Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEUANGAN BISNIS

ANALISIS RASIO KEUANGAN

Dosen Pembimbing : Nuraeni, S.Sos., M.AB

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Aulia Variska (201569100033)


2. Dewi Karimatus (201569100020)
3. M. Nidham (201569100017)

Program Studi Ilmu Administrasi Niaga

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Yudharta Pasuruan

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang analisis rasio keuangan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.Kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Purwosari, Maret 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakan....1


1.2 Rumusan Masalah.1
1.3 Tujuan...2

Bab II Pembahasan

2.1 Tata Cara Pelunasan Bea Materai dengan Membubuhkan Tanda Bea Materai

Lunas Dengan Mesin Teraan....3

2.2 Tata Cara Pelunasan Bea Materai Dengan Membubuhkan Tanda Bea Materai

Lunas Dengan Teknologi Percetakan..9

2.3 Tata Cara Pelunasan Bea Materai dengan Membubuhkan Tanda Bea Materai
Lunas Dengan Sistem Komputerisasi..13
2.4 Pemateraian Kemudian....16
2.5 Ketentuan khusus, kedaluarsa, dan ketentuan pidana..19

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan...22
3.2 Saran.22

Daftar Pustaka23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rasio Financial (Rasio Keuangan) merupakan alat Analisis Perusahaan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada
laporan pos keuangan (neraca, laporan/laba rugi, laporan arus kas). Rasio merupakan alat
ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggam-
barkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah
yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau po-
sisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan,
seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan
dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam aritmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio banyak sekali, karena dapat dibuat
menurut kebutuhan penganalisis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian dan kegunaan analisis rasio keuangan !


2. Menjelaskan metode perbandingan rasio keuangan !
3. Menjelaskan jenis-jenis rasio keuangan !
4. Menjelaskan perhitungan analisis rasio keuangan !

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan kegunaan rasio keuangan.


2. Untuk mengetahui perbandingan rasio keuangan.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis rasio keuangan.
4. Untuk mengetahui perhitungan analisis rasio keuangan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rasio

Rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua
macam data finansial (Bambang Riyanto, 1996:329). Pancawati Hardiningsih (2002:85),
rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu
laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa
rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang
baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka
tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard
(Munawir,2004:64). Pancawati Hardiningsih (2002:85), manfaat analisis rasio pada
dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi
pihak luar. Rasio-rasio ini mempermudah upaya pembandingan kinerja perusahaan dari
tahun ke tahun (time series) atau dengan perusahaan lain (cross section) dalam industri
yang sama.

2.1.1 Analisis Rasio

Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar


perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi
dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio
paling bermanfaat bile berorientasi ke depan artinya kita sering menyesuaikan
faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di
masa depan.

2.2 Pengertian Keuangan

Keuangan adalah Administrasi yang mengurusi keluar masuknya uang dalam suatu
lembaga. Sedangkan pengertian uang sendiri adalah alat tukar atau standat pengukuran
nilai (kesatuan atau hitungan) yang sah. Pengertian uang yang lain adalah harga atau
kekayaan.Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan

2
operasinya. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:34), pengertian
keuangan sebagai berikut: Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang
yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan
berhubungan dengan proses, lembaga,pasar, dan instrumen yang terlibat dalam transfer
uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.

2.3 Rasio Keuangan

2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio Keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan


laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja pe-
rusahaan. Menurut Harahap (1999 : 297) rasio keuangan adalah angka yang di-
peroleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan atau berarti.Rasio keu-
angan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan da-
lam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild, Subraman-
yam,dan Halsey (2005 : 36) Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan
terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan ti-
tik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang
memerlukan investigasi lebih lanjut. Dari defenisi ini rasio dapat digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan cara mem-
bandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk per-
bandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan ra-
sio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingka n ha-
rus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh Pertama, untuk be-
berapa pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk kom-
putasi rasio. Kedua, dalam penghitungan banyak rasio, angka-angka laporan laba
rugi dibandingkan dengan angka-angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu
pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam
penghitungan rasio-rasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-
angka neraca.

3
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keu-
angan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analis dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kes-
impulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000 : 40) mengemukakan beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.
Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi
yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan
sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya
satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup
digunakan.
Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada
saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan
A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.
Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan
yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih
diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang aku-
rat.
Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi
yang digunakan haruslah sama.

