Anda di halaman 1dari 5

Nama : Syifa’ul Qulub

NIM : 63040210032

Kelas : MBS 3A

Tugas : UTS Perilaku Organisasi

1. Motivasi, kemampuan, dan persepsi peran adalah tiga faktor utama yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam suatu situasi. Berikut adalah penjelasan
singkat mengenai masing-masing faktor:

a. Motivasi:
Motivasi adalah keinginan atau dorongan yang mendorong seseorang untuk
bertindak atau berperilaku dalam suatu cara. Tingkat motivasi seseorang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tujuan pribadi, kebutuhan dasar,
penghargaan, atau tekanan dari lingkungan. Ketika seseorang sangat termotivasi
untuk melakukan sesuatu, mereka cenderung akan lebih berusaha untuk mencapai
tujuan atau hasil yang diinginkan, dan akan menunjukkan perilaku yang sesuai.
b. Kemampuan:
Kemampuan adalah keterampilan atau sumber daya yang dimiliki seseorang untuk
melakukan tindakan atau perilaku tertentu. Kemampuan dapat meliputi
pengetahuan, keterampilan teknis, keterampilan sosial, dan sumber daya fisik atau
finansial. Ketika seseorang memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan
tindakan tertentu, mereka cenderung akan lebih mampu dan percaya diri dalam
melakukan perilaku tersebut.
c. Persepsi peran:
Persepsi peran mengacu pada cara seseorang melihat dirinya sendiri dalam situasi
tertentu dan bagaimana dia percaya peran atau tugasnya dalam situasi tersebut. Jika
seseorang merasa bahwa mereka memiliki peran yang jelas dan penting dalam
situasi, mereka cenderung akan lebih termotivasi untuk melakukan perilaku yang
sesuai dengan peran mereka. Namun, jika seseorang merasa tidak yakin tentang
peran atau tanggung jawab mereka dalam situasi, mereka mungkin merasa tidak
nyaman dan kurang termotivasi untuk bertindak.
Dalam kombinasi, motivasi, kemampuan, dan persepsi peran dapat saling
mempengaruhi dan berdampak pada perilaku seseorang. Misalnya, seseorang yang
sangat termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu tetapi tidak memiliki kemampuan
yang cukup mungkin merasa frustrasi dan putus asa atau, seseorang yang merasa tidak
yakin tentang peran atau tanggung jawab mereka dalam situasi mungkin tidak
termotivasi untuk bertindak, bahkan jika mereka memiliki kemampuan yang cukup
untuk melakukannya. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor
ini ketika mencoba memahami atau mempengaruhi perilaku seseorang dalam suatu
situasi.

2. Prinsip-prinsip organisasi Henry Fayol:


• Division of work (Pembagian kerja): tugas harus dibagi secara efektif untuk mencapai
efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi.
• Authority and responsibility (Wewenang dan tanggung jawab): orang yang
bertanggung jawab harus memiliki wewenang yang cukup untuk melakukan tugas
mereka secara efektif.
• Discipline (Disiplin): organisasi harus memiliki aturan dan regulasi yang jelas dan
diterapkan dengan konsisten untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
• Unity of command (Satuan komando): setiap karyawan harus menerima perintah dari
satu orang yang bertanggung jawab atas mereka.
• Unity of direction (Satuan arah): semua karyawan harus bekerja menuju tujuan yang
sama dengan rencana dan strategi yang terkoordinasi.
• Subordination of individual interests to the general interest (Subordinasi kepentingan
individu pada kepentingan umum): kepentingan individu harus selalu ditempatkan di
bawah kepentingan organisasi.
• Remuneration (Penggajian): gaji dan kompensasi harus adil dan sejalan dengan kinerja
karyawan.
• Centralization (Pusat kendali): organisasi harus memiliki struktur yang sesuai dengan
tujuan dan lingkungannya.
• Scalar chain (Rantai skalar): ada hierarki dalam organisasi yang harus diikuti untuk
komunikasi yang efektif.
• Order (Ketertiban): lingkungan kerja harus bersih dan teratur untuk meminimalkan
gangguan.
• Equity (Keadilan): semua karyawan harus diperlakukan dengan adil dan manusiawi.
• Stability of tenure of personnel (Stabilitas tenaga kerja): organisasi harus menjamin
stabilitas kerja karyawan agar mereka merasa nyaman dan produktif.
• Initiative (Inisiatif): organisasi harus memberikan kesempatan pada karyawan untuk
mengemukakan ide dan solusi untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas.

Teori X-teori Y Douglas McGregor:


a. Teori X: menganggap bahwa karyawan secara alami malas dan tidak suka bekerja,
sehingga harus dikontrol dan diancam dengan hukuman agar mau bekerja. Gaya
manajemen seperti ini cenderung otoriter dan berpusat pada kekuasaan.
b. Teori Y: menganggap bahwa karyawan secara alami memiliki motivasi internal untuk
bekerja dan mencapai tujuan organisasi, sehingga harus diberi kebebasan dan
dorongan agar produktif. Gaya manajemen seperti ini cenderung demokratis dan
berpusat pada karyawan.

