Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan sandang, pangan, dan papan mendorong setiap


individu untuk lihai dalam mencari atau menghasilkan uang demi kelangsungan
hidupnya. Maka tak heran kalau dewasa ini masyarakat Indonesia, terutama yang
tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, banyak dari mereka yang disebut business
man/woman. Terlepas dari definisi aslinya, banyak orang memandang mereka sebagai
individu yang gemar berusaha mencari uang setiap harinya.

Ide-ide baru yang berkembang di seluruh pelosok negeri ditawarkan dalam


rangka meningkatkan taraf hidup. Produk atau jasa sama saja. Semua bisnis berlomba-
lomba untuk menjadi market leader di pasarnya masing-masing. Berbagai strategi
yang diterapkan baik dalam marketing dan advertising semakin bervariasi. Hal itu
dilakukan demi mencapai satu tujuan yang sama. Profit maksimal.

Tengoklah dunia penerbangan kita. Garuda Indonesia Airlines, Merpati


Airlines, Batavia Air, Adam Air, Air Asia, dan masih banyak lagi. Kebutuhan akan
tingkat mobilitas yang tinggi menjadikan keberadaan pesawat terbang merupakan hal
yang penting bagi masyarakat.

Pada mulanya, ongkos yang harus dikeluarkan setiap orang untuk dapat
menaiki burung besi ini sangat tinggi. Sehingga hanya orang-orang dengan kondisi
ekonomi tingkat atas yang mampu menikmatinya.

Namun, kebutuhan akan mobilitas tinggi tak hanya milik masyarakat


berekonomi mapan.Dewasa ini, nyaris setiap lapisan masyarakat memiliki kebutuhan
yang sama. Hal ini lah yang dengan jeli ditangkap oleh beberapa perusahaan
penerbangan yang ada di Indonesia.

Demi menjadi market leader, strategi pun lagi-lagi berevolusi. Saat ini beberapa
perusahaan penerbangan menerapkan strategi Low Cost Carrier, yaitu jasa

1
penerbangan dengan biaya murah atau sangat murah untuk dapat mengakomodasi
setiap orang dari berbagai kalangan.

Adam Air merupakan salah satu di antara perusahaan penerbangan yang ada di
Indonesia dan menerapkan Low Cost Carrier. Perusahaan bernama lengkap Adam
SkyConnection Airlines ini didirikan pada tanggal 22 November 2002 oleh Didirikan
oleh Agung Laksono dan Sandra Ang. Selain kedua nama tersebut, duduk Adam
Adhitya Suherman sebagai presiden director dan Gunawan Suherman sebagai CEO.
Adam Air memiliki 24 pesawat Boeing 737 yang disewa (leasing) dari GE Capital
Aviation Services dan melayani 30 rute domestik dan dua rute internasional. Dengan
kemampuan menampung rata-rata 15.000 penumpang per hari dalam 73 kali
penerbangan dan tingkat book rate 90%, membawa Adam Air memperoleh
penghargaan Award of Merit untuk kategori Low Cost Airline of the Year 2006.

Sayang, nama besar Adam Air tinggal menjadi sejarah. Setiap penghargaan dan
kejayaan yang pernah diperoleh saat ini hanyalah kenangan semata. Adam Air gulung
tikar pada tanggal 20 Maret 2008. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul dan berkemang.
Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab Adam Air bangkrut? Kasus Adam Air ini
lah yang menjadi topik dalam Komunikasi Ilmiah yang diadakan pada tanggal 28
April 2008 lalu.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas dapat dikembangkan permasalahan pokok yang diteliti dalam
penelitian ini, yaitu:
1.2.1 Apakah yang menyebabkan Adam Air di putus pailit?
1.2.2 Bagaimana keadaan manajemen Adam Air selama ini?
1.2.3 Etika bisnis apa saja yang sudah dilanggar?
1.2.4 Bagaimana solusi dari masalah pelanggaran etika bisnis ini?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui yang menyebabkan Adam Air di putus pailit?
1.3.2 Mengetahui keadaan manajemen Adam Air selama ini?
1.3.3 Mengetahui Etika bisnis apa saja yang sudah dilanggar?
1.3.4 Mengetahui solusi dari masalah pelanggaran etika bisnis ini?

