Fungsi ginjal secara keseluruhan dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu : (1)
fungsi ekskresi, ekskresi sisa metabolisme protein, regulasi volume cairan tubuh,
menjaga keseimbangan asam-basa; (2) fungsi endokrin, partisipasi dalam eritropoesis,
pengaturan tekanan darah, keseimbangan kalsium dan fosfor.
2. Definisi
Glomerulonefritis akut merupakan keadaan timbulnya hematuria, proteinuria
secara mendadak, adanya sel darah merah pada urin, edema dan hipertensi dengan atau
tanpa oligouri. Glomerulo nefritis timbul setelah infeksi streptokokus.1
3. Epidemiologi
Mortalitas pada penderita GNA pada anak sangat jarang (<1%). Tidak ada
predileksi rasial. Pada laki-laki dua kali lebih sering daripada pada wanita. GNA PS
sering terjadi pada anak usia 2-12 tahun. 5% terjadi pada usia kurang dari 5 tahun.1
4. Etiologi
Bagian luar streptokokus grup A dibungkus oleh kapsul asam hyaluronat untuk
bertahan terhadap fagositosis dan sebagai alat untuk melekatkan diri pada asel epitel.
Selain itu pada permukaan kuman juga terdapat polimer karbohirat grup A,
mukopeptide, dan protein M. Protein M adalah suatu alpha-helical coiled-coil dimer
yang terlihat sebagai rambut-rambut pada permukaan kuman. Protein M menentukan
apakah strain kuman tersebut bersifat rematogenik atau nefritogenik.3
5. Patologi
6. Patofisiologi
GNA PS timbul setelah infeksi tertentu, terutama strain tertentu yaitu grup A
streptokokus. Daerah infeksi biasanya saluran napas atas, termasuk telinga tengah, atau
kulit. Glomerulonefritis pascastreptokokus dapat terjadi setelah radang tenggorok dan
jarang dilaporkan bersamaan dengan demam rematik akut.1,2
GNA PS berawal apabila host rentan yang terpapar kuman Streptokokus grup
A strain nefritogenik bereaksi untuk membentuk antibodi terhadap antigen yang
menyerang. GNA PS merupakan kelainan kompleks imun, namun mekanisme
interaksi antara antigen dan antibodi tidak diketahui. Kompleks imun yang
mengandung antigen streptokokus ini mengendap pada glomerulus. Ukuran komplek
streptokokus-imunoglobulin adalah 15 nm (streptokokus 10 nm dan imunoglobulin 5
nm). Sedangkan ukuran pore membrana basalis pada anak dan dewasa adalah 2-3 nm
dan 4-4,5 nm. Oleh karena itu GNA PS banyak terjadi pada anak-anak daripada
dewasa.1,3
Sistem imun humoral dan kaskade komplemen akan aktif bekerja apabila
terdapat deposit subepitel C3 dan IgG dalam membran basal glomerulus. Kadar C3
dan C5 yang rendah dan kadar komplemen jalur klasik (C1q, C2 dan C4) yang normal
menunjukkan bahwa aktivasi komplemen melalui jalur alternatif. Deposisi IgG terjadi
pada fase berikutnya yang diduga oleh karena Ab bebas berikatan dengan komponen
kapiler glomerulus, membran bassal atau terhadap Ag Streptokokus yang terperangkap
dalam glomerulus. Aktivasi C3 glomerulus memici aktivasi monosit dan netrofil.
Infiltrat inflamasi tersebut secara histologik terlihat sebagai glomerulonefritis
eksudatif. Psoduksi sitokin oleh sel inflamasi memperparah jejas glomerulus.
Hiperselularitas mesangium dipacu oleh proliferasi sel glomerulus akibat induks oleh
mitogen lokal.3
Antigen ini kemudian akan berikatan pada glomerulus. Sekali berikatan antigen
ini akan mengaktifkan komplemen secara lansung melalui interaksi dengan properdin.
