Kelompok 18
KOROSI
BAB II
PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI
2.1 Tujuan
1. Mengetahui cara pengukuran potensial korosi dalam berabagai larutan
(lingkungan)
2. Mengetahui dan memahami penggunaan diagram Poeurbaix
(diagram potensial pH) dalam proses korosi
3. Mengetahui pengaruh berbagai larutan terhadap laju korosi
4. Mengetahui larutan yang dapat mengkorosikan dan yang tidak
mengkorosikan baja
5. Mengetahui cara menggunakan alat pH meter dan potensio meter
pada pemolesan karena Cr2O3 keras, tajam sehingga mampu mengikis atau
mengasah logam menjadi mengkilap.
Penggunaan larutan garam natrium kromat atau sodium kromat (Na2CrO4) dengan
kadar tertentu mampu menghambat laju korosi. karena natrium kromat sebagai
inhibitor kimia, yaitu suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat
suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang
bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju
penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam.
Korosi merupakan kerusakan suatu material karena bereaksi dengan
lingkungannya. Reaksi ini menghasilkan oksida logam, sulfida logam atau hasil
reaksi lain. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau
lambatnya suatu proses korosi adalah:
a. Air dan kelembapan udara
Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi.
Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat proses
korosi.
b. Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan
transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat
oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam)
merupakan penyebab korosi yang utama.
c. Adanya oksigen
Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.
d. Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan,
yang akhirnya akan berperan sebagai anoda dan katoda. Permukaan logam yang
licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi
kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anoda dan katoda.
e. Letak logam dalam deret potensial reduksi
Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah,
sedangkan logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih awet.
f. Material korosi
Material yang dipakai untuk membuat benda konstruksi sangat berpengaruh
terhadap laju korosi, dengan demikian harus dipilih sejeli mungkin untuk
mengurangi dampak negatif korosi.
g. Kondisi lingkungan/media
Lingkungan di mana benda konstruksi akan dibuat dan digunakan juga
merupakan salah satu faktor dalam proses dan kecepatan korosi. Material di
lingkungan air laut akan sangat berbeda dengan material di lingkungan air
tawar. Korosi yang timbul akan dipengaruhi oleh media korosif yang
terkandung pada lingkungan tersebut.
h. Bentuk konstruksi/susunan
Bentuk konstruksi yang oleh sebagian orang diabaikan efeknya terhadap proses
korosi, sebenarnya tidak sedikit dampak negatifnya. Karena bentuk ini sedikit
banyak juga akan berpengaruh terhadap kecepatan korosi. Sebagai contoh pipa
yang dibengkokkan dengan radius 180o akan sangat berlainan korosinya jika
dibandingkan dengan pipa yang lurus.
i. Fungsi konstruksi
Konstruksi baja yang digunakan untuk operasi suhu panas akan berlainan jika
dibandingkan dengan suhu operasi rendah. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan jika konstruksi tersebut akan dibuat harus dipertimbangkan untuk
apa alat tersebut dibuat atau untuk operasi yang bagaimana konstruksi tersebut
dipakai.
Diagram Pourbaix
Diagram ini telah digunakan secara luas untuk menerangkan mekanisme
korosi logam dan cara pengendaliannya berdasarkan thermodinamika.
Proses korosi besi terjadi bila potensial antar muka naik ke dalam daerah
predominan ion Fe. Apabila potensial antar muka berada dalam daerah kestabilan
Fe2O3. Korosi baja mungkin berlangsung dengan lambat karena berbentuk film
oksida/hidroksida yang memperlambat laju korosi baja.
Dengan memperhatikan diagram ini juga dapat diterangkan mekanisme passivator
dalam mempasifkan logam baja dilingkungannya. Diagram Pourbaix juga dikenal
sebagai pH/diagram potensial, peta keluar mungkin stabil (keseimbangan) tahap
sistem elektrokimia berair. Batas ion utamanya diwakili oleh baris. Dengan
demikian diagram Pourbaix bisa dibaca seperti standar diagram fasa dengan sumbu
yang berbeda. Diagram Pourbaix juga dikenal sebagai diagram potensial-pH karena
pelabelan dari dua sumbu. Sumbu vertikal diberi label Eh untuk potensi tegangan
sehubungan dengan elektroda hidrogen standar (SHE) yang dihitung oleh
persamaan Nerst . The "H" singkatan dari Hydrogen, meskipun standar lain dapat
digunakan.
