*e-mail: alexanderfelixtaufan@gmail.com
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Penelitian telah dilakukan untuk mencari perbandingan antara besarnya
kisaran nilai setiap komponen medan magnet bumi di wilayah Indonesia
Diterima: 22-11-2016
Direvisi: 20-02-2017 dengan menggunakan model matematis IGRF-11 dengan Peta
Disetujui: 02-03-2017 Isomagnetik Epoch 2010 hasil survey dari BMKG. Wilayah penelitian
Diterbitkan: 22-05-2017 membentang dari 7N 11S dan 94 142E. Hasil perhitungan dengan
menggunakan model matematis IGRF berupa kisaran nilai minimum dan
Kata kunci: maksimum untuk tiap komponen medan magnet di wilayah Indonesia
Peta isomagnetik epoch, adalah : nilai komponen deklinasi = -3,21660 - 5,31670; nilai komponen
intensitas medan inklinasi -41,8830 - 0,8330; nilai komponen Horisontal = 35023,6 - 41521,1
magnet, IGRF nT; nilai komponen Vertikal = -31418,2 - 587,4 nT ; nilai komponen total =
36983,4 - 44909,9 nT. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam format
peta yang juga disajikan bersusun (overlay) dengan peta epoch hasil survei
yang telah dirilis BMKG pada tahun 2010.
ABSTRACT
Keywords:
Research had been done to find a range magnitude comparison between
Isomagnetik epoch map, each earth's magnetic field component value in Indonesia by using IGRF-
The intensity of magnetic 11 mathematical models with 2010 Isomagnetic Epoch Map survey results
field, IGRF
from BMKG. The study area stretches from 7N - 11S and 94 - 142E.
The calculations results using mathematical model IGRF for each
component of the magnetic field in Indonesia region are : Declination
component values = -3.21660 to 5.31670; Inclination component values = -
41.8830 to 0.8330; Horisontal component values = 35023.6 to 41521.1 n ;
Vertical component values = -31,418.2 to 587.4 nT ; Total component
values = 36983.4 to 44909.9 nT. The result been displayed on a map,
overlaid to the map published by BMKG (epoch) 2010.
Saat cairan konduktif mengalir, arus listrik menghitungnya dan membandingkannya, kita
akan terinduksikan, yang kemudian kembali bisa mengetahui perbedaan diantara ke duanya.
menghasilkan medan magnet yang lain. Saat
medan magnet ini menguatkan medan magnet 2. Tinjauan Pustaka
yang sebelumnya, dinamo terbentuk dan menjadi
stabil. Medan magnet bumi dapat diukur nilai Peta Isomagnetik (variasi magnetik) atau
dan besarannya, dimana yang diukur adalah peta epoch merupakan peta yang berisikan
komponen-komponen dari medan magnet informasi mengenai nilai absolut dari setiap
tersebut (Kerrod, 2005). komponen medan magnet pada tempat yang
Medan magnet bumi terdiri dari tujuh diukur, di mana peta tersebut dibuat dan
komponen utama, antara lain medan magnet diperbaharui dalam selang waktu lima tahun
bumi komponen horisontal searah dengan arah sekali. Pembaharuan dalam jangka waktu lima
utara geografis (x); komponen horisontal searah tahun sekali tersebut adalah berdasarkan
dengan arah timur geografis (y); komponen ketentuan (IAGA) International Association of
horisontal (H) yang merupakan resultan dari x Geomagnetism and Aeronomy (Mioara, 2011).
dan y; komponen vertikal (Z); medan magnet Di Indonesia, nilai hasil pengukuran medan
bumi komponen Total; dan sudut yang dibentuk magnet bumi pertama kali didokumentasi dalam
antara komponen-komponen medan magnet bentuk buku oleh seorang ahli bernama Dr.
yakni sudut Deklinasi (D) dan Inklinasi (I). S.W.Visser. Visser menulis dan mempublikasi
Pengukuran besaran nilai komponen medan sebuah buku yakni buku Verhandelingen nomor
magnet bumi secara umum dapat dilakukan 13 pada tahun 1925. Isi buku tersebut mengenai
dengan berdasarkan pada data lapangan atau survei pengukuran magnet bumi daerah
hasil analisis pada data observasi atau juga bisa Indonesia untuk tahun Epoch 1925.0 (Winata,
berdasarkan model matematis yang menerapkan 2008).
konsep pemodelan kedepan (forward modeling) Hingga tahun 1980, publikasi mengenai
(Jeremy , 2004). survey pengukuran medan magnet di Indonesia
Pengukuran secara observasi dilakukan oleh secara lengkap tidak pernah diterbitkan
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika kembali.Publikasi nilai hasil pengukuran medan
(BMKG), yang mana berkaitan dengan magnet bumi pada periode tahun 1960-1980 di
pembuatan peta Epoch. Pengukuran medan Indonesia memang jarang dilakukan, namun
magnet yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran besar nilai medan magnet bumi di
model matematis, misalnya diterapkan oleh Indonesia terus dilakukan (Winata, 2008).
