Anda di halaman 1dari 16

Artikel Tinjauan

Studi Mengenai Teori Pembelajaran Kognitif Sosial


Bandura untuk Proses Pembelajaran Kewirausahaan

Luluk Tri Harinie1, *, Achmad Sudiro2, Mintarti Rahayu2, Achmad Fatchan

Abstrak:
Artikel ini bertujuan untuk mempelajari teori pembelajaran kognitif sosial Bandura sebagai suatu
dasar untuk memahami proses pembelajaran kewirausahaan untuk membantu meningkatkan
ketertarikan seseorang mengenai kewirausahaan melalui panutan keluarga. Melalui studi ini,
diharapkan mampu mengamati perilaku kewirausahaan yang ditampilkan oleh model, dan dapat
menambah tilikan serta pengetahuan dalam bidang kewirausahaan. Teori Bandura menegaskan
interaksi timbal balik berkesinambungan antara faktor perilaku seseorang (kognitif) dan
pengaruh lingkungan dalam memahami proses pembelajaran kognitif sosial. Sehingga,
pembelajaran dalam teori ini lebih ditujukan pada pembelajaran observasional dan kumpulan
proses 4 komponen yang berhubungan: proses atensional, proses retensi, proses reproduksi
motorik, dan proses motivasional. Komponen keempat ini menjadi salah satu proses yang
digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan untuk mengolah ketertarikan seseorang dalam
kewirausahaan.

Kata-kata kunci:
Teori Pembelajaran Kognitif Sosial, Ketertarikan dalam Kewirausahaan, Proses Atensional,
Proses Retensi, Proses Reproduksi Motorik, Proses Motivasional

1. Pendahuluan
Dalam sebuah proses, perilaku manusia bukanlah perilaku alamiah. Psikolog
menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk sebagai hasil interaksi faktor-faktor
lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun internal. Sehingga, perilaku individu-individu
tersebut merupakan aktivitas yang juga dipengaruhi oleh lingkungan esternal, seperti halnya
perilaku kewirausahaan. Perilaku ini tidak alami namun dipengaruhi oleh munculnya
kepentingan dalam memulai pertumbuhan dan perkembangan pengusaha sesuai dengan
faktor yang mempengaruhinya. Pendapat ini diperkuat oleh Bygrave (2003) [7] yang
menyatakan bahwa keputusan untuk pertumbuhan kewirausahaan dipengaruhi oleh hasil
interaksi antara sifat kepribadian seseorang dengan lingkungannya. Selain itu, peneletian
yang dilakukan oleh Lambing dan Kuehl (2007) [16] menyatakan bahwa terdapat empat
elemen yang mempengaruhi keputusan untuk berwirausaha, yaitu perilaku individu,
lingkungan budaya, lingkungan sosial, dan kombinasi ketiganya.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa perilaku individu selalu memiliki latar belakang
tertentu, fokus pada obyek tertentu, dan berhubungan dengan lingkungan, sehingga mereka
dapat berubah jika mereka melakukan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya dalam
interaksi dengan lingkungan. Hal ini terjadi di mana individu membutuhkan proses
pembelajaran untuk memenuhi perilaku baru untuk memenuhi kebutuhannya. Proses
pembelajaran ini sangat penting dalam perkembangan seseorang, di mana individu tersebut
akan melalui proses ke arah yang lebih baik. Hasil pembelajaran tersebut dapat dibentuk pada
perubahan perilaku dalam pengetahuan atau ketrampilan, dan kemampuan menilai perilaku.
Selain itu, proses pembelajaran dalam perubahan perilaku seseorang dapat dilakukan