Bila suatu logam berada dalam suatu lingkungan, ada tiga kemungkinan bisa
terjadi yaitu Imun, Aktif, dan Pasif.
a. Imun/Kebal :tidak terjadi apa-apa: Logam berada dalam kondisi imun
terhadap lingkungan korosif.
b. Aktif: terjadi reaksi korosi: Logam berada dalam kondisi aktif terhadap
lingkungan (korosif)-nya.
Pasif : terbentuk lapisan film di permukaan logam: Logam dalam kondisi pasif di
lingkungan korosif karena terbentuk lapisan pasif di permukaan logam yang
melindungi logam dari serangan korosi (lingkungan korosif di sekitarnya). Korosi
atau Perkaratan berasal dari bahasa latin Corrodere yang berarti perusakan
logam. Adapun definisi korosi sebagai berikut.
- Korosi adalah proses degradasi perusakan material yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.
- Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan mekanis.
- Korosi adalah Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.
- Korosi adalah proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan
Buat larutan NaCl 0,1 M NaOH 0,1 M HCl 0,1 M K2CrO4 Aqua dm
kesimpulan
Spesimen dibersihkan
dengan aqua dm dan
dikeringkan dengan
menggunakan tisu
Tabel 2.2. Data Pengamatan Secara Visual Pada Larutan Nacl 0,1 M
Gambar intensitas dalam larutan Pengamatan
No Tanggal Potensial pH
Depan Belakang secara visual
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
1 28-11-16 -0,64 7,92
kuning
Spesimen
berwarna
coklat
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
2 29-11-16 -0,61 7,07
kuning
Spesimen
berwarna
coklat
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
3 30-11-16 -0,55 6,99 kuning
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
4 1-12-16 -0,13 7,24 kuning
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
5 2-12-16 -0,58 7,01 kuning keruh
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
6 3-12-16 -0,60 6,90 kuning keruh
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
kuning
7 4-12-16 -0,64 6,98
bening
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Tabel 2.3. Data Pengamatan Secara Visual Pada Larutan HCl 0,1 M
Gambar intensitas dalam larutan Pengamatan
No Tanggal Potensial pH
Depan Belakang secara visual
Terdapat
gelembung
Larutan
berwarna
1 28-11-16 -0,51 1,93
bening
Spesimen
berwarna
coklat
Terdapat
gelembung
Larutan
berwarna
2 29-11-16 -0,54 4,20 bening
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
gelembung
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
gelembung
Larutan
keruh
4 1-12-16 -0,50 5,46
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
gelembung
Larutan
berwarna
kuning
5 2-12-16 -0,01 5,15
bening
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
gelembung
Larutan
berwarna
6 3-12-16 -0,04 5,57 bening
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
gelembung
Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Tabel 2.4. Data Pengamatan Secara Visual Pada Larutan NaOH 0,1 M
Gambar intensitas dalam larutan Pengamatan
No Tanggal Potensial pH
Depan Belakang secara visual
Tidak
Terdapat
endapan
12,1 Larutan
1 28-11-16 -1,09
9 berwarna
bening
Spesimen
bersih
Tidak
Terdapat
endapan
Larutan
Tidak
Terdapat
endapan
Larutan
Tidak
Terdapat
endapan
Larutan
Tidak
Terdapat
endapan
Larutan
Tidak
Terdapat
endapan
Larutan
Tidak
Terdapat
endapan
Larutan
Tabel 2.5. Data Pengamatan Secara Visual Pada Larutan K2CrO4 0,1 M
Gambar intensitas dalam larutan Pengamatan
No Tanggal Potensial pH
Depan Belakang secara visual
Hanya
Terdapat
endapan
Larutan
1 28-11-16 -0,02 8,29 berwarna
kuning
Spesimen
bersih
Hanya
Terdapat
endapan
Larutan
2 29-11-16 -0,06 7,67 berwarna
kuning
Spesimen
bersih
Hanya
Terdapat
endapan
Larutan
