Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SISTEM INTEGUMEN

REHIDRASI CAIRAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. YUNIARTI SAFTIANINGRUM
2. SILARAGITA DWI OKTAVIA
3. ULFATUL IZZAH
4. NURUL HIDAYAH
5. M. DIAN PRATAMA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah REHIDRASI CAIRAN.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Mataram, Januari 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ...................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... .................. 1


A. Latar belakang ............................................................................................. .................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................ .................. 1
C. Tujuan .......................................................................................................... .................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... .................. 5


A. Rehidrasi Cairan ......................................................................................... .................. 5
B. Perawatan Rehidrasi Cairan pada Luka Bakar ............................................ ................ 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................... ................ 14


A. Kesimpulan .................................................................................................. ................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ ...............15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terkandung didalamnya yang
terdapat didalam tubuh disebut juga cairan tubuh berfungsi menjadi pengangkut zat makanan ke
seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil metabolisme sel untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan. Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin,
dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh. Tubuh kita terdiri atas 60 % air, sementara 40 % sisanya
merupakan zat padat seperti protein, lemak, dan mineral. Proporsi cairan tubuh menurun dengan
pertambahan usia, dan pada wanita lebih rendah dibandingkan pria karena wanita memiliki lebih
banyak lemak disbanding pria, dan lemak mengandung sedikit air. Sementara neonatus atau bayi
sangat rentan terhadap kehilangan air karena memiliki kandungan air yang paling tinggi
dibandingkan dengan dewasa. Kandungan air pada bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1
bulan 65 %, dewasa pria 60 %, dan wanita 50 %.
Zat-zat yang terkandung dalam cairan tubuh antara lain adalah air, elektrolit, trace element,
vitamin, dan nutrien-nutrien lain seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Dengan makan dan
minum maka tubuh kita akan tercukupi akan kebutuhan nutrient-nutrien tersebut. Air dan elektrolit
yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan dalam waktu 24 jam dengan jumlah yang kira-kira
sama melalui urin, feses, keringat, dan pernafasan. Tubuh kita memiliki kemampuan untuk
mempertahankan atau memelihara keseimbangan ini yang dikenal dengan homeostasis.
Namum demikian, terapi cairan parenteral dibutuhkan jika asupan melalui oral tidak memadai
atau tidak dapat mencukupi. Sebagai contoh pada pasien koma, anoreksia berat, perdarahan
banyak, syok hipovolemik, mual muntah yang hebat, atau pada keadaan dimana pasien harus puasa
lama karena akan dilakukan pembedahan. Selain itu dalam keadaan tertentu, terapi cairan dapat
digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau untuk
menjaga keseimbangan asam-basa.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemberian atau terapi cairan pada perawatan luka bakar ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara pemberian atau rehidrasi pada perawatan luka bakar

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rehidrasi Cairan
1. Terapi Cairan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas
fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara
intravena. Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan
sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan yang
terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.
Terapi cairan rehidrasi
Terapi cairan rehidrasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh
atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya
pada keadaan syok dan luka bakar.
Terapi cairan rehidrasi dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS),
Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada
syok hemoragik bisa diberikan 2-3 l dalam 10 menit.
Larutan plasma ekspander dapat diberikan pada luka bakar, peningkatan sirkulasi
kapiler seperti MCI, syok kardiogenik, hemoragik atau syok septik. Koloid dapat berupa
gelatin (hemaksel, gelafunin, gelafusin), polimer dextrose (dextran 40, dextran 70), atau
turunan kanji (haes, ekspafusin)
Jika syok terjadi :
Berikan segera oksigen
Berikan cairan infus isotonic RA/RL atau NS
Jika respon tidak membaik, dosis dapat diulangi

Pada luka bakar :


24 jam pertama :
2-4 ml RL/RA per kg tiap % luka bakar
1/2 dosis diberikan 8 jam pertama, 1/2 dosis berikut 16 jam kemudian
Sesuaikan dosis infus untuk menjaga urin 30-50 ml/jam pada dewasa
Jika respon membaik, turunkan laju infus secara bertahap