melalui pengalaman pribadai, belajar dari orang lain, atau belajar dari sekelilingnya. Bell
(2015) [4] mempercayai bahwa proses pembelajaran akan berhasil jika diimplementasikan
dalam bentuk aktivitas pembelajaran. Hal ini berarti bahwa aktivitas pembelajaran dipercaya
dapat memperbaiki ketertarikan seseorang dalam melakukan wira usaha dan akhirnya
berperilaku wira usaha. Bell (2015) [4] juga menyatakan bahwa pembelajaran dari
pengalaman akan memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan wira usaha.
Merujuk kepada apa yang telah disebutkan, didapatkan bahwa kepentingan proses
pembelajaran bukan hanya untuk perkembangan perilaku individu tetapi juga pertumbuhan
kepentingan daalam kewirausahaan. Saat ini dipercaya ketertarikan yang lebih pada wira
usaha akan timbul jika terdapat rangsangan dari latar belakang keluarga dalam berwira usaha
sebagai lingkungan sosial awal dan dapat mempengaruhu perilaku seserang untuk berwira
usaha, yang mana dalam hal ini menjadi panutan dalam wira usaha.
Kuttim dkk (2014) [15] menyatakan bahwa memiliki latar belakang keluarga dalam
wira usaha secara positif berhubungan dengan ketertarikan dalam berwira usaha. Pendapat
Kuttim didukung oleh Hisrich dkk (2005) [12] dan Alma (2013) [1] yang mempercayai
bahwa lingkungan keluarga dapat mempengaruhi ketertarikan individu dalam berwira usaha.
Pengusaha yang sukses dibesarkan oleh orang tua yang juga pengusaha, sebagaimana
sebagian besar pengalaman yang ada di dunia bisnis (Duchesneau dkk, 1990) [11]. Anggota
keluarga tersebut bukan hanya memfasilitasi aktivitas bisnis saja, tetapi juga memberikan
tenaga kerja dan dukungan afektif (Huei dkk, 2015) [14]. Bala dan Nizam (2015) [3]
menunjukkan peran orang tua sebagai hubungan individu terdekat yang mempengaruhi
pembuatan keputusan berbisnis dalam keluarga, di mana biasanya dapat mempengaruhi
perilaku seseorang. Surya (2014) [22] juga menunjukkan bahwa keluarga merupakan
lingkungan sosial paling awal bagi seseorang dalam memberikan pengaruh bermakna untuk
perkembangan individu tersebut. Selain itu, melalui interaksi generasi yang lebih tua dan
keterlibatan generasi yang lebih muda dalam melanjutkan aktivitas bisnis keluarga yang
menyalurkan budaya kewirausahaan dari generasi tua ke yang lebih muda (Cruz dkk, 2012
(9).
Banyak teori yang telah mendiskusikan teori pembelajaran, tetapi penelitian ini akan
lebih difokuskan pada teori pembelajaran kognitif sosial Bandura yang terkait dengan proses
pembelajaran kewirausahaan untuk kepentingan dalam wira usaha sebagai bahan studi.
Terdapat dua alasan mengapa teori ini digunakan dalam penelitian ini. Pertama, teori ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Boz dan Ergeneli (2013) [5] yang
menyarankan bahwa sebagian besar penelitian mengenai wira usaha menggunaan teori
pembelajaran kognitif sosial Bandura sebagai tinjauan pustaka, khususnya yang terkait
dengan peran keluarga dalam pembentukan ketertarikan wira usaha seseorang, yang mana
dalam teori menampilkan perilaku model yang penting untuk membentuk ketertarikan dan
pengalaman dalam wira usaha. Kedua, teori ini masih jarang didiskusikan secara mendalam
oleh peneliti meskipun teori ini sangat berguna untuk menambah tilikan dan pengetahuan
bagi peneliti dalam bidang kewirausahaan.

