Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah perkembangan terapi organik dalam psikiatri dimulai sejak
pertengahan tahun 1800-an sampai sekarang, walaupun pada tahun 1960
kumpulan obat psikiatri pada dasarnya adalah yang diketahui saat ini.
Dalam separuh kedua abad ke-20, kemoterapi sebagai terapi untuk
gangguan mental menjadi bidang utama penelitian dan praktek. Hampir
segera setelah diperkenalkannya chlorpromazine pada tahun 1950-an, obat
psikoterapeutik menjadi inti terapi psikiatrik, khususnya untuk pasien
dengan penyakit mental yang serius. 1
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada system saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental prilaku (mind and behavior alterig drugs), digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication). Sedangkan
psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja,
serta farmakologi klinik dari psikotropik.2
Psikofarmakologi berkembang pesat sejak ditemukannya reserpin dan
klorpromazin yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik.
Obat psikotropik dibagi menjagi beberapa golongan, diantaranya :
antipsikosis, anti-depresan, anti-mania, anti-ansietes, anti-insomnia, anti-
panik, dan anti obsesif-kompulsif. Pembagian lainnya dari obat psikotropik
antara lain transquilizer, neuroleptic, anti depresan dan psikomimetika.
Golongan obat psikofarmaka yang banyak dipergunakan adalah obat
antipsikosis, obat anti mania dan obat antidepresi. Penggunaan jenis obat ini
perlu pengawasan yang ketat karena seringkali menimbulkan efek samping
seperti ketergantungan psikologis dan fisik yang dapat mengakibatkan
keracunan obat, depresi dan kehilangan sifat menahan diri, gangguan paru-
paru, gangguan psikomotoris dan iritatif (mudah marah, gelisah dan ansietas
bila obat dihentikan). Oleh sebab itu, banyak variabel yang melekat pada

1
2

praktek psikofarmakologi, termasuk pemilihan obat, peresepan, pemberian,


arti psikodinamika bagi pasien dan pengaruh keluarga serta lingkungan.3
Dengan perkembangannya yang pesat serta banyaknya berbagai
pilihan golongan obat yang tersedia, pengetahuan mengenai terapi
psikofarmakologi sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membahas mengenai terapi psikofarmakologi dalam referat ini.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada system saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental prilaku (mind and behavior alterig drugs), digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication).1,4
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.1

2.2. Prinsip Pemilihan Psikofarmaka


Sebelum memilih obat psikotropika spesifik bagi pasien, seorang
dokter harus menanamkan tujuh hal penting tambahan selain indikasinya.
Dan untuk menjawab tujuh pertanyaan tersebut, seorang dokter
membutuhkan suatu pengetahuan dasar mengenai farmakodinamik (apa
yang obat tersebut lakukan kepada tubuh dalam tingkat neurobiologis) dan
farmakokinetik (apa yang dilakukan tubuh terhadap obat tersebut),
khususnya pada pasien dengan kegagalan organ.5

Berikut merupakan 7 pertanyaan kunci sebelum memilih obat


psikotropika, yaitu antara lain:

1. Sampai sejauh apa obat psikotropika tersebut secara spesifik memiliki


pengaruh positif pada patofisiologi dari penyakit somatik yang
mendasari?
2. Sampai sejauh apa obat psikotropika tersebut secara spesifik memiliki
pengaruh negatif pada patofisiologi dari penyakit somatik yang
mendasari?
4

3. Sampai sejauh apa efek samping dari obat psikotropika tersebut dapat
digunakan untuk mencapai keuntungan simtomatik tambahan?
4. Sampai sejauh apa efek samping obat psikotropika tersebut
menyebabkan efek negatif terhadap simtom?
5. Sampai sejauh apa interaksi antara obat psikotropika tersebut dengan
obat lain yang diminum oleh pasien?
6. Dapatkah pasien meminum obat secara oral atau perlu diberikan
secara intravena?
7. Apakah terdapat kelainan fungsi dari hati atau ginjal dari pasien
hingga metabolisme obat akan menurun sehingga perlu penyesuaian
dosis?

