Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 08 Agustus 2017

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................1

Daftar Isi.............................................................................................2

BAB I Pendahuluan.............................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................4

C. Tujuan.........................................................................................4

BAB II Pembahasan..............................................................................5

BAB III Penutup...................................................................................16

Daftar Pustaka.......................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dasar dari semua hak asasi manusia adalah bahwa setiap manusia harus
memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita
citanya.
Latar belakang perjuangan untuk memperoleh hak-hak tersebut dirintis
oleh dunia barat.Selanjutnya perjuangan demi perjuangan ini melahirkan
sebuah naskah yang bernilai penting bagi perkembangan hidup dan
kehidupan manusia dalam berbangsa.
Naskah yang merupakan wujud dari upaya perjuangan itu secara
berangsur-angsur dapat dijadikan rujukan dalam menata kehidupan
berbangsa dalam mensosialisasikan hak serta kewajibanya. Naskah tersebut
bersifat umum dan sangat mendasar, dan naskah yang dimaksud adalah
sebagai
berikut :

1. Magna Charta [Piagam Agung 1215], suatu dokumen yang mencatat


beberapa hak yang diberikan oleh raja Jhon dari Inggris kepada
beberapa bangsawan bawahanya atas tuntutan mereka. Naskah ini
sekaligus membatasi kekuasan Raja Jhon tersebut.
2. Undang-undang hak tahun 1689 [bill of rights], suatu undang-undang
yang diterima oleh Parlemen Inggris. Undang-undang ini dicapai
melalui revolusi tidak berdarah, dengan melakukan perlawanan Raja
James II
3. Pernyataan hak asasi manusia dan warga negara, 1789 [Declaration
des droits de Ihomme et du citoyen], suatu naskah yang dicetuskan

3
pada permulaan Revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap
kekuasaan dan kesewenangan kelompok penguasaan saat itu
4. Undang-undang hak [bill of right], suatu naskah yang disusun oleh
rakyat Amerika yang selanjutnya dikenal sebagai empat hak
sebagaimana yang dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat Fraklin
D. Rosevelt pada permulaan perang dunia II.

Hak-hak ini dikenal dengan istilah The Four Freedoms (empat


kebebasan) yaitu :
a) Kebebasan berbicara untuk mengemukakan perndapat
[freedom of speech]
b) Kebebasan beragama [freedom of religion]
c) Kebebasan dari rasa ketakutan [freedom of fear]
d) Kebebasan dari kemelaratan [freedom of want]

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Latar Belakang terbentuknya HAM
2. Sebutkan peraturan HAM dalam tetapan MPR dan Undang undang
3. Jelaskan Peran Komnas HAM dan peradilan HAM dalam penegakan
HAM di Indonesia

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya HAM
2. Untuk mengetahui peraturan HAM dalam Tap MPR dan Undang
undang
3. Untuk mengetahui peran Komnas HAM dan peradilan HAM dalam
penegakan HAM di Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Menurut UU No. 39 tahun 1999 HAM ialah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat setiap keberadaan manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Hak merupakan anugerah-Nya yang haruslah untuk dihormati,
dijunjung tinggi, serta dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang untuk kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia.

Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak-hak yang sudah dipunyai oleh
seseorang sejak ia masih dalam kandungan. Hak asasi manusia dapat berlaku
secara universal. Dasar-dasar HAM yang tertuang dalam deklarasi kemerdekaan
Amerika Serikat atau Declaration of Independence of USA serta yang tercantum
dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti yang terdapat pada pasal 27 ayat 1,
pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 31 ayat 1, serta pasal 30 ayat 1.

Dalam teori perjanjian bernegara, terdapat Pactum Unionis serta Pactum


Subjectionis. Pactum unionis merupakan suatu perjanjian antarindividu guna
membentuk negara, sedangkan pactum subjectionis merupakan suatu perjanjian
antara individu serta negara yang dibentuk. Thomas Hobbes mengakui Pactum
Subjectionis dan tidak mengakui Pactum Unionis. John Lock mengakui keduanya
yaitu Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis, sedangkan JJ Roessaeu hanya
mengakui Pactum Unionis.

Ketiga paham ini berpendapat demikian. Namun pada dasarnya teori


perjanjian tersebut mengamanahkan adanya suatu perlindungan Hak Asasi Warga
Negara yang wajib dijamin oleh penguasa dan bentuk jaminan tersebut haruslah
tertuang dalam konstitusi.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, HAM merupakan hak fundamental


yang tidak dapat dicabut karena ia adalah seorang manusia. HAM yang dirujuk

5
sekarang merupakan seperangkat hak yang dikembangkan PBB sejak awal
berakhirnya perang dunia II. Sebagai konsekuensinya, negara-negara tidak dapat
berkelit untuk tidak melindungi hak asasi manusia yang bukan warga negaranya.

