Anda di halaman 1dari 25

ABSTRAK

Pada proses perkuliahan mahasiswa selain harus memahami teori juga harus paham secara
praktik. Sehingga, perlu diadakannya diadakannya praktikum. Tak terkecuali pada mata kuliah listrik
perkapalan ini yang mempelajari mesin-mesin listrik penunjang kapal. Pada dasarnya bridges dibagi
menjadi beberapa jenis mulai dari Wheatstone bridges, Wien bridges, Maxwell bridges hingga De
Sauty bridges yang memiliki fungsi tersendiri di setiap jenisnya. Jembatan wheatstone sendiri adalah
suatu sirkuit atau rangkaian listrik yang digunakan untuk menyederhanakan susunan hambatan yang
pada awalnya tidak dapat disederhanakan secara paralel maupun seri. Dalam praktikum ini, berfungsi
untuk mengukur nilai beban atau resistansi yang tidak diketahui. Percobaan jembatan wheatstone ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai Rs dengan variabel kontrolnya nilai Rx yang ditentukan,
mengetahui hubungan nilai Rs dan arus setimbang akibat variasi rasio R/R, serta hubungan nilai Rs
dan voltase pada saat arus setimbang akibat rasio R1/R2. Hasil percobaan yang didapat adalah nilai Rs
berbanding lurus dengan besarnya nilai Rx yang ditentukan, dan Rs berbanding terbalik dengan arus
setimbang yang mengalir pada rangkaian, keduanya sudah sesuai dengan teorinya, namun pada
percobaan satunya tidak menghasilkan hasil yang sesuai dengan teori yaitu nilai Rs berbanding terbalik
dengan voltasenya. Aplikasi jembatan wheatstone diantaranya adalah untuk mengukur resistansi
beban resistif seperti lampu pijar, resistansi dari motor 1 fase, dan mengetahui resistor yang rusak.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era modern ini, masyarakat sangat bergantung pada penggunaan energi listrik.
Disamping karena mudah diubah menjadi bentuk energi lain, listrik termasuk energi yang bersih
dan sangat melimpah. Sarana untuk mengalirkan listrik adalah kawat logam. Namun, tidak
keseluruhan energi listrik yang dialirkan dapat sampah seutuhnya karena terdapat hambatan.
Besarnya hambatan bergantung pada jenis logam dari kawat tersebut.
Salah satu cara untuk mengukur hambatan listrik dengan menggunakan jembatan
Wheatstone. Jembatan Wheatstone adalah alat untuk mengukur hambatan listrik yang tidak
diketahui besarnya menggunakan 2 tahanan nilai tetap, dan 1 tahanan variabel. Prinsip dasar dari
jembatan wheatstone adalah keseimbangan. Sifat umum dari arus listrik adalah arus akan
mengalir menuju polaritas yang lebih rendah. Jika terdapat persamaan polaritas antara kedua titik
maka arus tidak akan mengalir pada kedua titik tersebut.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui metode perhitungan untuk mencari nilai resistansi suatu variabel resistansi yang
belum diketahui nilainya.

1.3 Rumusan Permasalahan


Untuk mengarahkan pembahasan secara lebih spesifik dan terarah, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah nilai resistansi yang diatur dengan potensiometer (Rs) pada rangkaian
wheatstone bridge dengan nilai Rx yang ditentukan hingga pada milliammeter menunjukan
nilai nol?
2. Bagaimanakah nilai resistansi standar (Rs) pada kondisi seimbang dengan memperhatikan nilai
arus yang melalui rangkaian jembatan (A) dengan menggunakan variasi rasio antara R1 dan
R2 pada rangkaian wheatstone bridge?
3. Bagaimanakah nilai resistansi standart (Rs) dengan variasi rasio R1/R2 serta (Rs/Rx) pada
rangkaian wheatstone bridge menggunakan arus AC dari function generator dengan
memperhatikan keseimbangan nilai voltase (mV) pada rangkaian?

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Bridge dan Karakteristik Kemampuannya


2.1.1 Wheatstone Bridge
Jembatan Wheatstone (Wheatstone Bridge) merupakan suatu metode yang
digunakan dalam bidang pengukuran tahanan (instrumentasi). Ditemukan oleh Samuel
Hunter Christie tahun 1833 dan kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone
pada tahun 1843. Jembatan wheatstone pada dasarnya menggunakan prinsip
keseimbangan dalam rangkaian. Dalam rangkaiannya terdapat 4 buah tahanan dimana 4
tahanan tersebut adalah tahanan yang variabel, tahanan yang ingin diukur, dan 2 buah
tahanan tetap.
Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik untuk mengukur
suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarannya). Perhitungan nilai hambatan
menggunakan jembatan wheatstone adalah dengan kondisi arus yang mengalir pada
galvanometer sama dengan nol (karena potensial ujung-ujungnya sama besar). Sehingga
dapat dirumuskan dengan perkalian silang (Pratama, 2010).