Farmakodinamik
Tiga tipe utama dari reseptor telah diidentifikasi: inotropik (reseptor
aksi cepat); g-protein coupled (reseptor aksi lambat); dan reseptor nuclear.
Kebanyakan obat psiktropika yang digunakan sekarang ditujukan pada
reseptor gandeng protein G, sebagai contoh reseptor serotonergic (5HT),
noradrenaline (NA), dopamine (DA), glutamate (GLU), dan acetylcholine
(ACh). Dewasa ini, obat-obat yang bekerja dengan reseptor inotropik atau
nuclear tidak tersedia untuk tujuan klinis sehari-hari.5
Implikasi paling penting dari efek obat terhadap reseptor adalah
hubungan antara efek profil reseptor (agonis: stimulasi; antagonis:
menghambat) dan respon simptomatik termasuk efek samping. Profil
reseptor dari obat dapat memprediksi respon simptomatik maupun efek
samping. Oleh karena itu dengan mengetahui profil reseptor utama, akan
lebih mudah untuk meresepkan obat yang spesifik untuk satu orang yang
spesifik,memfasilitasi efek yang diinginkan, dan menghindari efek yang
tidak diinginkan. 5
Efek farmakodinamik juga menjadi fokus utama ketika seorang
dokter memberikan obat psikotropika bersamaan dengan obat lainnya.
Sebagai contoh, bila seorang pasien mendapatkan obat serotonergik aktif
setelah mendapatkan obat lain yang bekerja di seroronin, maka akan terjadi
peningkatan risiko dari sindrom serotonergik (interaksi farmakodinamik). 5
5

Farmakokinetik
Fase I Metabolisme dan Sitokrom
Setelah dikonsumsi, obat akan dikeluarkan oleh usus dan hati. Sekitar
50% obat akan dimetabolisme pada fase I. Fase I dari metabolism terdiri atas
oksidasi, reduksi, dan hidrolisis oleh sitokrom p450 (CYP) dan enzim
lainnya. Terdapat variasi wajar pada konsentrasi serum antar individu yang
mengonsumsi obat dalam jumlah yang sama. Ketika seorang pasien tidak
merespon pada dosis reguler, atau menderita dari suatu efek samping yang
cukup kuat, kemungkinan baik kekurangan maupun kelebihan dosis harus
dipertimbangkan. Jika memungkinkan, konsentrasi serum dari obat tersebut
bisa diuukur untuk menentukan tindakan kedepannya. 5
Walau begitu, metabolism dari sebuah obat, sampai batas tertentu,
dapat diprediksi dengan pengetahuan enzimatik dari pasien dan faktor lain
seperti konsumsi alkohol, merokok dan diet. Enzim-enzim dari subfamili
P450-3A dari sitokrom (CYP-3A) adalah sitokrom hepatik terbanyak pada
manusia. Isoform dari CYP-3A memediasi biotransformasi dari banyak obat
termasuk sejumlah agen psikotropika, kardiak, analgesik, hormonal,
immunosupresan, antineoplastik, dan antihistamin. 5

Fase II Metabolisme dan Konjugasi Glukoronid


Mengikuti fase I, metabolisme fase II ditandai dengan konjugasi
glukoronid plus sulphate dan mercapturic acid. Metabolit yang terbentuk
dari proses ini bersifat larut air dan diekskresikan ke urin. Konjugasi
glukoronid diinduksi oleh rokok dan berkurang dengan alkohol. Masih
banyak riset yang dibutuhkan untuk memahami efek dari penyakit (sebagai
contoh penyakit-penyakit ginjal dan hati) terhadap aktivitas metabolik.
Begitupun juga dengan tranplantasi hati dan pengaruhnya dalam
metabolisme obat sebagaimana hal nya peranan dalam aktivitas metabolisme
obat sebagai etiologi dari perkembangan penyakit itu sendiri. Terlepas dari
kekurangannya pengetahuan mengenai hal tersebut, pengalaman klinis
menunjukkan bahwa bahkan pada pasien yang secara medis sakit somatik
6

parah, dapat ditatalaksana dengan obat psikotropika tanpa adanya


komplikasi berat jika praktisi memberikan perhatian pada mekanisme
farmakokinetik dasar yang telah dirangkum sebelumnya. 5

2.3. Penggolongan Obat Psikotropik


Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-
panik, dan anti obsesif-kompulsif. Penggolongan ini menganut asas :
a. Kesamaan efek terhadap supresi gejala sasaran
b. Kesamaan dalam susunan kimiawi obat
c. Kesamaan dalam mekanisme kerja obat
Obat yang sudah masuk dalam satu golongan tertentu, dapat masuk ke
golongan lain sesuai dengan efek klinisnya yang berbeda.2

2.3.1. Obat Anti-Psikosis


Obat anti psikosis mempunyai beberapa sinonim antara lain:
neuroleptik, tranquilizer mayor, ataractics, antipsychotics,
neuroleptica. Dan sebagai obat acuan adalah Chlorpromazine
(CPZ).2

1) Penggolongan2
a. Obat anti psikosis tipikal
1) Rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)
Rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)
Trifluoperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
2) Butyrophenone : Haloperidol (Haldol)
3) Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide (Orap)
b. Obat anti psikosis atipikal
1) Benzamide : Supiride (Dogmatil)
2) Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)
Olanzapine (Zyprexa)
Quetiapine (Seroquel)
Zotepine (Ludopin)
3) Benzisoxazole : Risperidon (Risperdal)
Aripirazole (Abilify)
7

