Anda di halaman 1dari 27

Case Report

FETAL DISTRESS

Oleh:
Satrya Edo Permana
1210070100188

Preseptor:
dr. Zeino Fridsto, Sp. OG

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
2017
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Case report tentang Fetal Distress.
Dengan selesainya penulisan Case Report ini, perkenankanlah penulis
untuk mengucapkan terima kasih kepada dr. Zeino Fridsto, Sp. OG selaku
preseptor yang telah memberikan petunjuk dan serta bimbingan dalam penulisan
Case report sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Case report ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan Case report ini dan berbagai sumber yang telah
digunakan sebagai data pada Case report ini.
Penulis menyadari tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna, begitu pula dengan Case report ini.
Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan. Semoga Case report ini
bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca.

Bukittingi, Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.Tujuan penulisan ...................................................................................... 1
1.2.1. Tujuan Umum .................................................................................... 1
1.2.2. Tujuan Khusus ................................................................................... 1
1.3.Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
2.1. Defenisi Gawat Janin .............................................................................. 3
2.2. Penyebab Gawat Janin ............................................................................ 3
2.3. Penilaian Klinik Gawat Janin .................................................................. 5
2.4. Penanganan Gawat Janin pada Kehamilan ............................................. 10
BAB III LAPORAN KASUS ....................................................................... 11
3.1. Identitas ................................................................................................... 11
3.2. Anamnesa ................................................................................................ 11
3.3. Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 12
3.4. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 13
3.5. Diagnosis ................................................................................................. 15
3.6. Penatalaksanaan ...................................................................................... 15
BAB IV DISKUSI......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gawat janin merupakan suatu kondisi patofisiologi dimana oksigen tidak
tersedia untuk janin dalam jumlah yang cukup, jika tidak di perbaiki atau diatasi,
dapat menyebabkan dekompensasi ulang respon fisiologis dan bahkan
menyebabkan kerusakan beberapa organ. Gawat janin secara intrinsic terkait
dengan hipoksia janin dan asidosis, dan tampaknya sangat terkait dengan asfiksia
perinatal. Pengelolaan gawat janin melibatkan pemantauan intensif, resusitasi
intrauterin, amnioninfusion dan pengiriman segera dengan rute vagina atau
caesar.

Gawat janin dapat terjadi persalinan karena partus lama, infuse oksitosin,
perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu dengan diabetes, kehamilan pre atau
postterm, ataupun prolaps tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu
penanganan segera. Istilah fetal distress biasa digunakan untuk menggambarkan
hipoksia pada janin dimana dapat menyebabkan kecacatan pada janin, atau
k ematian bila janin tidak segera dilahirkan. 1

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang Fetal Distress
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami tentang:
1. Defenisi Fetal Distress
2. Etiologi Fetal Distress
3. Penilaian Fetal Distress
4. Penanganan Fetal Distress pada kehamilan

1
1.3. Manfaat
1. Sebagai sumber media informasi mengenai Fetal Distress
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang Fetal Distress
3. Untuk memenuhi tugas case report kepanitraan klinik senior di Bagian
Obstetri dan Ginekologi RSAM Bukittinggi 2017.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Gawat Janin (Fetal Distress)


Gawat janin adalah Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit
atau lebih dari 160 per menit. Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2
yang cukup, sehingga akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik)
dalam jangka waktu yang lama atau akut. Disebut gawat janin bila
ditemukan denyut jantung janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut
jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
Gawat janin merupakan suatu reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang
cukup.1,2,3

2.2. Penyebab Gawat Janin


Penyebab gawat janin sebagai berikut :4
a. Persalinan berlangsung lama
Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam
pada primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida. Persalinan
lama dapat mengakibatkan ibu menjadi Gelisah, letih, suhu badan
meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di
daerah lokal sering dijumpai: Bandle Ring, oedema serviks, cairan
ketuban berbau, terdapat mekonium.
b. Induksi persalinan dengan oksitosin
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil belum
inpartu baik secara operatif maupun mesinal, untuk merangsang timbulnya
kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Akibat pemberian oksitosin
yang berlebih-lebihan dalam persalinan dapat mengakibatkan relaksasi
uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta.
c. Ada perdarahan
Perdarahan yang dapat mengakibatkan gawat janin yaitu karena
solusio plasenta. Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan
kedalam desidua basalis. Desidua tersebut kemudian terbelah sehingga

