DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin atau menyebarkan butiran ludah
Kuman ini biasanya menyerang paru-paru (TB paru), tetapi dapat menyerang organ-
organ tubuh lainnya (TB Ekstra paru). Kuman tersebut masuk tubuh melalui udara
pernafasan yang masuk ke dalam paru, kemudian kuman menyebar dari paru ke
bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri
ini sering masuk dan berkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
Untuk pengobatan TBC yang dipakai adalah antibiotik dan anti infeksi sintetis
selama pengobatan TB antara lain pemakaian obat dalam jangka panjang, jumlah
obat yang diminum cukup banyak serta kurangnya kesadaran dari penderita akan
penyakitnya. Oleh karena itu perlu peran aktif dari tenaga kesehatan sehingga
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
paru), tetapi dapat menyerang organ-organ tubuh lainnya (TB Ekstra paru). Kuman
tersebut masuk tubuh melalui udara pernafasan yang masukke dalam paru, kemudian
kuman menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, melalui saluran nafas atau penyebaran langsung ke tubuh
melalui dahak dari penderita TB kepada individu lain yang rentan. Penyakit TB dapat
menyerang pada siapa saja (baik pria, wanita, tua, muda, kaya ataupun miskin) serta
dimana saja. TB merupakan penyakit infeksi sistemik yang dapat mengenai hampir
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
Leprae dsb. yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). TBC akan terjadi
jika perkembangbiakan basil TBC ini sudah tidak dapat dikendalikan oleh sel imun
tubuh, akibatnya bersamaan dengan matinya makrofag, basil TBC akan menyebar
kebagian tubuh lain dan menimbulkan infeksi TBC dibagian tubuh yang terkena
terhirup kedalam saluran pernafasan orang ketika pasien TB yang aktif bersin dan
batuk. Bakteri TB dapat bertahan di udara selama beberapa jam walaupun bakteri
tersebut cepat mati terkena sinar matahari. Bakteri TB juga dapat menenpel pada
permukaan seperti meja. Ketika kita menyentuh permukaan yang tercemar dengan
TB dan terus memakai tangan untuk makan tanpa cuci tangan bakteri ini dapat
masuk dalam tubuh. TB tidak menular melalui makanan, air, berhubungan seks,
transfusi darah, dan gigitan nyamuk atau serangga lain (Green, 2006).
TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Infeksi primer terjadi
saat seseorang terkena bakteri TB untuk pertama kalinya dan timbul peradangan
adalah sekitar 4-6 minggu. Infeksi primer terjadi tanpa gejala serius hanya timbul
batuk dan nafas berbunyi tetapi pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh
lemah dapat terjadi radang paru-paru hebat dengan ciri-ciri berupa batuk kronik dan
bersifat sangat menular. Infeksi paska primer terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun setelah infeksi primer dengan ciri khas kerusakan paru-paru yang luas (DepKes
RI, 2005).
2.3 Patofisiologi
Gambar 1. Patofisiologi TB
nuklei yang sangat kecil (1-5 mm) untuk menghindari sel epithelial siliari dari
mikroorganisme akan membelah diri dan dicerna oleh makrofag pulmoner, dimana
pembelahan diri akan terus berlangsung walaupun lebih pelan. Makrofag yang
Tuberculosis yang padat seperti keju (daerah nekrotik) sebagai bagian dari imunitas
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada Makrofag dan
terdeposit di alveoli.
dan kuman dapat terlepas lalu menyebar ke alveoli lain dan organ lain tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam suasana lembap dan gelap,
kuman ini dihadapi pertama kali oleh netrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag dan keluar dari
(TLRs) menghasilkan kemokin dan sitokin yang dikenal sebagai sinyal infeksi.Sinyal
ini menyebabkan berpindahnya monosit dan sel dendritik dari aliran darah ke tempat
infeksi pada paru. Sel dendritik memegang peranan penting sebagai presenter antigen
pada fase awal infeksi dibandingkan makrofag serta berperan dalam aktivasi sel T
dengan antigen spesifik dari M. Tuberculosis. Sel dendritik yang menelan kuman
menjadi matur dan bermigrasi ke limfonodi. Fenomena dari migrasi sel menuju focus
Granuloma dibentuk oleh sel T, makrofag, sel B, sel dendritik, sel endothel dan
makrofag dan menghasilkan respon imun yang berhubungan dengan interaksi antara
sekresi cytokines oleh makrofag dan sel T. Granuloma menjadi sarang kuman dalam
periode yang lama (atau disebut Fokus Ghon). Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian jaringan paru.Bila menjalar sampai pleura, maka dapat terjadi efusi
pleura. Kuman juga dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian kuman masuk ke dalam
vena dan menyebar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang. Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi
TB milier.