2
1.4 Pembatasan Masalah
Agar penulisan karya tulis ini lebih terarah, dan tidak keluar dari konteks karya tulis
ini. maka karya tulis yang berjudul startup eman jalan ini akan kami batasi dalam
penulisannya, yaitu sebagai berikut:
1.4.1 Penyebab Adam Air di putus pailit?
1.4.2 Keadaan manajemen Adam Air selama ini?
1.4.3 Etika bisnis apa saja yang sudah dilanggar?
1.4.4 Solusi dari masalah pelanggaran etika bisnis ini?

1.5 Manfaat Penelitian


Dengan ditulisnya karya tulis ilmiah ini, penulis menginginkan pembaca mendapat
manfaat, yaitu:
1.5.1 Menambah wawasan Entrepreneur.
1.5.2 Mengetahui bagaimana cara memulai usaha sebagai entrepreneur.
1.5.3 Dapat menciptakan inovasi baru dalam memulai entrepreneur.

1.6 Metode Penulisan


Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan Metode
observasi dan internet. Pada metode observasi ini berasal dari observasi dan juga kami
membaca berbagai artikel tentang Kasus Pailit-nya Adam Air.

1.7 Sistematika Penulisan


Pembahasan karya tulis ini dibagi menjadi 5 bab dan setiap bab dibagi menjadi beberapa
sub bab sebagai penjabarannya. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut :
1.7.1 BAB I berisi pendahuluan sebagai awal pembahasan karya tulis ini,
kemudian kami kemukakan mengenai latar belakang, alasan pemilihan
judal, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
1.7.2 BAB II berisi hasil penelitian dan pembahasan berisi penjabaran atau
penjelasan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
1.7.3 BAB III berisi kesimpulan dan solusi, pada bab ini berisi kesimpulan dan
solusi yang diakhiri dengan daftar pustaka yaitu sumber-sumber referensi
untuk menyusun karya tulis ilmiah ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


Adam Air memiliki nama lengkap Adam SkyConnection Airlines, PT. dengan
kode IATA/ICAO yakni KI/DHI. Adam Air berdiri pada 21 November 2002 yang
berbasis di Soekarno-Hatta Jakarta dan Medan serta Surabaya sebagai secondary hubs-
nya. Pendirinya adalah Agung Laksono dan Sandra Ang. Sementara Gunawan
Suherman menjabat CEO dan Adam Adhitya Suherman duduk sebagai President
Director.
Adam Air hadir sebagai low-cost carrier, tetapi juga memberikan layanan on-
board yang cukup baik dengan harga tiket kompetitif. Mereka mulai beroperasi pada
19 Desember 2003 dengan 2 pesawat Boeing 737 yang disewa (leasing) dari GE Capital
Aviation Services. Saat ini Adam Air memiliki 24 pesawat dan melayani 30 rute
domestik ke berbagai kota di Indonesia dan dua rute internasional Medan-Penang dan
Jakarta-Singapura. Rata-rata Adam Air mampu mengangkut 15.000 penumpang per
hari dalam 73 kali penerbangan dengan tingkat book rate 90%. Karena prestasi tersebut,
Adam Air menerima penghargaan Award of Merit untuk kategori Low Cost Airline of
the Year 2006.

2.2 Pailitnya Adam Air


Dalam berwirausaha, apapun juga bisnis yang Anda tekuni, ingatlah bahwa
usaha yang langgeng adalah usaha yang dijunjung oleh nilai-nilai etika. Berbagai studi
menemukan, perusahaan-perusahaan yang tumbuh menjadi besar bukanlah perusahaan
yang diawali oleh manajer-manajer hebat yang digaji mahal, atau dibangun oleh pendiri
yang luar biasa. Juga bukan spirit kewirausahaan gila-gilaan dengan keberanian luar
biasa. Demikian juga bukan modal kuat atau kecerdasan para pendirinya.
Perusahaan yang tumbuh menjadi besar justru dimulai dari orang-orang biasa
yang sedari awal memegang teguh nilai-nilai moral dan etika. Mereka menjaga
kepercayaan dan tidak sembarangan dalam berkata-kata, apalagi dalam bertindak.
Mereka bekerja dengan tata nilai, dan merekrut orang dengan melihat nilai-nilai yang
dianutnya. Mereka menanamkan nilai-nilai yang sehat sedari awal.