2) Mekanisme Kerja2
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah
memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di
otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
(dopamine D2 reseptor antagonists. Sedangkan obat anti-
psikosis yang baru (atipikal) disamping berafinitas terhadap D2
receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors
(Serotonin-dopamine antagonists)
3) Pengaturan dosis2
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
a. Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
b. Waktu paruh : 12 14 jam (pemberian obat 1 2x perhari)
c. Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi
dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam
lebih besar) sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup
pasien
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran,
dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif
(mulai timbul perederan sindrom psikosis) dievaluasi setiap 2
minggu dan bila perlu dianaikkan dosis optimal
dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan
setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan
6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/ minggu)
tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop
4) Lama Pemberian2
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis tang
episode terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan paling
selama 5 tahun. Pemberian yang cukup lama ini dapat
menunjukkan derajat kekambuhan 2,5 5 kali.
Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis sebaiknya
dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua
gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif
singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya dalam
kurun waktu 2 minggu 2 bulan.
8

No. Nama Nama Dagang Sediaan Dosis


Generik Anjuran
1. Chlorpromazi Largatil (Rin- Tab. 25 mg 150-600
100 mg
-ne Poulene) mg/h
Promactil
(Combiphar)
Meprosetil
Amp. 25
(Meprofamr)
Ethibernal mg/ml
(Ethica)
2. Haloperidol Serenace Tab.0,5 mg 5-15
1,5 & 5 mg
(Searle) mg/h
Amp. 5
mg/ml
Haldol Tab.0,5 mg
2 mg
(Janssen)
Tab. 2 mg
Govotil
5 mg
(Guardian
Tab. 2 mg
Pharmatama)
5 mg
Lodomer
Amp. 50 mg/
(Mersifarma) 50 mg/ml 24
Haldol
minggu
Decanoas
(Janssen)
3. Perphenazine Trilafon Tab 2 mg 12-24
4 & 8 mg
(schering) mg/h
4. Fluphenazine Anatensol Tab.2,5 mg 10-15
(B-M-Squibb) 5 mg
mg/h
Fluphenazine Modecate Vial
25mg/ 2-
(B-M-Squibb) 25 mg/ml
-deconoate
4 minggu
5. Triflouperazi Stelazine Tab.1-5 mg 10-15
ne (Smith-Kline) mg/h
6. Thioridazine Melleril Tab. 150-399
50100 mg
(Novaris) mg/h
9

7. Sulpiride Dogmatil Forte Amp. 300-600


50 mg/ml
(Delagrage) mg/h
Tab.
200 mg
8. Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2-4 mg/h
(Janssen)
9. Risperidone Risperdal Tab. 2-6 mg/h
1,2,3 mg
(Janssen)
Tab.
Neripros
1,2,3 mg
(Pharos) Tab. 2 mg
Persidal-2
Tab.
(Mersifarma)
1,2,3 mg
Rizodal
(Guardian
Pharmatama)
10 Clopazine Clozaril Tab. 25 mg 25 100
100 mg
(Novartis) mg/h
11. Quetiapine Seroquel (Astra Tab. 25 mg 50 400
100 mg
Zeneca) mg/h
12. Olanzapine Zyprexa (Eli Tab. 5 mg 10 20
10 mg
Lilly) mg/h
Sumber : Maslim, 2003

2.3.2. Obat Anti-Depresi


Depresi adalah gangguan yang heterogen. Ada beberapa
klasifikasi depresi menrut DSM-III yang dikeluarkan oleh beberapa
ahli psikiatri di Amerika. Secara sederhana pembagian depresi
adalah sebagai berikut :4
1. Depresi reaktif skunder
Paling umum dijumpai sebagai respon terhadap penyebab
nyata, misalkan: penyakit dan kesedihan. Dulu dikenal sebagai
depresi eksogen.
2. Depresi endogen
10

Merupakan gangguan biokimia yang ditentukan secara


genetik, bermanifestasi sebagai ketidakmampuan untuk
mengatasi sters yang biasa.
3. Depresi yang berhubungan dengan gangguan afektif bipolar,
yaitu depresi dan mania yang terjadi bergantian.
Obat antidepresan mempunyai bebrap sinonim antaralain
timoleptik, psychic energizer, anti depresan. Dan sebagai obat
acuan yaitu amitriptyline.
1) Penggolongan2
a. Obat anti depresi trisiklik : Tricyclic antidepressants
Contoh: Amitripyline, Imipramine, Clornipramine,
Tianeptine, Opipramol
b. Obat anti depresi tetrasiklik
Contoh: Magrotiline, Miaserin, Amoxapine
c. Obat anti MAIO-Reversible : Reversible Inhibitor Of
Monoamine Oxydase A (RIMA)
Contoh: Moclobemide
d. Obat anti depresi atipikal
Contoh: Trazodone, Traneptine, Mirtazapine
e. Obat anti depresi SSRI (Selective Seretonin Reuptake
Inhibitor)
Contoh: Sertaline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine,
Citalopram
2) Mekanisme Kerja4
Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah :
a. Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter
b. Menghambat penghancuran olehenzim Monoamine
Oxidase
Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic
neurotransmitter pada sinaps neuron di SSP.
3) Pengarutan Dosis2
a. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
Onset efek primer : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam
Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x/hari)
b. Ada 5 proses pengaturan dosis
Initialing dosage (test dose) : untuk mencapai dosis
anjuran selama minggu I.
11