2.3.2 Analisis Rasio Keuangan

A. Definisi Analisis Rasio Keuangan


Analisis Rasio Keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Ana-
lisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan
berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio
keuangan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) analisis ra-
sio (ratio analysis) dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi da-
sar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk
dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk ra-
sio.Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan
neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu

4
perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keu-
angan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat
ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17) Suatu
rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan harus diperbanding-
kan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi lebih sempurna dan un-
tuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu
periode dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan
selam periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan membanding-
kan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui
bagaimana keuangan dalam industri.Dalam mengadakan interpretasi dan ana-
lisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan
adanya ukuran atau yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam
analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam aritmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelas-
kan hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio banyak
sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.
Menurut Bambang Riyanto (1992 : 329), analisis rasio keuangan adalah
proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari se-
buahperusahaan dari data akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari ana-
lisis ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan
yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Dalam
menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya
dengan dua macam perbandingan, yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang di-
perkirakan untuk waktu yang akan dating dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio se-
jenis dari perusahaan yang lain yang sejenis. Dengan demikian manfaat
suatu angka rasio sepenuhnya tegantung kepada kemampuan / kecerdasan
penganalisis data menginterprestasikan data yang bersangkutan

B. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan


Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perus-

5
ahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat
ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja pe-
rusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio
keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata in-
dustri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.Analisis rasio
keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai
laporan keuangan yaitu manajer perusahaan,analis kredit, dan analis saham.
Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut
Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah sebagai berikut:
Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengen-
dalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,
Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat ob-
ligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan ke-
mampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan
Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertum-
buhan perusahaan.

2.4 Metode Perbandingan Ratio Financial Perusahaan

Ada dua cara yang digunakan didalam membandingkan ratio financial, yaitu
cross sectional approach dan time series analysis. Yang dimaksud dengan cross
sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan ra-
tio-ratio antara perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang
bersamaan.

Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan ratio-ratio finan-


cial perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya.

2.5 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan


dslam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk

6
menunjukkan atau mengukur kemmapu perusahaan dal;am memenuhi kewajibannya
yang jatuh tempo, baik keewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun dalam
perusahaan. Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya perusahaan. Caaranya
adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan
komponen di passiva lancar.

Neraca PT Yumiko Maharani, Tbk

Per 31 Desember 2005 dan 2006 (Dalam Jutaan)

Pos-Pos Neraca 2005 2006

Aktiva Lancar
Kas 250 260
Giro 350 300
Surat-surat berharga 140 160
Piutang 550 360
Sediaan 250 310
Aktiva lancar lain-lain 100 150
Total aktiva lancar 1640 1340
Aktiva Tetap
Tanah 900 1000
Mesin 1050 1050
Kendaraan 650 750
Akumulasi penyusutan (200) (250)
Total aktiva tetap 2400 2550
Aktiva lainnya
Total aktiva lainnya 160 110
Total aktiva 4200 4000
Utang lancar
Utang bank 500 550
Utang dagang 200 200
Utang lainnya 50 0

7
Total utang lancar 750 750
Utang jangka panjang
Utang bank 900 750
Utang obligasi 400 400
Total utang jangka 1300 1150
panjang
Ekuitas
Modal setor 1600 1600
Cadangan laba 650 500
Total Ekuitas 2250 2100
Total Passiva 4200 4000

PT. Yumiko Maharani, Tbk

Laporan Laba Rugi

Per 31 Desember 2005 dan 2006 (Dalam jutaan)

Komponen R/L 2005 2006

Total penjualan 5950 550


Harga pokok penjualan 4050 3850
Laba Kotor 1900 1700
Biaya operasi
Biaya umum dan administrasi 185 200
Biaya Penjualan 145 180
Biaya Lainnya 40 30
Total biaya operasi 370 410
Laba kotor operasi 1530 12990
Penyusutan 200 250
Pendapatan bersih operasi 1330 1040
Pendapatan lainnya 470 260
EBIT 1800 1300

8
Biaya bunga
Bunga bank 140 130
Bunga obligasi 40 40
Total biaya bunga 180 170
EBT 1620 1130
Pajak 20% 324 226
EAIT 1296 904
Earning per share

Rasio Lancar

Rasio lancar adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara
total aktiva lancar dengan total utang lancar.