2. Teori Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura


Sesungguhnya, teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan prinsip sistematis dan
didasarkan pada penjelasan yang dimaksudkkan bagi suatu kerangka konseptual dan telah
teruji secara empiris dalam memberikan penjelasan dan penyelesaian masalah dalam
fenomena pembelajaran [20]. Dalam kasus ini, fenomena pembelajaran dalam pertanyaan
disebabkan oleh perubahan perilaku individu dalam interaksinya dengan lingkungan sebagai
suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai suatu tujuan, juga mendapatkan
kualitas kehidupan yang lebih baik dan efektif.
Menyadari pentingnya pembelajaran bagi seseorang, studi ini merujuk pada teori
pembelajaran kognitif sosial Bandura. Teori ini merupakan suatu perluasan dari aliran
behaviorisme dan dipertimbangkan untuk dibandingkan dengan teori pembelajaran lainnya.
Bandura menggunakan prinsip pengkondisian klasik dan pengkondisian peran seseorang
dalam mempelajari. Pada bagian selanjutnya dalam penelitian ini, kami akan mendiskusikan
prinsip dasar dan pelajaran yang dipelajari dari teori ini.
2.1 Prinsip Dasar Teori Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura
Teori Kognitif Sosial Bandura merupakan perluasan teori behaviorisme yang
menegaskan kepentingan faktor-faktor perilaku, lingkungan, dan individu (kognitif)
dalam proses pembelajaran [10], [8[, [12]. Hjelle dan Ziegler (1992) [13] menyatakan
bahwa sebagian besar fungsi psikologi yang penting dan dipercaya dalam teori
pembelajaran Bandura adalah penegasan pada interaksi timbal-balik berkelanjutan
dengan ketiga fator tersebut. Perilaku dapat mempengaruhi kognitif dan sebaliknya
aktivitas kognitif seseorang dapat mempengaruhi lingkungan, pengaruh lingkungan dapat
mengubah proses pemikiran seseorang, begitu seterusnya. Interaksi ini dapat dilihat pada
Gambar 1 di bawah ini.