Titrating dose (optimal dose) : mulai dosis anjuran sampai


mencapai dosis efektif dosis optimal
Stabilizing dosage (stabilizing dose) : dosis optimal
dipertahankan selama 2-3 bulan
Maintaning dosage (maintanance dose) : selama 3-6 bulan.
Biasanya dosis pemeliharaan = dosis optimal
Tapering dosage (tapering dose) : selama 1 bulan,
kebalikan dari initiaing dosage
Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan
total. Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses
dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
c. Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada
malam hari (single dose before sleep) untuk golongan Tiriklik
dan Tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan pagi.
4) Lama Pemberian2
Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam
jangka panjang karena addiction potentialnya sangat
minimal.
No. Nama Nama Dagang Sediaan Dosis
Generik Anjuran
1. Amitrptyline Amitripyline Drag. 75 150
25 mg
(Indofarma) mg/h
2. Amoxapine Asendidn Tab. 200
(Lederle) 100 mg 300 mg/h
3. Tianeptine Stablon Tab. 25 50
(Servier) 12,5 mg mg/h
4. Clomipramine Anafranil Tab. 25 mg 75 150
(Novartis) mg/h
5. Imipramine Tofranil Tab. 25 mg 75 150
(Novratis) mg/h
6. Moclobemide Aurorix Tab. 300 -600
(Roche) 150 mg mg/h
7. Maprotiline Ludiomil Tab. 10 mg 75 150
25 mg
(Novartis) mg/h
50 mg
12

8. Mianserin Tolvon Tab. 10 mg 30 60


30 mg
(Organon) mg/h
9. Opipramol Insidon Tab. 50 mg 50 150
(Novartis) mg/h
10 Sertaline Zoloft (Prifizer) Tab. 50 mg 50 100
mg/h
11. Trazodone Trazone Tab. 50 mg 100
100 mg
(Kalbe) 200 mg/h
12. Paroxetine Seroxat (Smith- Tab. 20 mg 20 40
Kline) mg/h
13. Fluvoxamine Luvox (Solvay Tab. 50 mg 50 100
Pharma) mg/h
14 Fluxetine Prozac (Aly Cap. 20 mg 20 40
Lilly) mg/h
Caplet
Nopres (Dexa
20 mg
Medica) Cap. 20 mg
Andep
Cap.
(Medikon)
10 20 mg
Antipresin
Tab. 20 mg
(Pharos) Caplet
Caurage (Soho) 10 mg
Cap. 20 mg

Kalxetin
(Kalbe)
15. Citalopram Cilpram Tab. 20 mg 20 60
(Lundbeck) mg/h
16. Mitrazapine Remeron Tab. 30 mg 15 45
(Organon) mg/h
Sumber : Maslim, 2003

2.3.3. Obat Anti-Mania


Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain
mood modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam
membicarakan obat antimania yang menjadi acuan adalah litium
karbonat. 2
13

1) Penggolongan2
a. Mania akut : Haloperidol (Haldol, Searle, Govotil)
Carbamazepine (tegretol, Bamgetol)
Valproic Acid (Depaken)
Divalproex Na (Depakote)
b. Profilaksis mania : Lithium Carbonate
2) Mekanisme Kerja2
Efek anti-mania dari Lithium disebabkan
kemampuannya mengurangi dopamine receptor
supersensitivity, meningkatkan cholinrgic-muscarinic
activity dan menghambat cyclic AMP (adenosine
monophosphate) dan phosphoinositides
3) Pengaturan Dosis2
Biasanya preparat Lithium yang digunakan adalah Lithium
Carbonate mulai dengan 250-500 mg/h diberikan 1-2 kali sehari
dinaikkan 250 mg/h setiap minggu, diukur serum lithium setiap
minggu sampai diketahui kadar serum lithium berefek klinik
terapeutik (0,8-1,2 Meq/L). Biasanya dosis efektif dan optimal
berkisar 1000-1500 mg/h. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan
kemudian diturunkan menjadi dosis maintenance, konsentrasi
serum lithium yang dianjurkan untuk mencegah kekambuhan
(profilaksis) berkisar antara 0,5-0,8 mEq/L.
Untuk mengurangi efek samping pada saluran makanan
(mual, muntah, diare) lithium carbonate diberikan setelah
makan.
4) Lama Pemberian2
a. Pada penggunaan untuk sindrom mania akut setalah gejala-
gejala mereda, lithium carbonate harus diteruskan sampai
lebih dari 6 bulan, dihentikan secara gradual (tapering off)
bila memang tidak ada indikasi lagi.
b. Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar penggunaan harus
diteruskan sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi
14