3
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium. Sebagai
akibatnya, proses tersebut dalam stadium awal akan terdiri dari
pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pelepasan, kompresi
dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian
tersebut.
d. Infeksi
Infeksi, yang disebabkan oleh pecahnya ketuban pada partus lama
dapat membahayakan ibu dan janin, karena bakteri didalam amnion
menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneomonia
pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya.1
e. Insufisiensi plasenta
1) Insufisiensi uteroplasenter akut
Hal ini terjadi karena akibat berkurangnya aliran darah uterus-
plasenta dalam waktu singkat, berupa: aktivitas uterus yang
berlebihan, hipertonika uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian
oksitosin, hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang,
perdarahan ibu karena solusio plasenta atau solusio plasenta.
2) Insufisiensi uteroplasenter kronis
Hal ini terjadi karena kurangnya aliran darah dalam uterus-
plasenta dalam waktu yang lama. Misalnya : pada ibu dengan riwayat
penyakit hipertensi.
f. Kehamilan Postterm
Meningkatnya resiko pada janin postterm adalah bahwa dengan
diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif
terhadap gawat janin pada intrapartum, terutama bila disertai dengan
oligohidramnion. Penurunan cairan amnion biasanya terjadi ketika usia
kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebabnya terbentuknya mekonium kental yang
terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.

4
g. Preeklamsia
Preeklamsia dapat menyebabkan kegawatan janin seperti sindroma
distres napas. Hal tersebut dapat terjadi karena vasopasme yang
merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas kedalam lapisan otot
pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan
menyebabkan aliran darah dalam plasenta menjadi terhambat dan
menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadian gawat janin.1

2.3. Penilaian Klinik Gawat Janin


Tanda gejala gawat janin dapat diketahui dengan :4
a. DJJ Abnormal
Dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin abnormal adalah sebagai
berikut :
1) Denyut jantungt j janin irreguller dalam persalinan sangat
bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa waktu. Bila DJJ
tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan adanya
hipoksia.
2) Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak
menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya gawat janin.
3) Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
a) Demam pada ibu
b) Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misal: obat
tokolitik)
Bila ibu tidak mengalami takhikardi, DJJ yang lebih dari 160 per
menit menunjukan adanya hipoksia.

Denyut jantung janin abnormal dapat disebut juga dengan fetal


distress. Fetal distress dibagi menjadi dua yaitu fetal distress akut dan
fetal distress kronis. Dibawah ini dijelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhinya.5

5
a) Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut
1) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah
abnormal dan uterus dalam keadaan istirahat yang lama
dapat mempengaruhi sirkulasi utero plasenta, ketika
kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia uterus.
2) Kompresi tali pusat
Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi darah fetus
dan dapat mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat
tertekan pada prolapsus, lilitan talu pusat.
3) Kondisi tali pusat
Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal ini
berhubungan dengan kelainan fetus.
4) Depresi pusat pada sistem pernafasan
Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir sebagai
akibat pemberian analgetika pada ibu dalam persalinan dan
perlukaan pada proses kelahiran menyebabkan hipoksia.
b) Faktor yang mempengaruhi fetal distress kronis
Fetal distress kronis berhubungan dengan faktor sosial yang
kompleks.
1) Status sosial ekonomi rendah
Hal ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas. Status sosial ekonomi adalah suatu gambaran
kekurangan penghasilan tetapi juga kekurangan pendidikan,
nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.
2) Umur maternal
Umur ibu yang sangat muda dan tua lebih dari 35 tahun
merupakan umur resiko tinggi.
3) Merokok
Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan
menyebabkan penurunan aliran darah uterus dimana

