Anda di halaman 1dari 5

TEORI ALBERT BANDURA

DAN PERILAKU ORGANISASI

DISUSUN OLEH:

VERIAL WARISKI

2005906020076

FAKULTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

2022
Abstrak

Agar belajar menjadi menyenangkan maka belajar seharusnya memiliki aktivitas untuk memperoleh
informasi dan kompetensi baru. Aktivitas belajar yang dipilih harus menjembatani antara pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun peserta
didik. Tindakan untuk menjembatani yaitu, memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan
yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan
peserta didik belajar sambil bekerja.Bentuk belajar sosial Albert Bandura adalah menekankan tentang
pentingnya peserta didik mengolah sendiri pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari pengamatan
model di sekitar lingkungan. Peserta didik mengatur dan menyusun semua informasi dalam kode-kode
tertentu. Proses penyusunan setiap kode dilakukan berulang-ulang, sehingga peserta didik kapan saja
dengan tepat dapat memberi tanggapan aktual. Perilaku belajar peserta didik adalah hasil dari
kemampuan peserta didik memaknai suatu pengetahuan atau informasi, memaknai suatu model yang
ditiru, kemudian mengolah secara kognitif dan menentukan tindakan sesuai tujuan yang dikehendaki.
Peserta didik didorong agar berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif
untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah.
A. PENDAHULUAN
Dalam proses belajar mengajar semestinya peserta didik tidak dijadikan layaknya penonton yang
hanya duduk manis dan siap mendengarkan tentang ilmu pengetahuan dan informasi dari sang
guru. Namun lebih dari itu seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang
memungkinkan peserta didik aktif menemukan, memproses dan mengkontruksi ilmu
pengetahuan dan keterampilan baru.

B. TEORI
1. Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, menekankan pada komponen kognitif
dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Menurut Bandura, Teori belajar sosial sering disebut
sebagai jembatan antara teori behavioristik dan kognitivistik karena meliputi perhatian,
memori, dan motivasi (Bandura, A., 1977). Teori belajar sosial menjelaskan bahwa perilaku
manusia mempunyai interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku,
dan pengaruh lingkungan. Syaratnya Teori ini adalah, anak sudah pernah melihat orang lain
melakukannya, terlepas apapun medianya (Bandura, A., 1977).

2. Teori Social Learning dapat menjadi jawaban atas celah dari teori-teori belajar lainnya. pada
teori ini, terdapat 3 konsep yang menjadi dasar (Santrock, 2008), yaitu:
 Manusia bisa belajar lewat observasi
 Kondisi mental berperan penting dalam proses pembelajaran
 Belajar sesuatu tidak menjamin perubahan perilaku

Berikut ini cara agar teori sosial dapat berjalan efektif pada pembelajaran yaitu:
a) Perhatian
Anak harus memberikan atensi atau perhatian. Apapun yang mengalihkan perhatian
akan berdampak buruk pada proses pembelajaran sosial.

b) Retensi
Kemampuan untuk menyimpan informasi juga penting. Ada banyak faktor yang
berpengaruh terhadap hal ini, utamanya adalah kemampuan untuk menyerap hal-
hal baru.

c) Reproduksi
Setelah memberikan perhatian kemudian menyimpannya, tiba saatnya untuk
melakukan tindakan yang telah dipelajari. Inilah peran penting dari latihan, sehingga
perilaku akan semakin terasah.

d) Motivasi
Tahap terakhir untuk memastikan proses belajar berlangsung lancar adalah motivasi
untuk meniru perilaku yang telah dilihat. Konsep pemberian hadiah atau hukuman
bisa menjadi cara menggali motivasi. Contohnya ketika melihat teman sebaya
mendapat hadiah saat tiba di kelas tepat waktu. Atau sebaliknya, melihat teman
dihukum karena terlambat masuk kelas.