Perilaku

Individu (kognitif) Lingkungan


Sumber: Santrock (2012)
Gambar 1. Teori Kognitif Sosial Bandura
Menyadari pentingnya hubungan timbal balik yang terjadi antara perilaku,
individu (kognitif), dan lingkungan mempengaruhi pengertian bagaimana seseorang
belajar, Bandura dalam hal ini, menempatkan penekanan utama pada pembelajaran
observasional. Bandura memperkirakan pembelajaran seseorang terjadi bukan hanya
melalui pengalaman mereka sendiri tetapi juga melalui proses observasi, yaitu
pengamatan selektif dan mempertimbangkan model perilaku terkini [20] dan [10]. Hal ini
penting bagi individu untuk mendapatkan ketrampilan, strategi, dan kepercayaan. Slavin
(2008) [19] menambahkan bahwa prinsip teori ini menunjukkan bagaimana pengamatan
mandiri terhadap sekeliling dapat mempengaruhi perilaku dan kognitif seseorang.
Berdasarkan Bandura, studi observasional meliputi suatu impersonasi, tetapi tidak
terbatas pada hal tersebut. Artinya, apa yang dipelajari bukanlah suatu tiruan pasti
terhadap apa yang diamati pada model, tetapi lebih pada bentuk umum yang
menyebabkan sesorang menjadi lebih kreatif [19]. Oleh karen itu, teori pembelajaran
yang diusulkan oleh Bandura disebut teori kognitif sosial pembelajaran melaui peniruan.
Dalam hal ini, terdapat tiga asumsi yang mendasari [21]. Pertama, pembelajaran oleh
individu untuk meniru apa yang ada dalam lingkungan mereka, khususnya perilaku yang
ditunjukkan oleh model. Kedua, terdapat hubungan dekat antara individu dengan
lingkungannya. Pembelajaran terjadi melalui hubungan antara perilaku, individu
(kognitif), dan lingkungan. Ketiga, hasil perilaku pembelajaran didapatkan dalam bentuk
manifestasi secara visual dan verbal dalam perilaku sehari-hari.
Adanya asumsi ini memperjelas proses kognitif seseorang yang memainkan peran
dalam pembelajaran, yang mana pembelajaran terjadi karena pengaruh lingkungan sosial.
Individu akan mengamati lingkungan sosial sebagai model, kemudian perilaku model
ditiru dan menjadi perilaku mereka. Bandura dalam [19] menyatakan bahwa ketika
individu melakukan pembelajaran, maka hal tersebut mengubah individu secara kognitif
untuk mampu mengadakan atau mentransformasi pengalaman.
Akhirnya, perilaku seseorang akan dibentuk melalui tiruan perilaku dari
lingkungan sebagai suatu model, sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses
bagaimana impersonasi terjadi sesuai dengan situasi dan tujuannya. Bandura dalam [12]
juga menyatakan bahwa sebagian besar semua fenomena pembelajaran dihasilkan dari
pengalaman langsung yang terjadi melalui pengammatan perilaku yang lain (model
behavioral).

2.2 Proses Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura


Bandura (1997)[2] menunjukkan bahwa proses pembelajaran itu melelahkan,
inefisien, dan berbahaya jika tergantung pada hasil aksi atau perilaku masing-masing
untuk menghasilkan apa yang harus ditunjukan. Sehingga, sebagian besar perilaku
individu dipelajari melalui pembelajaran observasional melaui tiruan model. Ke
depannya, informasi ini dilambangkan sebagai panduan untuk bertindak, karena
seseorang melakukan pembelajaran terhadap apa yang seorang model demonstrasikan,
setidaknya dalam bentuk suatu perkiraan sebelum melakukan perilaku apa pun. Dalam
hal ini, individu dapat menghindari kesalahan yang tidak perlu.
Teori pembelajaran kognitif sosial Bandura terjadi oleh imitasi secara
observasional dalam tiga komponen, yaitu model behavioral, perilaku pengaruh model,
dan proses internal pembelajaran [21]. Individu membuat proses pembelajaran mengenali
perilaku model (perilaku tiruan) kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk
berusaha untuk menyamai dan menjadikan sebagai perilau mereka. Dalam hal ini,
perilaku model adalah perilaku yang diketahui dalam lingkungan. Jika perilaku model
sesuai dengan situasi individu (ketertarikan, pengalaman, tujuan), kemudian perilaku
model akan ditiru. Model yang berpengaruh pada proses pembelajaran dalam teori ini
utamanya melalui fungsi informative model itu sendiri [2].
Secara konseptual, proses pembelajaran kognitif sosial Bandura diilustrasikan
secara skematik dalam Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan ada empat komponen
yang berhubungan, yaitu proses atensional, proses retensi, proses reproduksi motorik, dan
proses motivasional [2], [12], [23], dan [20].
Proses Proses Proses
Retensi Produksi Motiva-
Proses
Motorik sional
Atensional Orang
mengingat Orang Orang
Orang hadir
Peristiwa (retensi menerje- menerje-
untuk
jangka mahkan mahkan Tindakan
yang menerima
panjang) memori memori mencocokkan
dimodelkan perilaku
perilaku yang dikode yang dikode
model
model yang secara secara
secara
diamati simbolik simbolik
akurat
perilaku perilaku
sebelumnya
model ke model ke
dalam pola dalam pola
respon baru respon baru