Badan Referensi International untuk Medan Pengukuran medan magnet bumi di
Magnet Bumi atau IGRF (International Indonesia pertama kali dilakukan di Jakarta
Geomagnetic Reference Field). pada tahun 1866 oleh Koninklijk Magnetisch en
Pengolahan data untuk model yang dibuat Meteorologisch Observatorium pada masa
IGRF diperoleh dari observasi kolektif pemerintahan kolonial Belanda. Sistem
menggunakan satelit dan pengamatan di peralatan yang digunakan untuk pengamatan
beberapa titik observatorium magnet bumi. Nilai pada saat itu masih menggunakan
hasil perhitungan model matematis IGRF magnetograph foto.
dijadikan sebagai referensi dengan skala Pada tahun 1960, kegiatan pengukuran
internasional (Pedersen, 1993). medan magnetik atau survei magnetik sudah
Pada tahun 2010, BMKG mempublikasikan menjadi tugas dan kewajiban BMKG. Guna
hasil pengamatan magnet bumi secara berkala di meningkatkan kualitas dan kinerja, maka
53 titik repeat stations. Hasil pengukuran BMKG mulai membangun stasiun pengamatan
tersebut merupakan nilai komponen medan magnet bumi. Pada tahun 1964, didirikan sebuah
magnet yang diukur berdasarkan pengamatan stasiun pengamatan magnet bumi di Tangerang
langsung atau observasi. Pada bulan Desember dan kemudian di Tuntungan, Medan pada tahun
2009, IGRF juga mempublikasikan model baru 1980 (Husni, 2010).
yang digunakan untuk menghitung besaran 10 tahun kemudian, di tambah satu stasiun
komponen medan magnet di setiap titik lagi di Manado, dan pada tahun 2006, BMKG
koordinat di permukaan bumi (BMKG, 2010). resmi memiliki lima stasiun pengamatan magnet
Apakah nilai hasil pengukuran lapangan dengan tambahnya dua stasiun di daerah
oleh BMKG dalam pembuatan peta epoch 2010 Kupang dan Pelabuhan Ratu. Selain melakukan
versi BMKG sesuai dengan nilai yang dijadikan pengamatan magnet bumi secara stasioner,
acuan Internasional yakni berdasarkan respon BMKG juga melakukan pengamatan magnet
model yang dipublikasikan IGRF? Dengan bumi secara periodik (5 tahun sekali) di titik-
titik tertentu yang disebut sebagai repeat meteorologi (IAMAS), hidrologi (IAHS) dan
stations (Husni, 2010). oseanografi (IAPSO).
Jumlah repeat stations saat ini ada 53 titik. IAGA adalah koordinator utama koleksi
Hasil pengukuran ini digunakan untuk data magnet bumi. IAGA telah banyak membuat
memperbaruhi peta kemagnetan bumi dan rekomendasi (resolusi) tentang observatorium
memetakan perubahannya dalam kurun waktu 5 magnetik, manajemen data, dan pengolahan data
tahun. Peta magnet bumi edisi yang paling yang tersedia.
terakhir diperbarui pada tahun Epoch 2010.0.
Proses untuk mempelajari dan mengenal
2.2 International Association of
lebih jauh tentang interaksi alam di mana Geomagnetism and Aeronomy
manusia melangsungkan hidupnya sangat (IAGA)
penting. Suatu organisasi yang berkonsentrasi IAGA merupakan asosiasi internasional
dalam pengembangan suatu kelompok keilmuan yang terbaik bagi siapapun yang ingin
untuk kemajuan serta keberlangsungan hidup mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
manusia sangat diperlukan untuk jangka waktu masalah yang berkaitan dengan magnet bumi.
yang panjang kedepannya. Adapun beberapa Divisi V dari IAGA mempunyai beberapa tugas
organisasi yang bidang operasionalnya berkaitan yang berkaitan dengan observatorium magnet
langsung dengan magnet; dalam hal ini adalah bumi dan instrument untuk penelitian tentang
magnet bumi, penulis paparkan sebagai berikut : magnet bumi.