4
Apakah yang dimaksud dengan etika? Beberapa sumber menyebut etika sebagai suatu
pedoman untuk mendapatkan hidup yang bernilai atau bermartabat. Untuk itulah, etika
memberikan petunjut tindakan-tindakan apa yang benar dan apa yang salah. Menurut
The World Book Encyclopedia (2008), etika mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang benar dan salah dengan menggunakan metode reasoning , bukan benar-salah
menurut kepercayaan atau tradisi.
Oleh karena itu, selalu ada reason (alasan) mengapa kita harus memegang
teguh etika. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini dan lihatlah apa yang akan
Anda dapatkan kalau Anda konsisten menjalankan apa yang Anda katakan (Maxwell,
1982).

Apa yang Saya Katakan Apa yang Saya Lakukan Apa yang Mereka
Kerjakan
Saya berkata kepada Saya tiba tepat waktu Mereka datang tepat waktu
karyawan: Datanglah ke
kantor tepat waktu
Saya berkata kepada Saya menunjukkan sikap Mereka akan berperilaku
karyawan: Bersikaplah positiv positif
Positiv
Saya berkata kepada Saya mendahulukan Mereka mengutamakan
karyawan: Utamakan konsumen konsumen
Pelanggan

Sekarang, apa jadinya kalau hal yang saya lakukan berbeda dengan yang saya ucapkan seperti
berikut ini:

Apa yang Saya Katakan Apa yang Saya Lakukan Apa yang Mereka
Katakan
Saya berkata kepada Saya selalu terlambat Beberapa karyawan akan
karyawan: Datanglah ke tepat waktu dan lainnya tidak
kantor tepat waktu
Saya berkata kepada Saya menjalankan perilaku Hanya beberapa orang yang
karyawan: Bersikaplah negatif positif, selebihnya
Positiv berperilaku negatif
Saya berkata kepada Saya mengutamakan diri Hanya beberapa orang yang
karyawan: Utamakan saya lebih dulu mendahulukan pelanggan,
Pelanggan yang lainnya tidak.

5
2.3 Pailitnya Adam Air

Adam Skyconnection Airlines atau yang lebih dikenal dengan Adam Air
mengalami pailit. Bermula kejadian jatuhnya pesawat Adam Air tahun 2008 dan
merembet berbagai masalah selanjutnya. Klimaksnya pada 20 Maret 2008 maskapai
tersebut di putus pailit. Berikut ini adalah kecelakaan-kecelakaan yang menimpa Adam
Air :
2.2.1. 11 Februari 2006, Adam Air Penerbangan 782, Boeing 737-300, PK-
KKE BH-782, Jakarta-Makassar, kehilangan arah dan mendarat di
Bandara Tambolaka, NTT.
2.2.2. 1 Januari 2007, Adam Air Penerbangan 574, PK-KKW DHI-574,
Boeing 737-400 Jakarta-Manado via Surabaya yang membawa 96
penumpang dan 6 awak pesawat, hilang di perairan Majene, Sulawesi
Barat. Pesawat hancur berkeping-keping setelah hilang kendali dan
menghunjam laut. Sementara itu, hanya sebagian kecil bagian pesawat
yang dapat ditemukan. Sebanyak 102 penumpang dan awak pesawat
tidak ditemukan. Penyebab kecelakaan seperti yang diumumkan oleh
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) adalah cuaca
buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System
(IRS), dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.

Pada 7 Januari 2007, 16 pilot Adam Air mengundurkan diri karena mereka
menilai buruknya standar keamanan dan sistem navigasi di pesawat-pesawat yang
dinilai berkualitas jelek. Adam Air kemudian menuntut balik semua pilot ini karena
kontrak kerja mereka belum habis. Dan tidak lama terjadi kecelakaan lagi pada tanggal
21 Februari 2007, Adam Air Penerbangan KI 172, PK-KKV, Boeing 737-33A Jakarta-
Surabaya tergelincir di Bandara Juanda, Surabaya. Badan pesawat melengkung namun
semua penumpang selamat. Atas peristiwa ini, Departemen Perhubungan Republik
Indonesia memerintahkan untuk menghentikan sementara pengoperasian tujuh pesawat
Boeing 737-300 milik Adam Air.
Pada 10 Maret 2008, pesawat Adam Air KI-292 Boeing 737-400 jurusan
Jakarta-Batam tergelincir di landasan Bandar Udara Hang Nadim, Batam. Kondisi ini
menimbulkan perselisihan antar pemegang saham dan manajemen perusahaan sehingga
menyulitkan kondisi perusahan dan akhirnya PT. Bhakti Investama pada 14 Maret 2008

