Tenaga Kerja yang kompeten merupakan syarat penting untuk semua profesi
kesehatan. Kapasitas yang harus dimiliki meliputi semua yang dilakukan berlandaskan untuk
meningkatkan hasil terapi, kualitas hidup pasien, untuk kemajuan bidang ilmiah dan
peningkatan kesehatan masyarakat yang bergantung pada landasan kompetensi. Adapun
kerangka kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi yang mengacu pada pengetahuan,
keterampilan sikap dan perilaku yang dikembangkan individu melalui pendidikan, pelatihan
dan pengalaman kerja individu yang dapat berkontribusi kedepan dalam perkembangan
kinerja profesional kesehatan yang efektif dan berkelanjutan.
Profesi kesehatan pertama yang menerapkan konsep Global Competency Framework
adalah ilmu kedokteran. Federasi Pendidikan Wajib Belajar Dunia (WFME) didefinisikan
untuk pendidikan kedokteran dasar, dengan memperhitungkan variasi kondisi berbagai
negara karena perbedaan dalam pengajaran, budaya, kondisi sosial ekonomi dan sistem
kesehatan, dan lainnya. Seperti halnya WFME, FIP (Satuan Pendidikan Farmasi) meyakini
bahwa Farmasi juga memerlukan panduan kompetensi global untuk layanan kefarmasian.
Global Competency Framework bertindak sebagai alat pemetaan (yang menurut
sifatnya akan terus berlanjut seiring perkembangan profesi). Dokumen ini akan memiliki
peran penting dan kegunaan bagi para pemimpin, pendidik, regulator dan praktisi yang
bekerja menuju harmonisasi global berbasis praktik bagi para praktisi kesehatan.
Pengembangan Rancangan Global Competency Framework dimulai dengan pencarian
literatur (2008) dan survei global (2009), kemudian 47 dokumen diambil dan dikelompokkan
ke dalam kategori (misalnya, kerangka kerja kompetensi, praktik farmasi yang baik, atau
dokumen peraturan). Delapan dokumen terkait erat dengan kerangka kerja pengembangan
pendidikan untuk para praktisi meliputi dokumen dari negara Australia, Kanada, FIP, New
Zealand, Thailand, Inggris, Amerika dan Zambia.