Komplemen yang telah teraktivasi ini akan menyebabkan timbul mediator inflamasi
dan kemudian timbul inflamasi.5
7. Klasifikasi
Klasifikasi Glomerulonefritis2
Primer/idiopatik
Sekunder
a. Akibat Infeksi
Glomerulonefritis pasca streptokokus, hepatitis B, endokarditis bakterial
subakut
Nefritis Pirau, Glomerulonefritis pasca pneumokokus, sifilis kongenital,
malaria
Lepra, schistosomiasis, filariasis, AIDS
b. Berhubungan dengan penyakit multisistem
Purpura Henoch Schonlein, Lupus Eritematosus Sistemik, Sindrom hemolitik
uremik
Diabetes Melitus, Sindrom Goodpasture, Amiloidosis,
Penyakit kolagen vaskular
c. Obat
Penisilamin, Captopril
Trimetadion, Litium , Merkuri
d. Neoplasia
Leukemia, Limfoma, Karsinoma
e. Lain-lain
Nefropati refluks, penyakit sel sabit.
8. Manifestasi Klinis
Anamnesis
1. Periode laten
a. Terdapat periode laten antara infeksi streptokokus dengan onset pertama kali
muncul gejala.
b. Pada umumnya, periode laten selama 1-2 minggu setelah infeksi tenggorok dan
3-6 minggu setelah infeksi kulit
c. Onset gejala dan tanda yang timbul bersamaan dengan faringitis biasanya
merupakan imunoglobulin A (IgA) nefropati daripada GNA PS.
2. Urin berwarna gelap
a. Merupakan gejala klinis pertama yang timbul
b. Urin gelap disebabkan hemolisis eritrosit yang telah masuk ke membran basalis
glomerular dan telah masuk ke sistem tubular.
3. Edema periorbital
a. Onset munculnya sembab pada wajah atau mata tiba-tiba. Biasanya tampak
jelas saat psaat bangun tidur dan bila pasien aktif akan tampak pada sore hari.
b. Pada beberapa kasus edema generalisata dan kongesti sirkulasi seperti dispneu
dapat timbul.
c. Edema merupakan akibat dari tereksresinya garam dan air.
d. Tingkat keparahan edema berhubungan dengan tingkat kerusakan ginjal.
4. Gejala nonspesifik
a. Yaitu gejala secara umum penyakit seperti malaise, lemah, dan anoreksia,
muncul pada 50% pasien.
b. 15 % pasien akan mengeluhkan mual dan muntah.
c. Gejala lain demam, nyeri perut, sakit kepala.
Pemeriksaan Fisik
Adanya gross hematuri (urin yang berwarna seperti teh), dengan atau tanpa
edema (paling mudah terlihat edema periorbital atau mata tampak sembab), pada kasus
yang agak berat dapat timbul gangguan fungsi ginjal biasanya berupa retensi natrium
dan urin. Gejala lain yang muncul tidak spesifik. Bila disertai dengan hipertensi, dapat
timbul nyeri kepala. Demam tidak selalu ada. Pada kasus berat (GN destruktif) dapat
timbul proteinuria masif (sindrom nefrotik), edema anasarka atau asites, dan berbagai
gangguan fungsi ginjal yang berat.4
9. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasein faringitis, dan 80%
pada pasien dengan infeksi kulit. Antistreptolisin, antinicotinamid
dinucleotidase (anti-NAD), antihyaluronidase (Ahase) dan anti-DNAse B
positif setelah faringitis. Titer antibodi meningkat dalam 1 minggu puncaknya
pada satu bulan dan akan menurun setelah beberapa bulan.1
b) Pemeriksaan Pencitraan1
a. Foto toraks dapat menunjukkan Congestif Heart Failure.
b. USG ginjal biasanya menunjukkan ukuran ginjal yang normal.
c) Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal yang
menetap, abnormal urin dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang menetap,
dan terjadi sindrom nefrotik.4
Indikasi Relatif1 :
a. Tidak ada periode laten dianara infeksi streptokokus dan GNA
b. Anuria
c. Perubahan fungsi ginjal yang cepat
d. Kadar komplemen serum yang normal
e. Tidak ada peningkatan antibodi antistreptokokus
f. Terdapat manifestasi penyakit sistemik di ekstrarenal
g. GFR yang tidak mengalami perbaikan atau menetap dalam 2 minggu
h. Hipertensi yang menetap selama 2 minggu
Indikasi Absolut1 :
10. Diagnosis
Diagnosis Glomerular nefritis akut ditegakkan berdasarkan adanya riwayat
infeksi Streptokokus hemolitikus grup A sebelumnya (7-14 hari). Bila tidak
didapatkan kultur positif, dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antistreptolisin
O (ASTO) atau peningkatan antibodi antistreptokokus lainnya.4
12. Penatalaksanaan
Terapi Medis :
1. Pada fase akut batasi garam dan air, jika hipertensi dapat diberikan diuretik. Loop
diuretik meningkatkan output urin.