2.1 International Council of Scientific Salah satu tugasnya adalah menetapkan
Unions (ICSU) suatu besaran nilai yang akan digunakan
sebagai referensi internasional, yang dikenal
ICSU adalah sebuah badan internasional sebagai IGRF (International Geomagnetic
non-pemerintah yang dipimpin oleh seorang Reference Field). Nilai tersebut ditetapkan
presiden emeritus dan terdiri dari organisasi- berdasarkan survey dan penelitian terhadap
organisasi internasional ilmiah sebagai data-data dari Satelit, dari berbagai
keanggotaannya. Presiden ICSU yang sekarang observatorium magnet di dunia, dan dari survey
Yuan Tseh Lee, berasal dari Taiwan dan magnetik dari tim IAGA (Renuganth, 2007).
merupakan lulusan University of Berkeley,
California. 2.3 International Geomagnetic
International Union of Geodesy and Reference Field (IGRF)
Geophysics (IUGG) adalah salah satu anggota IGRF merupakan sebuah model matematis
tersebut. Asosiasi Internasional Geomagnetism yang terdiri dari beberapa seri dan disepakati
dan Aeronomy (IAGA) adalah salah satu dari secara internasional, di mana nilai IGRF
tujuh asosiasi geofisika bawah IUGG tersebut. ditentukan untuk mendeskripsikan nilai besaran
Asosiasi lainnya adalah untuk geodesi (IAG), medan magnet utama bumi dengan pendekatan
seismologi (IASPEI), vulkanologi (IAVCEI), yang lebih mudah untuk diakses. Dalam
Tabel 1-1.
Model IGRF generasi ke 1 sampai generasi ke 11.
penelitian ini, penulis menggunakan model IGRF n dan orde m. N merupakan derajat maksimum
generasi ke 11. dari ekspansi yang diinput agar koefisien dari
Adapun model IGRF yang pertama (IGRF model lebih reliable berdasarkan Nasan
generasi 1), dipublikasikan dan disahkan oleh observasi dan kualitas data yang didapat. Untuk
IAGA pada tahun 1969. Model pertama tersebut model IGRF-11, awalnya besaran nilai N
diprakarsai oleh komite WMS (World Magnetic diberikan N = 10 berdasarkan epoch 1995.0,
Survey), yang dibuat berdasarkan hasil survey di namun selanjutnya nilai N diperluas menjadi N
daratan, lautan, udara, dan berdasarkan data = 13 berdasarkan data dengan kualitas bagus
dari satelit selama 12 tahun, sejak tahun 1957. dari satelit rsted dan CHAMP.
Kemudian 6 tahun setelah Model IGRF Formulasi matematis pada model IGRF
generasi pertama disahkan, IAGA merevisi dan terdapat koefisien Gauss koefisien Gauss
mempublikasikan model IGRF yang baru, yang tersebut disajikan untuk penghitungan medan
dinamakan IGRF generasi ke dua. Demikian utama atau MF(Main Field) pada rentangan
seterusnya, model IGRF selalu diperbaharui epoch dengan interval 5 tahunan dari tahun
seiring pergantian waktu, hingga model yang 1900.0 sampai tahun 2010.0. Besarnya nilai (t)
terbaru, yakni IGRF generasi ke sebelas time / waktu dari koefisien Gauss dapat
dipublikasikan pada bulan Desember 2009. ditentukan dengan persamaan berikut :
Berikut merupakan tabel yang mendeskripsikan
= + ............... (3-2)
model IGRF generasi 1 sampai 11 beserta tahun
revisi dan validitasnya (Beggan, 2010). dan demikianpun similar untuk .
Untuk t dan merupakan time atau waktu,
3. Data dan Metode di mana t adalah jumlah waktu(beberapa tahun)
yang akan dihitung; dan merupakan jumlah t
Data yang digunakan dalam penelitian untuk epoch sebelumnya. Perlu diingat bahwa
adalah data digital komponen D, I, F, H, dan Z
t <( +5.0). Koefisien dengan satuannya
pada tahun pembuatan peta Epoch terbaru
nT , merupakan rerata turunan pertama
(tahun 2010) berdasarkan respon Model IGRF
dari selama interval sampai +5.0,
generasi ke 11. Data yang digunakan diberi
yang tidak lain merupakan Variasi Sekular (SV)
batasan wilayah pengukuran pada koordinat 7N
selama interval tersebut (Thomson, 2009).
