Studi Mengenai Teori Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura Untuk Proses Pembelajaran Kewirausahaan
Studi Mengenai Teori Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura Untuk Proses Pembelajaran Kewirausahaan
Abstrak:
Artikel ini bertujuan untuk mempelajari teori pembelajaran kognitif sosial Bandura sebagai suatu
dasar untuk memahami proses pembelajaran kewirausahaan untuk membantu meningkatkan
ketertarikan seseorang mengenai kewirausahaan melalui panutan keluarga. Melalui studi ini,
diharapkan mampu mengamati perilaku kewirausahaan yang ditampilkan oleh model, dan dapat
menambah tilikan serta pengetahuan dalam bidang kewirausahaan. Teori Bandura menegaskan
interaksi timbal balik berkesinambungan antara faktor perilaku seseorang (kognitif) dan
pengaruh lingkungan dalam memahami proses pembelajaran kognitif sosial. Sehingga,
pembelajaran dalam teori ini lebih ditujukan pada pembelajaran observasional dan kumpulan
proses 4 komponen yang berhubungan: proses atensional, proses retensi, proses reproduksi
motorik, dan proses motivasional. Komponen keempat ini menjadi salah satu proses yang
digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan untuk mengolah ketertarikan seseorang dalam
kewirausahaan.
Kata-kata kunci:
Teori Pembelajaran Kognitif Sosial, Ketertarikan dalam Kewirausahaan, Proses Atensional,
Proses Retensi, Proses Reproduksi Motorik, Proses Motivasional
1. Pendahuluan
Dalam sebuah proses, perilaku manusia bukanlah perilaku alamiah. Psikolog
menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk sebagai hasil interaksi faktor-faktor
lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun internal. Sehingga, perilaku individu-individu
tersebut merupakan aktivitas yang juga dipengaruhi oleh lingkungan esternal, seperti halnya
perilaku kewirausahaan. Perilaku ini tidak alami namun dipengaruhi oleh munculnya
kepentingan dalam memulai pertumbuhan dan perkembangan pengusaha sesuai dengan
faktor yang mempengaruhinya. Pendapat ini diperkuat oleh Bygrave (2003) [7] yang
menyatakan bahwa keputusan untuk pertumbuhan kewirausahaan dipengaruhi oleh hasil
interaksi antara sifat kepribadian seseorang dengan lingkungannya. Selain itu, peneletian
yang dilakukan oleh Lambing dan Kuehl (2007) [16] menyatakan bahwa terdapat empat
elemen yang mempengaruhi keputusan untuk berwirausaha, yaitu perilaku individu,
lingkungan budaya, lingkungan sosial, dan kombinasi ketiganya.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa perilaku individu selalu memiliki latar belakang
tertentu, fokus pada obyek tertentu, dan berhubungan dengan lingkungan, sehingga mereka
dapat berubah jika mereka melakukan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya dalam
interaksi dengan lingkungan. Hal ini terjadi di mana individu membutuhkan proses
pembelajaran untuk memenuhi perilaku baru untuk memenuhi kebutuhannya. Proses
pembelajaran ini sangat penting dalam perkembangan seseorang, di mana individu tersebut
akan melalui proses ke arah yang lebih baik. Hasil pembelajaran tersebut dapat dibentuk pada
perubahan perilaku dalam pengetahuan atau ketrampilan, dan kemampuan menilai perilaku.
Selain itu, proses pembelajaran dalam perubahan perilaku seseorang dapat dilakukan
melalui pengalaman pribadai, belajar dari orang lain, atau belajar dari sekelilingnya. Bell
(2015) [4] mempercayai bahwa proses pembelajaran akan berhasil jika diimplementasikan
dalam bentuk aktivitas pembelajaran. Hal ini berarti bahwa aktivitas pembelajaran dipercaya
dapat memperbaiki ketertarikan seseorang dalam melakukan wira usaha dan akhirnya
berperilaku wira usaha. Bell (2015) [4] juga menyatakan bahwa pembelajaran dari
pengalaman akan memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan wira usaha.
Merujuk kepada apa yang telah disebutkan, didapatkan bahwa kepentingan proses
pembelajaran bukan hanya untuk perkembangan perilaku individu tetapi juga pertumbuhan
kepentingan daalam kewirausahaan. Saat ini dipercaya ketertarikan yang lebih pada wira
usaha akan timbul jika terdapat rangsangan dari latar belakang keluarga dalam berwira usaha
sebagai lingkungan sosial awal dan dapat mempengaruhu perilaku seserang untuk berwira
usaha, yang mana dalam hal ini menjadi panutan dalam wira usaha.
Kuttim dkk (2014) [15] menyatakan bahwa memiliki latar belakang keluarga dalam
wira usaha secara positif berhubungan dengan ketertarikan dalam berwira usaha. Pendapat
Kuttim didukung oleh Hisrich dkk (2005) [12] dan Alma (2013) [1] yang mempercayai
bahwa lingkungan keluarga dapat mempengaruhi ketertarikan individu dalam berwira usaha.
Pengusaha yang sukses dibesarkan oleh orang tua yang juga pengusaha, sebagaimana
sebagian besar pengalaman yang ada di dunia bisnis (Duchesneau dkk, 1990) [11]. Anggota
keluarga tersebut bukan hanya memfasilitasi aktivitas bisnis saja, tetapi juga memberikan
tenaga kerja dan dukungan afektif (Huei dkk, 2015) [14]. Bala dan Nizam (2015) [3]
menunjukkan peran orang tua sebagai hubungan individu terdekat yang mempengaruhi
pembuatan keputusan berbisnis dalam keluarga, di mana biasanya dapat mempengaruhi
perilaku seseorang. Surya (2014) [22] juga menunjukkan bahwa keluarga merupakan
lingkungan sosial paling awal bagi seseorang dalam memberikan pengaruh bermakna untuk
perkembangan individu tersebut. Selain itu, melalui interaksi generasi yang lebih tua dan
keterlibatan generasi yang lebih muda dalam melanjutkan aktivitas bisnis keluarga yang
menyalurkan budaya kewirausahaan dari generasi tua ke yang lebih muda (Cruz dkk, 2012
(9).
Banyak teori yang telah mendiskusikan teori pembelajaran, tetapi penelitian ini akan
lebih difokuskan pada teori pembelajaran kognitif sosial Bandura yang terkait dengan proses
pembelajaran kewirausahaan untuk kepentingan dalam wira usaha sebagai bahan studi.
Terdapat dua alasan mengapa teori ini digunakan dalam penelitian ini. Pertama, teori ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Boz dan Ergeneli (2013) [5] yang
menyarankan bahwa sebagian besar penelitian mengenai wira usaha menggunaan teori
pembelajaran kognitif sosial Bandura sebagai tinjauan pustaka, khususnya yang terkait
dengan peran keluarga dalam pembentukan ketertarikan wira usaha seseorang, yang mana
dalam teori menampilkan perilaku model yang penting untuk membentuk ketertarikan dan
pengalaman dalam wira usaha. Kedua, teori ini masih jarang didiskusikan secara mendalam
oleh peneliti meskipun teori ini sangat berguna untuk menambah tilikan dan pengetahuan
bagi peneliti dalam bidang kewirausahaan.
Perilaku
RINGKASAN
Dalam sebuah proses, perilaku manusia bukanlah perilaku alamiah. Psikolog menyatakan
bahwa perilaku manusia terbentuk sebagai hasil interaksi faktor-faktor lingkungan, baik
lingkungan eksternal maupun internal. Sehingga, perilaku individu-individu tersebut merupakan
aktivitas yang juga dipengaruhi oleh lingkungan esternal, seperti halnya perilaku kewirausahaan.
Perilaku ini tidak alami namun dipengaruhi oleh munculnya kepentingan dalam memulai
pertumbuhan dan perkembangan pengusaha sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa perilaku individu selalu memiliki latar belakang tertentu, fokus pada
obyek tertentu, dan berhubungan dengan lingkungan, sehingga mereka dapat berubah jika
mereka melakukan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya dalam interaksi dengan
lingkungan. Banyak teori yang telah mendiskusikan teori pembelajaran, tetapi penelitian ini akan
lebih difokuskan pada teori pembelajaran kognitif sosial Bandura yang terkait dengan proses
pembelajaran kewirausahaan untuk kepentingan dalam wira usaha sebagai bahan studi.
Sesungguhnya, teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan prinsip sistematis dan
didasarkan pada penjelasan yang dimaksudkkan bagi suatu kerangka konseptual dan telah teruji
secara empiris dalam memberikan penjelasan dan penyelesaian masalah dalam fenomena
pembelajaran. Menyadari pentingnya pembelajaran bagi seseorang, studi ini merujuk pada teori
pembelajaran kognitif sosial Bandura.
