Pada proses perkuliahan mahasiswa selain harus memahami teori juga harus paham secara
praktik. Sehingga, perlu diadakannya diadakannya praktikum. Tak terkecuali pada mata kuliah listrik
perkapalan ini yang mempelajari mesin-mesin listrik penunjang kapal. Pada dasarnya bridges dibagi
menjadi beberapa jenis mulai dari Wheatstone bridges, Wien bridges, Maxwell bridges hingga De
Sauty bridges yang memiliki fungsi tersendiri di setiap jenisnya. Jembatan wheatstone sendiri adalah
suatu sirkuit atau rangkaian listrik yang digunakan untuk menyederhanakan susunan hambatan yang
pada awalnya tidak dapat disederhanakan secara paralel maupun seri. Dalam praktikum ini, berfungsi
untuk mengukur nilai beban atau resistansi yang tidak diketahui. Percobaan jembatan wheatstone ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai Rs dengan variabel kontrolnya nilai Rx yang ditentukan,
mengetahui hubungan nilai Rs dan arus setimbang akibat variasi rasio R/R, serta hubungan nilai Rs
dan voltase pada saat arus setimbang akibat rasio R1/R2. Hasil percobaan yang didapat adalah nilai Rs
berbanding lurus dengan besarnya nilai Rx yang ditentukan, dan Rs berbanding terbalik dengan arus
setimbang yang mengalir pada rangkaian, keduanya sudah sesuai dengan teorinya, namun pada
percobaan satunya tidak menghasilkan hasil yang sesuai dengan teori yaitu nilai Rs berbanding terbalik
dengan voltasenya. Aplikasi jembatan wheatstone diantaranya adalah untuk mengukur resistansi
beban resistif seperti lampu pijar, resistansi dari motor 1 fase, dan mengetahui resistor yang rusak.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui metode perhitungan untuk mencari nilai resistansi suatu variabel resistansi yang
belum diketahui nilainya.
2
BAB II
DASAR TEORI
Jika pada galvanometer menunjukkan angka nol, maka berlaku persamaan sebagai
berikut.
=
2.1.2 Wien Bridge
Wien bridge (jembatan wien), merupakan tipe rangkaian bridge yang
dikembangkan oleh Max Wien pada 1891. Rangkaian ini terdiri dari 4 resistor dan 2
kapasitor. Jembatan wien merupakan salah satu dari banyak rangkaian bridge. Rangkaian
ini digunakan untuk pengukuran yang presisi dari kapasitansi dengan melihat nilai
resistor dan frekuensi. Pun digunakan untuk mengukur frekuensi audio.
3
Pada gambar diatas UWE merupakan tegangan sinusoidal dari power supply, UWY
merupakan tegangan yang diukur. Rangkaian ini tidak membutuhkan nilai R atau C yang
sama. Pada frekuensi tertentu, reaktansi dari seri-R2-C2 akan menjadi kelipatan dari
paralel-RX-CX. Jika R3 dan R4 disesuaikan pada rasio yang sama, maka jembatan itu
seimbang. Rangkaian seimbang ketika :
1 4 2
2 = =
2 2 2 3
4
Gambar 2.4 Maxwell inductance bridge
Sumber : Arsip pribadi, 2017
5
= . .
6
. .
=
1 + 2 . .
2 . 2 . . .
=
1 + 2 . 2 .
7
=
2. Power Amplifier
Sebagai pengubah sinyal input dengan amplitudo rendah menjadi sinyal output dengan
amplitudo tinggi pada frekuensi tetap.
3. Resistor
Resistor merupakan suatu komponen elektronika yang berperan sebagai penghambat aliran
listrik pada suatu rangkaian elektronika. Resistor terbagi atas fixed resistor, variable resistor,
thermistor, dan light dependent resistor. Variable resistor adalah resistor yang nilai
resistansinya dapat diubah-ubah (contohnya : potensiometer, dibahas pada sub bab 2.3).
Thermistor adalah resistor yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh suhu. Sedangkan LDR
(light dependent resistance) adalah resistor yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh
intensitas cahaya. Untuk fixed resistor sendiri nilai resistansinya sudah tetap, biasanya nilainya
dapat ditentukan oleh garis-garis warna pada badan resistor. Untuk nilai dari warna-warna
tersebut terdapat berikut ini.
8
Gambar 2.12 Tabel ukuran fixed resistor
Sumber : http://www.instructables.com/id/Electronics-for-Absolute-Beginners-Chapter-2/
9
2.3 Alat Pendukung Dalam Proses Pengukuran
2.3.1 Power Supply
Power Supply adalah alat yang mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik
secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan listrik yang lainnya. Power
supply biasanya digunakan untuk komputer dan perangkat listrik sebagai penghantar
tegangan listrik secara langsung kepada perangkat keras lainnya yang ada pada perangkat
listrik tersebut.