profilaksis serangan sindrom mania/depresi. Penggunaan jangka


panjang ini sebaiknya dalam dosis minimum dengan akdar serum
lithium terendah yang masi efektif untuk terapi profilaksis.
No. Nama Nama Sediaan Dosis
Generik Dagang Anjuran
1. Lithium 250
Carbonate 500 mg/h
2. Haloperidol Haldol Tab. 4,5 1,5
0,52,5 mg
(Janssen) mg/h
Tab
Serenace
0,5-1,55mg
(Searle) 5 mg
Liq.
2 mg/ml (im) tiap
Amp.
30 menit,
5 mg/ml
Tab. maks.
Govotil
2-5 mg 45 mg/h
(Guardian Ph) 4,5-1,5
mg/h
3. Carbamazepi- Tegretol Tab. 400-600
ne (Novartis) 200 mg mg/h
Bamgetol Caplet 2 3 x
(Mersifarma- 200 mg perhari
ka)
4. Valproic Acid Depakene Syr.250 3 x 250
(Abbott) mg/5 ml mg/h
5. Divalproex Na. Depakote Tab. 3 x 250
(Abbott) 250 mg mg/h
Sumber : Maslim, 2003

2.3.4. Obat Anti-Anxietas


Obat anti ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain
psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik. Dalam
membicarakan obat antiansietas yang menjadi obat acuan adalah
diazepam atau klordiazepoksid.2
1) Penggolongan2
a. Benzodiazepine
15

Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam,


Bromazam, Oazolam, Clorazapate, Alprazolam, Prazepam
b. Non-benzodiazepine
Sulpiride, Buspirone, Hydroxyzine
2) Mekanisme Kerja2
Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan
reseptornya (benzodiazepin receptors) akan meng-reinforce the
inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas
dari sistem limbik SSP yang tediri atas dopaminergic,
noradrenergic, serotoninergic neurons yang di kendalikan oleh
GABA-ergic neurons mereda.
3) Pengaturan Dosis2
a. Steady state (keadaan dengan jumlah obat yang masuk
kedalam badans ama dengan jumlah obat yang keluar dari
badan) dicapai setelah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari.
Onset of action cepat dan langsung memberikan efek.
b. Efek klinis terlihat apabila kadar obat di dalam darah telah
mencapai stedy state
c. Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) naikan dosis
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal ->
dipertahankan 2-3 minggu diturunkan 1/8 x setiap 2-4
minggu dosis minimal yang masih efektif (maintenance
dose) bila kambuh dinaikkan lagi dan bila tetap efektif
pertahankan 4-8 minggu tapering off
4) Lama Pemberian2
a. Pada sindrom anxietas yang dsebabkan oleh faktor eksternal
pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan
b. Pemberian yang sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila
sindrom anxietas dapat diramalkan waktu datangnys dan
hanya pada situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering
c. Penghentian selalalu secara bertahap agar tidak
menimbulakan gejala lepas obat.
16

No. Nama Nama Sediaan Dosis


Generik Dagang Anjuran
1. Diazepam Diazepin Tab. Oral 10-
2-5 mg
(Kimia 30 mg/h
Farma)
2. Klordiazepoks Cetabrium Drg. 15-30
5-10 mg
oid (Soho) mg/h
Cap. 5 mg
Tensinyl 2-3x/h
(Medicham)
3. Lorazepam Ativan Tab. 2-3 x 1
0,5-1,2 mg
(Wyeth) mg/h
Tab. 1 mg
Renaquil
(Fahrenheit)
4. Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 10
(Aventis Ph) mg/h
Tab. 10 mg
Clobazam-
DM (Dexa
Medica)
5. Brumazepin Lexotan Tab. 3 x 1,5
1,5-3-6 mg
(Roche) mg/h
6. Oksazolom Serenal-10 Drg. 10 mg 2-3 x 10
(Sankyo) mg/h
7. Klorazepat Tranxene 5-10 Cap. 2-3 x 5
5-10 mg
(Kenrose) mg/h

8. Xanax 3x0,25
Alprazolam Tab.
(Upjohn) 0,25-0,5-1 0,5 mg/h

Alganax mg
Tab.
(Guardian Ph) 0,25-0,5-1
mg
9. Prazepam Equipax Tab. 5 mg 2-3 x 5
(Parke Davis) mg/h
17

10 Sulpirid Dogmatil Cap. 50 mg 100-200


(Soho) mg/h
11. Buspiron Buspar (Bistol Tab. 10 mg 15-30
Myers) mg/h
Tab. 10 mg
Tran-Q
(guardian Ph)
Sumber : Maslim, 2003

2.3..5. Obat Anti-Insomnia


Obat anti insomnia mempunyai beberapa sinonim antaralain
hipnotik, somnifacient, atau hipnotika hipnotik, somnifacient, atau
hipnotika dan somnifasien. Obat yang menjadi acuan adalah
fenobarbital. 2
1) Penggolongan2
a. Benzodiazepine : Nitrazepam, Triazolam, Estazolam
b. Non-benzodiazepine : Chloral Hydrate, Phenobarbital
2) Mekanisme Kerja2
Proses tidur : siklus tidur yang terdiri dari
a. Stadium jaga : wake
b. Stadium 1 : gelombang alfa, beta, delta
c. Stadium 2 : gelombang delta 20%
d. Stadium 3 : gelombang delta 20-50%
e. Stadium 4 : gelombang delta >50% = delta sleep
f. Stadium REM : Rapid Eye Movement (REM sleep)
Obat anti-depresi trisiklik dan tetrasiklik menekan dan
menghilangkan REM sleep dan meningkatkan delta sleep
sehingga pasien tidur nyaman dan tidak terganggu mimpi buruk.
Bila obat mendadak dihentikan terjadi REM rebound dimana
pasien akan mengalami mimpi-mimpi buruk lagi.
3) Pengaturan Dosis2
a. Pemberian tungal dosis anjuran 15 30 sebelum pergi tidur
b. Dosis awal dapat dinaikkan smapai mencapai dosis efektif
dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya
tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound dan
toleransi obat)
4) Lama Pemberian2
Pemakaian obat anti insomnia sebaiknya sekitar 1-2
minggu saja. Tidak lebih dari 2 minggu agar resiko
18

ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat


menimbulkan perubahan sleep EEG yang menetap sekitar 6
bulan lamanya.

No. Nama Nama Dagang Sediaan Dosis


Generik Anjuran
1. Nitrazepam Dumolid Tab. 5 mg Dewasa
(alpharma) 2 tab
Lansia 1
tab
2. Triazolam Halcion (Up Tab. Dewasa
john) 0,125 mg 2 tab
lansia 1
tab
Tab. Dewasa
0,250 mg 1 tab
lansia
tab
3. Estazolam Esilgan Tab. 1 mg 1-2
(takeda) Tab. 2 mg mg/mala
m
4. Chloral Chloralydrat Soft cap. 12 cap
Hydrate (Darya-Varia) 500 mg 1520
sebelum
tidur
Sumber : Maslim, 2003

2.3.6. Obat Anti-Obsesif Kompulsif


Obat yang menjadi acuan adalah klompramine. Obat ini dapat
digolongkan atas : obat anti osesi kompulsi trisiklik (klompramine)
19

dan obat anti obsesi kompulsi SSRI (sentrali paroksin, flovokamin


dan fluoksetin). 2

1) Penggolongan2
a. Obat anti obsesif kompulsif Trisiklik
Contoh: Clomipramine
b. Obat anti obsesif kompulsif SSRI
Contoh: Sertaline, Paroxetine, Flavoxamine, Fluoxetine,
Citalopram
2) Mekanisme Kerja2
Mekanisme kerja obat anti obsesif kompulsif adalah
sebagai serotonin reuptake blockers (menghambat re-uptake
neurotransmitter serotonin) sehingga hipersensitivitas tersebut
berkurang.
3) Pengaturan Dosis2
a. Mulai dari dosis rendah untuk penyesuaian efek samping,
namun dosis ini umumnya lebih tinggi dari dosis sebagai
anti-depresi, clomipramine mulai dengan 25-50 mg/hari
(dosis tunggal pada malam hari, waktu paruhnya 10 sampai
20 jam), dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25
mg/h sampai tercapai dosis efektif yang mempu
mengendalikan sindrom obsesif kompulsif (biasanya sampai
200-300 mg/h) dan ini sangat tergantung pada toleransi
penderita terhadap efek samping obat.
b. Dosis pemberian (maintenance) umumnya agak tinggi,
meskipun sifatnya individual. Clomipramine sekitar 100-200
mg/h dan Sertaline sekitar 100 mg/hari, serta bertahan untuk
jangka waktu yang lama (1-2 tahun), sambil terapi perilaku
dan psikoterapi lain.
c. Sebelum dihentikan pengurangan dosis secara tapering off.
4) Lama Pemberian2
a. Meskipun respon obat sudah terlihat dalam 1 sampai 2
minggu untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya
20

diperlukan waktu 2 sampai 3 bulan dengan dosis antara 75-


225 mg/hr
b. Batas lamanya pemberian obat berisfat individual, umumnya
diatas 6 bulan sampai tahunan, kemudian dihentikan secara
bertahap bila kondisi penderita sudah memungkinkan
c. Obat golongan trisiklik dan SSRI termasuk tidak berpotensi
menimbulkan ketergantungan obat