Pertimbangan dalam rehidrasi cairan :


1. Medikasi harus diberikan secara iv selama rehidrasi
2. Perubahan Na dapat menyebabkan hiponatremi yang serius. Na serum harus
dimonitor, terutama pada pemberian infus dalam volume besar.
5
3. Transfusi diberikan bila hematokrit < 30
4. Insulin infus diberikan bila kadar gula darah > 200 mg%
5. Histamin H2-blocker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH lambung
7,0

Terapi cairan rehidrasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan


tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan.
Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan rehidrasi dapat dilakukan
dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat
(RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 L
dalam 10 menit.

Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Orang
dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+=1-2
mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti
cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit)
dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.
Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu :
Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau
infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengandung
karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringers dextrose, dll.
Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%.
Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel
sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik. Dalam terapi rumatan cairan
keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan
atau kekurangan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Umumnya infus
konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus
KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang
peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan,
yaitu :
6-8 ml/kg untuk bedah besar
4-6 ml/kg untuk bedah sedang
2-4 ml/kg untuk bedah kecil

6
2. Jenis-Jenis Cairan
1. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF). Cairan
kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata sama
efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler.
Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.
2. Larutan Ringer Laktat
Merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk rehidrasi cairan
walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler.
Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati
menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%,
tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional
hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan
klorida. Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan lebih
banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid maka kristaloid
sebaiknya dipilih untuk rehidrasi defisit cairan di ruang interstitiel.
3. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute
atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan
agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering
digunakan untuk rehidrasi cairan secara cepat terutama pada syok
hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar).

3. Kebutuhan cairan per hari


Pada orang sehat asupan dan pengeluaran air seimbang. Bila terjadi gangguan
keseimbangan maka mungkin diperlukan koreksi dengan nutrisi parenteral. Asupan air dan
makanan rata-rata adalah sekitar 2000 ml, dan kira-kira 200 ml air metabolik berasal dari
metabolisme nutrien di dalam tubuh. Air dieksresikan dalam urin dan melalui penguapan
yang tidak disadari. Jumlah eksresi urin sekitar 1300 ml/hari, sedangkan melalui penguapan
yang tidak disadari (insensible evaporation) sekitar 900 ml/hari. Maka pada pasien yang tidak
dapat memperoleh makanan melalui oral memerlukan volume infus per hari yang setara
dengan kehilangan air dari tubuh per hari, yaitu :
Dengan perhitungan yang lebih akurat lagi dapat dicari :
volume urin normal : 0,5-1 cc/kg/jam

7
Air metabolisme : Dewasa : 5 cc/kg/hari, anak 12-14 th : 5-6 cc/kg/hari, 7-11 th : 6-7
cc/kg/hari, balita : 8 cc/kg/hari
Insensible water loss IWL : Dewasa : 15 cc/kg/hari, Anak : 30-usia(th) cc/kg hari. Jika
ada kenaikan suhu : IWL + 200

Kebutuhan air dan elektrolit per hari


Pada orang dewasa :
Air : 25-40 ml/kg/hr
Kebutuhan homeostatis Kalium : 20-30 mEq/kg/hr2
Na : 2 mEq/kg/hr3
K : 1 mEq/kg/hr3

Pada anak dan bayi :


Air : 0-10 kg : 100 ml/kg/hr
10-20 kg : 1000 ml/kg + 50 ml/kg diatas 10 kg/hr
> 20 kg : 1500 ml/kg + 20 ml/kg diatas 20 kg/hr
Na : 3 Meq/kg/hr2
K : 2,5 Meq/kg/hr2

Faktor-faktor modifikasi kebutuhan cairan


Kebutuhan ekstra / meningkat pada :
Demam ( 12% tiap kenaikan suhu 1C )
Hiperventilasi
Suhu lingkungan tinggi
Aktivitas ekstrim

Setiap kehilangan abnormal ( ex: diare, poliuri, dll )

Kebutuhan menurun pada :