Selain itu dapat pula terjadi limfadenitis regional dan limfangitis lokal. Sarang
primer, limfangitis lokal dan limfadenitis regional disebut sebagai Kompleks Primer
(Ranke). Semua proses ini dapat memakan waktu 3-8 minggu. Apabila terjadi
penyakit.
Berdasarkan tempat atau organ yang diserang oleh bakteri maka tuberkulosis
paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB
positif.
2) Satu pemeriksaan dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB paru BTA negatif rontgen positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada menunjukkan gambaran kerusakan
paru yang luas (misalnya proses far advanced atau millier) dan/atau keadaan
Tuberkulosis ekstra paru adalah TBC yang menyerang organ tubuh lain selain
paru paru seperti: pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe (getah bening), tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
penyakitnya yaitu :
duplex, TBC tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
menjadi:
1. Kasus Baru
Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2. Kambuh (Relaps)
Pindahan adalah penderita yang mendapat pengobatan disuatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat pada kabupaten ini. Penderita pindahaan ini harus
Lalai adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan berhenti 2
bulan atau lebih kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita kembali
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih)
atau penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif pada
6. Kronis
Kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
Resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain isoniazid dan
Adalah TB MDR yang sekaligus juga resisten terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(konvensional).
Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART atau hasil tes
Hasil tes HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV negatif pada saat diagnosa
Pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosa TB ditetapkan
(apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HIV pasien,
berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk
darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak nafas dan
nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih
dari sebulan.
Gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus. Gejala umum,
meliputi :
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak
naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
2. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
3. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering didaerah
4. Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelahdisingkirkan
sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
menurun.
e. Gejala mata
f. Conjunctivitis phlyctenularis
2.6 Diagnosa
sedikitnya 2 dari 3 spesimen sewaktu pagi sewaktu (SPS) BTA hasilnya positif.
Apabila hanya1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada
1. Pemeriksaan Fisik
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma
2. Pemeriksaan Dahak
membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
b. P (pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
nasional merupakan diagnosis utama. Kriteria sputum BTA positif adalah bila
sekurang-kurangnya ditemukan tiga batang kuman BTA pada suatu sediaan sehingga
3. Uji tuberculin
Diukur diameter transversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam
millimeter. Bila uji tuberculin positif, menunjukkan adanya infeksi TB, namun uji
tuberculin dapat negatif pada penderita malnutrisi, penyakit sangat berat, dan
malnutrisi dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif mungkin dapat menjadi positif jika
ditimbulkan hanya menunjukkan gambaran reaksi tubuh yang analog dengan reaksi
peradangan dari lesi yang berada pada target organ yang terkena infeksi atau status
respon imun individu yang tersedia bila menghadapi agent dari basil tahan asam
Gambaran rontgen TB paru tidak khas dan interprestasi foto biasanya sulit,
ditemukan infiltrate dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Bila
ada diskongruensi antara gambaran klinis dan gambaran rontgen, harus dicurigai TB.
Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA (Postero Anterior) dan lateral, tetapi
kalau tidak mungkin dilakukan PA saja (DepKes RI, 2001). Gambaran Foto Rontgen
Dada (Paru-paru) pada penderita TBC dapat dilihat pada gambar dibawah :
a. Kondisi primary TB
Tampak sarang kapur dan bayangan garis-garis halus pada citra paru-paru
(DepKes RI, 2006).
bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak. Pemeriksaan BTA secara
biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama. Cara baru untuk mendeteksi kuman
teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA bakteri M.tuberculosis. Salah satu
pemeriksaan PCR specimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun luar paru
merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa
proses antigen antibodi yang terjadi. Selain pemeriksaan serologi dengan ELISA
yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini
kemudian dicelupkan ke dalam serum penderita, dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai yang sesuai dengan
aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi
4. Menurunkan penularan TB
5. Menjaga sirkulasi udara dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang
baru
B. Terapi Farmakologi
dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat dengan jumlah yang cukup
dan dosis yang tepat sesuai kategori pengobatan. Hal ini dilakukan untuk
1. Tahap Intensif
dilakukan secara tepat pada tahap ini, biasanya penderita menular menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar TB BTA positif
2. Tahap Lanjutan
Penderita mendapatkan obat dalam jumlah sedikit tetapi dalam waktu yang
2 obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian
kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Terapi Lini Pertama Untuk TB (CDHS, 2003)
Terapi Lini Kedua Untuk TB (CDHS, 2003)
Aktivitas obat TB didasarkan pada tiga mekanisme aksi yaitu aktifitas
Obat-obat lain yang pernah dipakai adalah natrium para amino salisilat, kapreomisin,
mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap dan lama pengobatan, jenis OAT,
cara pemberian (harian atau selang), dan kombinasi OAT dengan dosis tetap seperti
2HRZE/4H3R3 atau 2HRZES/5HRE. Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirasinamid
E = Etambutol
S = Streptomosin
depan seperti pada 2HRZE artinya digunakan selama dua bulan, tiap hari satu
kombinasi tersebut, sedangkan angka dibelakang huruf seperti pada 4H3R3 artinya
selama 2 bulan dan masing-masing OAT diberikan tiap hari sedangkan pengobatan
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan
Obat Paket Tuberkulosis ini disediakan secara gratis melalui Institusi pelayanan
paru, Rumah Sakit Umum dan Dokter Praktek Swasta yang telah bekerja sama
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Tahap intensif diberikan HRZE selama 2 bulan dan tahap lanjutan diberikan
HR tiap 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Obat ini diberikan untuk penderita
baru TB paru BTA positif, penderita baru TB paru BTA negatif foto rontgen positif
yang sakit berat, dan penderita TB ekstra paru berat. Panduan OAT kategori 1 dapat
tahap intensif dan 48 blister HR untuk tahap lanjutan yang dikemas masing-masing dalam dos
2. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan
HRZES setiap hari dan dilanjutkan satu bulan dengan HRZE setiap hari. Tahap
lanjutan diberikan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiap 3 x dalam
seminggu. Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA (+) yang sebelumnya
pernah diobati seperti penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failur), dan
penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default). Panduan OAT kategori 2
blister HRZE untuk tahap intensif dan 60 blister HRE untuk tahap lanjutan
dikemas masing-masing dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan dan
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3
kali seminggu. Obat ini diberikan untuk penderita baru BTA negatif rontgen positif
sakit ringan dan penderita TB ekstra paru ringan. Panduan OAT kategori 3 dapat
HRZ untuk tahap intensif dan 50 blister HR untuk tahap lanjutan yang dikemas
a. Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan diberikan
setiap hari.
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z)
selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid
(H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
Obat sisipan diberikan setiap hari selama satu bulan pada akhir tahap intensif
pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita positif
pengobatan ulang dengan kategori 2 yang hasil pemeriksaan dahak masih BTA
positif. Panduan OAT sisipan adalah 1 tablet isoniazid 300 mg, 1 kaplet rifampisin
450 mg, 3 tablet pirazinamid 500 mg, dan 3 tablet etambutol 250 mg. Satu paket obat
sisipan berisi 30 blister HRZE yang dikemas dalam satu dos kecil.
Saat ini obat TB tersedia dalam bentuk kombinasi tetap yang disebut sebagai
Fix Dose Combination (FDC). Obat disajikan dalam bentuk kombinasi dimana satu
tablet biasanya sudah berisi 2, 3 atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan. WHO
Hal yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pemakaian OAT FDC adalah :
1. Salah persepsi oleh petugas dengan anggapan bahwa dengan OAT FDC
pengawasan minum obat tidak diperlukan lagi. Tanpa jaminan mutu obat,
1. Isoniazid
Isoniazid merupakan derivat dari asam nikotinat. INH adalah obat yang aktif
terhadap MTB yang membelah dan tidak aktif terhadap MTB dalam
merupakan unsur penting dinding sel Mycobacterium. Prodrug INH yang masuk ke
dalam kuman secara pasif akan diubah olehkatalase G Mtb menjadi bentuk
target di dalam kuman, yaitu sintesa asammikolat, metabolisme NAD dan mungkin
juga merusakDNA. Akibatnya kuman mudah lisis. INH mudah diabsorpsi pada
pemberian oral maupun parenteral.Kadar puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah mual,
Selain itu dapat timbul hipersensitifitas pada orang-orang tertentu berupa eritema
terjadi terutama pada usia lebih dari 35 tahun (DepKes RI, 2006). Untuk
Dalam kombinasi dengan OAT lainnya, dosis yang dipakai untuk pasien
dewasa adalah 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai
dengan 900 mg, kadang-kadang 2 kali atau 3 kali seminggu (DepKes RI, 2005).