11S dan 94E 142E dengan grid
Ketika nilai dan +5.0 untuk medan
perpotongan titik pada setiap penambahan 10 di
utama (MF) telah diketahui, maka nilai
dalam cakupan Nas wilayah tersebut. Lintang
bisa dihitung dengan interpolasi linear.
dan Bujur (dalam menit dan detik) diinput = 0.
Untuk tahun paling akhir dari jangka waktu
3.1 Formulasi Matematis Model IGRF validitas model (antara 2010.0- 2015.0 untuk
model IGRF-11), koefisien dari rerata SV yang
Pada permukaan bumi, model IGRF diprediksi, dan telah disediakan
merepresentasikan besarnya kuat medan magnet secara eksplisit (Zirker, 2009).
Bumi B (r, , , t) yang dihasilkan oleh sumber
dari dalam bumi dalam kaitannya dengan 3.2 Kalkulasi Matematis Menggunakan
potensial skalar (scalar potential) V(r, , , t) Model IGRF11.cof
(Pedersen, 1993). Dengan persamaan B = -V di
Kalkulasi matematis dengan memakai
mana V memiliki koefisien Gauss harmonic bola,
software apikatif Geomag70_ windows berbasis
g nm , hnm , secara konvensional satuannya data model IGRF11.cof yang memberikan hasil
nanotesla (nT), maka : berupa besaran atau nilai komponen medan
n 1
magnet D, I, H, F, dan Z pada wilayah yang
a
g
N n
V a m
cos m h nm sin m Pnm (cos ) menjadi cakupan dalam penelitian. Gambar 3-1
n
n 1 m 0 r merupakan contoh display hasil perhitungan
menggunakan Geomag70_windows basis data
....................................................................... (3-1)
IGRF11.
Subtitusi sistem koordinat geosentrik Input penelitian untuk menghitung
dengan koordinat geodetik mengacu pada data besarnya nilai komponen medan magnet
Sistem Geodetik Dunia atau World Geodetic sebanyak 931 titik tiap perpotongan 10 garis
System pada tahun 1984. Dalam aplikasi model lintang dan bujur pada cakupan wilayah
IGRF-11 ini, user atau peneliti menginput sesuai penelitian. Input berbeda dengan mekanisme
pilihannya, koordinat geodetik atau koordinat perhitungan berdasarkan observasi lapangan
geosentrik (Kerr, 2002). oleh tim survey BMKG, yang melakukan
Menurut Kerr (2002), (cos) merupakan penelitian hanya pada 53 titik (repeat station).
asosiasi fungsi Schmidt-Legendre dengan derajat
4. Pembahasan
4.1 Analisa Hasil Survei dan Peta
Epoch 2010.0 Versi BMKG Gambar 4-2. Peta Isomagnetik Epoch
Komponen Inklinasi I versi BMKG.
Selanjutnya peneliti paparkan peta Epoch
hasil obesrvasi lapangan, pengolahan data dan
publikasi BMKG selaku pihak yang berwenang.
Adapun peta Epoch buatan BMKG ditunjukkan
pada Gambar 4-1 hingga 4-5.
Pengamatan komponen medan magnet
terkait pembuatan peta isomagnetik epoch
2010.0 oleh tim survey BMKG berlangsung
selama 7 bulan. Titik pengamatan berada di
kota Denpasar (Ngurah Rai International
Airport) tanggal 29 April 2010 (09.35 GMT) dan
berakhir pada titik pengamatan di Sentani
Gambar 4-3. Peta Isomagnetik Epoch
Airport, Jayapura, pada tanggal 26 November
Komponen Horisontal H versi BMKG.
2010 (07:36 GMT).
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut,
hasil dan nilai untuk intensitas komponen 34,61883(degree) yakni pada lokasi pengukuran
Deklinasi, nilai Deklinasi terendah -0 -43 -15,9 di Detasemen Meteo TNI-AU Pacitan.
(deg, min, sec)/-0,721089(degree) pada lokasi Sedangkan nilai Inklinasi maksimum pada
pengukuran di Binaka Airport, Gunung Sitoli. wilayah penelitian adalah -7 -56 32.3 / -
Sedangkan nilai Deklinasi tertinggi 4 36 2,2 / 7,942297(degree) yakni pada lokasi pengukuran
4,600617 (degree) pada lokasi pengukuran di di Naha Airport, Naha.