Power supply memiliki input dari tegangan yang berarus alternating current (AC)
dan mengubahnya menjadi arus direct current (DC) lalu menyalurkannya ke berbagai
perangkat keras pada rangkaian. Karena memang arus direct current (DC)-lah yang
dibutuhkan untuk perangkat keras agar dapat beroperasi.
2.3.3 Multimeter
Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus
listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum,
10
sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa
fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga
yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, maksudnya A (ampere), V(volt),
dan O(ohm).
2.3.4 Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya tegangan
atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik yang dialiri arus
listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan volt (V), milivolt (mV),
mikrovolt, dan kilovolt (kV). Sekarang ini, voltmeter ditemukan dalam dua jenis yaitu
voltmeter analog (dengan jarum penunjuk) dan voltmeter digital. Voltmeter memiliki
batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan maksimum yang dapat diukur oleh voltmeter
tersebut. Jika tegangan yang diukur oleh voltmeter melebihi batas ukurnya, voltmeter
akan rusak.
2.3.5 Potensiometer
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya.
Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable
Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft
atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.
Potensiometer dibagi menjadi dua, yaitu potensiometer putar (wiper bergerak
dengan jalan melingkar), dan potensiometer linier (wiper bergerak sepanjang jalur linier).
Potensiometer dikenal juga sebagai slider, pot slide atau fader. Sedangkan yang paling
umum digunakan adalah potensiometer putar
11
Gambar 2.18 Potensiometer
Sumber : dokumentasi praktikum kelompok 5
12
2.5 Aplikasi Penerapan Bridge
Mengukur resistansi lampu pijar.
Lampu pijar bersifat resistif. Untuk pengukurannya, dibutuhkan 2 buah resistor tetap, dan
1 resistor variabel. Lalu resistor-resistor dan lampu pijar tersebut dihubungkan seperti
gambar 2.1. Nilai resistor variabel diatur sedemikian rupa hingga jembatan dalam kondisi
seimbang.
Mengukur resistansi motor 1 fase.
Untuk mengetahui resistansi dari sebuah motor 1 fase, dapat menggunakan wheatstone
bridge. Sambungkan motor 1 fase tersebut pada rangkaian wheatstone bridge. Lalu atur
variabel resistor (Rx) hingga rangkaian seimbang. Lalu gunakan rumus Rs = R.Rx / R. Dari
rumus tersebut nilai resistansi dari motor 1 fase dapat diketahui.
Mengetahui resistor yang rusak.
Untuk mengetahui sebuah resistor yang rusak atau tidak, dapat menggunakan
wheatstone bridge. Sebuah resistor yang sudah diketahui nilainya (Rs), disambungkan
pada rangkaian wheatstone bridge agar memenuhi persamaan Rs.R2 = R.Rx. Bila sudah
terpasang demikian namun ada arus yang mengalir di galvanometer, berarti resistor
tersebut (Rs) sudah rusak.
13
2.6 Kelebihan dan Kekurangan
Jenis Bridge Kelebihan Kekurangan
Wheatstone Bridge 1. Pengukuran nilai resistor bisa sangat 1. Tidak dapat diterapkan untuk resistor
presisi. dengan nilai yang tinggi.
Wien Bridge 1. Stabilitas frekuensi baik, dan nilainya 1. Membutuhkan banyak komponen.
mudah untuk diatur. 2. Output frekuensi terbatas, tidak bisa
2. Tidak adanya induktor, tidak ada menghasilkan nilai frekuensi yang tinggi.
gangguan dari medan magnet.
3. Menghasilkan gelombang sinus dengan
distorsi yang kecil.
Schering Bridge 1. Di persamaan keseimbangannya, tidak 1. Pada penggunaan voltase yang tinggi
dipengaruhi oleh frekuensi. untuk pengukuran kapasitansi yang kecil,
2. Harganya relatif murah jika diperlukan tegangan dan frekuensi tinggi.
dibandingkan dengan tipe lain.
Maxwell Inductance Bridge 1. Frekuensi tidak terdapat pada kedua 1. Kapasitor variabel standarnya mahal.
persamaannya, maka nilainya tidak 2. Pengukurannya terbatas pada medium
bergantung pada frekuensi. quality coils ( 1<Q<10 ), dan tidak cocok
2. Sangat berguna pada pengukuran untuk nilai Q yang sangat rendah ( Q<1 ).
induktor frekuensi audio pada jarak yang
luas.
Maxwell Wien Bridge 1. Cocok untuk pengukuran medium 1. Tidak cocok untuk pengukuran dengan
quality coils ( 1<Q<10). nilai quality coil yang kecil dan tinggi ( Q<1
2. Pengukurannya tidak bergantung dan Q>10 ).
frekuensi, sehingga lebih akurat. 2. Rangkaiannya membutuhkan kapasitor
variabel standar, yang harganya mahal.