Pengaruh teori X-teori Y pada perilaku organisasi adalah sebagai berikut:


a. Teori X dapat menyebabkan karyawan merasa terintimidasi dan tidak termotivasi
untuk bekerja dengan baik karena merasa diperlakukan secara tidak adil.
b. Teori Y dapat meningkatkan kepuasan karyawan dan produktivitas karena
memberikan kepercayaan pada karyawan dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk mengembangkan kemampuan dan potensi mereka.

3. Struktur Organisasi Lini (Line Structure):


Struktur organisasi lini adalah struktur organisasi yang paling sederhana dan
linear. Dalam struktur ini, wewenang dan tanggung jawab ditransfer secara vertikal dari
atas ke bawah, sehingga setiap karyawan hanya memiliki satu atasan langsung. Struktur
ini cocok untuk organisasi yang memiliki produk atau layanan tunggal dan operasi yang
relatif sederhana.
Contoh organisasi yang menggunakan struktur ini adalah perusahaan ritel seperti
McDonald's.

Struktur Organisasi Fungsional (Functional Structure):


Struktur organisasi fungsional didasarkan pada fungsi atau departemen tertentu
dalam organisasi seperti produksi, pemasaran, keuangan, dan lain-lain. Dalam struktur
ini, karyawan dikelompokkan berdasarkan keahlian atau fungsi mereka, dan setiap
departemen memiliki tugas yang spesifik untuk dilakukan.
Contoh organisasi yang menggunakan struktur ini adalah perusahaan manufaktur
seperti Procter & Gamble.

Struktur Organisasi Matriks (Matrix Structure):


Struktur organisasi matriks menggabungkan struktur organisasi fungsional dan
struktur organisasi lini. Dalam struktur ini, karyawan ditempatkan dalam tim yang terdiri
dari karyawan dari berbagai departemen yang berbeda dan mereka bekerja secara
kolaboratif dalam tim. Tujuan dari struktur ini adalah untuk meningkatkan fleksibilitas
organisasi dan memberikan lebih banyak keterlibatan pada setiap karyawan.
Contoh organisasi yang menggunakan struktur ini adalah perusahaan teknologi seperti
Google.

4. Kast dan James (2002) menjelaskan bahwa pembentukan perilaku individu dalam
konteks organisasi dapat dijelaskan melalui skema mekanisme pembentukan persepsi
yang terdiri dari tiga tahap, yaitu informasi, persepsi, dan perilaku.
a. Pertama, tahap informasi atau input merupakan tahap di mana individu menerima
berbagai informasi dari lingkungan sekitarnya, seperti informasi dari atasan, rekan
kerja, pelanggan, dan lingkungan kerja secara umum. Informasi tersebut kemudian
diproses dan diinterpretasikan oleh individu sesuai dengan pengalaman dan
pengetahuan yang dimilikinya.
b. Kedua, tahap persepsi atau proses persepsi adalah tahap di mana individu
menafsirkan informasi yang diterimanya. Dalam tahap ini, individu mencari makna
dari informasi yang diterima dan menciptakan pemahaman yang unik dan pribadi
terhadap situasi yang dihadapinya. Proses persepsi ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti keyakinan, nilai-nilai, pengalaman, dan tujuan pribadi. Pada tahap
seleksi, individu memilih informasi yang paling relevan dengan kepentingan dan
tujuannya. Dalam memilih informasi, individu dapat dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal seperti minat, motivasi, pengalaman, dan sumber informasi. Setelah
informasi dipilih, tahap interpretasi atau penafsiran dimulai. Pada tahap ini, individu
mencoba untuk memberikan arti pada informasi yang diterimanya. Proses
interpretasi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keyakinan, nilai-nilai,
pengalaman, dan tujuan pribadi. Selain itu, faktor lingkungan seperti tekanan waktu,
kompleksitas informasi, dan keadaan emosi juga dapat mempengaruhi interpretasi
individu. Ketika individu berhasil menafsirkan informasi yang diterimanya, maka ia
akan menciptakan pemahaman yang unik dan pribadi terhadap situasi yang
dihadapinya. Pemahaman individu tentang situasi ini akan memengaruhi sikap,
perilaku, dan keputusan selanjutnya. Oleh karena itu, manajer perlu memahami
bahwa persepsi individu dapat berbeda-beda dan dipengaruhi oleh banyak faktor
yang kompleks. Dalam konteks organisasi, manajer dapat menciptakan lingkungan
yang mendukung individu untuk menginterpretasikan informasi dengan benar, agar
keputusan dan tindakan yang diambil dapat mendukung kinerja karyawan dan
kesuksesan organisasi secara keseluruhan.
c. Ketiga, tahap perilaku atau output adalah tahap di mana individu mengambil
tindakan sebagai respons terhadap informasi yang diterima dan persepsi yang
dibentuknya. Tindakan yang diambil dapat berupa sikap, perilaku, atau keputusan
yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan dan kesuksesan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai