IGRF 1st generation (1969) IGRF-1 1955.0 1975.0 Zmuda (1971)

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
144 A. Parera et al.

penelitian ini, penulis menggunakan model IGRF n dan orde m. N merupakan derajat maksimum
generasi ke 11. dari ekspansi yang diinput agar koefisien dari
Adapun model IGRF yang pertama (IGRF model lebih reliable berdasarkan Nasan
generasi 1), dipublikasikan dan disahkan oleh observasi dan kualitas data yang didapat. Untuk
IAGA pada tahun 1969. Model pertama tersebut model IGRF-11, awalnya besaran nilai N
diprakarsai oleh komite WMS (World Magnetic diberikan N = 10 berdasarkan epoch 1995.0,
Survey), yang dibuat berdasarkan hasil survey di namun selanjutnya nilai N diperluas menjadi N
daratan, lautan, udara, dan berdasarkan data = 13 berdasarkan data dengan kualitas bagus
dari satelit selama 12 tahun, sejak tahun 1957. dari satelit rsted dan CHAMP.
Kemudian 6 tahun setelah Model IGRF Formulasi matematis pada model IGRF
generasi pertama disahkan, IAGA merevisi dan terdapat koefisien Gauss koefisien Gauss
mempublikasikan model IGRF yang baru, yang tersebut disajikan untuk penghitungan medan
dinamakan IGRF generasi ke dua. Demikian utama atau MF(Main Field) pada rentangan
seterusnya, model IGRF selalu diperbaharui epoch dengan interval 5 tahunan dari tahun
seiring pergantian waktu, hingga model yang 1900.0 sampai tahun 2010.0. Besarnya nilai (t)
terbaru, yakni IGRF generasi ke sebelas time / waktu dari koefisien Gauss dapat
dipublikasikan pada bulan Desember 2009. ditentukan dengan persamaan berikut :
Berikut merupakan tabel yang mendeskripsikan
= + ............... (3-2)
model IGRF generasi 1 sampai 11 beserta tahun
revisi dan validitasnya (Beggan, 2010). dan demikianpun similar untuk .
Untuk t dan merupakan time atau waktu,
3. Data dan Metode di mana t adalah jumlah waktu(beberapa tahun)
yang akan dihitung; dan merupakan jumlah t
Data yang digunakan dalam penelitian untuk epoch sebelumnya. Perlu diingat bahwa
adalah data digital komponen D, I, F, H, dan Z
t <( +5.0). Koefisien dengan satuannya
pada tahun pembuatan peta Epoch terbaru
nT , merupakan rerata turunan pertama
(tahun 2010) berdasarkan respon Model IGRF
dari selama interval sampai +5.0,
generasi ke 11. Data yang digunakan diberi
yang tidak lain merupakan Variasi Sekular (SV)
batasan wilayah pengukuran pada koordinat 7N
selama interval tersebut (Thomson, 2009).
11S dan 94E 142E dengan grid
Ketika nilai dan +5.0 untuk medan
perpotongan titik pada setiap penambahan 10 di
utama (MF) telah diketahui, maka nilai
dalam cakupan Nas wilayah tersebut. Lintang
bisa dihitung dengan interpolasi linear.
dan Bujur (dalam menit dan detik) diinput = 0.
Untuk tahun paling akhir dari jangka waktu
3.1 Formulasi Matematis Model IGRF validitas model (antara 2010.0- 2015.0 untuk
model IGRF-11), koefisien dari rerata SV yang
Pada permukaan bumi, model IGRF diprediksi, dan telah disediakan
merepresentasikan besarnya kuat medan magnet secara eksplisit (Zirker, 2009).
Bumi B (r, , , t) yang dihasilkan oleh sumber
dari dalam bumi dalam kaitannya dengan 3.2 Kalkulasi Matematis Menggunakan
potensial skalar (scalar potential) V(r, , , t) Model IGRF11.cof
(Pedersen, 1993). Dengan persamaan B = -V di
Kalkulasi matematis dengan memakai
mana V memiliki koefisien Gauss harmonic bola,
software apikatif Geomag70_ windows berbasis
g nm , hnm , secara konvensional satuannya data model IGRF11.cof yang memberikan hasil
nanotesla (nT), maka : berupa besaran atau nilai komponen medan
n 1
magnet D, I, H, F, dan Z pada wilayah yang
a
g
N n
V a m
cos m h nm sin m Pnm (cos ) menjadi cakupan dalam penelitian. Gambar 3-1
n
n 1 m 0 r merupakan contoh display hasil perhitungan
menggunakan Geomag70_windows basis data
....................................................................... (3-1)
IGRF11.
Subtitusi sistem koordinat geosentrik Input penelitian untuk menghitung
dengan koordinat geodetik mengacu pada data besarnya nilai komponen medan magnet
Sistem Geodetik Dunia atau World Geodetic sebanyak 931 titik tiap perpotongan 10 garis
System pada tahun 1984. Dalam aplikasi model lintang dan bujur pada cakupan wilayah
IGRF-11 ini, user atau peneliti menginput sesuai penelitian. Input berbeda dengan mekanisme
pilihannya, koordinat geodetik atau koordinat perhitungan berdasarkan observasi lapangan
geosentrik (Kerr, 2002). oleh tim survey BMKG, yang melakukan
Menurut Kerr (2002), (cos) merupakan penelitian hanya pada 53 titik (repeat station).
asosiasi fungsi Schmidt-Legendre dengan derajat

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
Perbandingan Peta Isomagnetik Epoch . . . 145

Gambar 4-1. Peta Isomagnetik Epoch


Gambar 3-1. display hasil perhitungan Komponen Deklinasi D versi BMKG.
menggunakan Geomag70_windows basis data
IGRF11.

Hasil kemudian diolah dan dimodelkan


dalam bentuk peta agar lebih efektif dan
informatif terkait nilai komponen medan
magnet, khususnya pada wilayah penelitian di
Indonesia.

4. Pembahasan
4.1 Analisa Hasil Survei dan Peta
Epoch 2010.0 Versi BMKG Gambar 4-2. Peta Isomagnetik Epoch
Komponen Inklinasi I versi BMKG.
Selanjutnya peneliti paparkan peta Epoch
hasil obesrvasi lapangan, pengolahan data dan
publikasi BMKG selaku pihak yang berwenang.
Adapun peta Epoch buatan BMKG ditunjukkan
pada Gambar 4-1 hingga 4-5.
Pengamatan komponen medan magnet
terkait pembuatan peta isomagnetik epoch
2010.0 oleh tim survey BMKG berlangsung
selama 7 bulan. Titik pengamatan berada di
kota Denpasar (Ngurah Rai International
Airport) tanggal 29 April 2010 (09.35 GMT) dan
berakhir pada titik pengamatan di Sentani
Gambar 4-3. Peta Isomagnetik Epoch
Airport, Jayapura, pada tanggal 26 November
Komponen Horisontal H versi BMKG.
2010 (07:36 GMT).
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut,
hasil dan nilai untuk intensitas komponen 34,61883(degree) yakni pada lokasi pengukuran
Deklinasi, nilai Deklinasi terendah -0 -43 -15,9 di Detasemen Meteo TNI-AU Pacitan.
(deg, min, sec)/-0,721089(degree) pada lokasi Sedangkan nilai Inklinasi maksimum pada
pengukuran di Binaka Airport, Gunung Sitoli. wilayah penelitian adalah -7 -56 32.3 / -
Sedangkan nilai Deklinasi tertinggi 4 36 2,2 / 7,942297(degree) yakni pada lokasi pengukuran
4,600617 (degree) pada lokasi pengukuran di di Naha Airport, Naha.
Mopah Airport, Merauke. Perhitungan nilai komponen Horisontal H
Perhitungan nilai komponen Inklinasi I untuk pembuatan peta Epoch Horisontal
untuk pembuatan peta Epoch Inklinasi tersebut Intensity berdasarkan pada perhitungan
berdasarkan pengamatan langsung pada lokasi, formulatif dengan asumsi H = F cos I. Data
dengan menggunakan instrument berupa komponen Total F diperoleh berdasarkan
Declination Inclination Meter (DIM) tipe Wild T1 pengamatan langsung pada lokasi, dengan
Bartington, Theo 020A, dan YOM3 Lemi. Hasil menggunakan instrument berupa Proton
dari pengamatan adalah nilai atau besaran Precission Magnetometer (PPM) tipe GSM 19T
komponen Inklinasi I. dan GSM Overhouser kemudian akan dikalikan
Nilai Inklinasi minimum pada wilayah dengan cosinus besarnya nilai sudut Inklinasi.
penelitian tersebut adalah -34 -37 -7.79/ -

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
146 A. Parera et al.