6
karbonmonoksida mengurangi transport oksigen. Angka
mortalitas perinatal maningkat.
4) Penyalah gunaan obat terlarang
Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan
berhubungan dengan banyak komplikasi meliputi IUGR,
hipoksia dan persalinan preterm yang semuanya
meningkatkan resiko kematian perinatal.
5) Riwayat obstetrik yang buruk
Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm atau lahir
mati berhubungan dengan resiko tinggi pada janin dalam
kehamilan ini.
6) Penyakit maternal
Kondisi yang meningkatkan resiko fetal distress kronis
dapat mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan
menyebabkan insufisiensi aliran darah dalam uterus seperti:
Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi kronik,
diabetes, penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang
mempengaruhi penurunan oksigenasi arteri maternal
seperti: penyakit skle sel, anemia berat (Hb kurang dari 9%
dl atau kurang), penyakit paru-paru, penyakit jantung,
epilepsi (jiak tidak terkontrol dengan baik), infeksi
maternal berat.
Kondisi tersebut meliputi insufisiensi plasenta, post matur,
perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.
7) Kondisi plasenta
Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur,
perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan resiko
hipoksia intra uterin. Resiko ini mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.

7
8) Kondisi fetal
Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan
incompatibilitas resus yang meningkatkan resiko hipoksia
intra uterin. Resiko ini meningkat pada kehamilan ganda.

9) Faktor resiko intra partum


Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan
peningkatan resiko fetal distress, yaitu: malpresentasi
seperti presentasi bokong, kelahiran dengan forcep, SC,
sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi anastesi
(meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau
partus lama.
c) Deteksi fetus melalui pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan yang digukankan untuk mendeteksi fetus
meliputi:
1) USG untuk menilai pertumbuhan fetus
2) Profil biofisikal
Pemeriksaan fisik pada fetus menggunakan USG parameter
yang digunakan untuk menilai meliputi: gerakan pernafasan
fetus, gerakan fetus, tonus fetus, indeks cairan amnion dan
NST.
3) Non Stress Tes (NST)
Eksternal kardiotokograf (CTG), Kriteria yang seharusnya
diamati meliputi 2 hal atau lebih, yaitu : denyut jantung
janin, mengalami penurunan sedikitnya 15 denyutan
permenit, menetap sedikitnya 15 detik dalam 20 menit.
4) Doppler
Tanda fetal distress dalam persalinan, sebagai berikut :
a. Denyut jantung
1. Takikardi diatas 160 kali perdetik atau
brakikardi dibawah 120 kali per detik.

8
2. Deselerasi dini
Ketika denyut jantung turun lebih dari 15 kali
per menit pada saat kontraksi, kontraksi
deselarasi menggambarkan kontraksi dan
biasanya dianggap masalah serius.
3. Deselerasi yang berubah-ubah
Deselerasi yang berubah-ubah hal ini sangat
sulit dijelaskan Ini dapat terjadi pada awal atau
akhir penurunan denyut jantung dan bentuknya
tidak sama. Hubungan antar peningkatan
asidosis fetus dengan dalam dan lamanya
deselerasi adalah adanya abnormalitas denyut
jantung janin.
4. Deselerasi lambat
Penurunan denyut jantung janin
menunjukan tingkat deselerasi paling rendah
tetapi menunjukan kontraksi pada saat tingkat
yang paling tinggi. Deselerasi yang lambat
menyebabkan penurunan aliran darah fetus
dan pengurangan transfer oksigen selama
kontraksi. Penurunan tersebut mempengaruhi
oksigenasi serebral fetus. Jika pola tersebut
terjadi disertai dengan abnormalitas denyut
jantung janin harus dipikirkan untuk ancaman
yang serius dalam kesejahteraan fetus.
5. Tidak adanya denyut jantung
Ini mungkin disebabkan oleh karena hipoksia
kronis atau berat dimana sistem syaraf
otonom tidak dapat merespon stress.
6. Mekonium bercampur air ketuban.
b. Mekonium

9
Cairan amnion yang hijau kental menunjukkan
bahwa air ketuban jumlahnya sedikit. Kondisi ini
mengharuskan adanya intervensi. Intervensi ini tidak
perlu dilakukan bila air ketuban kehijauan tanpa
tanda kegawatan lainnya, atau pada fase akhir
suatu persalinan letak bokong.