Gambar 2.1 Rangkaian wheatstone bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017

Jika pada galvanometer menunjukkan angka nol, maka berlaku persamaan sebagai
berikut.

=

2.1.2 Wien Bridge
Wien bridge (jembatan wien), merupakan tipe rangkaian bridge yang
dikembangkan oleh Max Wien pada 1891. Rangkaian ini terdiri dari 4 resistor dan 2
kapasitor. Jembatan wien merupakan salah satu dari banyak rangkaian bridge. Rangkaian
ini digunakan untuk pengukuran yang presisi dari kapasitansi dengan melihat nilai
resistor dan frekuensi. Pun digunakan untuk mengukur frekuensi audio.

Gambar 2.2 Rangkaian wien bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017

3
Pada gambar diatas UWE merupakan tegangan sinusoidal dari power supply, UWY
merupakan tegangan yang diukur. Rangkaian ini tidak membutuhkan nilai R atau C yang
sama. Pada frekuensi tertentu, reaktansi dari seri-R2-C2 akan menjadi kelipatan dari
paralel-RX-CX. Jika R3 dan R4 disesuaikan pada rasio yang sama, maka jembatan itu
seimbang. Rangkaian seimbang ketika :
1 4 2
2 = =
2 2 2 3

2.1.3 Schering Bridge


Schering bridge atau jembatan Schering adalah rangkaian listrik yang digunakan
untuk mengukur nilai isolasi dari kabel dan komponen-komponen lainnya, contohnya
adalah kapasitansi, faktor dissipasi, dan permitivitas relatif. Schering bridge merupakan
rangkaian AC, yang dikembangkan oleh Harald Schering. Keuntungannya adalah
persamaan keseimbangannya tidak bergantung dari frekuensi.

Gambar 2.3 Schering bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017
Dimana,
C1 = kapasitor, yang nilainya akan ditentukan
R1 = resistor seri, yang mewakilkan loss pada C1
C2 = kapasitor standar
R3 = resistor non-induktif
C4 = kapasitor variabel
R4 = resistor variabel non-induktif (paralel dengan C4)
Pada kondisi seimbang berlaku persamaan berikut :
3 4
1 =
2
4
1 = 2
3

2.1.4 Maxwell Inductance Bridge


Maxwell Inductance Bridge adalah, rangkaian jembatan yang digunakan untuk
mengukur nilai induktansi yang diberikan oleh perbandingan dengan variabel self-
inductance standar. Berikut adalah gambar dari rangkaian jembatan induktansi Maxwell.

4
Gambar 2.4 Maxwell inductance bridge
Sumber : Arsip pribadi, 2017

Pada kondisi seimbang berlaku persamaan berikut.



=


= ( + )

Dimana,
L1 = induktansi tidak diketahui dari R1
L2 = variabel induktansi dari resistansi tetap (r2)
R2 = variabel resistor, seri dengan L2
R3, R4 = non-induktif resistor dengan nilai tertentu.

2.1.5 Maxwell Wien atau L/C Bridge


Maxwell-Wien Bridge atau L/C Bridge adalah modifikasi dari wheatstone bridge
yang digunakan untuk mengukur induktansi yang tidak diketahui (umumnya nilai Q yang
kecil) pada kondisi resistansi dan kapasitansi yang dikalibrasi.
Sistem ini menggunakan prinsip bahwa sudut fasa positif dari induktif impedansi
dapat dikompensasikan oleh sudut fasa negatif dari kapasitif impedansi ketika diletakkan
pada posisi yang berlawanan dan rangkaian pada kondisi resonansi. Sebagai contoh, tidak
ada perbedaan tegangan pada detektor maka tidak ada arus yang mengalir, pada kondisi
ini nilai induktansi dapat diketahui. Dijelaskan pada gambar berikut.

Gambar 2.5 Maxwell-Wien Bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017

Pada kondisi tersebut, nilai L3 dan R3 dapat ditentukan dengan persamaan :


.
=

5
= . .