Perhitungan nilai komponen Vertikal Z


untuk pembuatan peta Epoch Vertical Intensity
tersebut berdasarkan perhitungan formulatif
dengan asumsi Z = F sin I. Jadi data komponen
Total F berdasarkan pengamatan langsung pada
lokasi, dengan menggunakan instrument berupa
Proton Precission Magnetometer (PPM) tipe GSM
19T dan GSM Overhouser kemudian akan
dikalikan dengan sinus besarnya nilai sudut
Inklinasi.
Nilai medan magnet komponen Vertikal
Gambar 4-4. Peta Isomagnetik Epoch minimum pada wilayah penelitian tersebut
Komponen Total F versi BMKG. adalah -27216,60 nT yakni pada lokasi
pengukuran di Aerologi station, Kupang.
Sedangkan nilai maksimum medan magnet
komponen Vertikal pada wilayah penelitian
tersebut adalah -5480,81 nT, berdasarkan
pengukuran lapangan pada tanggal 25 November
2010 pada lokasi pengkuran di Naha Airport,
Naha.
4.2 Analisa Hasil Model Matematis
IGRF11
Setelah melakukan pemodelan, hasil yang
didapat mencapai titik yang menjadi target
Gambar 4-5. Peta Isomagnetik Epoch penelitian ini. Pada point pertama mengenai
Komponen Vertikal Z versi BMKG. besarnya nilai komponen magnetik D, I, F, H,
dan Z pada koordinat wilayah 7N 11S dan 94
Hasil dari kalkulasi berupa nilai atau 142E yang diberikan respon model IGRF.
besaran medan magnet komponen Horisontal H. Titik grid sebanyak 10 per potongan garis
Nilai minimum komponen Horisontal pada lintang dan bujur dalam cakupan wilayah
wilayah penelitian tersebut adalah 36688,32 nT penelitian. Nilai minimum komponen Deklinasi
yakni pada lokasi pengukuran di di Mopah D pada penelitian ini adalah sebesar -3,2166
Airport, Merauke. Sedangkan nilai maksimum yang terukur pada titik grid 11 S dan 94 E.
medan magnet komponen Horisontal pada Sedangkan nilai maksimumnya adalah sebesar
wilayah penelitian tersebut adalah 41135,99 nT, 5,31670 yang terukur pada titik grid 11 S dan
berdasarkan pengukuran lapangan pada tanggal 142 E. Hasil tersebut bisa dibandingkan dengan
20 Oktober 2010 pada lokasi pengkuran di hasil observasi analitis BMKG untuk komponen
Polonia International Airport, Medan. Deklinasi D.
Perhitungan nilai komponen Total F untuk Seperti pada perhitungan komponen
pembuatan peta Epoch Total Intensity tersebut Dekinasi D, perhitungan nilai komponen
berdasarkan pengamatan langsung pada lokasi, Inklinasi I, Horisontal H, Vertikal Z, dan
dengan menggunakan instrument berupa Proton komponen Total F juga menggunakan software
Precission Magnetometer (PPM) tipe GSM 19T Geomag70_windows basis data IGRF11. Input
dan GSM Overhouser. Hasil dari survey grid sebanyak 10 per potongan garis Lintang dan
menggunakan PPM tersebut adalah berupa nilai Bujur dalam wilayah penelitian.
atau besaran medan magnet komponen Total F. Nilai minimum komponen Inklinasi I pada
Nilai medan magnet komponen Total F penelitian ini adalah sebesar -41,8830 yang
minimum pada wilayah penelitian tersebut terukur pada titik grid 11 S dan 94 E.
adalah 39855,65 nT yakni pada lokasi Sedangkan nilai maksimumnya adalah sebesar -
pengukuran di Sentani Airport, Jayapura. 0,8330 yang terukur pada titik grid 70 N dan
Sedangkan nilai maksimum medan magnet 1190 E.
komponen Total F pada wilayah penelitian Berdasarkan hasil kalkulasi dan analisa,
tersebut adalah 45583,32 nT, berdasarkan nilai minimum komponen Horisontal H adalah
pengukuran lapangan pada tanggal 26 Juli 2010 sebesar 35023,6 nT yang terukur pada titik grid
di Detasemen Meteo TNI-AU daerah Pacitan. 11 S dan 94 E. Sedangkan nilai maksimumnya
adalah sebesar 41521,1 nT yang terukur pada
titik grid 7 N dan 97 E.

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
Perbandingan Peta Isomagnetik Epoch . . . 147

Gambar 4-6. Peta Isomagnetik Epoch Gambar 4-9. Peta Isomagnetik Epoch
Komponen Deklinasi D versi IGRF. Komponen Vertikal Z versi IGRF.

Gambar 4-7. Peta Isomagnetik Epoch


Gambar 4-10. Peta Isomagnetik Epoch
Komponen Inklinasi I versi IGRF.
Komponen Total F versi IGRF.

4.3 Analisis Komparatif BMKG dan


IGRF
Analisis lebih lanjut yakni membandingkan
hasil survey observatif BMKG dalam pembuatan
peta isomagnetik epoch 2010.0 dengan hasil
kalkulasi berdasarkan respon model matematis
IGRF11, maka diperoleh suatu hasil
perbandingan. Berdasarkan analisis komparatif,
hasil yang didapat memiliki perbedaan yang
minim. Adanya perbedaan cukup signifikan
Gambar 4-8. Peta Isomagnetik Epoch hanya pada nilai minimum Deklinasi D dengan
Komponen Horisontal H versi IGRF perbandingan 1:5; nilai maksimum Inklinasi I
dengan perbandingan 9:1; dan nilai maksimum
Berdasarkan hasil kalkulasi dan analisa komponen Vertikal Z dengan perbandingan 9:1.
peneliti, nilai minimum komponen Vertikal Z Sedangkan 7 nilai lainnya dari ke lima
sebesar -31418,2 nT yang terukur pada titik grid komponen magnet tersebut memiliki
11 S dan 95 E. Sedangkan nilai maksimumnya perbandingan 1:1 dengan deviasi 0.3.
adalah sebesar -587,4 nT yang terukur pada titik Beberapa perbedaan nilai tersebut
grid 7 N dan 118 E. disebabkan oleh pengaruh letak geografis lokasi
Dari Gambar 4-10, hasil komponen medan pengukuran, dalam hal ini koordinat garis
magnet Total F diperoleh nilai minimum adalah Lintang dan Bujur. Signifikansi perbedaan
sebesar 36983,4 nT yang terukur pada titik grid beberapa nilai tersebut adalah sesuatu yang
7 N dan 142 E. Sedangkan nilai maksimum rasional dan dapat dipahami mengingat
komponen medan magnet Total F adalah sebesar besarnya perbandingan jumlah titik pengukuran;
44909,9 nT yang terukur pada titik grid 6 S dan yakni 53 : 931.
99 E.

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
148 A. Parera et al.

Gambar 4-11. Peta Representasi Komparatif


Nilai Maksimum dan Minimum Komponen Gambar 4-14. Hasil Overlay Peta Epoch
Medan Magnet Versi BMKG dan IGRF. Komponen Horisontal H versi IGRF dan
BMKG.

Gambar 4-12. Hasil Overlay Peta Epoch


Komponen Deklinasi D versi IGRF dan Gambar 4-15. Hasil Overlay Peta Epoch
BMKG. Komponen Vertical Z versi IGRF dan BMKG.

Gambar 4-13. Hasil Overlay Peta Epoch Gambar 4-16. Hasil Overlay Peta Epoch
Komponen Inklinasi I versi IGRF dan BMKG. Komponen Total F versi IGRF dan BMKG.