2.4. Penanganan Gawat Janin pada Persalinan


Penanganan gawat janin saat persalinan adalah sebagai berikut :6

1) Cara pemantauan
a) Kasus resiko rendah auskultasi DJJ selama persalinan :
1. Setiap 15 menit kala I
2. Setiap setelah his kala II
3. Hitung selama satu menit setelah his selesai
b) Kasus resiko tinggi gunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan
c) Hendaknya sarana untuk pemeriksaan pH darah janin disediakan
2) Interpretasi data dan pengelolaan
a) Untuk memperbaiki aliran darah uterus :
Pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi
plasenta
b) Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan)
c) Berikan oksigen 6-8 L/menit
d) Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anastesi epidural)
segera berikan infus 1 L infus RL
e) Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya dinaikkan
untuk meningkatkan aliran darah dalam arteri uterina.
3) Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus
a) Pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi
plasenta.
b) Berikan ibu oksigen 6-8 L/menit
c) Perlu kehadirkan dokter spesialis anak

10
Biasanya resusitasi intrauterin tersebut diatas dilakukan selama 20 menit.
4) Tergantung terpenuhinya syarat-syarat, melahirkan janin dapat
pervaginam atau perabdominal.

11
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. H
Usia : 24 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Dusun 1 Sitarda Badiri, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara
RM : 46xxxx
Tanggal Masuk : 4 Januari 2017

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
PBM KB IGD RSAM dengan keluhan nyeri pinggang hilang timbul sejak tadi
pagi, sebelumnya nyeri pinggang menjalar ke ari-ar sejak kemarin.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 1 hari yang lalu
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada
Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada
Sudah tidak haid sejak 9 bulan yang lalu
HPHT: 30/03/2016 TP: 7/01/2017
Gerak anak sudah tidak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.
RHM & RHT : mual (-), muntah (-), dan perdarahan (-)
Riwayat ANC: kontrol kehamilan ke bidan 1 x sebulan

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak pernah menderita hipertensi, Diabetes melitus, Penyakit jantung, paru, hati,
ginja

12
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, kejiwaan, dan
menular

Riwayat Alergi :
Riwayat alergi obat tidak ada
Riwayat alergi makanan ada (telur) reaksi: Gatal-gatal

Riwayat Kontrasepsi :
Pasien tidak memakai alat dan pil kontrasepsi

Riwayat Obstetri :
Haid pertama (menarke) pada usia 12 tahun. Siklus haid yang teratur 1 x 28 hari
selama 5 - 7 hari.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Vital Sign
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 84 x/menit
- Frekuensi napas :20 x/menit
- Suhu : 36,5 oC
- TB/BB : 145cm / 58 kg
Status Lokalis
- Mata : anemis(-/-), ikterus (-/-)
- Leher : Tidak ada perbesaran KGB dan Kelenjar tiroid
JVP 5 2 cmH2O
- Thorak : Cor dan pulmo dalam batas normal
- Abdomen : status obstetrikus
- Genitalia : status obstetrikus

13
- Ekstremitas : edema (-), akral teraba hangat.

Status Obstetrikus
Abdomen :
Inspeksi : perut tampak membuncit sesuai kehamilan aterm
Palpasi :
Leopold 1 : teraba masaa besar, lunak, noduler
Leopold 2 : teraba tahan terbesar janin sebalah kanan
teraba bagian-bagian terkecil janin sebelah kiri
Leopold 3 : teraba massa bulat keras, terfiksir
Leopold 4 : divergen
TFU: 30 cm TBBA: 2790 gr HIS: 1-2 x/10/lemah
Auskultasi : BU (+) N, DJJ: 150-160 x/menit

Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang
VT :56
Ketuban (+)
Teraba kepala UUK kiri depan, Hodge III