2.1.6 Anderson Bridge


Anderson Bridge atau jembatan Anderson, adalah rangkaian jembatan yang
digunakan untuk menentukan self-inductance (L), dan reaktansi induktif (XL) pada
frekuensi tertentu. Rangkaian ini merupakan pengembangan dari Wheatstone Bridge.
Rangkaian ini membuat kita dapat mengukur induktansi menggunakan kapasitor dan
resistor, dan tidak membutuhkan pengulangan penyeimbangan dari jembatannya.

Gambar 2.6 Anderson Bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017

Pada kondisi seimbang berlaku persamaan berikut :


2 3
1 = 1 2
4
. 3
1 = [(4 + 2 ) + 2 4 ]2
4
2.1.7 Hays Bridge
Hays Bridge atau Jembatan Hay, merupakan modifikasi dari Maxwell Bridge.
Rangkaian ini dapat membantu kita untuk mengatasi batasan dari Maxwell Bridge, yaitu
hanya cocok untuk mengukur medium quality factor dari kumparan, namun tidak cocok
untuk mengukur high quality factor (Q > 10).

Gambar 2.7 Hays Bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017

Pada kondisi seimbang, Z1 . Z4 = Z2 . Z3 , berlaku persamaan berikut :

6
. .
=
1 + 2 . .
2 . 2 . . .
=
1 + 2 . 2 .

2.1.8 The Owen Bridge


Owen Bridge atau Jembatan Owen mempunyai kelebihan jika dibandingkan
dengan jembatan-jembatan lainnya, yaitu jembatan ini dapat mengukur induktansi
dalam jarak yang luas. Rangkaian ini merupakan jembatan AC seperti Hays Bridge dan
Maxwell Bridge yang menggunakan kapasitor standar, induktor, dan variabel resistor
yang terhubung dengan sumber AC untuk eksitasi.

Gambar 2.8 Owen Bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017

Pada kondisi seimbang , Z1 . Z4 = Z2 . Z3 , berlaku persamaan berikut :


.
= . . dan =

2.1.9 De Sauty Bridge
De Sauty Bridge, atau Jembatan De Sauty, digunakan untuk mengukur kapasitansi
yang tidak diketahui. Rangkaian ini merupakan metode rangkaian yang paling cocok
untuk membandingkan dua nilai kapasitor jika dielectric-losses pada rangkaian jembatan
tersebut diabaikan.

Gambar 2.9 De Sauty Bridge


Sumber : Arsip pribadi, 2017

Pada kondisi seimbang, berlaku persamaan berikut :

7

=

2.2 Bagian-Bagian Rangkaian Bridge


1. Instrumentation Module
Sebagai pengubah bentuk sinyal input menjadi sinyal output dalam bentuk lain.

Gambar 2.10 Instrumentation Module


Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5

2. Power Amplifier
Sebagai pengubah sinyal input dengan amplitudo rendah menjadi sinyal output dengan
amplitudo tinggi pada frekuensi tetap.

Gambar 2.11 Power amplifier


Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5

3. Resistor
Resistor merupakan suatu komponen elektronika yang berperan sebagai penghambat aliran
listrik pada suatu rangkaian elektronika. Resistor terbagi atas fixed resistor, variable resistor,
thermistor, dan light dependent resistor. Variable resistor adalah resistor yang nilai
resistansinya dapat diubah-ubah (contohnya : potensiometer, dibahas pada sub bab 2.3).
Thermistor adalah resistor yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh suhu. Sedangkan LDR
(light dependent resistance) adalah resistor yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh
intensitas cahaya. Untuk fixed resistor sendiri nilai resistansinya sudah tetap, biasanya nilainya
dapat ditentukan oleh garis-garis warna pada badan resistor. Untuk nilai dari warna-warna
tersebut terdapat berikut ini.

8
Gambar 2.12 Tabel ukuran fixed resistor
Sumber : http://www.instructables.com/id/Electronics-for-Absolute-Beginners-Chapter-2/

Resistor Dengan 4 Cincin Kode Warna


Cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan faktor pengali
kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor.
Resistor Dengan 5 Cincin Kode Warna
Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4 merupakan faktor
pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor.
Resistor Dengan 6 Cincin Warna
Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna dalam
menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan koefisien temperatur yaitu temperatur
maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.