2.3.7. Obat Anti-Panik


Dalam membicarakan antipanik yang menjadi obat acuan
adalah imipramin.2
1) Penggolongan2
a. Obat anti panik trisiklik (contoh : imipramin, klomipramin)
b. Obat anti panik benzodiazepin ( contoh : alprazolam)
c. Obat anti panik RIMA (Reversible Inhibitors of Monoamine
Oxydase-A (contoh : mokoblemid)
d. Obat antipanik SSRI (contoh : sertalin, fluoksetin, paroksetin
dan fluoksamin)
2) Mekanisme Kerja2
Mekanisme kerja obat anti panik adalah menghambat
reuptake serotonin pada celah sinaptik antar neuron, sehingga
pada awalnya terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas
reseptor (timbul gejala efek samping anxietas, agitas, insomnia),
sekitar 2 sampai 4 minggu kemudian seiring dengan
peningkatan serotonin terjadi penurunan sensitivitas reseptor.
Penurunan sensitivitas reseptor tersebut berkaitan deangan
penurunan serangan panik dan juga gejala depresi yang
menyertai akan berkurang pula. Penuruna hipersensitivitas
melalui dua fase tersebut disebut juga efek blasik.
3) Pengaturan Dosis2
a. Mulai dengan dosis rendah, secara perlahan-lahan dosis
dinaikkan dalam bebrapa minggu untuk menimalkan efek
samping dan mencegah terjadinya toleransi obat. Dosis
efektif biasanya dicapai dalam waktu 2-3 bulam.
21

b. Dosis pemeliharaan (maintenance) umumnya agak tinggi,


meskupun sifatnya individual, Imipramine / Clomipramine
sekitar 100-200 mg/h dan Sertaline sekitar 100 mg/hr serta
bertahan untuk jangka waktu yang lama 1-2 tahun.
4) Lama Pemberian2
a. Batas lamaanya pemberian obat bersifat individual, umumnya
selama 6 bulan sampai 12 bulan, kemudia dihentikan secara
bertahap selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah
memungkinkan (bebas gejala dalam kurun waktu tertentu).
b. Dalam waktu 3 bulan setelah bebas obat, sekitar 75%
penderita menunjukkan gejala kambuh. Dalam hal ini maka
pemberian obat dengan dosis semual diulangi untuks elama 2
tahun. Setelah itu dicoba lagi dihentikan dengan perlahan-
lahan dalam kurun waktu 3 bulan, dan seterusnya.

No. Nama Nama Sediaan Dosis


Generik Dagang Anjuran
1. Imipramine Tofranil Tab. 25 mg 75-150 mg/h
(Novartis)
2. Clomipramine Anafranil Tab. 25 mg 75-150 mg/h
(Novartis)
3. Alprazol Xanax Tab.0,25 mg, 2-4 mg/h
(Upjohn) Tab. 0,5 mg
Tab. 1 mg
4. Moclobemid Aurorix Tab. 150 mg 300-600
(Floche) mg/h
5. Sertralin Zoloft Tab. 50 mg 50-100 mg/h
(Pfizer)
6. Fluoxetin Prozac (Eli Cap. 20 mg 20-40 mg/h
Lilly)
Nopres Caplet 20 mg
(Dexa
Medica)
Andep Cap. 20 mg
(Medikon)
22

Antiprestin Cap. 10-20 mg


(Pharos)
Courage Tab. 20 mg
(Soho)
Kalxetin Cap. 20 mg
(Kalbe)
7. Parocetin Seroxat Tab. 20 mg 20-40 mg/h
(Smith-
Kline)

8. Fluvoxamin Luvox Tab. 50 mg 50-100 mg/h


(solvay
Pharma)
9. Citalopram Cipram Tab. 20 mg 20-40 mg/h
(Lundbeck)
Sumber : Maslim, 2003

2.4. Psikoterapi
2.4.1. Definisi
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran
terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola
pikiran, perasaan dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri
individu tersebut.6
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan
cara-cara psikologik, dilakukan oleh seorang yang terlatih khusus,
yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan
seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah
atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit.7
2.4.2. Tujuan 6
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan
yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan
23

2.4.3. Jenis jenis Psikoterapi7


1. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
a. Psikoterapi Suportif
1) Mendukung fungsi-fungsi ego, atau memperkuat
mekanisme defense yang ada
2) Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki
dengan yang baru dan lebih baik
3) Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih
adaptif
b. Psikoterapi Reduktif
Mengubah pola prilakuu dengan meniadakan kebiasaan
(habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih
menguntungkan.
c. Psikoterapi Rekonstruktif
Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik
nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas
struktur kepribadian seseorang.
2. Menurut dalamnya psikoterapi
a. Superficial yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses
pada permukaan, tidak menyentuh hal-hal nirsadar atau
materi yang direpresi.
b. Mendalam (deep) yaitu yang menangani hal atau proses yang
tersimpan falam alam nirsadar atau materi yang direpresi.
3. Menurut konsep teoritis tentang motivasi prilaku
a. Psikoterapi prilaku atau behavioral (kelainan mental-
emosional dianggap teratasi bila deviasi prilaku telah
dikoreksi).
b. Psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi
sambungan kognitif automatis yang keliru.
c. Psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan,
keinginan, dorongan, ketakutan,dll. yang nirsadar kedalam
kesadaran)
4. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi
individual dan kelompok (terapi material, terapi keluarga, terapi
kelompok)
a. Terapi material atau pasangan diindikasikan bila ada problem
di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi, dll.
24

b. Terapi keluarga dilakukan bila struktur dan fungsi dalam


suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila
salah satu anggita keluarga mengalami gangguan jiwa, akan
mempenaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan
sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan
serta prognosis pasien.