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Lengkap :
Hb : 13,1 gr/dl
Ht : 38,2 %
Lekosit : 13.170/mm3
Trombosit : 159.000/mm3
PT/APTT : 8,8 sec / 31,7 sec

Serologi
HBsAG : Non reaktif
Rapid test HIV : Non reaktif

14
USG

Interpretasi:
Janin hidup tunggal intra uterin
Aktifitas gerak janin baik
AFI sedikit
Plasenta letak di Fundus Uteri
Biometri:
- BPD : 9.12 cm
- FL : 6.80 cm
- AC : 30.49 cm
Kesan:
Gravid 37 38 minggu

15
CTG

Interpretasi:
Reaktif

3.5 Diagnosis
G1P0A0H0 Parturien Aterm Kala I Fase aktif + Inertia Uteri Hipotonik
JHTIU Preskep

3.6 Penatalaksanaan
Rencana : Drip Akselerasi
Partus Pervaginam

Follow Up
4 Januari 2017
Pukul 13.30
A/ G1P0A0H0 Parturien Aterm Kala I Fase Aktif + Inertia Uteri Hipotonik
JHTIU Preskep

R/ Drip Akselerasi
Partus Pervaginam

P/ Kontrol KU, VS, HIS, PPV

16
Informed Consent
Drip Akselerasi: 1 amp (10 IU) dalam 500 cc RL, 20 gtt/menit menetap

Kontrol DJJ Drip Oxytocin 1 ampul


Pukul Djj Bukaan
13.15 134 148 x/menit 6 cm
13.30 131 139 x/menit
13.45 136 147 x/menit
14.00 144 153 x/menit
14.15 143 150 x/menit
14.30 139 149 x/menit
14.45 134 150 x/menit
15.00 139 150 x/menit
15.15 139 144 x/menit 9 cm
15.30 140 150 x/menit
15.45 150 181 x/menit
16.00 141 157 x/menit
16.15 150 162 x/menit

Pukul 17.00
S/ Ibu merasa ingin mengedan

O/
Vital Sign
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperativ
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : af

17
Abdomen
HIS: 3 4 / 40/kuat
DJJ: 150 160 x/menit

Genitalia
I : V/U tenang, PPV (-)
VT : Lengkap
Ketuban (-) sisa kehijauan
Teraba Kepala UUK depan Hodge IV

A/ G1P0A0H0 Parturien Aterm Kala II

P/ Partus Pervaginam

Pukul 17.50
S/ Ibu merasa lelah
Gerak Anak (+)

O/
Vital Sign
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : af

Genitalia:
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : Lengkap
Ketuban (-) sisa kehijauan
Teraba UUK depan Hodge IV

18
A/ G1P0A0H0 parturien aterm Kala II + Fetal distress

P/
Vacum Ekstraksi
Kontrol KU, VS, HIS, DJJ
Informed Consent
Persiapan VE

Pukul 18.05
Lahir seorang bayi Laki-laki
BB : 2600 gr
TB : 47 cm
A/S : 7/8
Plasenta lahir dengan spontan, lengkap 1 buah
Luka episiotomy dijahit dan dirawat
Perdarahan selama tindakan 80 cc

A/ P1A0H1 Post Vacum Ekstraksi a.i Fetal Distress

P/
Kontrol KU, VS, PPV, Kontraksi
Kateterisasi 24 jam
Cek HB 6 jam post tindakan
Vulva Hygine
Breast Care
Th/
- IVFD Ringer Lactat drip Oxytosin + Matergin 30 gtt/menit
- Cefixime 3 x 200mg (PO)
- Antalgin 3 x 500mg (PO)
- Vitamin C 3 x 250mg (PO)
- Sulfas Ferosus 2 x 200mg (PO)

19
5 Januari 2017
S/
Keluar darah dari kemaluan (-)
Demam (-)
ASI (+/+)
Nyeri luka jahit episiotomy (+)
Darah Nifas keluar sedikit
BAK (+) Kateter (+), BAB (-) kentut (+)