Sumber: Bandura (1977); Hjelle dan Ziegler (1992)


Gambar 2. Komponen proses yang menentukan pembelajaran observasional

Berikut adalah penjelasannya:


1. Proses Atensional (Proses Pembelajaran Kognitif Pertama).
Pada tahapan ini, individu memberikan perhatian pada perilaku dalam lingkungan
utamanya pada perilaku yang dimodelkan atau ditiru. Sehingga, individu tidak hanya
melihat pada model dan apa yang ia lakukan dalam proses pembelajaran melalui
observasi, tetapi individu harus ada untuk merasakan sendiri perilaku yang menonjol dan
karakteristik perilaku model secara tepat dan signifikan. Fase ini menentukan secara
selektif apaya yang diamati dan yang mereka dapat harapakan dari pengaruh model,
sehingga melibatkan karakteristik pengamat, termasuk aktivitas yang dikerjakan oleh
model sendiri, dan melibakan pengaturan ulang struktural pada interaksi manusia, seperti
angka dan tipe pengalaman dalam observasi.
Selain itu, Bandura menunjukkan berbagai penentu dalam proses atensional yang
mempengaruhi modeling, karena pola keterkaitan yang sangat penting. Hal ini berarti
bahwa dengan siapa model baisa berinteraksi akan membatasi tipe perilaku yang diamati
dan untul proses pembelajaran secara keseluruhan. Nilai fungsional yang terikat pada
perilaku yang ditunjukkan oleh model berbeda sangat mempengaruhi dalam menentukan
model yang diamati dan diabaikan. Model juga dapat dipertimbangkan melalui tampilan
yang ditunjukkan dengan model interpersonal. Sehingga, model yang memiliki kualtias
menarik akan sijual, tetapi yang kurang akan diabaikan atau ditolak. Gambaran mdel
yang berkompetensi tinggi dipertimbangkan oleh para ahli untuk menerima perhatian
yang lebih besar.
Berbagai karakteristik yang menyebabkan model dipertimbangkan untuk memiliki nilai
intrinsic dan keuntungan dalam jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan
kebijaksanaan yang menentukan siapa yang menjadi model untuk diamati.
2. Proses Retensi (Proses Pembelajaran Kognitif Kedua).
Pada tahap ini, individu menyerupai perilaku model yang ditampilkan. Hal ini
menyatakan bahwa individu menyimpan dalam memori dan menyimbolkan infotmasi
dari perilaku yang ditampilkan oleh model, sehingga individu tersebut akan mendapatkan
perilaku model. Individu tidak akan dipengaruhi oleh perilaku model melalui
pengamatan, jika individu tersebut tidak mengungatnya. Agar individu tersebut dapat
memperoleh keuntungan dari perilaku model yang tidak dapat ditampilkan lagi untuk
diamati, kemudian pola reson harus direpresentasikan untuk disimpan dalam memori
sebagai symbol (kode). Sehingga, pengalaman memodelkan dapat dijaga dalam memori
secara permanen melalui symbol.
Proses pembelajaran melalui pengamatan perilaku model pada tahap ini bergantung pada
dua sistem representasi internal, yaitu (1) koding bayangan, di mana individu yang
mengamati stimulasi model akan menjalani pengkondisian proses sensorik yang
memproduksi gambaran yang bertahan dan didapakan dengan mudah dari apa yang
dilihat. Hasilnya adalah gambaran mental, sehingga setiap rujukan pada kejadian yang
diamati sebelumnya akan langsung memanggil seperti gambaran yang hidup atau
gambaran yang melibatkan stimulasi fisik; (2) Koding verbal, di mana seseorang pada
waktu bersamaan melihat model, mereka juga mempelajari apa yang model lakukan, Hal
ini mengilustrasika bahwa symbol yang terkode dapat dilatih secara dala tanpa
pemahaman yang jelas dari tujuan perilaku. Selain itu, Bandura (1977) [2] menyatakan
bahwa pembelajaran observasional difasilitasi oleh symbol verbal, karena symbol dapat
cukup membawa informasi dalam bentuk yang mudah disimpan. Setelah aktivitas telah
dimodelkan telah ditransformasi ke dalam gambaran dan simbol verbal yang mudah
digunakan, simbol memori ini akan memberikan panduan dalam kinerja.
3. Proses Reproduksi Motorik (Proses Pembelajaran Kognitif Ketiga).
Pada tahap ini, individu menunjukkan kemampuan untuk memperoduksi perilaku
yang tepat. Kemampuan motorik dapat mengubaj simbol bentuk memeori yang dikode ke
dalam tindakan yang tepat. Mengesampingkan kenyataan bahwa individu telah
mengadakan dan menjaga gambaran mental perilaku model, dan telah melatih perilaku
model berkali-kali yang mengizinkan individu menunjukkan perilaku yang tepat. Hal ini
sngat tepat untuk aksi motorik yang dalam praktisnya membutuhkan banyak umpan balik
dari individu untuk membentuk performa terampil. Jika pengamat ingin meningkatkan
perilaku model, kemudian sangat penting untuk mempraktikkan perilaku model secara
persisten dalam gerak motorik,dan pengaturan korektif pada dasar umpan balik
informative. Akhirnya, dengan mengamati dan melakukan latihan perilaku tertentu,
individu dapat memfasilitasi proses pembelajaran, setidaknya dapat memulai pergerakan
penting berdasarkan apa yang telah diamati sebelumnya.
4. Proses Motivasiona (Proses Pembelajaran Kognitif Keempat).
Tahap ini menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini menegaskan
apakah hasil pengamatan, ingatan (simpanan) informasi dalam memori, dan
menerjemahkan ketrampilan motorik model perilaku ke dalam tindakan yang tepat sangat
bergantung pada motivasi ataukah keinginan yang ada, dan memperoleh amplifier pada
perilaku model. Sehingga, individu akan menyerupai perilaku model.
Dalam konteks ini, Bandura menunjukkan bahwa tidak masalah bagaimana orang-orang
menampilkan dan menjaga perilaku yang dimodelkan atau seberapa jauh kemampuan
seseorang melakukan perilaku yang dimodelkan, individu dilakukan tanpa motivasi yang
cukup atau tanpa diberikan 4 tipe penyemangat yang dapat menolong jika orang-ornag
tidak menyerupai perilaku yang dimodelkan, yaitu (1) memberikan pujian kepada model,
(2) memberikan penghargaan kepada individu, (3) merekomendasikan individu membuat
pernyataan yang menguatkan diri sendiri, dan (4) menunjukkan bagaiman perilaku model
membawa hasil yang menguatkan.
Perlu diingat bahwa proses pembelajaran dengan meniru perilaku yang dimodelkan akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, model yang memiliki kompatibilitas dengan
individu yang lebih mirip untuk ditiru, Kedua, model dapat memberikan kebanggan yang
lebih bagi individu yang berusaha untuk menyamai. Ketiga, kualitas perasaan puas yang
diinduksi atau dirasakan oleh individu dengan meniru perilaku model.