Anderson Bridge 1. Mudah untuk mendapatkan titik 1. Persamaan yang digunakan lebih rumit.
keseimbangannya dibandingkan dengan 2. Penambahan komponen kapasitor
Maxwell Bridge pada kasus (Q < 1). meningkatkan kompleksitasnya.
2. Tidak membutuhkan kapasitor variabel
standar. Hanya membutuhkan kapasitor
tipis bernilai tetap.
3. Memberikan hasil yang akurat untuk
menentukan kapasitansi.
Hays Bridge 1. Pengukuran metode ini sangat cocok 1. Pengukuran tidak cocok untuk nilai Q
untuk high quality coils ( Q>10 ). yang sangat rendah ( Q<1 ).
2. Hanya membutuhkan nilai r4 (gambar
2.7) yang kecil, karena nilai Q tinggi. Nilai
Q dapat ditentukan dengan persamaan :
1
=
4 4
The Owen Bridge 1. Induktor l1 (gambar 2.8), nilainya tidak 1. Menggunakan kapasitor variabel standar,
bergantung frekuensi. yang harganya cukup mahal.
2. Berguna untuk pengukuran induktor
pada jarak yang luas.
De Sauty Bridge 1. Pemasangan rangkaiannya yang mudah. 1. Hasil yang tidak akurat untuk kapasitor
2. Perhitungannya mudah. yang tidak sempurna (terdapat electric
losses), karena sangat sulit untuk
mencapai posisi seimbang pada
rangkaian.
Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan jenis-jenis jembatan
14
BAB III
DATA PRAKTIKUM
15
6 Voltmeter Mengukur nilai tegangan
9 Kabel Menghubungkan
komponen satu dengan
yang lainnya untuk
membentuk rangkaian
percobaan
16
Buat arus pada rangkain sama dengan nol dengan mengatur potensiometer
Hubungkan mulitester dengan potensiometer untuk mengukur besarnya nilai hambatan
Catat hasil pengamatan
17
Gambar 3.3 Rangkaian pengujian sensitivitas Wheatstone Bridge
Sumber : Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017
18
Gambar 3.5 Rangkaian Wheatstone Bridge pada AC
Sumber : Modul Praktikum Listrik Perkapalan 2017
No R1 R2 Rx Rs
1 10k 10k 100 61,0
1k 39
10k 2680
2 10k 1k 100 213
1k 23
10k 1761
3 1k 10k 100 64,3
1k 2
10k 59,8
19
3.3.2 Rangkaian Pengujian Sensitivitas Wheatstone Bridge
20
BAB IV
ANALISIS DATA
Rs
No R1 () R2 () Rx () Rs () Rumus Rs () Error
()
100 61 100 39 39%
1 10k 10k 1k 39 1000 961 96%
10k 2680 10000 7320 73%
100 213 1000 787 79%
2 10k 1k 1k 23 10000 9977 100%
10k 1761 100000 98239 98%
100 64,3 10 54,3 543%
3 1k 10k 1k 2 100 98 98%
10k 59,8 1000 940,2 94%
Tabel 4.1 Perhitungan rangkaian dasar wheatstone bridge
Dapat dilihat bahwa error pengukuran sangat besar. Hal ini kemungkinan terjadi akibat
arus yang kurang stabil dan pembacaan multimeter yang kurang tepat, karena nilai yang
diukur sangat kecil ataupun juga dapat disebabkan oleh multimeter yang digunakan
untuk mengukur nilai dari tahanan Rs yang disebabkan oleh potensiometer.
21
Begitu pula dengan perhitungan R dan R yang berbeda. Dapat dihitung dengan :
Rs = (R . Rx)/R
Contoh perhitungan menggunakan hasil data percobaan :
Rs = (100 . 1k )/ 1k = 100 . Sedangkan pada percobaan didapat hasil Rs = 83 ,
|83 100 |
maka terdapat error sebesar = 100
= 17%.
Dengan cara yang sama, didapatkan data-data sebagai berikut
Rs Arus
Rs Rumus
R1 () R2 () Rasio setimbang setimbang Error
()
() (A)
100 1k 1:10 83 12,9 100 17%
1k 10k 1:10 98,1 9,4 100 2%
10k 100k 1:10 87 2,5 100 13%
100 10k 1:100 6,4 14,1 10 36%
1k 100k 1:100 7 10,1 10 30%
1k 100 10:1 577 25,8 10000 94%
10k 1k 10:1 717 14,8 10000 93%
100k 10k 10:1 1055 2,7 10000 89%
10k 100 100:1 602 28,7 100000 99%
100k 1k 100:1 772 15,8 100000 99%
Tabel 4.3 Perhitungan rangkaian pengujian sensitivitas wheatstone bridge
Dapat dilihat pada tabel 4.3 ketika nilai resitansi R dan R meningkat, maka arusnya akan
menurun. Hal ini sesuai dengan rumus tegangan, V= I .R. Pada kasus ini tegangannya
konstan, sedangkan resistansi dinaikkan, maka arusnya pun menurun.