Aktiva lancar

Current Ratio =

Utang Lancar

Tahun 2005 :

Rp. 1640

Current Ratio = = 2,18 kali

Rp. 750

Tahun 2006 :

Rp. 1340

9
Current Ratio = = 1.8 kali

Rp.750
Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 18 kali utang lancar, atau setiap 1 rupi-
ah utang lancar dijamin oleh Rp. 1,8 harta lancar atau 1,8:1.

Rasio Cepat

Untuk mencari ratio cepat diukur dari total aktva lancar, kemudian dikurangi dengan
nilai sediaan.

Rumus :

Current asset - Inventory


Quick Ratio =
Current Liabilities

Tahun 2005 :

Rp. 1640 Rp. 250


Quick Ratio = = 2,52 kali
Rp.750

Tahun 2006 :

Rp. 1340 Rp. 310


Quick Ratio = = 2,2 kali
Rp.250

Jika rata-rata industry untuk quick ratio adalah 1,5 kali maka keadaan perusahaan
lebih baik dari perusahaan lain.

Rasio Kas

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayar utang.

Rumus :

10
Cash atau cash equivalent
Quick Ratio =
Current Liabilities

Tahun 2005 :

Rp. 250 + Rp. 350


Current Ratio = = 0,8 kali
Rp.750

Tahun 2006 :

Rp. 260 + Rp. 300


Current Ratio = = 0,746 kali
Rp.750

Rasio Perputaran Kas

Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja pe-
rusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.
Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk mem-
bayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Rumus :

Penjualan Bersih
Rasio Perputaran Kas =
Modal Kerja Bersih

Tahun 2005 :

Rp. 5950
Rasio Perputaran Kas = = 6,68 kali

11
Rp.1640 Rp. 750

Tahun 2006 :

Rp. 250 + Rp. 350


Rasio Perputaran Kas = = 9,4 kali
Rp.750

Inventory to Net Working Capital

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara


jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

Rumus :

Inventory
Inventory to NWC =
Current assets Current liabilities

Tahun 2005 :

Rp. 250
Inventory to NWC = = 0,105
Rp.1640 Rp. 750

Tahun 2006 :

Rp. 310
Inventory to NWC = = 0,148
Rp.1340 Rp. 750

Jika rata-rata industry untuk Inventory to NWC adalah 12%, keadaan perusahaan
pada tahun 2005 kurang baik karena masih di bawah rata-rata indutri, namun tidak
terlalu buruk karean masih mendekati rata-rata industry. Sedangkan untuk tahun 2006
kondisinya baik karena berada diatas rata-rata industry.

12
2. Rasio Leverage atau Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang dignakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang
digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan
menggunakan modal sendiri.
Debt to Asset Ratio

Debt ratio merupakan ratio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan total
utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap penglolaan akiva.

Rumus :

Total Debt
Debt Ratio =
Total Assets
Tahun 2005 :

Rp. 2050
Debt Ratio = = 0,488
Rp.4200
Rasio ini menunjukkan bahwa 49% pendanaan perusahaan dibiayai dengan
utang.

Tahun 2006 :

Rp. 1900
Debt Ratio = = 0,105
Rp. 4000
Rasio ini menunjukkan bahwa sekitar 48% pendanaan perusahaan dibiayai
dengan utang untuk tahun 2006.

Debt to Equity Ratio

Merupakan rasio yang diguanakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas.

13
Rumus :

Total Utang
Debt to Equity Ratio =
Ekuitas

Tahun 2005 :

Rp. 2050
Debt to Equity Ratio = = 0,991
Rp. 2250

Tahun 2006 :

Rp. 1900
Debt to Equity Ratio = = 0,904
Rp. 2100

Long TerEquitym Debt to Ratiokmengukur berapa bagia

Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya ada-
lah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang jangka panjang.

Rumus :

Long Term Debt


LTDtER =
Equity

Tahun 2005 :

Rp. 1300
LTDtER = = 0,577%
Rp. 2250

14
Tahun 2006 :

Rp. 1150
LTDtER = = 0,547%
Rp. 2100

Times Intered Eaned

Meenurut J. Fred Weston TIE merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan
bunga. Rasio ini diartikan oleh James C. Van Horne sebagai kemampuan perusahaan
untuk membayar biaya bunga.