Mopah Airport, Merauke. Perhitungan nilai komponen Horisontal H
Perhitungan nilai komponen Inklinasi I untuk pembuatan peta Epoch Horisontal
untuk pembuatan peta Epoch Inklinasi tersebut Intensity berdasarkan pada perhitungan
berdasarkan pengamatan langsung pada lokasi, formulatif dengan asumsi H = F cos I. Data
dengan menggunakan instrument berupa komponen Total F diperoleh berdasarkan
Declination Inclination Meter (DIM) tipe Wild T1 pengamatan langsung pada lokasi, dengan
Bartington, Theo 020A, dan YOM3 Lemi. Hasil menggunakan instrument berupa Proton
dari pengamatan adalah nilai atau besaran Precission Magnetometer (PPM) tipe GSM 19T
komponen Inklinasi I. dan GSM Overhouser kemudian akan dikalikan
Nilai Inklinasi minimum pada wilayah dengan cosinus besarnya nilai sudut Inklinasi.
penelitian tersebut adalah -34 -37 -7.79/ -
Gambar 4-6. Peta Isomagnetik Epoch Gambar 4-9. Peta Isomagnetik Epoch
Komponen Deklinasi D versi IGRF. Komponen Vertikal Z versi IGRF.
Gambar 4-13. Hasil Overlay Peta Epoch Gambar 4-16. Hasil Overlay Peta Epoch
Komponen Inklinasi I versi IGRF dan BMKG. Komponen Total F versi IGRF dan BMKG.
Pada Gambar 4-12, perbedaan yang paling perhitungan, yakni 1 : 1 dengan deviasi nilai
signifikan hanya nampak pada garis kontur nilai 0.18.
Deklinasi 1 degree, yakni pada lengkungan di Garis kontur menunjukkan trend
area 10 S dan 109 E (daerah Selatan Jawa). kemiringan yang lebih menggeser dan agak
Selain dari itu, hasil BMKG dan hasil model berbeda dengan hasil BMKG pada daerah 4N
matematis dari IGRF tidak jauh berbeda. dan 103 - 107 E dengan nilai komponen
Dari Gambar 4-13, nampak bahwa Horisontal 41000 nT dan pada daerah 5 - 7 S
perbandingan nilai komponen Inklinasi versi dan 115 - 133 E dengan nilai komponen
BMKG (garis kontur warna hitam) dengan hasil Horisontal 38000 nT. Secara keseluruhan,
penelitian peneliti berdasarkan model IGRF11 komparasi kedua penelitian tersebut mendekati
(garis kontur warna merah) sesuai dengan hasil nilai 1, dengan deviasi sebesar 0.1.
Marshak, Stephen, (2001). Earth; Portrait of a Navigation at Equatorial Vicinity (pdf file),
Planet, New york; W. W. Norton & http://www.geomag.bgs.ac.uk/research/pub
Company. lications.html, diakses pada tanggal 20 juni
Pedersen, Olaf, (1993). Early Physics and 2013.
Astronomy : A Historical Introdution, Rev Winata E, N. (2008). Pengaruh Sunspot
ed, Great Britania, Cambridge University Terhadap Komponen Magnet Pada Daerah
Press. Lintang Rendah, Sedang, dan Tinggi.
Thomson, et.al. (2009). Geomagnetism, Review Jakarta : Tugas Akhir DIII Geofisika,
2007- 2008 (pdf file), http://www. Akademi Meteorologi dan Geofisika.
geomag.bgs.ac.uk/research/publications.htm Zirker, Jack B. (2009). The Magnetic Universe :
, diakses pada tanggal 20 Juni 2013. the elusive traces of an invisibles force,
Varatharajoo, Renuganth, et.al. (2007). Earth Maryland: John Hopkins University Press.
Magnetic Field Model for Satellite
Alexander Parera, lahir di kota Larantuka (Nusa Tenggara Timur) pada tanggal 10
Maret 1991, menyelesaikan kuliah Diploma III sebagai taruna di Sekolah Kedinasan
BMKG yaitu Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (AMG), masuk mulai
tahun 2009 dan bekerja di BMKG sejak tahun 2012. Pada tahun 2014 terpilih untuk
melanjutkan pendidikan DIV di Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika, sebagai salah satu Taruna dengan konsentrasi jurusan yaitu geofisika dan
tertarik pada bidang geomagnetik, prekursor, gravity dan seismo-ionosferik. Saat ini
sedang mempersiapkan tesis pada program S2 di Universitas Bengkulu dengan
konsentrasi proses pengolahan data gravitasi untuk menganalisa struktur kelurusan
pada sesar aktif di Bengkulu.