Hipotermi ( 12% tiap penurunan suhu 1C )
Kelembaban sangat tinggi
Oligouri atau anuria
Aktivitas menurun / tidak beraktivitas

Retensi cairan ( ex: gagal jantung, gagal ginjal, dll )

8
4. Terapi rehidrasi cepat
Pada anak dengan deplesi volume cairan tubuh, sangat penting meningkatkan volume
cairan dengan cepat untuk mengganti cairan ekstrasel yang hilang, ini sangat bertolak
belakang dengan terapi deficit yang klasik seperti diatas. Contohnya; pada luka bakar
berat, dilakukan rehidrasi cepat cairan ekstra sel, maka mortalitasnya menurun. Seluruh
cairan diberikan dalam 8-12 jam sekitar 100 ml/kg sesuai dengan cairan ekstra sel, yakni;
NS atau RL.
Pada dehidrasi sedang yang tidak bisa direhidrasi secara oral, maka cairan ekstrasel
dipulihkan dengan pemberian RL dengan dosis 40 ml/kg dalam 1-2 jam, rehidrasi oral
diberikan setelah rehidrasi intra vena selesai. Pada dehidrasi berat; cairan ekstra sel
dipulihkan dengan cairan intra vena; RL, NS, atau keduanya dengan kecepatan 40 ml/kg
dalam 1-2 jam. Bila turgor belum pulih, kesadaran belum pulih, atau nadi masih belum
teraba pulih sampai ahir cairan diberikan, maka berikan cairan tambahan dengan
dosis20-40 ml/ kg harus diberikan > 1-2 jam.

Panduan pemberian cairan pasca bedah dini dan rumatan :


umur < 6 bulan :
< 12 jam post-op:D10-0,45% NaCl diberikan 1,5 x maintenence rate cairan maintenece
D10 dengan 0,2% NaCl + KCl 10-20 mEq/L pada maintenence rate
umur > 6 bulan : < 12 jam post-op : D5% dg RL diberika 1,5 x maintenece rate
cairan maintenence: D10 dg 0,45% NaCl + KCl 10-20 mEq/L pada maintenence rate

Cairan untuk terapi maintenance (rumatan) digunakan untuk mengganti cairan yang
hilang dari 2 proses :
Kehilangan cairan akibat evaporasi : kehilangan air bebas melalui kulit dan pernafasan
(uap) berupa insensible water loss 30%-35% dari volume total cairan rumatan, jadi
sekitar sepertiga dari cairan rumatan yang diberikan tergantung kelembaban udara dan
temperature lingkungan. Pasien dengan hipertermia atau takhipnea IWL lebih besar
Kehilangan urine : dalam keadaan euvolemic, kehilangan urine adalah 280-300 mOsm/kg
dari air dengan berat jenis urine antara 1.008 1.015. dalam keadaan tertentu (Diabetes
insipidus, prematuritas) kehilangan cairan dari urin yang terdilusi menjadi lebih banyak,
jadi volume yang diberikan pun harus dinaikan. Dalam keadaan lain misalnya; secresi
ADH yang eksesif, stress fisiologis pasien mungkin tidak mampu menurunkan osmolalitas
urine sampai mencapai 300 mOsm/kg air dan volume cairan rumatan harus diturunkan.
Dalam kondisi dibawah euvolemic, kehilangan cairan melalui urine 2/3 dari volume total
cairan rumatan.

9
B. Luka Bakar
1. Pengertian
Luka bakar dan luka akibat benda panas berkaitan dengan risiko tinggi kematian pada
anak. Yang bertahan hidup, akan menderita cacat dan trauma psikis sebagai akibat rasa sakit
dan perawatan yang lama di rumah sakit.
Pasien luka bakar sudah dapat dipastikan mengalami dehridrasi. Rehidrasi cairan pada
pasien luka bakar harus segera dilakukan. Jika didapatkan tanda-tanda syok pada pasien, harus
segera dilakukan rehidrasi cairan. Pada kasus luka bakar, rehidrasi cairan diberikan dengan
cairan RL (Ringer Lactate) melalui jalur intravena (IV). Rumus Baxter biasa digunakan untuk
menghitung jumlah kebutuhan cairan pasien luka bakar.