Rumus :

EBIT
TIE =
Biaya Bunga

Tahun 2005 :

Rp. 1800
TIE = = 10 kali
Rp. 180

Tahun 2006 :

Rp. 1300
TIE = = 7,6 kali
Rupai Rp. 170

Fixed Charge Coverage

FCC merupakan rasio yang menyerupai TIE. Hanya saja perbedaannya adalah rasio
ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa
aktiva berdasarkan kontrak sewa.

Rumus :

15
EBIT + Kewajiban Sewa
FCC =
Biaya Bunga + Kewajiban Sewa

Tahun 2005 :

Rp. 1650 + Rp. 180 + Rp. 40


FCC = = 8,5 kali
Rp. 180 + Rp. 40

Tahun 2006 :

Rp. 2130 + Rp. 170 + Rp. 30


FCC = = 11,65 kali
Rp. 170 + Rp. 30

3. Pengertian Rasio Aktivitas.

Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi (efektivitas) pem-
anfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang
penjualan, persediaan, penagihan piutang dan efesiensi di bidang lainnya. Rasio ak-
tivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah
perusahaan lebih efesiensi dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau
mungkin justru sebalikya.

Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat


penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Artinya diharapkan
adanya keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti
sediaan, piutang dan aktiva tetap lainnya. Kemampuan manajemen untuk
menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama ra-
sio ini.

16
1. Perputaran piutang (Receivable Turn Over)

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode.

Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan
rata-rata piutang.

Rumusan untuk mencari receivable turn over adalah sebagai berikut.

Penjualan kredit
Receivable Turn Over=
Rata-rata Piutang

atau:

Penjualan Kredit
Receivable Turn Over=
Piutang

Sebagai catatan apabila data mengenai penjualan kredit tidak ditemukan, dapat
digunakan angka penjualan total.

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Penjualan 5.950 5.550
Piutang 550 360
Awal tahun
Akhir tahun

Untuk tahun 2005:

5.950
Receivable Turn Over = = 11,81 kali, dibulatkan (12 kali)
550

17
Untuk tahun 2006:

5.550
Receivable Turn Over = = 15,41 kali, dibulatkan (15,5 kali)
360

Artinya perputaran piutang untuk tahun 2005 adalah 12 kali dibandingkan


penjualan dan perputaran piutang untuk tahun 2006 adalah 15,5 kali dibandingkan
penjualan.

2. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode.

Cara menghitung rasio perputaran sediaan dilakukan dengan dua cara yaitu: per-
tama, membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan nilai sediaan,
dan kedua, membandingkan antara penjualan nilai sediaan. Apabila rasio yang di-
peroleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efesien dan likuid persedi-
aan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran sediaan rendah berarti perus-
ahaan bekerja secara tidak efesien atau tidak produktif dan banyak barang sediaan
yang menumpuk. Hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian
yang rendah.

Rumusan untuk mencari inventory turn over dapat digunakan dengan dua cara
sebagai berikut.

1. Menurut James C Van Horne:

Harga pokok barang yang dijual


Inventory turn over=
Sediaan

2. Menurut J Fred Weston:

Penjualan
Inventory turn over =

18
Sediaan

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Penjualan (sales) 5.950 5.550
Sediaan (inventory) 250 310

Untuk tahun 2005:

Rp.5.950
Inventory turn over = = 23,8 kali atau 24 kali
Rp.250

Rasio ini menunjukkan 24 kali sediaan barang dagangan diganti dalam satu
tahun. Apabila rata-rata industry untuk inventory turn overadalah 20 kali, berarti in-
ventory turn overlebih baik. Perusahaan tidak menahan sediaan dalam jumlah yang
berlebihan (tidak produktif).

Untuk tahun 2006:

Rp.5.550
Inventory turn over = = 17,9 kali atau 18 kali
Rp. 310

Rasio ini menunjukkan 18 kali sediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun.
Apabila rata-rata industry untuk inventory turn overadalah 20 kali, berarti inventory
turn overkurang baik. Perusahaan menahan sediaan dalam jumlah yang berlebihan
(tidak produktif).

3. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Perputaran modal kerja atau Working Capital Turn Overmerupakan salah satu ra-
sio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode

19
tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau da-
lam suatu periode.

Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut.

Penjualan bersih
Perputaran modal kerja =
Modal kerja rata-rata
atau

Penjualan bersih
Perputaran modal kerja =
Modal kerja
Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Penjualan bersih (net sales) 5.950 5.550
Total aktiva(current assets) 1.640 1.340
Modal kerja rata-rata 1500 1.300

Untuk tahun 2005:

5.950
Perputaran modal kerja = = 3,62 kali dibulatkan (3,7 kali)
1.640

Perputaran modal kerja tahun 2005 sebanyak 3,7 kali. Artinya setiap Rp1,00
modal kerja dapat menghasilkan Rp3,7 , penjualan.

Untuk tahun 2006:

5.550
Perputaran modal kerja = = 4,14 kali dibulatkan (4,2 kali)
1.340

20
Perputaran modal kerja tahun 2006 sebanyak 4,2 kali artinya setiap Rp1,00
modal kerja dapat menghasilkan Rp4,2, dipenjualan.

Terlihat ada kenaikan rasio perputaran modal kerja dari tahun 2005 ke tahun
2006. Hal ini menunjukkan ada kemajuan yang diperoleh manajemen. Namun, jika
rata-rata industry untuk perputaran modal kerja adalah 6 kali, keadaan perusahaan, un-
tuk tahun 2005 dan tahun 2006, dinilai kurang baik karena masih dibawah dari rata-
rata industry.

Artinya, dari rata-rata industry setiap Rp1,00 modal kerja dapat menghasilkan
Rp6,00 penjualan, sementara rasio yang dimiliki perusahaan hanya Rp3,7 , tahun
2005 dan hanya Rp4,2 untuk tahun 2006. Dalam hal ini manajemen harus bekerja
lebih keras lagi untuk meningkatkan rasio perputaran modal kerja hingga minimal
mencapai atau sama dengan rasio rata-rata industry.

4. Fixed Assets Turn Over

Fixed assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur be-
rapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau
dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas
aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah mem-
bandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode.

Rumus untuk mencari Fixed assets turn overdapat digunakan sebagai berikut:

Penjualan (sales)
Fixed assets turn over =
Total Aktiva Tetap (Total Fixed Assets)

Contoh

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Penjualan (sales) 5.950 5.550
Tatol aktiva tetap (total fixed assets) 2.400 2.550

Untuk tahun 2005:

21
5.950
Fixed assets turn over = = 2,479 kali (2,5 kali)
2.400

Perputaran aktiva tetap tahun 2005 sebanyak 2,5 kali. Artinya, setiap Rp1,00
aktiva tetap dapat menghasilkan Rp2,5 penjualan.

Untuk tahun 2006:

5.950
Fixed assets turn over = = 2,176 kali (2,2 kali)
2.550

Perputaran aktiva tetap tahun 2006 sebanyak 2,2 kali. Artinya setiap Rp1,00
aktiva tetap dapat menghasilkan Rp2,2 penjualan.

Kondisi perusahaan sangat tidak menggembirakan karena terjadi penurunan


rasio dari tahun 2005 ke tahun 2006. Lebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan rata-
rata industry untuk total asset turn over, yaitu 5 kali, berarti perusahaan belum mam-
pu memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimiliki jika dibandingkan dengan pe-
rusahaan lain yang sejenis.

5. Total Asset Turn Over

Total Asset Turn Overmerupakan rasio yang digunakan untuk mengukur per-
putaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah aktiva.

Rumus untuk mencari total asset turn over adalah sebagai berikut:

Penjualan (sales)
Total asset turn over=
Total aktiva (Total asset)

Contoh :

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006

22
Penjualan (sales) 5.950 5.550
Total aktiva (total assets) 4.200 4.000

Untuk tahun 2005:

5.950
Total asset turn over= =1,416 kali dibulatkan 1,42 kali
4.200

Perputaran total aktiva tahun 2005 sebanyak 1,42 kali. Artinya setiap Rp1,00 ak-
tiva tetap dapat menghasilkan Rp1,42 penjualan.