3. Proses Pembelajaran Observasional bagi Kepentingan Kewirausahaan


Hal ini sudah ditunjukkan sebelumnya bahwa teori pembelajaran yang terjadi pada
individu dalam teori pembelajaran kognitif sosial Bandura melalui tiruan perilaku dalam
lingkungan sebagi model. Akhirnya, suatu lingkungan di mana seseorang ada dan
berinteraksi akan mempengaruhi pola dan kualitas pertubuhan dan perkembangan perilaku
individu. Sama halnya, jika seseorang berada pada lingkungan keluarga wira usaha, mereka
memiliki tendensi untuk mengikuti jejak keluarganya dalam berwira usaha. Sehingga, sangat
krusial bagi seseorang yang secara langsung melihat dan mengamati aktivitas wira usaha
yang dilakukan oleh keluarga sebagai panutan untuk berwira usaha dalam kehidupan mereka
sehari-hari pada kehidupan bisnis. Selain itu, seseorang juga semakin terlibat dalam aktivitas
bisnis yang dijalankan oleh kerabatny atau keluarganya. Keterlibatan seseorang ini dipercaya
mempercepat keberhasilan proses pembelajaran wira usaha melalui tiiruan perilaku model
yang dapat mengembangkan ketertarikan seseorang dalam berwiara usaha.
Sesungguhnya, perilaku model dalam lingkungan individu tidak memberikan atau
mengeluarkan stimulus untuk suatu reaksi berupa respon. Tanggapan ini yang kemudian
dipelajari oleh individu dengan cara observasional (proses kognitif) terhadap perilaku yang
ditunjukkan oleh model untuk meningkatkan minat individu pada sesuatu. Sementara
kepentingan itu sendiri berarti sesuatu muncul dari perhatian atau keingintahuan seseorang
[6]. Ini menunjukkan apa yang individu ingin melakukan atau apa yang orang suka atau
inginkan. Ini menyiratkan bahwa ketertarikan tergantung pada faktor internal, seperti
perhatian, rasa ingin tahu, motivasi, dan seperti penjelasan di atas, sangat penting bagi
individu untuk melakukan pengamatan terhadap diri mereka sendiri lingkungan sekitar yang
pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku individu dan kognisi. Karena itu, individu
awalnya mengamati (proses kognitif) lingkungan sekitarnya (sosial) secara selektif dan lebih
mengingat lebih jauh (proses kognitif) perilaku kewirausahaan ditunjukkan dengan model
Diharapkan dengan melakukan aktivitas tersebut, individu dapat menciptakan minat pada
kewirausahaan. Lebih jelas lagi, penjelasan proses belajar kognitif sosial Bandura dengan
cara observasi melalui tiruan dari perilaku model dalam kaitannya dengan kepentingan
individu dalam kewirausahaan digambarkan sebagai berikut:
a. Dimulai dengan proses atensional (proses pembelajaran kognitif pertama). Pada tahap ini,
individu akan memperhatikan dengan penuh perhatian pada aktivitas wirausaha apapun
model yang ditunjukkan Modelnya adalah orang tua yang latar belakangnya
berwirausaha. Proses ini membutuhkan keterlibatan individu, sehingga mereka harus
bersama orang tua di tempat usaha, dimana hal ini akan memudahkan kesuksesan proses.
Aktivitas diamati dan dianggap sebagai aktivitas orang tua saat memulai aktivitas bisnis
di pagi hari sampai mengakhiri aktivitas kewirausahaan di siang hari. Ringkasnya,
bagaimana perilaku orang tua saat membagi tugas pada pelayan mereka, bagaimana
orang tua menentukan harga barang dagangan, bagaimana perilaku orang tua dalam
mengatur barang dagangan, bagaimana perilaku orang tua dalam menjual barang pasar,
dan bagaimana perilaku orang tua dalam menata ulang barang yang telah terjual.
Kegiatan seperti itu dipamerkan oleh orang tua terutama berhubungan dengan pelanggan
tidak hanya untuk didengar, tapi harus diperhatikan dan dianggap oleh individu sebagai
pengalaman mereka sendiri
b. Setelah proses mengamati dan mempertimbangkan, individu akan mengalami proses
belajar yang kedua yang disebut proses retensi. Kegiatan wirausaha yang ditunjukkan
oleh orang tua dan telah diamati dan dianggap oleh individu, akan lebih jauhdisimpan
dalam memori dengan bentuk simbolis, sehingga individu bisa mendapatkan tingkah laku
orang tua. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan aktivitas kewirausahaan langsung di
tempat usaha, karena individu bisa mengingat lebih baik dari sekedar bercerita kepada
individu untuk melibatkan aktivitas kewirausahaan. Karenanya, individu dalam proses ini
terlibat secara langsung dalam bentuk pelatihan kewirausahaan dan orang tua harus
memberikan penjelasan yang sangat jelas dan detail untuk memudahkan individu dalam