O/
Vital Sign
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : af

Mata : CA (-)
Abdomen:
Inspeksi : perut tampak sedikit membuncit
Palpasi : Kontraksi baik
TFU: 2 jari di bawah pusat
NT (-), NL (-), DM (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU (+) N
Genitalia:
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-), Lochea (+)

A/ P1A0H1 post Vacum Ekstraksi a.i Fetal distress

20
P/
Kontrol KU, VS, Kontraksi, PPV
Aff kateter jam 18.05
Infus Habis Aff
Th/
- Cefixime 3 x 200mg (PO)
- Antalgin 3 x 500mg (PO)
- Vitamin C 3 x 250mg (PO)
- Sulfas Ferosus 2 x 200mg (PO)

6 Januari 2017
S/
Keluar darah dari kemaluan (-)
Demam (-)
ASI (+/+)
Nyeri luka jahit episiotomy (+)
Darah Nifas keluar sedikit
BAK (+), BAB (+)

O/
Vital Sign
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : af

Mata : CA (-)
Abdomen:
Inspeksi : perut tampak sedikit membuncit
Palpasi : Kontraksi baik

21
TFU: Anatara simpisis pubis dan pusat
NT (-), NL (-), DM (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU (+) N
Genitalia:
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-), Lochea (+)

A/ P1A0H1 post Vacum Ekstraksi a.i Fetal distress

P/
Kontrol KU, VS, Kontraksi, PPV
Pasien boleh pulang
Th/ pulang:
- Cefixime 3 x 200mg (PO)
- Antalgin 3 x 500mg (PO)
- Vitamin C 3 x 250mg (PO)
- Sulfas Ferosus 2 x 200mg (PO)

22
BAB IV
DISKUSI

Telah dipresentasikan suatu kasus pasien wanita, 24 tahun dengan


diagnosis awal G1P0A0H0 Parturien Aterm Kala I Fase aktif + Inertia Uteri
Hipotonik.
Pada anamnesa didapatkan keluhan nyeri pinggang hilang timbul sejak
tadi pagi, sebelumnya nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak kemarin. Keluar
lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 1 hari yang lalu menandakan proses
inpartu sudah terjadi 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TBBA 2790 gr dan HIS 1 2
x/10/lemah, dan pada pemeriksaan VT didapatkan bukaan 5 6, ketuban utuh.
Pada pemeriksaan USG Janin hidup tunggal intra uterin aktifitas gerak janin baik,
AFI 1.65 cm, plasenta letak di Fundus Uteri Biometri: BPD : 9.12 cm, FL : 6.80
cm, dan AC : 30.49 cm dengan Kesan: Gravid 37 38 minggu. CTG dengan
interpretasi reaktif. Pada pemeriksaan HIS didapatkan HIS lemah, maka
diperlukan augmentasi untuk memperkuat HIS. Cara yang dipilih adalah secara
kimiawi menggunakan oxytocin, pasien tidak dapat dilakukan amniotomi karena
pada pemeriksaan USG, nilai AFI didapatkan terlalu rendah.
Pada kasus ini terjadi Fetal Distress karena presentan menduga terjadi
Takisistol yang diakibatkan dari pemberian Oxytocin dengan dosis yang
berlebihan. Pemberian drip akselerasi pada kasus ini diberikan Oxytosin 1 amp
(10 IU) dengan tetesan 20 tetas/menit menetap. Menurut literatur, pemberian
dibagi menjadi 2 dosis, yaitu dosis minimal mulai dari 3 mU/menit, dan dosis
maksimal dimulai dari 6 mU/menit dan dinaikkan secara bertahap sampai
kontraksi adekuat.
Waktu proses persalinan dipersingkat dengan dilakukan bantu kala II
dengan vakum ekstraksi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Numed
3. Dewi. A.h., Cristine. C.P. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:
Numed
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Prawirohardjo Sarwono
5. Marmi, RetnoA.M.S., Fatmawaty.E,. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

24

Anda mungkin juga menyukai