6
menarik seluruh sahamnya karena merasa Adam Air tidak melakukan perbaikan tingkat
keselamatan serta tiadanya transparansi.
Kegiatan operasional Adam Air kemudian dihentikan sejak 17 Maret 2008 dan
baru akan dilanjutkan jika ada investor baru yang bersedia menalangi 50 persen saham
yang ditarik Bhakti Investama tersebut. Pada 18 Maret 2008, izin terbang atau
Operation Specification Adam Air dicabut Departemen Perhubungan melalui surat
bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008. Isinya menyatakan bahwa Adam Air tidak
diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku efektif mulai pukul 00.00 tanggal 19
Maret 2008. Sedangkan AOC (Aircraft Operator Certificate) nya juga terancam dicabut
apabila dalam 3 bulan mendatang tidak ada perbaikan. Sementara disisi lain nasib
sekitar 3000 karyawan maskapai penerbangan Adam Air terancam di PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja).
Kasus dugaan penggelapan investasi di Adam Air senilai Rp 157 miliar dengan
tersangka Wakil Komisaris Utama PT Adam Air, Sandra Ang disebut-sebut juga
menjadi faktor runtuhnya Adam Air. Kasus ini bermula dari laporan Direktur Keuangan
Adam Air yang juga perwakilan PT Global Transportation Services, Gustianto
Kustianto. PT Global Transportation Services sendiri merupakan anak usaha Bhakti
Investama yang memiliki 19 persen saham di Adam Air. Pada 26 Maret 2008, Gustianto
melaporkan empat pendiri dan tiga direksi Adam Air dengan tudingan penggelapan
dana perusahaan senilai Rp 157 miliar. Menurut Juru Bicara Kepolisian, Inspektur
Jenderal Abubakar Nataprawira kasus ini sudah dilimpahkan tahap pertama ke
Kejaksaan Agung

2.4 Faktor Faktor Yang Menyebabkan Bangkrutnya Adam Air

Dalam kasus Adam Air, penyebab kegagalan terbesar adalah faktor internal.
Sementara faktor eksternal adalah trigger atau pemicu yang mempercepat kegagalan
tersebut. ungkap Hentje Pongoh.
Pengamat penerbangan dari Pasific Aviation itu menjelaskan, faktor
eksternalnya, antara lain, persaingan pasar dan peraturan pemerintah. Adapun faktor
internalnya meliputi soal SDM dan organisasi perusahaan, finansial, teknis, serta
operasional.
Isu-isu mengenai ketidak terampilan pilot Adam Air dalam mengemudikan
pesawat mengindikasikan adanya proses rekrutmen yang buruk dan kurangnya

7
pelatihan yang diberikan dari pihak Adam Air. Selain itu, terdapat kontrak kerja yang
tidak jelas antara para pegawai dan pihak manajemen.
Korupsi pun menjadi salah satu isu penting dalam runtuhnya Adam Air ini.
Kasus-kasus korupsi yang terdapat pada Adam Air diantaranya korupsi BBM, audit
tidak transparan, bukti-bukti pembelian suku cadang yang mahal namun tidak
berkualitas baik dan adanya penipuan pada laporan kewajiban pajak.
Faktor usia pesawat menyumbang resiko yang cukup besar pada terjadinya
kecelakaan pesawat. Mayoritas aircraft di Indonesia memang cukup tua. Hal ini berarti
lower ownership cost. Namun dibutuhkan higher maintenance cost agar pesawat tetap
dapat berfungsi dengan semestinya. Pesawat Adam Air sendiri sudah berumur 18 tahun
saat kecelakaan terjadi dan telah melalui inspeksi seminggu sebelum kecelakaan.
Diduga Adam Air tidak memiliki sistem maintenance yang baik dan memadai.
Ditinjau dari faktor lingkungan, Adam Air merupakan organisasi dengan tekstur
lingkungan yang kacau dan memiliki ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Adam Air
juga melakukan Interlocking Directorates, yaitu pengangkatan Direktorat Keuangan
yang berasal dari investor yaitu PT Bhakti Investama.