3 30-11-16 -0,03 7,64 berwarna
kuning
Spesimen
bersih
Hanya
Terdapat
endapan
4 1-12-16 -0,14 7,60
Larutan
berwarna
kuning
Spesimen
bersih
Hanya
Terdapat
endapan
Larutan
5 2-12-16 -0,21 7,68 berwarna
kuning
Spesimen
bersih
Hanya
Terdapat
endapan
Larutan
6 3-12-16 -0,05 7,59 berwarna
kuning
Spesimen
bersih
Hanya
Terdapat
endapan
Larutan
7 4-12-16 -0,52 7,61 berwarna
kuning
Spesimen
bersih
Tabel 2.6. Data Pengamatan Secara Visual Pada Larutan Aqua dm 0,1 M
Gambar intensitas dalam larutan Pengamatan
No Tanggal Potensial pH
Depan Belakang secara visual
Larutan
berwarna
kuning
bening
1 28-11-16 -,056 7,87
Spesimen
berwarna
coklat
Larutan
berwarna
kuning
bening
Larutan
berwarna
kuning keruh
Spesimen
3 30-11-16 -0,12 6,80
terkorosi
pada bagian
tertentu
Larutan
berwarna
kuning keruh
4 1-12-16 -0,18 7,15 Spesimen
terkorosi
pada bagian
tertentu
Terdapat
banyak
endapan
Larutan
berwarna
kuning keruh
Spesimen
terkorosi
5 2-12-16 -0,12 7,02
pada bagian
depan
Terdapat
endapan
Larutan
berwarna
kuning keruh
Spesimen
terkorosi
pada bagian
depan
Terdapat
6 3-12-16 -0,10 7,08 banyak
endapan
Larutan
berwarna
kuning keruh
Spesimen
terkorosi
7 4-12-16 -0,45 7,08 pada bagian
depan
Terdapat
banyak
endapan
Keterangan :
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga
Hari ke empat
Hari kelima
Hari keenam
Hari ketujuh
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga
Hari keempat
Hari kelima
Hari keenam
Hari ketujuh
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga
Hari keempat
Hari kelima
Hari keenam
Hari ketujuh
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga
Hari keempat
Hari kelima
Hari keenam
Hari ketujuh
Keterangan :
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga
Hari keempat
Hari kelima
Hari keenam
Hari ke tujuh
Pembuatan larutan
NaCl 0,1 M
gr 1000
M= x
Mr V
MxMrxV
gr =
1000
0,158,5250
=
1000
= 1, 463 gr
NaOH 0,1 M
gr 1000
M= x
Mr V
MxMrxV
gr =
1000
0,1x40x250
gr =
1000
= 1 gr
K2CrO4 0,1 M
gr 1000
M= x
Mr V
MxMrxV
gr =
1000
0,1x194rx250
gr =
1000
= 4,85 gr
Pengenceran HCl
x%x1000
M=
Mr
1,19x0,37x1000
M=
36,5
= 12,06
M1.V1 = M2.V2
12,06.V1 = 0,1.250
V1= 2,07 ml
= 3,13 MPY
= 25,9 MPY
= 0 MPY
Laju korosi
Dik : = 7,8 gr/cm3
A = 7,94 in2
t = 168 jam
w = 10 mg
Dit : laju korosi ?
Jawab :
534 10
Laju korosi =
7,8 7,94 168
= 0,51 MPY
= 5,21 MPY
Persamaan Reaksi
1. Reaksi kimia pada spesimen didalam larutan asam
Anoda : Fe Fe2+ + 2e- (x4)
Fe2+ Fe3+ + e- (x4)
Katoda : O2 + 4H+ + 4e- 2H2O (x3)
4Fe + 3O2 + 12H+ 4Fe3+ + 6H2O
pada bagian tertentu saja, larutan berwarna kuning bening dan terdapat banyak
endapan.
Untuk spesimen HCl setalah 7 hari pengamatan spesimen terlihat gosonng.
Apabila dilihatpada diagram pourbaix spesimen menjadi gosong adala reaksi
perpindahan antara daerah korosi menjadi oksidasi.
Setelah percobaan selesai hasil analisa dan lainnya di plotkan ke diagram
pourbaix dan hasilnya, hampir semua berada pada zona korosi terkecuali spesimen
pada larutan NaOH konsisten pada zona imun. Hanya spesimen pada larutan HCl
yang konsisten pada zona korosi sedangkan spesimen pada larutan berkisar 7
signifikan awalnya saja terdapat pada zona imun atau pasivasi, pada akhirnya akan
pada zona korosi. Fenomena ini dipengaruhi oleh lingkungan yang terbuka atau
bebas oksigen.
Hasil dari perhitungan dari laju korosi NaCl = 3,135 MPY, HCl = 25,9
MPY, NaOH = 0 MPY, K2CrO4 = 0,514 MPY, Aqua dm = 5,21 MPY. Dilihat dari
hasil perhitungan laju korosi, laju korosi paling tinggi yaitu spesimen pada larutan
HCl karena larutan bersifat asam kuat, sedangkan laju korosi paling rendah yaitu
spesimen pada larutan NaOH karena bersifat basa kuat.
2.7.2 Saran