Anda di halaman 1dari 2

Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis

menjadi kuprooksida. Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang
dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak hanyan spesifik terhadap
glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberikan hasil yang positif. Gugus
aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuproksida dalam pereaksi benedict menjadi
kuprooksida yang berwarna. Dengan ini dapat diperkirakan secara kasar (semi kuantitatif) kadar gula
dalam urin (Lehninger, 1982).

Tujuan dari praktikum ini adalah memahami prosedur dan prinsip dasar analisis kadar glukosa dalam
urine. Analisis yang digunakan dalam penentuan kadar glukosa yaitu dengan menggunakan metode
titrimetri. Titrimetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis
dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi
antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Khopkar, 1990).
Syarat dilakukannya analisis secara titrimetri adalah Reaksinya harus berlangsung sangat
cepat, Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik, Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai,
baik secara kimia maupun secara fisika, Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan
perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan. (Harjadi
W.1986).
Percobaan dilakukan dengan menyiapkan larutan cuso4, larutan sinette, glukosa 0,5%,
campuran urine glukosa 0,5%, dan kaliium fero sinida 5%. Pembuatan larutan cuso4
dilakukan dengan mereaksikan cuso4 dengan h2so4 pekat. Digunakan h2so4 agar
menghindari terjadinya hidroisis pada cuso4. Apabila digunakan aquades maka cuso4 akan
mengalami hidrolisis dan menghasilkan endapan cu(oh)2. Pembuatan larutan titran dilakukan
dengan mereaksikan larutan cuso4 dan larutan signette yang akan dihasilkan larutan berwarna
biru. Selanjutnya ditambahakan dengan kalium ferro sianida 5%.
Proses titrasi dilakukan dengan menggunakan 3 jenis titrat yaitu glukosa 0,5%, urine glukosa
0,5% dengan perbandingan 2:1 dan urine normal. Titrasi dilakukan dengan titran dalam
kondisi panas. Cuso4 alkalis dalam suasana panas dapat direduksi oleh glukosa menjadi
glukosal dan kuprooksida yaitu endapan merah bata. Warna biru dalam larutan garam kupri
akan hilang bila cuso4 berubah menjadi cu2o. Senyawa ini dapat mengganggu titik akhir
titrasi. Untuk mencegah timbulnya gangguan tersebut makan ditambahkan kalium ferro
sianida yang dapat mengikat cu2o menjadi senyawa kompleks yang mudah larut dalam air
(coklat).
Reaksi yang terjadi :
Diktat.
Penggunaan titran glukosa dengan titrat larutan cuso4 diperoleh hasil titik akhir titrasi sebesar
3, 55ml. Pada urine glukosa sebesar 3,95ml. Dan pada urine normal sebesar 6,95. Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus dalam penentuan kadar glukosa dalam urine sebesar
0,4246%. Harga normal glukosa dalam urine per 24 jam sebesar 0,5 sampai 1,0 gram (Toha,
2005). Berdasarkan dari teori yang ada makan sampel urin yang digunakan dalam praktikum
masih tergolong memiliki kadar glukosa pada tingkat normal.

Anda mungkin juga menyukai