mengingatnya Selain itu, melalui kegiatan pelatihan, individu akan mendapat verbal
ikhtisar kegiatan kewirausahaan yang memudahkan individu untuk menggunakannya
lagi. Kegiatan semacam itu bisa jadi individu berpartisipasi untuk menghafal harga
barang dagangan, terlibat dalam transaksi penjualan, yang terlibat dalam menentukan
jenis dan jumlah barang yang akan diatur ulang.
c. Selanjutnya, individu akan mengalami proses pembelajaran yang ketiga disebut proses
reproduksi motor. Dalam proses ini, individu menunjukkan kemampuan mereka dengan
gerakan motorik justru meniru perilaku model dalam kaitannya dengan kegiatan
kewirausahaan di tempat bisnis Indonesia. Ini berarti individu telah memperoleh
keterampilan kewirausahaan dan latihan setelah berlatih di tempat bisnis. Dalam proses
ini, tanpa bantuan orang tua, individu mampu mengulang kegiatan dalam mengatur
barang dagangan, mampu menghafal harga barang dagangan apapun dengan
menunjukkan kepada konsumen dengan benar, secara mandiri dalam menangani
konsumen, dan mampu memesan dan menentukan barang yang dibutuhkan.
d. Akhirnya, keberhasilan dalam meniru yang ditunjukkan perilaku individu secara nyata
sangat bergantung pada proses pembelajaran yang keempat kognitif disebut proses
motivasional. Dalam proses ini, individu meniru perilaku model sebagai perilaku mereka
sendiri. Saat individu termotivasi atau memiliki kemauan untuk aktivitas berwirausaha.
Meningkatkan motivasi bisa dilakukan dengan memberikan penguatan dengan harapan
individu menjadi tertarik dalam berwirausaha. Langkah ini juga popular sebagai
pengaturan diri yang mengacu pada proses di mana individu mengendalikan dan
mengarahkan aktivitas mereka [17]. Contohnya, individu diberi kemudahan untuk
mendapatkan modal, diberi kemudahan mendapatkan barang dagangan, berjanji untuk
selalu membantu jika mereka mengalami kesulitan masuk berwirausaha, memberi bonus
jika mereka mencapai target, mendapatkan diskon saat mereka membeli barang dagangan
dalam jumlah tertentu, dan segera.
Keempat proses belajar kognitif ini terjadi dalam individu melibatkan lingkungan
sosial sekitar individu. Dalam hal ini, dipamerkan perilaku wirausaha adalah perilaku orang
tua sebagai panutan untuk berwirausaha yang bisa dengan mudahdiamati dan diingat oleh
individu, sehingga memungkinkan meniru perilaku, terutama perilaku berwirausaha.
Diharapkan dengan mengikuti keempat langkah dan sepenuhnya dipahami oleh individu
dalam hal proses pembelajaran kognitif sosial yang ditawarkan oleh Bandura akan semakin
jelas bahwa individu akan lebih tertarik pada kewirausahan. Proses pembelajaran kognitif
sosial juga tidak bisa dipisahkan dari saling interaksi efek dari tiga faktor (lingkungan,
individu, dan perilaku).
4. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan perilaku individu terus berubah. Pertumbuhan dan
pengembangan berhubungan dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuannya untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dan efektif. Untuk
mencapai perilaku yang diharapkan, dibutuhkan suatu proses belajar melalui diri
pengalaman, belajar dari orang lain, dan belajar dari lingkungan sekitarnya. Begitu juga
dengan perilaku individu kewirausahaan bisa terbentuk melalui proses belajar. Proses
pembelajaran kewirausahaan mengacu pada teori belajar kognitif sosial Bandura, dimana
teori ini adalah sebuah sumber penting terutama yang berkaitan dengan peran keluarga dalam
membentuk kepentingan wirausaha individu, terutama yang berkaitan dengan perilaku
panutan yang menunjukkan bahwa faktor penting dalam menciptakan minat dan pengalaman
diri sendiri.
Model peran perilaku yang ditunjukkan akan dipelajari melalui pembelajaran
observasional, misalnya mengamati secara selektif dan mengingat model perilaku saat ini.
Proses pembelajaran observasional itu sendiri diatur oleh empat komponen yang saling
terkait, yaitu proses attentional, proses retensi, proses reproduksi motorik, dan proses
motivasional. Dengan memahami keempat komponen dalam proses pembelajaran
observasional, nampaknya pendekatan kognitif sosial telah memberikan kontribusi penting
dalam mendidik masyarakat dalam meningkatkan minat pada kewirausahaan. Pendekatan ini
juga secara signifikan memperluas penekanan perilaku belajar termasuk faktor kognitif dan
sosial.