Gambar 2.13 Resistor


Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5

9
2.3 Alat Pendukung Dalam Proses Pengukuran
2.3.1 Power Supply
Power Supply adalah alat yang mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik
secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan listrik yang lainnya. Power
supply biasanya digunakan untuk komputer dan perangkat listrik sebagai penghantar
tegangan listrik secara langsung kepada perangkat keras lainnya yang ada pada perangkat
listrik tersebut.
Power supply memiliki input dari tegangan yang berarus alternating current (AC)
dan mengubahnya menjadi arus direct current (DC) lalu menyalurkannya ke berbagai
perangkat keras pada rangkaian. Karena memang arus direct current (DC)-lah yang
dibutuhkan untuk perangkat keras agar dapat beroperasi.

Gambar 2.14 Power supply


Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5
2.3.2 Function Generator
Function Generator adalah alat ukur elektronik yang menghasilkan, atau
membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi empat, dan bentuk
gelombang pulsa. Function generator terdiri dari generator utama dan generator
modulasi. Generator Utama menyediakan gelombang output sinus, kotak, atau
gelombang segitiga dengan rangkuman frekwensi 0,01 Hz sampai 13 MHz. Generator
modulasi menghasilkan bentuk gelombang sinus, kotak, dan segitiga dengan rangkuman
frekwensi 0,01 Hz sampai 10 kHz. Generator sinyal input dapat digunakan sebagai
Amplitudo Modulation (AM) atau Frequency Modulation (FM). Selubung (envelope) AM
dapat diatur dari 0% sampai 100%; FM dapat diatur frekwensi pembawanya hingga 5%.

Gambar 2.15 Function Generator


Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5

2.3.3 Multimeter
Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus
listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum,

10
sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa
fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga
yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, maksudnya A (ampere), V(volt),
dan O(ohm).

Gambar 2.16 Multimeter


Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5

2.3.4 Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya tegangan
atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik yang dialiri arus
listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan volt (V), milivolt (mV),
mikrovolt, dan kilovolt (kV). Sekarang ini, voltmeter ditemukan dalam dua jenis yaitu
voltmeter analog (dengan jarum penunjuk) dan voltmeter digital. Voltmeter memiliki
batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan maksimum yang dapat diukur oleh voltmeter
tersebut. Jika tegangan yang diukur oleh voltmeter melebihi batas ukurnya, voltmeter
akan rusak.

Gambar 2.17 Voltmeter


Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5

2.3.5 Potensiometer
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya.
Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable
Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft
atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.
Potensiometer dibagi menjadi dua, yaitu potensiometer putar (wiper bergerak
dengan jalan melingkar), dan potensiometer linier (wiper bergerak sepanjang jalur linier).
Potensiometer dikenal juga sebagai slider, pot slide atau fader. Sedangkan yang paling
umum digunakan adalah potensiometer putar

11
Gambar 2.18 Potensiometer
Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5

2.4 Pengaruh RLC Pada Masing-Masing Bridge


2.4.1 Arus DC Pada Rangkaian
Arus DC pada rangkaian menghasilkan nilai arus yang melewati bridge (jembatan)
bernilai stabil karena karakteristik arus DC yang stabil sehingga arus yang mengalir pada
rangkaian W. Bridge dapat dengan mudah diatur untuk bernilai nol.

Gambar 2.19 Wheatstone Bridge menggunakan arus DC


Sumber : Arsip pribadi, 2017

2.4.2 Arus AC Pada Rangkaian


Pada dasarnya input W. Bridge merupakan arus DC, akan tetapi tidak ada alasan
tidak bisa menggunakan arus AC sebagai inputnya. W. Bridge itu sendiri akan bekerja
dengan cara yang serupa. Menerapkan arus AC pada rangkaian jembatan memberikan
kita fleksibilitas tambahan seperti kita tidak lagi terbatas pada hambatan/resistor sebagai
komponen. Kita dapat memasukkan kapasitor dan induktor. Hal ini memungkinkan kita
untuk membuat keseimbangan jembatan tergantung kepada frekuensi dan/atau
impedansi. Persamaan dasarnya serupa dengan ketika menggunakan arus DC, yaitu: Z1/Z2
= Z3/Z4.