Berikut ini rumus Baxter untuk menghitung total kebutuhan cairan pasien luka bakar:
Kebutuhan cairan = 4 cc x BB (dalam Kg) x Luas luka bakar (%) cc

2. Penilaian
Luka bakar dapat terjadi pada sebagian lapisan kulit atau lebih dalam. Luka bakar
yang dalam (full-thickness) berarti seluruh ketebalan kulit pasien mengalami kerusakan dan
tidak akan terjadi regenerasi kulit\

Tanyakan dua hal berikut:

Sedalam apakah luka bakar tersebut?


Luka bakar dalam, berwarna hitam/putih dan biasanya kering, tidak terasa dan tidak
memucat bila ditekan.
Luka-bakar-sebagian, berwarna merah muda atau merah, melepuh atau berair dan
nyeri.
Seberapa luas tubuh pasien yang terbakar?
Gunakan bagan luas permukaan tubuh berdasarkan umur berikut ini.
Sebagai pilihan lain, gunakan telapak tangan pasien untuk memperkirakan luas luka
bakar. Telapak tangan pasien berukuran kira-kira 1% dari total permukaan tubuhnya.

3. Bagan perkiraan persentase permukaan tubuh yang terbakar


Perkirakan total daerah yang terbakar dengan menjumlahkan persentase permukaan
tubuh yang terkena seperti yang ditunjukkan dalam gambar (lihat tabel untuk daerah AF
yang berubah sesuai dengan umur pasien).

10
4. Tahapan awal pemberian cairan untuk pasien luka bakar
8 jam pertama diberikan setengah dari kebutuhan cairan 16 jam, berikutnya diberikan
setengah sisa dari kebutuhan cairan. Adapun jika luka bakar lebih dari 50%, maka
perhitungan kebutuhan cairan dihitung dengan luas luka bakar 50%. Waktu pemberian cairan
terhitung sejak kejadian bukan pada tahap hospital. Jadi perkiraan sudah dihitung sejak pasien
mengalami luka bakar dan waktu yang terbuang selama pasien menuju rumah sakit.
Sindrom kompartemen dapat terjadi pada luka bakar yang melingkar pada anggota
ekstremitas. Pada kasus sindrom kompartemen tindakan yang bisa dilakukan adalah
melakukan eskarotomi longitudinal minimal pada dua tempat.

5. Tatalaksana
Rawat inap semua pasien dengan luka bakar >10% permukaan tubuh; yang meliputi
wajah, tangan, kaki, perineum, melewati sendi; luka bakar yang melingkar dan yang tidak
bisa berobat jalan.
Periksa apakah pasien mengalami cedera saluran respiratorik karena menghirup asap
(napas mengorok, bulu hidung terbakar),
Luka bakar wajah yang berat atau trauma inhalasi mungkin memerlukan intubasi,
trakeostomi
Jika terdapat bukti ada distres pernapasan, beri oksigen

11
Rehidrasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh > 10%). Gunakan larutan
Ringer laktat dengan glukosa 5%, larutan garam normal dengan glukosa 5%, atau setengah
garam normal dengan glukosa 5%.
24 jam pertama: hitung kebutuhan cairan dengan menambahkan cairan dari
kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan cairan rehidrasi (4 ml/kgBB untuk setiap
1% permukaan tubuh yang terbakar)
Berikan dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya 16 jam
berikutnya. :
Contoh: untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25%
Total cairan dalam waktu 24 jam pertama
= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar
= 1440 ml + 2000 ml
= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)
24 jam kedua: berikan hingga cairan yang diperlukan selama hari pertama
Awasi pasien dengan ketat selama rehidrasi (denyut nadi, frekuensi napas, tekanan
darah dan jumlah air seni)
Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia atau pada luka-bakar
yang dalam untuk mengganti kehilangan darah.
Mencegah Infeksi
Jika kulit masih utuh, bersihkan dengan larutan antiseptik secara perlahan tanpa
merobeknya.
Jika kulit tidak utuh, hati-hati bersihkan luka bakar. Kulit yang melepuh harus
dikempiskan dan kulit yang mati dibuang.
Berikan antibiotik topikal/antiseptik (ada beberapa pilihan bergantung ketersediaan
obat: peraknitrat, perak-sulfadiazin, gentian violet, povidon dan bahkan buah pepaya
tumbuk). Antiseptik pilihan adalah perak-sulfadiazin karena dapat menembus bagian
kulit yang sudah mati. Bersihkan dan balut luka setiap hari.
Luka bakar kecil atau yang terjadi pada daerah yang sulit untuk ditutup dapat
dibiarkan terbuka serta dijaga agar tetap kering dan bersih.
Obati bila terjadi infeksi sekunder
Jika jelas terjadi infeksi lokal (nanah, bau busuk, selulitis), kompres jaringan
bernanah dengan kasa lembap, lakukan nekrotomi, obati dengan amoksisilin oral (15
mg/kgBB/dosis 3 kali sehari), dan kloksasilin (25 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari). Jika
dicurigai terdapat septisemia gunakan gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari)
ditambah kloksasilin (2550 mg/kgBB/dosis IV/IM 4 kali sehari). Jika dicurigai
terjadi infeksi di bawah keropeng, buang keropeng tersebut .

12
Menangani rasa sakit
Pastikan penanganan rasa sakit yang diberikan kepada pasien adekuattermasuk
perlakuan sebelum prosedur penanganan, seperti mengganti balutan.
Beri parasetamol oral (1015 mg/kgBB setiap 6 jam) atau analgesik narkotik IV (IM
menyakitkan), seperti morfin sulfat (0.050,1 mg/kg BB IV setiap 24 jam) jika
sangat sakit.
Periksa status imunisasi tetanus
Bila belum diimunisasi, beri ATS atau immunoglobulin tetanus (jika ada)
Bila sudah diimunisasi, beri ulangan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) jika sudah
waktunya.
Nutrisi
Bila mungkin mulai beri makan segera dalam waktu 24 jam pertama.
Anak harus mendapat diet tinggi kalori yang mengandung cukup protein, vitamin dan
suplemen zat besi.
Anak dengan luka bakar luas membutuhkan 1.5 kali kalori normal dan 2-3 kali
kebutuhan protein normal.

6. Kontraktur luka bakar


Luka bakar yang melewati permukaan fleksor anggota tubuh dapat mengalami kontraktur,
walaupun telah mendapatkan penanganan yang terbaik (hampir selalu terjadi pada
penanganan yang buruk). Cegah kontraktur dengan mobilisasi pasif atau dengan membidai
permukaan fleksor Balutan dapat menggunakan gips. Balutan ini harus dipakai pada waktu
pasien tidur.

7. Fisioterapi dan rehabilitasi


Harus dimulai sedini mungkin dan berlanjut selama proses perawatan luka bakar.
Jika pasien dirawat-inap dalam jangka waktu yang cukup lama, sediakan mainan untuk
pasien dan beri semangat untuk tetap bermain.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh ini didalamnya
terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam metabolisme sel, sehingga amat
penting dalam menunjang kehidupan. Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena
perdarahan selama pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Maka terapi
cairan amat diperlukan untuk pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan terlalu banyak yang
bisa membahayakan.
Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi membran sel. Adanya
tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar sel atau masuk ke dalam sel. Dalam
terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan infus
itu sendiri. Pemberian infus yang tidak sesuai untuk keadaan tertentu akan sia-sia dan tidak bisa
menolong pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.rehidrasicairan.blogspot.com ditelusuri pada tanggal 5 Januari 2017, pukul 22.00 WITA


http://www.terapilukabakar.com ditelusuri pada tanggal 5 Januari 2017, pukul 22.00 WITA
http://www.wikipedia.com ditelusuri pada tanggal 5 Januari 2017, pukul 22.00 WITA
http://www.ilmukesehatan.blogspot.com ditelusuri pada tanggal 5 Januari 2017, pukul 22.00 WITA

15

Anda mungkin juga menyukai