RINGKASAN
Dalam sebuah proses, perilaku manusia bukanlah perilaku alamiah. Psikolog menyatakan
bahwa perilaku manusia terbentuk sebagai hasil interaksi faktor-faktor lingkungan, baik
lingkungan eksternal maupun internal. Sehingga, perilaku individu-individu tersebut merupakan
aktivitas yang juga dipengaruhi oleh lingkungan esternal, seperti halnya perilaku kewirausahaan.
Perilaku ini tidak alami namun dipengaruhi oleh munculnya kepentingan dalam memulai
pertumbuhan dan perkembangan pengusaha sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa perilaku individu selalu memiliki latar belakang tertentu, fokus pada
obyek tertentu, dan berhubungan dengan lingkungan, sehingga mereka dapat berubah jika
mereka melakukan usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya dalam interaksi dengan
lingkungan. Banyak teori yang telah mendiskusikan teori pembelajaran, tetapi penelitian ini akan
lebih difokuskan pada teori pembelajaran kognitif sosial Bandura yang terkait dengan proses
pembelajaran kewirausahaan untuk kepentingan dalam wira usaha sebagai bahan studi.
Sesungguhnya, teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan prinsip sistematis dan
didasarkan pada penjelasan yang dimaksudkkan bagi suatu kerangka konseptual dan telah teruji
secara empiris dalam memberikan penjelasan dan penyelesaian masalah dalam fenomena
pembelajaran. Menyadari pentingnya pembelajaran bagi seseorang, studi ini merujuk pada teori
pembelajaran kognitif sosial Bandura.
a. Prinsip Dasar Teori Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura
Teori Kognitif Sosial Bandura merupakan perluasan teori behaviorisme yang
menegaskan kepentingan faktor-faktor perilaku, lingkungan, dan individu (kognitif)
dalam proses pembelajaran. Menyadari pentingnya hubungan timbal balik yang terjadi
antara perilaku, individu (kognitif), dan lingkungan mempengaruhi pengertian bagaimana
seseorang belajar, Bandura dalam hal ini, menempatkan penekanan utama pada
pembelajaran observasional. Teori pembelajaran yang diusulkan oleh Bandura disebut
teori kognitif sosial pembelajaran melaui peniruan. Pembelajaran oleh individu untuk
meniru apa yang ada dalam lingkungan mereka, khususnya perilaku yang ditunjukkan
oleh model. Terdapat hubungan dekat antara individu dengan lingkungannya. Hasil
perilaku pembelajaran didapatkan dalam bentuk manifestasi secara visual dan verbal
dalam perilaku sehari-hari.
b. Proses Pembelajaran Kognitif Sosial Bandura
Bandura menunjukkan bahwa proses pembelajaran itu melelahkan, inefisien, dan
berbahaya jika tergantung pada hasil aksi atau perilaku masing-masing untuk
menghasilkan apa yang harus ditunjukan. Teori pembelajaran kognitif sosial Bandura
terjadi oleh imitasi secara observasional dalam tiga komponen, yaitu model behavioral,
perilaku pengaruh model, dan proses internal pembelajaran. Dalam hal ini, perilaku
model adalah perilaku yang diketahui dalam lingkungan. Jika perilaku model sesuai
dengan situasi individu (ketertarikan, pengalaman, tujuan), kemudian perilaku model
akan ditiru.
1) Proses Atensional (Proses Pembelajaran Kognitif Pertama)
Individu memberikan perhatian pada perilaku dalam lingkungan utamanya pada
perilaku yang dimodelkan atau ditiru. Sehingga, individu tidak hanya melihat pada
model dan apa yang ia lakukan dalam proses pembelajaran melalui observasi, tetapi
individu harus ada untuk merasakan sendiri perilaku yang menonjol dan karakteristik
perilaku model secara tepat dan signifikan.
2) Proses Retensi (Proses Pembelajaran Kognitif Kedua).
Individu menyerupai perilaku model yang ditampilkan. Hal ini menyatakan bahwa
individu menyimpan dalam memori dan menyimbolkan infotmasi dari perilaku yang
ditampilkan oleh model, sehingga individu tersebut akan mendapatkan perilaku
model.
3) Proses Reproduksi Motorik (Proses Pembelajaran Kognitif Ketiga)
Individu menunjukkan kemampuan untuk memperoduksi perilaku yang tepat.
Kemampuan motorik dapat mengubaj simbol bentuk memeori yang dikode ke dalam
tindakan yang tepat.
4) Proses Motivasiona (Proses Pembelajaran Kognitif Keempat).
Tahap ini menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini menegaskan apakah
hasil pengamatan, ingatan (simpanan) informasi dalam memori, dan menerjemahkan
ketrampilan motorik model perilaku ke dalam tindakan yang tepat sangat bergantung
pada motivasi ataukah keinginan yang ada, dan memperoleh amplifier pada perilaku
model. Sehingga, individu akan menyerupai perilaku model.
Akhirnya, suatu lingkungan di mana seseorang ada dan berinteraksi akan mempengaruhi
pola dan kualitas pertubuhan dan perkembangan perilaku individu. Sama halnya, jika seseorang
berada pada lingkungan keluarga wira usaha, mereka memiliki tendensi untuk mengikuti jejak
keluarganya dalam berwira usaha. Sehingga, sangat krusial bagi seseorang yang secara langsung
melihat dan mengamati aktivitas wira usaha yang dilakukan oleh keluarga sebagai panutan untuk
berwira usaha dalam kehidupan mereka sehari-hari pada kehidupan bisnis. Sesungguhnya,
perilaku model dalam lingkungan individu tidak memberikan atau mengeluarkan stimulus untuk
suatu reaksi berupa respon. Tanggapan ini yang kemudian dipelajari oleh individu dengan cara
observasional (proses kognitif) terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh model untuk
meningkatkan minat individu pada sesuatu.
Keempat proses belajar kognitif ini terjadi dalam individu melibatkan lingkungan sosial
sekitar individu. Dalam hal ini, dipamerkan perilaku wirausaha adalah perilaku orang tua sebagai
panutan untuk berwirausaha yang bisa dengan mudahdiamati dan diingat oleh individu, sehingga
memungkinkan meniru perilaku, terutama perilaku berwirausaha. Diharapkan dengan mengikuti
keempat langkah dan sepenuhnya dipahami oleh individu dalam hal proses pembelajaran
kognitif sosial yang ditawarkan oleh Bandura akan semakin jelas bahwa individu akan lebih
tertarik pada kewirausahan. Proses pembelajaran kognitif sosial juga tidak bisa dipisahkan dari
saling interaksi efek dari tiga faktor (lingkungan, individu, dan perilaku).

Anda mungkin juga menyukai