3. Perilaku organisasi adalah sebuah bidang studi, berarti bahwa PO adalah sebuah bidang
keahlian khusus yang mempunyai pokok ilmu pengetahuan yang umum. PO mengajarkan
tiga factor penentu perilaku dalam organisasi meliputi : Individu, Kelompok dan Struktur.

Suatu organisasi dikatakan produktif bila mencapai tujuan-tujuannya dan melakukannya


dengan cara mengubah masukan menjadi hasil dengan biaya serendah mugkin. Menurut
Bernardin dan Russke (1993), produktivitas dapat diartikan sebagai tingkat perbandingan
antara keluaran (output) dengan masukan (input). John Suprihanto (1994:19)
mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan hasil-hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang dipergunakan atau perbandingan jumlah produksi (output)
dengan sumber daya yang dipergunakan (input).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas antara lain :

 Individual. Faktor ini datang dari dalam diri si pekerja dan sudah ada sebelum ia
mulai bekerja. Faktor diri tersebut antara lain : karakteristik biografi, kepribadian
dan emosi, nilai-nilai dan sikap, persepsi, motivasi, pembelajaran individual, dan
kemampuan.

 Kelompok. Faktor ini merupakan faktor level kelompok seperti komunikasi, konflik,
kekuatan dan politik, tim kerja, struktur kelompok, kepemimpinan dan kepercayaan,
dan pembuatan keputusan kelompok.

 Organisasi. Faktor ini datang dari luar si pekerja dan hampir sepenuhnya dapat
diatur dan diubah oleh pimpinan perusahaan sehingga disebut juga faktor-faktor
manajemen, yang antara lain : (a) Faktor sosial dan keorganisasian seperti
karakteristik perusahan, pendidikan dan latihan, pengawasan, pengupahan dan
lingkungan sosial. (b) Faktor fisik antara lain mesin, peralatan, material, lingkungan
kerja, metode kerja.

Absenteeism didefinisikan sebagai ketidakhadiran di kantor tanpa izin. Mangkir merupakan


kerugian dan gangguan yang sangat besar bagi pemberi kerja. Tingginya angka ketidakhadiran
merugikan perusahaan karena perusahaan tetap mengeluarkan uang untuk membayar gaji
pegawai, tetapi di sisi lain pegawai tidak memberikan kontribusi apapun pada saat absen.
Dengan demikian, semakin banyak waktu absen yang diambil seorang pegawai, maka semakin
berkurang produktivitas kerjanya.
Beberapa penyebab absenteeism menurut Streers dan Rhodes adalah :

 Situasi kerja seperti wilayah pekerjaan, level pekerjaan, penekanan terhadap kelompok,
norma kelompok kerja, gaya pemimpin, hubungan antar karyawan, dan kesempatan
untuk maju.
 Nilai-nilai karyawan dan harapan kerja
 Karakteristik personal meliputi pendidikan, pengalaman, umur, sex dan family size
 Kepuasan pada situasi kerja
 Tekanan untuk hadir meliputi kondisi ekonomi dan pasar, sistem insentif, norma
kelompok kerja, etika kerja personal dan komitmen organisasi.
 Motivasi kehadiran
 Kemampuan untuk hadir meliputi sakit dan kecelakaan, tanggung jawab keluarga, dan
problem transportasi.
 Kehadiran karyawan.

Perputaran karyawan adalah pengunduran diri secara permanen secara sukarela maupun tidak sukarela
dari suatu organisasi. Menurut Mueller (2003: hal 2-5), ada beberapa aspek yang bisa dipakai sebagi
prediktor dari turnover. Yakni:

 Alternatif –alternatif yang ada di luar organisasi (External alternatives.).


 Alternatif-alternatif yang ada di dalam organisasi (Internal alternatives).
 Harga /nilai dari perubahan kerja ( Cost of job change).
 Kejadian-kejadian kritis (Critical Events).

Yang tercakup di dalam kejadian-kejadian kritis adalah :

 Kejadian yang berulang (continuation events)


 Kejadian yang bersifat netral (neutral events)
 Kejadian yang tidak berulang (discontinuation events)

Anda mungkin juga menyukai