8
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Analisis Kasus


Struktur manajemen PT Adam Air dimana pendirinya Adam Suherman yang
menguasai 50% saham dan Wakil Presdir sekaligus Direktur Keuangan Gustiono
Kustanto (juga mewakili PT Bhakti Investama yang menguasai 50% saham) dan
Direksi lainnya yang berasal dari keluarga Adam Suherman, mencerminkan bahwa
kondisi manajemen yang demikian adalah tidak sesuai dengan prinsip GCG (Good
Corporate Governance) yaitu Transparansi. Manajemen Adam Air tidak saling terbuka,
dalam pengambilan keputusan dan penyampaian informasi sehingga terjadi
ketidakharmonisan antara Dewan Komisaris. Akuntabilitas, manajemen Adam Air
saling curiga mengenai laporan kuangan dan pengelolaan keuangan sehingga hal ini
sangat berpengaruh terahadap operasional perusahaan. Kemandirian, karena dalam
struktur manajemen Adam Air tidak ada pemegang saham mayoritas dan saham
minoritas, sehingga hal ini sulit untuk pengambilan kebijakan dan juga tidak ada pihak
yang independent (Komisaris dan Direktur Independen). Kewajaran, karena
manajemen Adam Air hanya mementingkan pemegang saham tidak
mempertimbangkan stakeholder yang lain.
1) Stakeholder
Stakeholder dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok primer atau market
stakeholder dan kelompok sekunder atau nonmarket stakeholder. Kelompok primer
adalah mereka yang berinterkasi langsung dengan perusahaan, termasuk didalamnya
adalah: pelanggan, pemasok, pemegang saham, kreditor, serta karyawan perusahaan.
Kelompok sekunder adalah mereka yang secara tidak langsung berinteraksi dan
bertransaksi dengan perusahaan, tetapi mereka mempunyai kepentingan dan kekuatan
yang dapat mempengaruhi kepentingan perusahaan, termasuk didalamnya adalah:
pemerintah, media massa, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya.
Berdasarkan teori diatas, maka kepentingan dari pihak primer adalah:
Pelanggan/konsumen sangat berkepentingan dengan keselamatan penerbangan
dan pelayanan yang baik dari maskapai Adam Air, apalagi berbagai kecelakaan
telah menimpa Adam Air

9
Pemegang saham, sangat berkepentingan terhadap kinerja perusahaan sehingga
perusahaan selalu dalam keadaan sehat dilihat dari likuiditasnya,
solvabilitasnya, profitabilitasnya dan akhirnya akan dapat berjalan untuk waktu
yang lama.
Karyawan perusahaan, sangat berkepentingan dengan kelangsungan hidup
perusahaan, karena mereka membutuhkan income yang dapat dipakai sebagai
biaya hidup dirinya sendiri dan keluarag, juga membutuhkan kenyamanan dan
kepastian bekerja.
Pemasok, dalam hal ini adalah:
perusahaan leasing pesawat yang menyewakan pesawatnya kepada Adam
Air, mereka tentunnya berkepentingan terhadap ketepatan pembayaran
sewa pesawat,
PT Angkasa Pura juga mengharapkan ketepata waktu atas biaya yang
berkaitan dengan penggunaan bandara, apalgi Adam Air sering
mennunggak,
PT Pertamina sebagai pemasok bahan bakar,
Produsen sparepart pesawat

Sedangkan untuk kepentingan pihak sekunder adalah :


Pemerintah, dalam hal ini sebagai pembuat Undang-undang dan Departemen
Perhubungan sebagai atoritas pemerintah dalam menetapkan peraturan atau
keputusan yang berhubungan dengan penerbangan.
Media massa, sebagai sumber informasi kepada masyarakat akan semua hal
yang harus diterima oleh masyarakat, baik mengenai kinerja perusahaaan,
kejadian-kejadian yang menimpa perusahaan maupaun hal baik yang diterima
perusahaan.
Lembaga Swadaya Masyarakat, misal serikat pekerja karyawan PT Adam Air
(bagian dari Asosiasi Karyawan Penerbangan Indoneisia) berkepentingan
terhadap hak dan kewajiban karyawan dan masa depannya. (LSM yang
berhubungan dengan penerbangan missal: Asosiasi Pilot Internasional, Federasi
Pilot Indonesia, Indonesia Air Traffic Controllers Association)