2. Untuk hipertensi yang tidak dapat dikontrol dengan diuretik. Biasanya calsium
channel blocker. Pada hipertensi maligna pemberian nitroprusid atau parenteral
agen.
3. Antibiotik golongan penisilin jika infeksi primer masih berlangsung.
4. Indikasi untuk dialisis pada hiperkalemia dan manifestasi klinis uremia.
5. Pembatasan aktivitas fisik diperlukan pada beberapa hari pertama sakit
6. Steroid, obat-obat imunosupresan dan plasmaferesis masih dalam perdebatan.
13. Prognosis
Hanya sedikit pasien dengan GNA yang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Dan sebagian besar akan pulang dalam waktu 2-4 hari. Semakin ce[at tekanan darah
berada dalam nilai normal dan diuresis telah kembali, sebagian besar anak dapat dirawat
jalan.5
Potter dkk. Menemukan kelainan sedimen urin yang menetap (proteinuria dan
hematuria) pada 3,5% dari 534 pasien yang diikuti selama 12-17 tahun di Trinidad.
Prevalensi hipertensi tidak berbeda dengan kontrol. Kesimpulannya adalah prognosis
jangka panjang glomerulonefritis akut pasca streptokokus baik. Beberapa penelitian
lain menunjukkan adanya perubahan histologis penyakit giinjal yang secara cepat
terjadi pada orang dewasa. Selama komplemen C3 belum pulih dan hematuria belum
menghilang, pasien hendaknya diikuti secara seksama karena masih ada kemungkinan
terjadinya pembentukan glomerulosklerosis kresentik ekstra-kapiler dan gagal ginjal
kronik.2
a. 0-6 minggu setelah onset : hipertensi telah terkontrol, edema sudah perbaikan, gros
meaturia semakin membaik, azotemia telah membaik.
b. 8-10 minggu setelah onset : azotemia telah hilang, anemia telah terkoreksi,
Hipertensi telah membaik, C3 dan C4 telah kembali ke nilai normal.
c. 3,6,9 bulan setelah onset : Hematuria dan proteinuria telah menghilang sedikit demi
sedikit, tekanan darah telah kembali normal.
d. 12 bulan setelah onset : proteinuria telah menghilang, hematuria mikroskopik telah
menghilang.
e. 2,5 dan 10 tahun setelah onset : urin telah normal, tekanan darah dan kada keratinin
serum telah normal.
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien datang dengan bengkak pada mata, kaki, dan perut serta hampir seluruh tubuh.
Bengkak atau edema adalah penimbunan cairan yang berlebihan di antara sel-sel tubuh atau
dalam berbagai rongga tubuh yang disebabkan oleh perpindahan cairan ekstrasel ke
kompartemen cairan interstitial.
Edema berdasarkan lokasi dibagi menjadi edema terlokalisir dan generalisata. Pada
edema terlokalisir, disebut efusi bila terdapat cairan pada sebuah rongga, asites bila cairan
terdapat pada rongga peritoneum. Pada edema generalisata, terjadi edema umum yang masif.
Penambahan berat badan secara cepat yang terjadi pada edema , bila penambahan 2%
= kelebihan ringan , penambahan 5% = kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan berat.
Pada pasien penambahan berat badan 5 kg (25-30 kg) sekitar 8%, yang berarti terjadi
kelebihan cairan berat.
Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan pasien mengalami infeksi radang tenggorokan
pada 2 minggu sebelum timbulnya edema, dan juga pasien semenjak sekolah sering berobat ke
puskesmas dengan keluhan batuk, pilek, dan radang tenggorokan. Menunjukkan suatu infeksi
streptokokus sebelumnya. Dan terdapat periode laten yaitu periode antara infeksi streptokokus
pertama kali dan saat muncul onset, periode ini sekitar 1-2 minggu.
