3. Akuisisi
Akuisisi adalah alat bagi perusahaan untuk meningkatkan jangkauan global dan daya
saingnya. Melalui akuisisi, PMI dapat memiliki competitive advantage melalui:
Meningkatkan kekuatan pasar. Di mana dengan mengakuisisi HMS yang merupakan pemain
besar di Indonesia yang sehat dan tangguh maka akan memberikan nilai dan membuat PMI
dapat semakin menguasai pasar rokok global.
Menghindari biaya dari pengembangan produk baru. Dengan akuisisi, PMI langsung memiliki
manajemen, pabrik, jalur distribusi, pemasok dan sumber daya manusia yang memiliki
kompeten.
Meningkatkan kecepatan memasuki pasar dan melewati entry barriers.Karena sudah memiliki
akses menuju pasar, segala perijinan dan regulasi, serta brand equity. Tinggal meneruskan
yang sudah ada.
Ada dua fase pada akuisisi yaitu pra akuisisi dan post akuisisi. Pra akuisisi berkaitan dengan
proses pengambilan keputusan yaitu bagaimana perusahaan menentukan pilihan, menilai dan
bernegosiasi dalam membuat perjanjian-perjanjian dengan mitra usahanya. Pada taraf ini, menyusun
strategi dan penilaian menyeluruh terhadap calon mitra usaha amat penting (finansial, kultural, fiskal,
sekuriti, politik, ekonomi, tingkat pendidikan dasar dan lain-lain).
Post akuisisi terdiri dari dua tahap yang berurutan yaitu transition management dan strategic
consolidation dalam rangka mengintegrasikan dua perusahaan yang melakukan akuisisi. Tahap
transisi merupakan hal yang kritikal karena berkaitan dengan konteks organisasional dan emosional.
Sedangkan tahap konsolidasi berkaitan dengan penciptaan trust pada kedua pihak supaya integrasi
dapat berjalan dengan baik.
Sulitnya mengorbitkan merek baru karena karakter pasar di Indonesia semakin tersegmentasi.
Alhasil, para pemasar makin sulit karena promosi tak seefektif dulu lagi. Ujung-ujungnya,
mengorbitkan produk baru jadi lebih sulit dibanding dulu. Hal senada dikemukakan konsultan dan
praktisi pemasaran Jahja B. Sunaryo dari Direxion Consulting, yang melihat perusahaan global
memilih akuisisi merek lokal yang bagus demi memperpendek time to market. Dengan demikian,
waktu yang dihabiskan untuk brand building lebih pendek sehingga lebih efisien.
Buat pemain global, merintis bisnis sendiri dari nol di Indonesia merupakan hal riskan. Tak heran
PMI perusahaan rokok kaliber dunia lebih memilih mengakuisisi merek HMS yang sangat kuat di
Indonesia. kretek is very very much local (business).
Dari sisi keuangan pun agaknya strategi akuisisi layak dipilih. Di awal kelihatannya lebih mahal,
tapi secara keseluruhan lebih murah dan efektif. PMI bisa beli satu merek bagus, dan uang sisanya
lebih baik untuk menggenjot promosi agar kinerja mereknya lebih bagus lagi. Selain itu, membeli
merek yang sudah jadi juga dinilai sebagai langkah tepat untuk mempertahankan profitabilitas.
PR Manager HMS Yudi Richard Hakim, mengatakan, PMI membeli saham HMS dengan tujuan
untuk menduniakan rokok kretek, karenanya tidak akan menghentikan produksi rokok kretek, bahkan
akan memperbesar produksi rokok kretek. PMI juga tidak akan memindahkan pabriknya ke luar
negeri, juga kantor pusatnya tetap di Indonesia. Tidak akan dialihkan ke luar negeri. Sebagai
pemegang saham baru, PMI tertarik membeli saham HMS karena mengetahui manajemen HMS
sangat solid. Manajemen akan dipertahankan, selain itu, PMI berani membeli dengan harga mahal,
karena memiliki tenaga kerja yang besar.
Alasan lainnya, karena HMS telah memiliki brand equity, finansial sehat dalam arti tidak sedang
terlilit hutang, memiliki budaya perusahaan yang baik, karyawannya kompeten, sistem informasinya
terintegrasi dengan baik, dan lain sebagainya.
Putera menjual HMS karena industri rokok diprediksi mulai terbenam. Menurut catatan Adrian
Rusmana, kepala peneliti BNI Securities, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan pendapatan
perusahaan rokok di Bursa Efek Jakarta (BEJ) berada di bawah level 10%. Akan tetapi, untunglah,
saham perusahaan rokok masih diminati investor asing. Hal itu karena likuiditas yang tinggi dan
kapitalisasi pasar yang besar. Kalau kapitalisasi pasar dan likuiditasnya berkurang, saya kira saham
perusahaan rokok tidak akan populer lagi, kata Adrian. Namun, semua kondisi tadi membuat bisnis
rokok sejatinya sudah tak bisa lari ke mana-mana lagi, alias sudah mentok. Ini industri yang mulai
terbenam. Maka, tak mengherankan jika sejumlah pemilik perusahaan rokok memilih
mengembangkan usahanya di luar bisnis rokok.
Mengapa Putera rela menjual HMS? Hal yang paling kasat mata karena tawaran cash-nya cukup
menggiurkan alias harga premium. Banyak yang pertimbangannya ingin dapat uang segera.
Mumpung ada yang menawar mahal dan dapat gain besar, why not! Mungkin ada yang bilang ini
pikiran jangka pendek. Toh harus diingat, tawaran bagus belum tentu datang dua kali.
Dampak Akuisisi
Walaupun kepemilikan saham oleh PMI adalah mayoritas 98%, namun manajemen lama masih
tetap diberikan tempat untuk mengelola perusahaan dan ditambah dengan penambahan komposisi
manajemen global dari PMI. Hasil dari akuisisi adalah sebuah perusahaan rokok yang didukung oleh
manajemen solid telah mampu meningkatkan nilai perusahaan berkali lipat dari nilai akuisisi 5,3
milyar dolar (ekuivalen 45 triliun rupiah) pada 2005. Dengan harga saham berada di level 88.000
rupiah per lembar saham maka nilai perusahaan telah meningkat menjadi 386 triliun rupiah saat ini.
Dampak akuisisi HMSP oleh PMI dapat ditinjau dari beberapa aspek stakeholder sebagai berikut