10
3.2 Pelanggaran Etika Bisnis
Etika bisnis yang buruk juga salah satu hal yang patut disoroti dalam kasus
Adam Air ini. Tekanan psikologis yang diberikan pihak manajemen kepada seluruh
karyawan termasuk pilot dan pramugari menjadi hal yang cukup menyalahi aturan.
Selain itu sistem pembayaran hutang yang tidak teratur menjadikan Adam Air
perusahaan penerbangan dengan tingkat hutang yang tinggi.
Dalam kasus ini PT Adam Air telah melanggar teori etika yaitu egoisme karena
tidak memperhatikan nasib para karyawan, hal itu dibuktikan antara pihak pemegang
saham keluarga Adam Suherman dengan pihak PT Bhakti Investama yang saling
berseteru terhadap penyelesaian karyawan dan saling mementingkan kepentingan
mereka masing-masing. Pihak manajemen tidak mengambil suatu keputusan yang
menyeluruh, yaitu bagaimana kepentingan para stakeholder yang yang lain harus
diperhatikan. Pihak manajemen berkewajiban untuk memenuhi hak para karyawan,
konsumen, kreditur, pemegang saham dan pihak lain.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Menanggapai kasus diatas, kesalahan dalam mengelola manajemen maskapai dapat


berakibat pada operasional yang kurang maksimal bahkan cenderung buruk. Dengan
hanya mengutamakan kepentingan segelintir orang, maskapai tersebut mengabaikan
keselamatan konsumen dengan menekan biaya perawatan pesawat. Dalam dunia
penerbangan, praktik seperti itu dinilai melanggar ketentuan. Menarik minat konsumen
dengan memberikan tarif murah namun pelayanan buruk, bukanlah cara yang bijak
untuk memperoleh keuntungan.
Keputusan yang diambil oleh manajemen maskapai tersebut jelas tidak etis,
mengesampingkan keselamatan konsumen demi keuntungan yang diperoleh para
stakeholder. Biaya perawatan pesawat ditekan hingga batas minimum agar laba
perusahaan yang diperoleh maksimal, dampaknya adalah pesawat yang tumpangi para
konsumen tidak layak terbang, banyak komponen yang sudah seharusnya diganti
namun tetap dibiarkan beroperasi, yang akhirnya kecelakaan pesawat tidak bisa
dihindarkan. Disini juga terlihat bahwa manajemen tidak menerapkan risk management
dengan efektif.
Sebaiknya, manajemen mengevaluasi sistem yang digunakan. Manajemen juga
harus meminta maaf kepada seluruh korban pesawat dan menyantuni sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku. Memperbaiki wajah dunia penerbangan Indonesia yang
saat ini masih dinilai belum optimal pelayanannya.

5.2 Solusi

Dari segala aspek permasalahan yang terjadi pada maskapai penerbangan di


Indonesia, pihak pemerintah mengambil kebijakan untuk mengoreksi ulang sistem channel
perhubungan darat melalui Dinas Perhubungan, mulai dari sistem navigasi, struktur rangka
pesawat, safety airline standard, serta yang paling penting adalah manajerial masing-
masing maskapai. Disini manajer penerbangan disarankan bahkan diwajibkan untuk
mengelola sebuah maskapai penerbangan tidak hanya berasumsi pada bagaimana
perusahaan ini dapat berkembang dan mencapai target penjualan jasa penerbangan yang

12
mereka inginkan, namun juga bagaimana keselamatan pelanggan dapat terjamin atau dapat
dikatakan memberi pelayanan yang memuaskan.

Perusahaan penerbangan berkewajiban menyediakan lingkungan kerja yang aman


dan sehat bagi semua individu baik dalam maupun luar perusahaan dan mengintegrasikan
aspirasi tentang lingkungan hidup dalam praktek-praktek bisnis dan bertanggung jawab
untuk melindungi lingkungan kerja dan tunduk pada hukum atau peraturan yang berlaku
dimana perusahaan mengoperasikan fasilitas-fasilitasnya sesuai prosedur dengan
pertimbangan kelangsungan hidup publik (karyawan maupun pelanggannya) pada tingkat
kelayakan yang tinggi di masing-masing bagian dan unit kerja.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://swa.co.id/swa/listed-articles/belajar-dari-kegagalan-si-burung-besi-oranye
http://smlipoitb.wordpress.com/2008/05/28/dibalik-runtuhnya-adam-air/
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/34571berkas_kasus_adam_air_dikembali
kan_kejaksaan
http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/05/22/tugas-kewirausahaan-analisis-kegagalan-
manajemen-adam-air/#sthash.ZHW1G9IE.dpuf

14

Anda mungkin juga menyukai