Pada Gambar 4-12, perbedaan yang paling perhitungan, yakni 1 : 1 dengan deviasi nilai
signifikan hanya nampak pada garis kontur nilai 0.18.
Deklinasi 1 degree, yakni pada lengkungan di Garis kontur menunjukkan trend
area 10 S dan 109 E (daerah Selatan Jawa). kemiringan yang lebih menggeser dan agak
Selain dari itu, hasil BMKG dan hasil model berbeda dengan hasil BMKG pada daerah 4N
matematis dari IGRF tidak jauh berbeda. dan 103 - 107 E dengan nilai komponen
Dari Gambar 4-13, nampak bahwa Horisontal 41000 nT dan pada daerah 5 - 7 S
perbandingan nilai komponen Inklinasi versi dan 115 - 133 E dengan nilai komponen
BMKG (garis kontur warna hitam) dengan hasil Horisontal 38000 nT. Secara keseluruhan,
penelitian peneliti berdasarkan model IGRF11 komparasi kedua penelitian tersebut mendekati
(garis kontur warna merah) sesuai dengan hasil nilai 1, dengan deviasi sebesar 0.1.

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
Perbandingan Peta Isomagnetik Epoch . . . 149

Tabel 4-1. 6. Kesimpulan


Komparasi nilai komponen medan magnet 1. Berdasarkan hasil penelitian, nilai
pengukuran BMKG dan model IGRF. komparasi perbedaan antara hasil survey
Komponen BMKG IGRF BMKG dengan model IGRF11 mendekati
-0,7210 -3,2166 1:1 dengan deviasi 0.3.
D 2. Tingkat akurasi dan validitas model
-4,6006 -5,3167
-34,6188 -41,8330 IGRF11 bisa diandalkan, untuk penelitian
I tentang nilai komponen medan magnet pada
-7,9422 -0,8830
lokasi geografis tertentu dalam efisiensi
36688,32 35023,60
H waktu yang cepat dan instant. Hal tersebut
41135,99 41521,10
terbukti dengan minimnya signifikansi
-27216,60 -31418,20
Z perbedaan antara hasil respon model
-5480,81 -587,40
dengan hasil penelitian lapangan.
39855,65 36983,40
F
45583,32 44909,90
Ucapan Terima Kasih
Dari Gambar 4-16, nampak bahwa nilai Rasa terimakasih penulis ucapkan kepada
komponen Inklinasi versi BMKG (garis kontur rekan dan sahabat Andrean, Mariska, dan Ismi
warna hitam) tidak jauh berbeda dengan hasil yang sudah menyediakan waktu dan bisa bekerja
penelitian peneliti berdasarkan model IGRF11 sama dalam melakukan studi penelitian.
(garis kontur warna merah). Perbedaan yang Terimakasih juga kepada tim subbidang geopot
cukup mencolok, nampak pada daerah 3 N dan BMKG yang telah berhasil melakukan observasi
134 E, dengan kisaran nilai komponen F = pengamatan dan mempublikasikan peta Epoch
39000 nT. yang jadi bahan penelitian. Terimakasih untuk
Demikianlah, hasil penggabungan (overlay) NOAA yang rutin memberikan hasil dan model
peta kontur isomagnetik epoch hasil perhitungan kalkulasi IGRF setiap lima tahun dan menjadi
peneliti (garis kontur warna merah) dengan peta data dan refrensi bagi penulis dalam penelitian.
isomagnetik epoch 2010.0 (garis kontur warna
hitam) yang dibuat dan dipublikasi oleh BMKG. Daftar Pustaka
Hasil kalkulasi dan komparasi metode
Beggan C., Bondar T, N., Chambodut A., Finlay
pengukuran BMKG dan model IGRF
C, C. (2010). International Geomagnetic
ditampilkan pada Tabel 4-1.
Reference Field : The Eleventh Generation.
Dari Tabel 4-1, nampak perbedaan nilai
Nebraska: US Department of Commerce .
yang signifikan antara kedua model adalah pada
BMKG. (2010). Geophysical Note No. 12
nilai minimum komponen Deklinasi, nilai
Isomagnetic Maps of Indonesia. Jakarta :
Maksimum komponen Inklinasi, dan nilai
BMKG.
maksimum komponen Vertikal.
Davis, Jeremy. (2004). Mathematical Modeling of
Nilai tiga komponen tersebut berbeda
Earths Magnetic Field. Blacksburg.
karena faktor penentuan lokasi titik
Husni, Muhammad. (2010). Modul Magnet Bumi
pengamatan, di mana titik pengamatan
I. Jakarta : AMG.
minimum / maksimum hasil perhitungan model
Kerr, David. (2002). Verification Magnetic
IGRF merupakan titik yang tidak dapat
Declinations computed by World Magnetic
dijangkau dalam pengukuran langsung di
Model(pdf file), http://www.faa.gov/about
lapangan seperti yang dilakukan oleh BMKG.
/office_org/
headquarters_offices/ang/offices
5. Implementasi /tc/about/campus/faa_host/labs/tgf/medi
Hasil peneleitian berguna untuk a/Verification.pdf, diakses 13 Juli 2013.
mengetahui seberapa baik dan besar Kerrod, Robin. (2005). Astronomy, diterjemahkan
perbandingan antara peta Epoch 2010 yang oleh Syamaun Peusangan, Jakarta:
dipublikasikan oleh BMKG dengan hasil Erlangga.
kalkulasi manual menggunakan model Macmillan, Susan. (2007). IGRF-International
matematis IGRF. Perbandingan ini bisa dipakai Geomagnetic Reference Field (pdf file),
sebagai referensi untuk koreksi nilai dan acuan http://nora.nerc.ac.uk/3981/1/75CAE7C0.
bagi BMKG untuk memperbanyak titik grid pdf, diakses 13 Juli 2013.
pengukuran. Mandea, Mioara. (2011). Magnetic Observation
And Models. Sopron : IAGA.