Selama masih menyangkut persoalan HAM pada masing-masing negara, tanpa


kecuali, pada tataran tertentu mempunyai tanggung jawab, khususnya terkait
pemenuhan hak asasi manusia pribadi-pribadi yang terdapat pada jurisdiksinya,
termasuk orang asing. Oleh karena itu, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat
salah untuk menyamakan antara hak asasi manusia dengan hak-hak lainnya yang
dimiliki oleh warga negara. Hak asasi manusia sudah dimiliki oleh siapa saja.

Alasan di atas pula yang dapat menyebabkan hak asasi manusia


merupakan bagian integral dari tiap kajian dalam disiplin ilmu hukum
internasional. Oleh karena itu bukan sesuatu yang kontroversial lagi apabila suatu
komunitas internasional mempunyai kepedulian yang serius dan bersifat nyata
terhadap berbagai isu tentang hak asasi manusida tingkat domestik.

Peran komunitas internasional sangat pokok sebagai perlindungan HAM


karena sifat serta watak HAM itu sendiri merupakan suatu mekanisme pertahanan
dan perlindungan setiap individu terhadap kekuasaan negara yang rentan untuk
disalahgunakan, sebagaimana yang sering dibuktikan sejarah umat manusia
sendiri.

B. Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM)

Para ahli HAM menyatakan bahwa sejarah perkembangan HAM bermula dari
kawasan Eropa. Sebagian mengatakan jauh sebelum peradaban Eropa muncul,
HAM telah populer di masa kejayaan Islam. Wacana awal HAM di Eropa dimulai
dengan Magna Charta yang membatasi kekuasaan absolut para penguasa atau
raja-raja. Kekuasaan absolut raja, seperti menciptakan hukum tetapi tidak terikat

6
oleh peraturan yang mereka buat, menjadi dibatasi dan kekuasaan mereka harus
dipertanggungjawabkan secara hukum.

Sejak lahirnya Magna Charta pada tahun 1215, raja yang melanggar aturan
kekuasaan harus diadili dan memepertanggungjawabkan kebijakan
pemerintahannya di hadapan parlelen. Sekalipun kekuasaan para raja masih sangat
dominan dalam hal pembuatan undang-undang, Magna Charta telah menyulut ide
tentang keterikatan penguasa kepada hukum dan pertanggungjawaban kekuasaan
mereka kepada rakyat.

Empat abad kemudian, tepatnya pada 1689, lahir Undang-Undang Hak


Asasi Manusia (HAM) di Inggris, pada masa itu pula muncul istilah equality
before the law, kesetaraan manusia di muka hokum. Pandangan ini mendorong
timbulnya wacana negara hukum dan negara demokrasi pada kurun waktu
selanjutnya. Menurut Bill of Right, asas persamaan manusia di hadapan hukum
harus diwujudkan betapa pun berat rintangan yang dihadapi, karena tanpa hak
persamaan maka hak kebebasan mustahil dapat terwujud.

Untuk mewujudkan kebebasan yang bersendikan persamaan hak warga


negara tersebut, lahirlah sejumlah istilah dan teori sosial yang identik dengan
perkembangan dan karakter masyarakat Eropa, dan selanjutnya Amerika: kontrak
sosial (J.J. Rousseau), trias politica (Montesquieu), Teori hukum kodrati (John
Locke), dan hak-hak dasar persamaan dan kebebasan (Thomas Jefferson).

Pada 1789, lahir Deklarasi Perancis. Deklarasi ini memuat aturan-aturan


hukum yang menjamin hak asasi manusia dalam proses hukum, seperti larangan
penangkapan dan penahanan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh lembaga
hukum yang berwenang.

Prinsip presumption of innocent adalah bahwa orang-orang yang ditangkap


dianggap tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan

7
hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. Perinsip ini kemudian dipertegas oleh
prinsip-prinsip HAM lain, seperti kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan
beragama, perlindungan hak milik, dan hak-hak dasar lainnya.

Perkembangan HAM selanjutnya ditandai oleh munculnya wacana empat


hak kebebasan manusia (the four freedoms) di Amerika Serikat pada 6 Januari
1941, yang diproklamirkan oleh Presiden Theodore Roosevelt. Keempat hak itu
adalah: hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat; hak kebebasan
memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya; hak
bebas dari kemiskinan; dan hak bebas dari rasa takut.