Gambar 2.20 Wheatstone Bridge menggunakan arus AC


Sumber : Arsip pribadi, 2017

12
2.5 Aplikasi Penerapan Bridge
Mengukur resistansi lampu pijar.
Lampu pijar bersifat resistif. Untuk pengukurannya, dibutuhkan 2 buah resistor tetap, dan
1 resistor variabel. Lalu resistor-resistor dan lampu pijar tersebut dihubungkan seperti
gambar 2.1. Nilai resistor variabel diatur sedemikian rupa hingga jembatan dalam kondisi
seimbang.
Mengukur resistansi motor 1 fase.
Untuk mengetahui resistansi dari sebuah motor 1 fase, dapat menggunakan wheatstone
bridge. Sambungkan motor 1 fase tersebut pada rangkaian wheatstone bridge. Lalu atur
variabel resistor (Rx) hingga rangkaian seimbang. Lalu gunakan rumus Rs = R.Rx / R. Dari
rumus tersebut nilai resistansi dari motor 1 fase dapat diketahui.
Mengetahui resistor yang rusak.
Untuk mengetahui sebuah resistor yang rusak atau tidak, dapat menggunakan
wheatstone bridge. Sebuah resistor yang sudah diketahui nilainya (Rs), disambungkan
pada rangkaian wheatstone bridge agar memenuhi persamaan Rs.R2 = R.Rx. Bila sudah
terpasang demikian namun ada arus yang mengalir di galvanometer, berarti resistor
tersebut (Rs) sudah rusak.

13
2.6 Kelebihan dan Kekurangan
Jenis Bridge Kelebihan Kekurangan
Wheatstone Bridge 1. Pengukuran nilai resistor bisa sangat 1. Tidak dapat diterapkan untuk resistor
presisi. dengan nilai yang tinggi.
Wien Bridge 1. Stabilitas frekuensi baik, dan nilainya 1. Membutuhkan banyak komponen.
mudah untuk diatur. 2. Output frekuensi terbatas, tidak bisa
2. Tidak adanya induktor, tidak ada menghasilkan nilai frekuensi yang tinggi.
gangguan dari medan magnet.
3. Menghasilkan gelombang sinus dengan
distorsi yang kecil.
Schering Bridge 1. Di persamaan keseimbangannya, tidak 1. Pada penggunaan voltase yang tinggi
dipengaruhi oleh frekuensi. untuk pengukuran kapasitansi yang kecil,
2. Harganya relatif murah jika diperlukan tegangan dan frekuensi tinggi.
dibandingkan dengan tipe lain.
Maxwell Inductance Bridge 1. Frekuensi tidak terdapat pada kedua 1. Kapasitor variabel standarnya mahal.
persamaannya, maka nilainya tidak 2. Pengukurannya terbatas pada medium
bergantung pada frekuensi. quality coils ( 1<Q<10 ), dan tidak cocok
2. Sangat berguna pada pengukuran untuk nilai Q yang sangat rendah ( Q<1 ).
induktor frekuensi audio pada jarak yang
luas.
Maxwell Wien Bridge 1. Cocok untuk pengukuran medium 1. Tidak cocok untuk pengukuran dengan
quality coils ( 1<Q<10). nilai quality coil yang kecil dan tinggi ( Q<1
2. Pengukurannya tidak bergantung dan Q>10 ).
frekuensi, sehingga lebih akurat. 2. Rangkaiannya membutuhkan kapasitor
variabel standar, yang harganya mahal.
Anderson Bridge 1. Mudah untuk mendapatkan titik 1. Persamaan yang digunakan lebih rumit.
keseimbangannya dibandingkan dengan 2. Penambahan komponen kapasitor
Maxwell Bridge pada kasus (Q < 1). meningkatkan kompleksitasnya.
2. Tidak membutuhkan kapasitor variabel
standar. Hanya membutuhkan kapasitor
tipis bernilai tetap.
3. Memberikan hasil yang akurat untuk
menentukan kapasitansi.
Hays Bridge 1. Pengukuran metode ini sangat cocok 1. Pengukuran tidak cocok untuk nilai Q
untuk high quality coils ( Q>10 ). yang sangat rendah ( Q<1 ).
2. Hanya membutuhkan nilai r4 (gambar
2.7) yang kecil, karena nilai Q tinggi. Nilai
Q dapat ditentukan dengan persamaan :
1
=
4 4
The Owen Bridge 1. Induktor l1 (gambar 2.8), nilainya tidak 1. Menggunakan kapasitor variabel standar,
bergantung frekuensi. yang harganya cukup mahal.
2. Berguna untuk pengukuran induktor
pada jarak yang luas.
De Sauty Bridge 1. Pemasangan rangkaiannya yang mudah. 1. Hasil yang tidak akurat untuk kapasitor
2. Perhitungannya mudah. yang tidak sempurna (terdapat electric
losses), karena sangat sulit untuk
mencapai posisi seimbang pada
rangkaian.
Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan jenis-jenis jembatan