Adapun error pengukuran sangat besar. Hal ini kemungkinan terjadi akibat arus yang
kurang stabil, atau multimeter yang sudah kurang baik.
Tegangan Rs
R1 () R2 () Rs () Rx () setimbang R/R Rs/Rx Rumus Error
(mV) ()
1k 1k 56 1k 9,3 1 0,056 1000 94%
10k 1k 82 1k 1,4 10 0,082 10000 99%
100k 1k 1250 1k 0 100 1,25 100000 101%
1k 10k 26 1k 22,6 0,1 0,02 100 74%
10k 10k 35 1k 12,2 1 0,035 1000 97%
100k 10k 36 1k 1,5 10 0,03 10000 100%
Tabel 4.4 Perhitungan rangkaian wheatstone bridge pada AC
22
Pada percobaan menggunakkan arus AC, nilai dari tegangan semakin menurun seiring
dengan peningkatan resistansi. Hal ini tidak sesuai dengan rumus dasar tegangan. V=I.R.
Pada kasus ini arus adalah konstan dan nilai resistansi ditingkatkan sehingga nilai dari
tegangan juga seharusnya ikut meningkat. Adapun ketidaksesuaian yang terjadi
disebabkan oleh pengukuran yang tidak teliti dan multimeter yang sudah kurang baik.
23
BAB V
KESIMPULAN
1. Wheatstone bridge berfungsi untuk mengetahui suatu nilai tahanan yang belum diketahui
nilainya dengan cara memasangkannya pada rangkaian wheatstone bridge.
2. Wheatstone bridge merupakan metode pengukuran tahanan listrik dengan ketilitian yang
tinggi.
3. Perhitungan yang akan didapat adalah R1.Rx = R2.Rs, apabila harga R1 dan R2 konstan dan
nilai Rx semakin besar maka Rs semakin besar pula.
4. Nilai arus pada rangkaian harus lah 0 (seimbang) dengan tingkat ketelitian kurang lebih 0,01
mili Ampere. Untuk mendapatkan nilai arus 0 digunakan potensiometer untuk mengatur
besar hambatan yang terpasang.
5. Pada percobaan rangkaian dasar wheatstone bridge, semakin besar nilai Rx semakin besar
pula nilai Rs. Mengikuti rasio dari R1/R2, sesuai dengan persamaan R1.Rx = R2.Rs.
6. Pada percobaan sensitivitas wheatstone bridge, nilai arus berbanding terbalik dengan
resistansi. Jika resistansi semakin besar, maka arus akan mengecil. Sesuai dengan persamaan
V = I.R ( pada kasus ini, nilai tegangan (V) dijaga konstan).
7. Pada percobaan wheatstone bridge menggunakan arus AC, nilai dari tegangan semakin
menurun seiring peningkatan resistansi. Hasil tersebut tidak sesuai dengan rumus V = I.R
(pada kasus ini, arus (I) dijaga konstan), seharusnya tegangan meningkat sesuai dengan
peningkatan resistansi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Electrical4u web pages, 2017. Wheatstone Bridge. [online] Tersedia di: < www.electrical4u.com/wheatstone
bridge-circuit-theory-and-principle> [Diakses pada 27 April 2017}.
Electrical4u web pages, 2017. Anderons Bridge. [online] Tersedia di: < www.electrical4u.com/anderson-
bridge> [Diakses pada 27 April 2017].
Electrical4u web pages, 2017. Owen Bridge Ciruit Advantage. [online] Tersedia di: < www.electrical4u.com/
owen-bridge-circuit -and-advantages> [Diakses pada 27 April 2017].
Electrical4u web pages, 2017. De Sauty Bridge. [online] Tersedia di: <www.electrical4u.com/de-sauty-bridge>
[Diakses pada 27 April 2017].
Wikimedia Foundation Inc., 2017. Bridge Circuit. [online] Tersedia di: <www.wikipedia.org/en/wiki/Bridge_
circuit > [Diakses pada 24 April 2017].
EE Tech Media, LCC., 2017. AC Bridge Circuit. [online] Tersedia di: <www.allaboutcircuits.com/textbook/
alternating-current/chpt-12/ac-bridge-circuits> [Diakses pada 26 April 2017].
Glass Design web pages, 2012. Maxwell Wien Bridge. [online] Tersedia di: <www.electronicsprojects.org/
maxwell-wien-bridge-or-lc-bridge> [Diakses pada 27 April 2017].
25