Tiga tahun kemudian, dalam Konferensi Buruh Internasional di


Philadelphia, Amerika Serikat, dihasilkan sebuah deklarasi HAM. Deklarasi
Philadelphia 1944 ini memuat pentingnya menciptakan perdamaian dunia
berdasarkan keadilan sosial dan perlindungan seluruh manusia apa pun ras,
kepercayaan, dan jenis kelaminnya. Deklarasi ini juga memuat prinsip HAM yang
menyerukan jaminan setiap orang untuk mengejar pemenuhan kebutuhan material
dan spiritual secara bebas dan bermartabat serta jaminan keamanan ekonomi dan
kesempatan yang sama. Hak-hak tersebut kemudian dijadikan dasar perumusan
Deklarasi Universal HAM (DUHAM) yang dikukuhkan oleh PBB dalam
Universal Declaration of Human Right (UDHR) pada tahun 1948.

Menurut Universal Declaration of Human Right, terdapat lima jenis hak asasi
yang dimiliki oleh setiap individu:

1. Hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi);


2. Hak legal (hak jaminan perlindungan hukum);
3. Hak sipil dan politik;
4. Hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang
kehidupan); dan

8
5. Hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Beberapa hal yang memengaruhi lahirnya perundang-undangan HAM menurut


Kuntjara Purbopranoto adalah :

1) Jaminan HAM dalam UUD 1945(sebelum perubahan/amandemen) belum


disusun secara sistematis.
2) Dalam UUD 1945(sebelum perubahan/amandemen) hanya empat pasal yang
memuat ketentuan-ketentuan tentang hak asasi,yakni pasal 27,28,29 dan
31.Meskipun demikian,bukan berarti HAM kurang mendapat perhatian,karena
susunan pertama UUD 1945 adalah inti-inti dasar kenegaraan.
Dari keempat pasal itu terdapat 5 pokok mengeni HAM,yaitu :
a. Kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara didalam hukum dan di
muka pemerintahan (Pasal 27 ayat (1)).
b. Hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27
ayat (1)).
c. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagaimana ditetapkan dengan undang-undang pasal
28.
d. Kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk dijamin oleh
negara (pasal 29 ayat (2)).
e. Hak atas pengajaran (pasal 31 ayat (1)).

3) Melaksanakan Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM.

4) Desakan masyarakat dan dunia internasional untuk merealisasikan HAM.

Bangsa Indonesia,sebagai anggota PBB mempunyai tanggung jawab untuk :


a. Menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Sedunia (Universal
Declaration of Human Rights).
b. Menghormati berbagai instrument HAM internasional lainnya mengenai
HAM.

9
C. Peraturan HAM dalam Tap MPR dan Undang undang

Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Ketetapan


MPR yang lahir di era reformasi berisi hal-hal berikut.

1. Menugaskan kepada lembaga-lembaga negara dan seluruh aparatur


pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan menyebarluaskan
pemahaman tentang hak asasi manusia kepada seluruh warga masyarakat.
2. Menugaskan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia untuk segera meratifikasi berbagai instrumen internasional
tentang hak asasi manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Pengaturan hak asasi manusia dalam Undang-Undang No.39 Tahun 1999


tentang Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada Universal
Declaration of Human Rights (UDHR) dan konvensi-konvensi PBB tentang Hak
Asasi Manusia serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hak dan kebebasan
manusia tercantum pada bab III pasal 9 s.d. pasal 66 UU No. 39 Tahun 1999.
Undang-undang tersebut menjadi dasar hukum dalam pembentukan Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Pengadilan

Hak Asasi Manusia (Pengadilan HAM). Undang-Undang No. 39 Tahun 1999


tersebut mengatur 10 macam hak dan kebebasan manusia sebagai berikut :

1) Hak untuk hidup (pasal 9),

2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 10),

10
3) Hak mengembangkan diri (pasal 11 s.d. 16),

4) Hak memperoleh keadilan (pasal 17 s.d. 20),

5) Hak atas kebebasan pribadi (pasal 21 s.d. 27),

6) Hak atas rasa aman (pasal 28 s.d. 35),

7) Hak atas kesejahteraan (pasal 36 s.d. 42),

8) Hak turut serta dalam pemerintahan (pasal 43 s.d. 44),

9) Hak wanita (pasal 45 s.d. 51), dan

10) Hak anak (pasal 52 s.d. 66).

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan perhatian yang

besar terhadap hak-hak wanita dan hak-hak anak dengan menyatakan bahwa hak

wanita dan hak anak merupakan hak asasi manusia maka perlu diakui dan diberi

perlindungan hukum.