a. Prinsip Dasar Teori Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura
Teori Kognitif Sosial Bandura merupakan perluasan teori behaviorisme yang
menegaskan kepentingan faktor-faktor perilaku, lingkungan, dan individu (kognitif)
dalam proses pembelajaran. Menyadari pentingnya hubungan timbal balik yang terjadi
antara perilaku, individu (kognitif), dan lingkungan mempengaruhi pengertian bagaimana
seseorang belajar, Bandura dalam hal ini, menempatkan penekanan utama pada
pembelajaran observasional. Teori pembelajaran yang diusulkan oleh Bandura disebut
teori kognitif sosial pembelajaran melaui peniruan. Pembelajaran oleh individu untuk
meniru apa yang ada dalam lingkungan mereka, khususnya perilaku yang ditunjukkan
oleh model. Terdapat hubungan dekat antara individu dengan lingkungannya. Hasil
perilaku pembelajaran didapatkan dalam bentuk manifestasi secara visual dan verbal
dalam perilaku sehari-hari.
b. Proses Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura
Bandura menunjukkan bahwa proses pembelajaran itu melelahkan, inefisien, dan
berbahaya jika tergantung pada hasil aksi atau perilaku masing-masing untuk
menghasilkan apa yang harus ditunjukan. Teori pembelajaran kognitif sosial Bandura
terjadi oleh imitasi secara observasional dalam tiga komponen, yaitu model behavioral,
perilaku pengaruh model, dan proses internal pembelajaran. Dalam hal ini, perilaku
model adalah perilaku yang diketahui dalam lingkungan. Jika perilaku model sesuai
dengan situasi individu (ketertarikan, pengalaman, tujuan), kemudian perilaku model
akan ditiru.
1) Proses Atensional (Proses Pembelajaran Kognitif Pertama)
Individu memberikan perhatian pada perilaku dalam lingkungan utamanya pada
perilaku yang dimodelkan atau ditiru. Sehingga, individu tidak hanya melihat pada
model dan apa yang ia lakukan dalam proses pembelajaran melalui observasi, tetapi
individu harus ada untuk merasakan sendiri perilaku yang menonjol dan karakteristik
perilaku model secara tepat dan signifikan.
2) Proses Retensi (Proses Pembelajaran Kognitif Kedua).
Individu menyerupai perilaku model yang ditampilkan. Hal ini menyatakan bahwa
individu menyimpan dalam memori dan menyimbolkan infotmasi dari perilaku yang
ditampilkan oleh model, sehingga individu tersebut akan mendapatkan perilaku
model.
3) Proses Reproduksi Motorik (Proses Pembelajaran Kognitif Ketiga)
Individu menunjukkan kemampuan untuk memperoduksi perilaku yang tepat.
Kemampuan motorik dapat mengubaj simbol bentuk memeori yang dikode ke dalam
tindakan yang tepat.
4) Proses Motivasiona (Proses Pembelajaran Kognitif Keempat).
Tahap ini menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini menegaskan apakah
hasil pengamatan, ingatan (simpanan) informasi dalam memori, dan menerjemahkan
ketrampilan motorik model perilaku ke dalam tindakan yang tepat sangat bergantung
pada motivasi ataukah keinginan yang ada, dan memperoleh amplifier pada perilaku
model. Sehingga, individu akan menyerupai perilaku model.
Akhirnya, suatu lingkungan di mana seseorang ada dan berinteraksi akan mempengaruhi
pola dan kualitas pertubuhan dan perkembangan perilaku individu. Sama halnya, jika seseorang
berada pada lingkungan keluarga wira usaha, mereka memiliki tendensi untuk mengikuti jejak
keluarganya dalam berwira usaha. Sehingga, sangat krusial bagi seseorang yang secara langsung
melihat dan mengamati aktivitas wira usaha yang dilakukan oleh keluarga sebagai panutan untuk
berwira usaha dalam kehidupan mereka sehari-hari pada kehidupan bisnis. Sesungguhnya,
perilaku model dalam lingkungan individu tidak memberikan atau mengeluarkan stimulus untuk
suatu reaksi berupa respon. Tanggapan ini yang kemudian dipelajari oleh individu dengan cara
observasional (proses kognitif) terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh model untuk
meningkatkan minat individu pada sesuatu.
Keempat proses belajar kognitif ini terjadi dalam individu melibatkan lingkungan sosial
sekitar individu. Dalam hal ini, dipamerkan perilaku wirausaha adalah perilaku orang tua sebagai
panutan untuk berwirausaha yang bisa dengan mudahdiamati dan diingat oleh individu, sehingga
memungkinkan meniru perilaku, terutama perilaku berwirausaha. Diharapkan dengan mengikuti
keempat langkah dan sepenuhnya dipahami oleh individu dalam hal proses pembelajaran
kognitif sosial yang ditawarkan oleh Bandura akan semakin jelas bahwa individu akan lebih
tertarik pada kewirausahan. Proses pembelajaran kognitif sosial juga tidak bisa dipisahkan dari
saling interaksi efek dari tiga faktor (lingkungan, individu, dan perilaku).