14
BAB III
DATA PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan Fungsi

No. Nama Alat Gambar Fungsi


1 Instrumentation Model dari jembatan
Modul TK2941A wheatstone

2 Power Amplifier Menstabilkan arus DC


TK2941B yang masuk pada
jembatan wheatstone

3 Power Supply 01- Menghasilkan arus atau


100 tegangan DC

4 Function Generator Menghasilkan arus atau


FG 601 tegangan AC dengan nilai
tegangan dan frekuensi
yang dapat diatur

5 Multimeter Mengukur nilai arus,


tegangan, hambatan

15
6 Voltmeter Mengukur nilai tegangan

7 Potensiometer Sebagai hambatan RS pada


jembatan wheatstone

8 Resistor Sebagai hambatan

9 Kabel Menghubungkan
komponen satu dengan
yang lainnya untuk
membentuk rangkaian
percobaan

Tabel 3.1 Peralatan praktikum

3.2 Langkah Percobaan


1. Sebelumnya persiapkan peralatan yang akan digunakan seperti pada keterangan alat yang
digunakan
2. Rangkai instrumentasi modul TK 2941 A sesuai pada rangkaian yang terdapat pada gambar.
3. Ikuti variasi variabel pada setiap tabel untuk mencari nilai resistansi dengan rasio yang telah
ditentukan
4. Ikuti instruksi tabel selanjutnya sesuai dengan rangkaian yang ada.

3.2.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge


Persiapkan Instumentation Modul TK2941A serta Power Amplifier TK 2941 B serta Power
Supply dan kabel
Sambungkan seluruh peralatan tadi sesuai dengan gambar yang tertera
Menyalakan power supply untuk memberi masukan kepada rangkaian
Pilih resistor lalu pasangkan kedalam rangkaian sesuai dengan permintaan dari tabel
pengamatan

16
Buat arus pada rangkain sama dengan nol dengan mengatur potensiometer
Hubungkan mulitester dengan potensiometer untuk mengukur besarnya nilai hambatan
Catat hasil pengamatan

Gambar 3.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge Arus DC


Sumber : Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017

Gambar 3.2 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge Arus DC


Sumber : Dokumentasi praktikum kelompok 5

3.2.2 Rangkaian Penguji Sensitivitas Wheatstone Bridge


Rangkaian dari hasil percobaan awal sedikit dimodifikasi
Pasang kembali resistor sesuai dengan permintaan dari tabel pengamatan
Buat arus pada rangkain sama dengan nol dengan mengatur potensiometer
Hubungkan mulitester dengan potensiometer untuk mengukur besarnya nilai hambatan
Melakukan dan catat hasil pengukuran dari percobaan

17
Gambar 3.3 Rangkaian pengujian sensitivitas Wheatstone Bridge
Sumber : Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017

Gambar 3.4 Rangkaian pengujian sensitivitas Wheatstone Bridge


Sumber : Dokumentasi praktikum kelompok 5

3.2.3 Rangkaian Wheatstone Bridge pada AC


Persiapkan Instrumentation Modul , Power Amplifier , Function Generator dan Kabel.
Sambungkan seluruh peralatan tadi sesuai dengan gambar yang tertera.
Pasang resistor yang telah ditentukan pada tabel pengamatan.
Buat arus pada rangkain sama dengan nol dengan mengatur potensiometer
Hubungkan mulitester dengan potensiometer untuk mengukur besarnya nilai hambatan
Catat hasil pengukuran dari percobaan.

18
Gambar 3.5 Rangkaian Wheatstone Bridge pada AC
Sumber : Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017

Gambar 3.6 Rangkaian Wheatstone Bridge pada AC


Sumber : Dokumentasi praktikum kelompok 5

3.3 Data Hasil Pengamatan


3.3.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge

No R1 R2 Rx Rs
1 10k 10k 100 61,0
1k 39
10k 2680
2 10k 1k 100 213
1k 23
10k 1761
3 1k 10k 100 64,3
1k 2
10k 59,8

19
3.3.2 Rangkaian Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge

R1=R2 Rs (Kondisi Setimbang) Arus kondisi setimbang (A)


100 409 14,3
1k 466 10,5
10k 608 2,6
100k 862 0,2

R1 R2 Rasio Rs setimbang () Arus setimbang (A)


100 1k 1:10 83 12,9
1k 10k 1:10 98,1 9,4
10k 100k 1:10 87 2,5
100 10k 1:100 6,4 14,1
1k 100k 1:100 7 10,1
1k 100 10:1 577 25,8
10k 1k 10:1 717 14,8
100k 10k 10:1 1055 2,7
10k 100 100:1 602 28,7
100k 1k 100:1 772 15,8