D. Peran Komnas HAM dan Peradilan HAM dalam penegakan HAM di


Indonesia

Komnas HAM sebagaimana disebutkan di dalam pasal 1 angka 7 Undang-


undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah lembaga mandiri, yang kedudukannya
setingkat dengan lembaga negara lainnya, yang berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi
manusia.

Komnas HAM berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia dan


dapat mendirikan Perwakilan Komnas HAM di daerah. Sampai dengan saat
ini, Komnas HAM memiliki sebanyak 3 (tiga) Perwakilan Komnas HAM

11
yaitu di Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Papua dan 3 (tiga) Kantor
Perwakilan Komnas HAM di Aceh, Ambon, dan palu.

Adapun yang menjadi tujuan dibentuknya Komnas HAM berdasarkan


Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999, yaitu :

a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi


manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam pengkajian dan penelitian,


Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :

a) Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi


manusia dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan
aksesi dan atau ratifikasi.

b) Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk


memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan, dan
pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak
asasi manusia.

c) Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian.

d) Studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banding di negara lain


mengenai hak asasi manusia.

e) Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan,


penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

12
f) Kerjasama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau
pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional
dalam bidang hak asasi manusia.

Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam penyuluhan, Komnas


HAM bertugas dan berwenang melakukan :

a) Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada


masyarakat Indonesia.

b) Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia


melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal serta berbagai
kalangan lainnya.

c) Kerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik di


tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi
manusia.

Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam pemantauan, Komnas


HAM bertugas dan berwenang melakukan :

a) Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan


hasil pengamatan tersebut.

b) Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam


masyarakat berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat
pelanggaran hak asasi manusia.

c) Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang


diadukan untuk dimintai dan didengar keterangannya.

d) Pemanggilan saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya, dan kepada


saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.

e) Peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu.

13
f) Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan
secara tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai
dengan aslinya dengan persetujuan Ketua Pengadilan.

g) Pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan


tempat-tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan
persetujuan Ketua Pengadilan.

h) Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan terhadap


perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam
perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah
publik dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat
Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para
pihak.

Selanjutnya dalam melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam mediasi,


Komnas HAM bertugas dan berwenang :

a) Mengadakan perdamaian antar pihak-pihak yang bertikai.

b) Menyelesaikan perkara melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,


dan penilaian ahli.

c) Memberi saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui


pengadilan.

d) Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi


manusia kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.

e) Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi


manusia kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk ditindaklanjuti.

14
Peran biro konsultasi dan bantuan hukum tertinggi :

1. Kantor, pusat kegiatan untuk memberikan layanan kepada semua


pihak yang ingin berkonsultasi dan meminta bantuan di bidang hukum
dan HAM.
2. Pelaksana program tridharma perguruan tinggi di bidang hukum dan
HAMPelatihan dalam pembelaan dan penegakkan hukum dan HAM

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terbentuknya Komnas HAM dan Peradilan HAM dikarenakan


timbulnya pelanggaran pelanggaran HAM yang terjadi di mana saja
terutama di Indonesia. Serta dibuatnya peraturan HAM dalam TAP MPR
dan undang undang memperkuat tekad pemerintah umtuk terus
menegakkan keadilan terutama dalam HAM khususnya di Indonesia.

B. Saran

1.Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan


memperjuangkan HAM kita sendiri.

2.Kerjasama antara Pemerintah daerah dan warga masyarakat Daerah perlu


ditingkatkan.

3.Kita harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai
kita melakukan pelanggaran HAM dan Jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain

4.Pemerintah khususnya pihak kepolisian harus bisa menjadi sarana dalam


menyelesaikan masalah pelanggaran HAM.

5.Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam


mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6.Pelanggaran hak asasi manusia di negara Indonesia khususnya di Daerah


Jawa Barat, seharusnya ditanggapi dengan cepat dan tanggap oleh
pemerintah dan disertai peran serta masyarakat.

7. Dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi


antara HAM kita dengan HAM orang lain.

16
Daftar Pustaka

http://soal-soalpkn.blogspot.co.id/2014/11/jelaskan-ketetapan-mpr-tahun-1998-
tentang-hak-asasi-manusia.html

http://alisarjuni.blogspot.co.id/2013/06/peran-komnas-ham-dalam-perlindungan-
hak.html

http://woocara.blogspot.com/2015/10/pengertian-ham-macam-macam-ham-
contoh-pelanggaran-ham.html#ixzz4p8mo9vnK

17

Anda mungkin juga menyukai