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3
150 A. Parera et al.

Marshak, Stephen, (2001). Earth; Portrait of a Navigation at Equatorial Vicinity (pdf file),
Planet, New york; W. W. Norton & http://www.geomag.bgs.ac.uk/research/pub
Company. lications.html, diakses pada tanggal 20 juni
Pedersen, Olaf, (1993). Early Physics and 2013.
Astronomy : A Historical Introdution, Rev Winata E, N. (2008). Pengaruh Sunspot
ed, Great Britania, Cambridge University Terhadap Komponen Magnet Pada Daerah
Press. Lintang Rendah, Sedang, dan Tinggi.
Thomson, et.al. (2009). Geomagnetism, Review Jakarta : Tugas Akhir DIII Geofisika,
2007- 2008 (pdf file), http://www. Akademi Meteorologi dan Geofisika.
geomag.bgs.ac.uk/research/publications.htm Zirker, Jack B. (2009). The Magnetic Universe :
, diakses pada tanggal 20 Juni 2013. the elusive traces of an invisibles force,
Varatharajoo, Renuganth, et.al. (2007). Earth Maryland: John Hopkins University Press.
Magnetic Field Model for Satellite

Alexander Parera, lahir di kota Larantuka (Nusa Tenggara Timur) pada tanggal 10
Maret 1991, menyelesaikan kuliah Diploma III sebagai taruna di Sekolah Kedinasan
BMKG yaitu Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMG), masuk mulai
tahun 2009 dan bekerja di BMKG sejak tahun 2012. Pada tahun 2014 terpilih untuk
melanjutkan pendidikan DIV di Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika, sebagai salah satu Taruna dengan konsentrasi jurusan yaitu geofisika dan
tertarik pada bidang geomagnetik, prekursor, gravity dan seismo-ionosferik. Saat ini
sedang mempersiapkan tesis pada program S2 di Universitas Bengkulu dengan
konsentrasi proses pengolahan data gravitasi untuk menganalisa struktur kelurusan
pada sesar aktif di Bengkulu.

Prosiding SNSA 2016


ISBN: 978-602-17420-1-3

Anda mungkin juga menyukai