2. Rifampisin
Rifampisin merupakan obat yang aktif terhadap MTByang tumbuh dan juga
Efek samping penggunaan rifampisin adalah rasa panas pada perut, sakit
epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, letih rasa kantuk,
sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal umum, nyeri pada
Sediaan dasar dari Rifampisin adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450 mg, dan
600 mg. Untuk dewasa, dosis yang diberikan adalah 450 mg satu kali sehari, atau
3. Etambutol
sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel
(Tjay, 2002).
Efek samping yang dapat timbul dari penggunaan obat ini adalah neuritis
optik, buta warna merah atau hijau, dan neuritis perifer (DepKes RI, 2006). Reaksi
toksik kinik akan timbul pada dosis besar (diatas 50 mg per kg berat badan perhari)
Sediaan dasar dari Etambutol adalah tablet dengan nama generik Etambutol-
HCl 250 mg atau 500 mg per tablet. Untuk dewasa dan anak diatas 13 tahun, dosis
yang diberikan adalah 15-25 mg per kg berat badan, satu kali sehari.Untuk
pengobatan awal diberikan dosis 15 mg per kg berat badan, dan pengobatan lanjutan
25 mg per kg berat badan.Obat ini tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan
4. Pirazinamid
Analog pirazin dari nikotinamida ini bekerja bakterisid (pada pH 5-6) atau
Pirazinamidase yang berasal dari basil TBC. Pada saat pH dalam makrofag
diturunkan, maka kuman yang berada disarang infeksi yang menjadi asam akan
mati. Obat ini khusus digunakan pada fase intensif, pada fase pemeliharaan hanya
Efek samping yang dapat ditimbulkan pada penggunaan obat ini adalah
pirazinamid untuk dewasa dan anak adalah 1530 mg per kg berat badan, satu kali
sehari atau 5070 mg per kg berat badan 23 kali seminggu (DepKes RI, 2005).
5. Streptomisin
sisi A dimana tRNA bakteri biasa melekat menyebabkan ribosom tidak terbentuk dan
sintesis protein rusak sehingga menyebabkan kematian sel bakteri (Farfan dkk.,
2006).
(nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan terjadi biasanya
6. Kanamisin/Amikasin
kanamisin yang digunakan secara luas untuk pengobatan infeksi bakteri. Mekanisme
aksi kanamisin dan amikasin adalah berinteraksi dengan subunit 30S dari ribosom
prokariotik. Hal ini menyebabkan kesalahan penerjemahan dan secara tidak langsung
Efek samping serius yang terjadi pada kedua obat ini hampir sama yaitu
berupa tinnitus atau kehilangan pendengaran, toksisitas pada ginjal dan reaksi alergi
terhadap obat. Sediaan kanamisin yang tersedia berupa injeksi 1 gram, sirup 50
7. Levofloxacin
Levofloxacin aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif termasuk
bakteri anaerob. Mekanisme kerja yang utama adalah melalui penghambatan DNA
gyrase bakteri (DNA topoisomerase II), sehingga terjadi penghambatan replikasi dan
Efek samping yang dapat terjadi : diare, mual, kembung, konstipasi, nyeri
perut, sakit kepala, insomnia, agitasi, anorexia, ansietas, arthralgia, mulut kering,
dyspnea, edema, lelah, demam, genital pruritus, keringat berlebih, gelisah, rhinitis,
gangguan kulit, somnolence dan hilang rasa. Sediaan yang tersedia berupa tablet 250
asam para-amino benzoat. Penggunaan PAS sering disertai efek samping yang
diberikan dengan dosis oral 8-12 g sehari, dibagi dalam beberapa dosis.
9. Ethionamide
mudah terjadi bila dosis kurang tinggi atau obat ini digunakan sendiri, dan timbul
Efek samping yang paling sering dijumpai adalah anoreksia, mual, dan
muntah. Sering juga terjadi hipertensi postural yang hebat, depresi mental,
mengantuk dan athenia. Dapat pula terjadi rasa kecap metalik, sedangkan kejang dan
neuropati primer jarang terjadi. Efek samping lain pada sistem saraf mencakup
gangguan pada saraf olfaktorius, pengelihatan kabur, diplopia, vertigo parasetia, sakit
kepala, rasa lelah dan tremor. Kemerahan kulit, purpura, stomatitis, ginikomastia,
pada sekitar 5% pasien yang menggunakan obat ini. Gejala hepatotoksik hilang bila
pengobatan dihentikan. Fungsi hati pasien yang mendapat etionamid perlu diperiksa
Etionamid terdapat dalam bentuk tablet 250 mg. Dosis awal ialah dua kali
250 mg sehari, kemudian dinaikan setiap lima hari dengan 125 mg sampai maksimal
1 g/hari. Obat ini sebaiknya diberikan pada waktu makan untuk mengurangi iritasi
lambung.