Keluhan yang pertama timbul pada pasien adalah edema periorbital, yang disebut pasien
mata sembab. Muncul tiba-tiba, biasanya pada pagi hari. Menunjukkan sudah adanya
manifestasi edema akibat ekstravasasi cairan ke ekstra sel. Yang kemudian edema berlanjut
pada kedua tungkai dan perut (asites). Keluhan selanjutnya adalah adanya BAK yang berwarna
keruh kemerahan, dan adanya mual muntah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema periorbital, edema tungkai, dan asites.
BAK yang berwarna keruh. Peningkatan tekanan darah mencapai 190 pada sistolik, dimana
tidak ada riwayat hipertensi pada pasien maupun keluarga sebelumnya.
Proliferasi dan
Aktivitas vasodepresor
kerusakan glomerulus
meningkat
Kerusakan kapiler
vasospasme GFR menurun
generalisata
Aldosteron
meningkat
Retensi Na+
Albuminuria
Hipertensi hematuria
Retensi
Pada pemeriksaan laboratorium, terdapat H2O hemoglobin (silinder)
penurunan darah, gangguan pada
fungsi ginjal diandai dengan ureum darah yang meningkat. Pada urinalisa terdapat hematuria,
ECF
dan proteinuria serta silinder. Dan pada pemeriksaan
meningkat Edema serologi , CRP positif dan ASTO positif.
Titer ASTO positif hanya pada 50% pasien.
Diagnosa banding pada pasien ini adalah Sindrom Nefrotik dan Glomerulopati IgA. Pada
sindroma nefrotik edema yang terjadi generalisata juga, namun tidak ada riwayat infeksi
streptokokus sebelumnya. Sedangkan pada pasien terdapat riwayat infeksi streptokokus. Pada
glomerulopati IgA, klinis sangat mirip dengan GNA PS, perbedaananya adalah infeksi
terdapatnya periode laten antara infeksi dan munculnya onset seperti edema maupun BAK yang
keruh. Pada glomerulopati IgA, infeksi dan timbulnya edema atau BAK keruh terjadi pada
waktu yang bersamaan.
Pada pasien ini, gejala yang sangat mencolok adalah adanya hipertensi yang mencapai
190/100 di Unit Gawat Darurat dan pada follow up selanjutnya mencapai 120-140/90-100
mmHg. Pada awalnya diterapi dengan obat antihipertensi captopril dengan dosis 3 x 6,25 mg,
dan untuk mengurangi edema yang terjadi diberikan lasix dengan dosis 3 x 20 mg dan diberikan
antibiotik golongan penisilin karena infeksi pada faring diduga penyebabnya. Dosis
amoksisilin yang diberikan adalah 3 x 500 mg, Terjadinya hipertensi7 :
Penurunan GFR
Hipertensi pada anak adalah keadaan dimana rata-rata TD sistolik dan diastolik >95
persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali berturut-turut. Tabel di
bawah, menunjukkan klasifikasi hipertensi7 :
Istilah Batasan
Normal TD sistolik dan diastolik <90 persentil
menurut umur dan jenis kelamin
Normal-tinggi* Rata-rata TD sistolik dan disatolik diantara 90
dan 95 persentil menurut umur dan jenis
kelamin
Hipertensi Rata-rata TD sistolik dan diastolik >95
persentil menurut umur dan jenis kelamin
pada pengukuran tiga kali berturut-turut
Menurut The Second Task Force on Blood Pressure Control in Children
*Jika tekanan darah yang terbaca normal-tinggi untuk umur, tetapi anak lebih tinggi
atau massa otot berlebih untuk umurnya, maka anak ini dianggap mempunyai nilai
tekanan darah yang normal.
Kurve Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik menurut Umur dan Jenis kelamin7
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
HIPERTENSI KRISIS
Lampiran 2
Normotensi
(ml/100g/min)
70%
60%
50%
40% Hipertensi
30% kronik
20%
10%
0%
50 100 150 200
Tekanan Darah Rata-rata (MAP) (mmHg)
Lampiran 3
PRINSIP
Pasang 2 iv line:
Lampiran 4
Tiap 30 menit
STABIL
NIFEDIPIN RUMATAN
0,2 mg 1 mg/kgBB/hari
3-4 kali/hari
Lampiran 5
LASIX 1 mg/kgBB/kali
Diastolik 90-100mmHg
STABIL
Klonidin stop
Captopril terus