Untuk tahun 2006:

5.550
Total asset turn over= = 1,387 kali dibulatkan 1,4 kali
4.000

Perputaran total aktiva tahun 2006 sebanyak 1,4 kali. Artinya setiap Rp1,00
aktiva tetap dapat menghasilkan Rp1,4 penjualan.

Kondisi perusahaan sangat tidak menggembirakan karena terjadi penurunan


rasio dari tahun 2005 ke tahun 2006. Kemudian, jika dibandingkan dengan rata-rata
industry untuktotal asset turn over, yaitu 2 kali, berarti perusahaan belum mampu
memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Perusahaan diharapkan meningkatkan lagi
penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif.

4. Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan


dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjuk-
kan efesiensi perusahaan.

23
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan per-
bandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adaah agar terlihat perkembangan perusahaan
dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari
penyebab perubahan tersebut.

1. Profit Margin on Sales

Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan
merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan.

Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk margin laba kotor dengan rumus.

Penjualan bersih Harga pokok penjualan


Profit margin =
(profit margin on sales) Sales

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan,


dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan
cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Penjualan (sales) 5.950 5.550
Harga pokok penjualan 4.050 3.850

Untuk tahun 2005

5.950 4.050
Profit margin = = 0,319 dibulatkan (32%)
5.950

Untuk tahun 2006:

24
5.550 3.850
Profit margin = = 0,306 dibulatkan (31%)
5.550

Jika rata-rata industry untuk profit margin adalah 30% margin laba perusahaan
tahun 2005 dan tahun 2006 baik karena berada di atas rata-rata industry.

2. Untuk margin laba bersih dengan rumus:

Earning After Interest and Tax (EAIT)


Net profit margin =
(profit margin on sales)Sales

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan


antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menun-
jukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Penjualan (sales) 5.950 5.550
Earning After Interest Tax (EAIT) 1.296 904

Untuk tahun 2005:

Rp1.296
Net profit margin = = 0,2178 dibulatkan (21,8 %)
Rp5.950

Untuk tahun 2006:

Rp904
Net profit margin = = 0,1628 dibulatkan (16,3%)
Rp5.550

25
2. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI)

Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on In-
vestment(ROI) atau return on total assetsmerupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return)atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut:

Earning After Interest and Tax


Return On Investment (ROI)=
Total assets

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Laba sesudah bunga dan pajak 1.296 904
(EAIT) 4.200 4.000
Total aktiva

Untuk tahun 2005:

1.296
Return On Investment = = 0,308 dibulatkan (31%)
4.200

Untuk tahun 2006:

904
Return On Investment = = 0,226 dibulatkan (23%)
4.000

3. Hasil Pengembalian Investasi (ROI) Dengan Pendekatan Du Pont.

26
Untuk mencari hasil pengembalian investasi, selain dengan cara yang sudah
dikemukakan diatas, dapat pula kita menggunakan pendekatan Du Pont adalah sama.

Berikut ini adalah cara mencari hasil pengembalian investasi dengan pendekatan
Du Pont.

ROI = Margin laba bersih x Perputaran total aktiva

Berikut adalah contoh data pengukuran yang digunakan diambil dari perhi-
tungan rasio sebelumnya untuk tahun 2005 dan tahun 2006.

Komponen hasil perhitungan rasio 2005 2006


Hasil pengembalian investasi (ROI) 30,8% 22,6%
Margin laba bersih 21,78% 16,28%
Perputaran total aktiva 1,416 kali 1,387 kali

Dengan demikian, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1.Untuk tahun 2005:

ROI = Margin laba bersih x Perputaran total aktiva


30,8% = 21,78% x 1,416
Catatan: Hasil tersebut dibulatkan

2. Untuk tahun 2006:

ROI = Margin laba bersih x Perputaran total aktiva


22,6% = 16,28% x 1,387
Catatan: Hasil tersebut dibulatkan

4. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)

27
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equityatau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pu-
la sebaliknya.

Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut.