3.3.3 Rangkaian Wheatstone Bridge Pada AC

R1 R2 Rs Rx Tegangan R1/R2 Rs/Rx


setimbang (mV)
1k 1k 56 1k 9,3 1 0,056
10k 1k 82 1k 1,4 10 0,082
100k 1k 1250 1k 0 100 1,25
1k 10k 26 1k 22,6 0,1 0,020
10k 10k 35 1k 12,2 1 0,035
100k 10k 36 1k 1,5 10 0,030

20
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Perhitungan Dan Pembahasan


4.1.1 Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge
Nilai Rs dapat dihitiung dengan persamaan :
Rs = (R . Rx)/R
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan :
Rs = (10k . 100 )/ 10k = 100 . Sedangkan pada percobaan didapat hasil Rs = 61 ,
|61 100 |
maka terdapat error sebesar = 61
100 % = 39%.
Dengan cara yang sama, didapatkan data-data sebagai berikut.

Rs
No R1 () R2 () Rx () Rs () Rumus Rs () Error
()
100 61 100 39 39%
1 10k 10k 1k 39 1000 961 96%
10k 2680 10000 7320 73%
100 213 1000 787 79%
2 10k 1k 1k 23 10000 9977 100%
10k 1761 100000 98239 98%
100 64,3 10 54,3 543%
3 1k 10k 1k 2 100 98 98%
10k 59,8 1000 940,2 94%
Tabel 4.1 Perhitungan rangkaian dasar wheatstone bridge

Dapat dilihat bahwa error pengukuran sangat besar. Hal ini kemungkinan terjadi akibat
arus yang kurang stabil dan pembacaan multimeter yang kurang tepat, karena nilai yang
diukur sangat kecil ataupun juga dapat disebabkan oleh multimeter yang digunakan
untuk mengukur nilai dari tahanan Rs yang disebabkan oleh potensiometer.

4.1.2 Rangkaian Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge


Nilai Rs dapat dihitiung dengan persamaan :
Rs = (R . Rx)/R
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan :
Rs = (100 . 1k )/ 100 = 1k . Sedangkan pada percobaan didapat hasil Rs = 409 ,
|409 1000 |
maka terdapat error sebesar = 409
100 % = 59%.
Dengan cara yang sama, didapatkan data-data sebagai berikut.

Rs Kondisi Arus kondisi


R1=R2 Rs Rumus
Setimbang setimbang Error
() ()
() (A)
100 409 14,3 1000 59%
1000 466 10,5 1000 53%
10000 608 2,6 1000 39%
100000 862 0,2 1000 14%
Tabel 4.2 Perhitungan rangkaian pengujian sensitivitas wheatstone bridge

21
Begitu pula dengan perhitungan R dan R yang berbeda. Dapat dihitung dengan :
Rs = (R . Rx)/R
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan :
Rs = (100 . 1k )/ 1k = 100 . Sedangkan pada percobaan didapat hasil Rs = 83 ,
|83 100 |
maka terdapat error sebesar = 100
= 17%.
Dengan cara yang sama, didapatkan data-data sebagai berikut

Rs Arus
Rs Rumus
R1 () R2 () Rasio setimbang setimbang Error
()
() (A)
100 1k 1:10 83 12,9 100 17%
1k 10k 1:10 98,1 9,4 100 2%
10k 100k 1:10 87 2,5 100 13%
100 10k 1:100 6,4 14,1 10 36%
1k 100k 1:100 7 10,1 10 30%
1k 100 10:1 577 25,8 10000 94%
10k 1k 10:1 717 14,8 10000 93%
100k 10k 10:1 1055 2,7 10000 89%
10k 100 100:1 602 28,7 100000 99%
100k 1k 100:1 772 15,8 100000 99%
Tabel 4.3 Perhitungan rangkaian pengujian sensitivitas wheatstone bridge

Dapat dilihat pada tabel 4.3 ketika nilai resitansi R dan R meningkat, maka arusnya akan
menurun. Hal ini sesuai dengan rumus tegangan, V= I .R. Pada kasus ini tegangannya
konstan, sedangkan resistansi dinaikkan, maka arusnya pun menurun.
Adapun error pengukuran sangat besar. Hal ini kemungkinan terjadi akibat arus yang
kurang stabil, atau multimeter yang sudah kurang baik.

4.1.3 Rangkaian Wheatstone Bridge Pada AC


Nilai Rs dapat dihitiung dengan persamaan :
Rs = (R . Rx)/R
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan :
Rs = (1k . 1k )/ 1k = 1k . Sedangkan pada percobaan didapat hasil Rs = 56 , maka
|56 1000 |
terdapat error sebesar = 100 % = 94%.
1000
Dengan cara yang sama, didapatkan data-data sebagai berikut

Tegangan Rs
R1 () R2 () Rs () Rx () setimbang R/R Rs/Rx Rumus Error
(mV) ()
1k 1k 56 1k 9,3 1 0,056 1000 94%
10k 1k 82 1k 1,4 10 0,082 10000 99%
100k 1k 1250 1k 0 100 1,25 100000 101%
1k 10k 26 1k 22,6 0,1 0,02 100 74%
10k 10k 35 1k 12,2 1 0,035 1000 97%
100k 10k 36 1k 1,5 10 0,03 10000 100%
Tabel 4.4 Perhitungan rangkaian wheatstone bridge pada AC

22
Pada percobaan menggunakkan arus AC, nilai dari tegangan semakin menurun seiring
dengan peningkatan resistansi. Hal ini tidak sesuai dengan rumus dasar tegangan. V=I.R.
Pada kasus ini arus adalah konstan dan nilai resistansi ditingkatkan sehingga nilai dari
tegangan juga seharusnya ikut meningkat. Adapun ketidaksesuaian yang terjadi
disebabkan oleh pengukuran yang tidak teliti dan multimeter yang sudah kurang baik.

23
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Wheatstone bridge berfungsi untuk mengetahui suatu nilai tahanan yang belum diketahui
nilainya dengan cara memasangkannya pada rangkaian wheatstone bridge.
2. Wheatstone bridge merupakan metode pengukuran tahanan listrik dengan ketilitian yang
tinggi.
3. Perhitungan yang akan didapat adalah R1.Rx = R2.Rs, apabila harga R1 dan R2 konstan dan
nilai Rx semakin besar maka Rs semakin besar pula.
4. Nilai arus pada rangkaian harus lah 0 (seimbang) dengan tingkat ketelitian kurang lebih 0,01
mili Ampere. Untuk mendapatkan nilai arus 0 digunakan potensiometer untuk mengatur
besar hambatan yang terpasang.
5. Pada percobaan rangkaian dasar wheatstone bridge, semakin besar nilai Rx semakin besar
pula nilai Rs. Mengikuti rasio dari R1/R2, sesuai dengan persamaan R1.Rx = R2.Rs.
6. Pada percobaan sensitivitas wheatstone bridge, nilai arus berbanding terbalik dengan
resistansi. Jika resistansi semakin besar, maka arus akan mengecil. Sesuai dengan persamaan
V = I.R ( pada kasus ini, nilai tegangan (V) dijaga konstan).
7. Pada percobaan wheatstone bridge menggunakan arus AC, nilai dari tegangan semakin
menurun seiring peningkatan resistansi. Hasil tersebut tidak sesuai dengan rumus V = I.R
(pada kasus ini, arus (I) dijaga konstan), seharusnya tegangan meningkat sesuai dengan
peningkatan resistansi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Electrical4u web pages, 2017. Wheatstone Bridge. [online] Tersedia di: < www.electrical4u.com/wheatstone
bridge-circuit-theory-and-principle> [Diakses pada 27 April 2017}.

Electrical4u web pages, 2017. Anderons Bridge. [online] Tersedia di: < www.electrical4u.com/anderson-
bridge> [Diakses pada 27 April 2017].

Electrical4u web pages, 2017. Owen Bridge Ciruit Advantage. [online] Tersedia di: < www.electrical4u.com/
owen-bridge-circuit -and-advantages> [Diakses pada 27 April 2017].

Electrical4u web pages, 2017. De Sauty Bridge. [online] Tersedia di: <www.electrical4u.com/de-sauty-bridge>
[Diakses pada 27 April 2017].

Wikimedia Foundation Inc., 2017. Bridge Circuit. [online] Tersedia di: <www.wikipedia.org/en/wiki/Bridge_
circuit > [Diakses pada 24 April 2017].

EE Tech Media, LCC., 2017. AC Bridge Circuit. [online] Tersedia di: <www.allaboutcircuits.com/textbook/
alternating-current/chpt-12/ac-bridge-circuits> [Diakses pada 26 April 2017].

Glass Design web pages, 2012. Maxwell Wien Bridge. [online] Tersedia di: <www.electronicsprojects.org/
maxwell-wien-bridge-or-lc-bridge> [Diakses pada 27 April 2017].

25

Anda mungkin juga menyukai