2.5. Efek Samping Obat-obat Psikotropik8


Tergantung pada sensitivitas dan keadaan badan pasien, terdapat
banyak efek samping yang mungkin timbul, karena obat psikotropik,
terutama neuroleptika seperti:
1. Psikiatrik :
a. Berbalik menjadi hipomanik
b. Gejalagejala sindroma otak organik yang akut (exsitasi, stupor,
delirium)
2. Neurologik :
a. Tremor
b. Parkinsonisma
c. Diskinesia : mata terputar ke atas (occulogyric crisis), tortiocollis,
lidah terkeluar (protusio), sukar menelan, semua karena spasme otot-
otot ini.
d. Akatisia : tidak dapat duduk lama di satu tempat, berjalanjalan
seperti gelisah.
3. Otonomik (vegetatif) atau hormonal :
a. Rasa mengantuk
b. Rasa lelah
c. Hipotensi ortostatik
d. Rasa mulut kering
e. Takikardia
f. Kesukaran kencing kadang kadang sampai retensi, terutama dengan
antidepresan trisiklik
g. Konstipasi
h. Gangguan menstruasi
i. Galaktorea
j. Penurunan potensi dan/atau libido sexual atau jangka waktu mencapai
orgasme diperpanjang hingga anorgasme kadang kadang.
k. Gangguan akomodasi
l. Rasa mabuk atau ringan dalam kepala
25

m. Hipersalivasi
4. Lain lain :
a. Alergi
b. Ikterus
c. Fotosensitivitas
d. Kenaikan berat badan
e. Leukopenia/agranulositosa
26

BAB III
KESIMPULAN

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif
pada system saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas
mental prilaku (mind and behavior alterig drugs), digunakan untuk terapi
gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication). Sedangkan psikofarmakologi
adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja, serta farmakologi klinik
dari psikotropik.
Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan
anti obsesif-kompulsif.
Golongan obat psikofarmaka yang banyak dipergunakan adalah obat
antipsikosis, obat anti mania dan obat antidepresi. Penggunaan jenis obat ini perlu
pengawasan yang ketat karena seringkali menimbulkan efek samping seperti
ketergantungan psikologis dan fisik yang dapat mengakibatkan keracunan obat,
depresi dan kehilangan sifat menahan diri, gangguan paru-paru, gangguan
psikomotoris dan iritatif (mudah marah, gelisah dan ansietas bila obat dihentikan).
Oleh sebab itu, banyak variabel yang melekat pada praktek psikofarmakologi,
termasuk pemilihan obat, peresepan, pemberian, arti psikodinamika bagi pasien
dan pengaruh keluarga serta lingkungan.
Selain psikotropik ada terapi yang lain untuk gangguan jiwa yaitu terapi
psikoterapi, psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-
cara psikologik, dilakukan oleh seorang yang terlatih khusus, yang menjalin
hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan
untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan
akibat penyakit. Psikoterapi perlu diberikan agar tujuan terapeutik dapat tercapai
dan dapat menciptakan dan memelihara hubungan optimal antara dokter dan
pasien.
27

DAFTAR PUSTAKA

1. Andri. Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis


Penderita Usia Lanjut Volume 59. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta. 2009. Pp 444-49.
2. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Edisi Ketiga. Jakarta. 2003.
3. Metta, Sinta Sari & Santoso, Sarjono O. Psikotropik dalam Farmakologi
dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Gaya Baru. Jakarta. 2005. Hal 148-62.
4. Katzung, Drugs That Act in the Central Nervous. Dalam Basic And
Clinical Pharmacology. 10th Ed. 2006.
5. Lloyd, Geoffrey., dan Elspeth Guthrie. Handbook of Liaison Psychiatry.
New York: Cambridge University Press. 2007.
6. Mansjoer, Arif., dkk. Psikoterapi Suportif dalam Kapita Selekta
Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Media
Aesculapius. 2001. Hal 247-249
7. Elvira SD. Psikoterapi dalam Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta . 2010. Hal 361-368.
8. Maramis WF. Pengobatan dalam Ilmu Kedokteran Jiwa. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. 2005. Hal 457
79.

Anda mungkin juga menyukai