10. Cycloserin
sintesis dinding sel. Jenis jenis yang sudah resisten terhadap streptomisin, PAS, INH,
Efek samping yang paling sering timbul dalam penggunaan sikloserin ialah
pada SSP dan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama pengobatan. Gejalanya ialah
somnolen, sakit kepala, tremor, disantria, vertigo, gangguan tingkah laku, paresis,
serangan psikosis akut, dan konvulsi. Serangan dapat menyerupai epilepsi grand mal
atau epilepsi petit mal, dan insidennya berhubungan dengan dosis yang digunakan.
Sikloserin dalam bentuk kapsul 250 mg, diberikan 2 kali sehari. Jika keadaan
lebih berat, dapat diberikan dosis lebih besar untuk jangka waktu yang lebih singkat.
Sikloserin dosis besar (250-500mg tiap 6 jam) dapat digunakan dengan aman bila
1. Wanita hamil
dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
placenta dan dapat menyebabkan permanent ototoxic terhadap janin dengan akibat
sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang
dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara
adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah
penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi
tersebut dapat terus menyusu. Pengobatan pencegahan dengan INH dapat diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya selama 6 bulan. BCG diberikan
kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg) (DepKes RI, 2005).
sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya) Tindak
2. Pengobatan Lengkap
lengkap tapi tidak ada hasil, pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut
3. Meninggal
Tindak lanjut : Penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat pindah dan bersama
sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan penderita dikirim kembali
ke UPK asal.
dilanjutkan.
6. Gagal
Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada
akhir pengobatan. Tindak lanjut : Penderita BTA positif baru dengan kategori 1
diberikan kategori 2 mulai dari awal. Penderita BTA positif pengobatan ulang
dengan kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik atau berikan INH seumur hidup.
Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke 2
menjadi positif. Tindak lanjut: berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal.
BAB III
3.1 Kasus
Seorang ibu datang ke apotek hendak menebus resep untuk anaknya, ananda
M umur 6 tahun yang mengeluh batuk berdahak, dahak berwarna kuning tanpa
disertai darah lebih dari 3 minggu, berat badan turun, lesu dan kurang aktif bermain,
demam serta selalu keringat dingin setiap malam selama 2 minggu. An. M
didiagnosa dokter menderita TBC dan telah mengkonsumsi OAT selama 2 bulan.
Pasien mengalami gatal pada kulit setelah mengkonsumsi obat tersebut. Berikut
R/ INH mg 200
Rif mg 200
B6 tab 1
m.f.p.dtd no. XV
S1dd1
R/ Heptasan tab
Cobazym cap
m.f.p.dtd no. XV
S1dd1
R/ Growee syr I
S1dd1cth
3.2 Penyelesaian
a. Subjektif
Nama : An. M
Umur : 6 tahun
Kondisi pasien :
b. Objective
c. Assesment
1. Penggunaan INH dan Rifampicin sebagai obat anti-TB sudah tepat karena pasien
telah menggunakan OAT fase intensif selama dua bulan sehingga dilanjutkan
dengan fase lanjutan menggunakan obat INH dan Rifampicin (Kemenkes RI,
2016).
dan rasa terbakar di telapak kaki atau tangan yang disebabkan oleh penggunaan
4. Cobazym berisi coenzym B12 yang berguna untuk mengatasi anoreksia dan
malnutrisi.
a. INH : mual, muntah, neuritis perifer, neuritis optic, kejang, episode psikosis,
hiperglikemia, ginekomastia.
urine berwarna merah akibat dari metabolisme obat, hal ini tidak berbahaya
namun perlu disampaikan kepada pasien agar mereka mengerti dan tidak
khawatir.
5. Memberikan informasi tentang indikasi, dosis, cara pakai, efek samping dan
7. Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat TBC harus diminum sampai selesai
lainnya dan diupayakan agar tidak lupa. Bila lupa satu hari, jangan meminum dua
9. Jika lupa minum obat segera minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum
obat seharusnya. Tetapi jika lewat waktu minum obat sudah jauh, ddan dekat
dengan waktu minum berikutnya maka minum obat disesuaikan saja dengan
10. Karena termasuk penyakit yang mudah menular sebaiknya menjaga kebersihan.
DAFTAR PUSTAKA