Earning After Interest and Tax


Return on Equity (ROE) =
Equity

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


EAIT 1.296 904
Total Equity 2.250 2.100

Untuk tahun 2005:

1.296
Return on Equity (ROE) = = 57,6 dibulatkan (58%)
2.250

Untuk tahun 2006:

904
Return on Equity (ROE) = = 43
2.100

Perhitungan ROI tahun 2005, menunjukkan bahwa tingkat pengembalian in-


vestasi yang diperolehnya sebesar 58%. Kemudian, tahun 2006 turun menjadi hanya
sebesar 43%. Artinya hasil pengembalian investasi berkurang sebesar 15% dan ini
menunjukkan ketidakmampuan manajemen untuk memperoleh ROE seiring dengan
menurunnya ROI.

28
Namun, jika rata-rata industry untuk ROE adalah 40%, berarti kondisi perus-
ahaan cukup baik karena keduanya masih di atas rata-rata industry.

5. Hasil Pengembalian Ekuitas (ROE) Dengan Pendekatan Du Pont

Sama dengan ROI, untuk mencari hasil pengembalian ekuitas, selain dengan
cara yang sudah dikemukakan di atas, juga dapat pula digunakan pendekatan Du pont
adalah sama.

Berikut ini adalah cara untuk mencari hasil pengembalian ekuitas dengan pen-
dekatan Du Pont, yaitu sebagai berikut.

ROE = Margin Laba Bersih x perputaran total aktiva x pengganda ekuitas.

Berikut adalah contoh data pengukuran yang digunakan diambil dari perhi-
tungan rasio sebelumnya untuk tahun 2005 dan tahun 2006.

Komponen Perhitungan Rasio 2005 2006


ROE 57,6% 43%
Margin laba bersih 21,78% 16,28%
Perputaran total aktiva 1,416 kali 1,387 kali
Total aktiva / ekuitas 4.200 / 2.250 = 4.0 2.100 = 1,904
1,866 kali kali

Dengan demikian hasil yang diperoleh:

1. Untuk tahun 2005:

ROE = Margin Laba Bersih x perputaran total aktiva x pengganda ekuitas.

57,6% = 21,78% x 1,416 x 1,866

Catatan: Hasil tersebut dibulatkan

2. Untuk tahun 2006:

29
ROE = Margin Laba Bersih x perputaran total aktiva x pengganda ekuitas

43% = 16,28% x 1,387 x 1,904

Catatan: Hasil tersebut dibulatkan

6. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)

Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan ra-
sio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk
memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang
tinggi.

Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut.

Laba saham biasa


Laba Per Lembar Saham =
Saham biasa yang beredar

Contoh:

Komponen Laporan Keuangan 2005 2006


Keuntungan 1.296.000 904.000
Jumlah saham biasa yang beredar 1.600 1.600

Untuk tahun 2005:

1.296.000
Laba Per Lembar Saham = = Rp810,00
1.600

Untuk tahun 2006:

30
904.000
Laba Per Lembar Saham = = Rp565,00
1600

Dari hasil perhitungan tersebut diatas, terlihat bahwa kesejahteraan pemegang


saham menurun, sehubungan dengan menurunnya laba per lembar saham yang
dihasilkan perusahaan. Penurunan ini cukup lumayan besar, yaitu Rp255,00 per lem-
bar saham.

Apabila di dalam perusahaan tersebut, disamping saham biasa, juga terdapat


saham prioritas, kita dapat menentukan mana yang menjadi hak pemegang saham pri-
oritas setelah dikurangkan dari laba yang diperoleh. Baru kemudian menghitung laba
per lembar masing-masing saham.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Analisis Rasio Keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio
keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan
yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan.
Rasio keuangan dibedakan beberapa jenis antara lain :
1. Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas perus-
ahaan (Current ratio, Acid test ratio dan lain sebagainya ).
2. Rasio Leverage / solvabilitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt to total assets ra-
tio, net worth to debt ratio dan lain sebaginya).
3. Rasio-rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (In-
ventory turnover, average collection period dan lain sebagainya).
4. Rasio-rasio Profitabilitas / Rentabilitas , yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil
akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on Sales,
Return on total assets, Return on net worth dan lain sebagainya).
5. Dari jenis-jenis rasio tersebut kita dapat menggunakan Rasio keuangan untuk men-
gevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Analisis Keuangan juga
mempunyai beberapa keunggulan salah satunya adalah rasio sebagai pengganti yang
sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan ru-
mit.dan Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. Kelemahan Ana-
lisis keuangan salah satunya adalah Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan
perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode
penilaian persediaan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2008. Analisi Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai