Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN LINTAS BUDAYA EKSPATRIAT

(Studi Penelitian pada PT. Haier Sales Indonesia, Jakarta Utara)

Intan Puspitasari
M. Al Musadieq
Arik Prasetya
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email : i_ntann@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gaya kepemimpinan lintas budaya ekspatriat, faktor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan lintas budaya ekspatriat, model penyesuaian ekspatriat, dan kendala
yang dialami ekspatriat dalam memimpin karyawan lokal di PT. Haier Sales Indonesia. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
dokumentasi, observasi non-partisipan, triangulasi dan wawancara yang dilakukan pada tiga orang ekspatriat
Jepang dan lima orang karyawan lokal tingkat menengah. Hasil penelitian menunjukkan gaya
kepemimpinan lintas budaya yang diterapkan oleh ketiga ekspatriat Jepang di PT. Haier Sales Indonesia
adalah gaya kepemimpinan demokratis. Gaya demokratis terlihat pada pengambilan keputusan perusahaan
yang dilakukan secara konsultasi dengan karyawan lokal, terdapat pemberdayaan karyawan, dan komunikasi
interpersonal berlangsung secara formal dan informal, dari bawah keatas dan dari atas kebawah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan lintas budaya ekspatriat adalah kemampuan untuk belajar
dari pengalaman, kemampuan interpersonal, dan nilai-nilai budaya Jepang. Model penyesuaian yang
dilakukan ekspatriat yaitu model reaksi dan model integrasi. Kendala yang dialami ekspatriat terletak pada
masalah stereotipe negatif terhadap karyawan lokal dan etnosentrisme yang dimiliki ekspatriat.

Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Kepemimpinan Lintas Budaya, Pemimpin Ekspatriat


Abstract
The purpose of this study to explain expatriate cross cultural leadership styles, factors affecting cross-
cultural leadership styles of expatriates, model of expatriate's adjustment, and expatriates constraints in
leading local employees at PT. Haier Sales Indonesia. The research type was descriptive research with a
qualitative approach. Methods of data collection used were documentation, non-participant observation,
and interview conducted on the three Japanese expatriates and five mid-level local employees. Results of the
study showed the cross-cultural leadership style that implemented by the three Japanese expatriates in PT.
Haier Sales Indonesia is democratic leadership style. Democratic style seen on corporate decision-making
conducted through consult with the local employees, employees empowerment, formal and informal
interpersonal communication, bottom-up and top-down. The factors affecting cross-cultural leadership
styles expatriates in PT. Haier Sales Indonesia are the ability to learn of the experience, interpersonal skills,
and values of Japanese culture. Model of expatriate's adjustment are reaction and integration models.
Constraints experienced by expatriates lies on the problem of negative stereotypes with the local employees
and ethnocentrism owned by expatriates.

Keyword : Leadership Style, Cross Cultural Leadership, Expatriat Leader

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
A. PENDAHULUAN manajemen pada PT. Haier Sales Indonesia sangat
Globalisasi menjadikan dunia seakan tanpa kental dengan gaya khas Jepang.
batas dan saling terhubung, sehingga memicu Berdasarkan riset lintas budaya Hofstede
perkembangan yang pesat pada bisnis internasional. dalam Noe et al (2011:273), penghindaran
Salah satu peningkatan aktivitas bisnis ketidakpastian Jepang sangat tinggi (peringkat 92)
internasional ditandai dengan meningkatnya dimana Jepang memberlakukan aturan-aturan
investasi asing langsung (Foreign Direct formal dan sangat disiplin. Berbeda dengan
Investment - FDI). Investasi yang dilakukan oleh Indonesia yang memiliki penghindaran
perusahaan-perusahaan multinasional menciptakan ketidakpastian rendah (peringkat 48) dimana
semakin ketatnya persaingan industri dalam Indonesia memberlakukan sedikit aturan dan
melaksanakan strategi global. memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Riset
Komponen penting dalam pelaksanaan tersebut menunjukan bahwa antara Jepang dengan
strategi global adalah manajemen sumber daya Indonesia terdapat perbedaan pandangan terhadap
manusia internasional - MSDMI (Waspodo dan suatu pencapaian.
Handaru, 2013:120). Tidak sedikit MNC Perbedaan budaya menjadi tantangan bagi
mengirimkan karyawan pada penugasan pemimpin ekspatriat Jepang untuk menerapkan
internasional demi merealisasikan visi perusahaan gaya kepemimpinan lintas budaya yang tepat
untuk bersaing dipasar global. Karyawan ini dalam memimpin karyawan lokal. Berdasarkan hal
disebut dengan istilah ekspatriat. Ekspatriat adalah tersebut penelitian ini menganalisis gaya
karyawan yang dikirim oleh sebuah perusahaan di kepemimpinan lintas budaya yang diterapkan
suatu negara untuk mengelola operasi di negara pemimpin ekspatriat, berbagai faktor yang
berbeda (Noe et al, 2011:282). Keahlian manajerial mempengaruhi, model penyesuaian yang dilakukan,
ekspatriat menjadi salah satu bentuk transfer serta kendala yang dialami pemimpin ekspatriat.
teknologi yang dipertimbangkan dapat mendukung Gaya kepemimpinan lintas budaya yang sesuai
perusahaan mencapai keunggulan bersaing. menghasilkan interaksi dan kerja sama yang baik
Mengingat operasi perusahaan melewati batas antara pemimpin ekspatriat dengan karyawan lokal
wilayah nasional, terdapat konsekuensi yang dalam mencapai visi perusahaan.
dihadapi ekspatriat yaitu kompleksitas perbedaan-
perbedaan nasional antara ekspatriat dengan B. TINJAUAN PUSTAKA
karyawan lokal ketika melakukan kepemimpinan. 1. Kepemimpinan
Hal ini dapat dikatakan sebagai fenomena Kepemimpinan dapat menjadi penentu dalam
kepemimpinan lintas budaya. Kepemimpinan lintas mencapai keberhasilan kelompok atau organisasi.
budaya (Cross-cultural leadership) merupakan Northouse (2013:5) mendefinisikan kepemimpinan
suatu bentuk interaksi kepemimpinan antara sebagai proses dimana individu mempengaruhi
pemimpin dan bawahan dengan latar budaya yang sekelompok individu untuk mencapai tujuan
berbeda (Lumbanraja, 2008:73). bersama.
PT. Haier Sales Indonesia merupakan salah 2. Gaya Kepemimpinan
satu perusahaan FDI yang ada di Indonesia. PT. Gaya kepemimpinan mencerminkan apa
Haier Sales Indonesia adalah perusahaan yang dilakukan oleh pemimpin dalam
perdagangan (trading companies) milik Haier mempengaruhi para pengikut untuk merealisasikan
Grup. Haier merupakan sebuah perusahaan visi (Wirawan, 2013:351). Northouse (2013:96)
multinasional bergerak dibidang produk elektronik menyatakan gaya kepemimpinan mengandung pola
konsumen dan rumah tangga yang berkantor pusat perilaku dari seseorang yang mencoba untuk
di Qindao, Shangdong RRC. Di tengah persaingan mempengaruhi orang lain. Dapat disimpulkan
ketat industri elektronik di Indonesia, Haier bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola
menugaskan tiga orang ekspatriat yang berasal dari perilaku pemimpin dalam mempengaruhi
Jepang untuk menjabat pada posisi top level bawahannya.
management PT. Haier Sales Indonesia. Ekspatriat 3. Kepemimpinan Lintas Budaya
Jepang membawa nilai-nilai budaya asal Jepang Kepemimpinan lintas budaya diartikan
dalam memimpin karyawan Indonesia yang sebagai kemampuan seorang pemimpin untuk
diantaranya saling memiliki nilai-nilai budaya mempengaruhi dan memotivasi anggota kelompok
yang berbeda. Hal ini menjadi suatu keunikan bagi budaya yang berbeda penilaian terhadap
sebuah perusahaan asal China dimana gaya pencapaian hasil dengan merujuk pada berbagi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 2


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pengetahuan dan makna sistem dari kelompok a. Model Reaksi : pemimpin ekspatriat lebih
budaya yang berbeda (Akiga dan Lowe, 2004:2). mengubah lingkungan daripada perilaku
Hal yang membedakan kepemimpinan lintas sendiri.
budaya dengan kepemimpinan tradisional terletak b. Model Integrasi : pemimpin ekspatriat
pada perbedaan budaya yang dihadapi, serta mengubah perilaku yang disesuaikan dengan
mempertimbangkan perbedaan budaya yang ada keadaan lokal. Kebalikan model reaksi.
dalam proses kepemimpinan (Akiga dan Lowe, c. Model Withdrawal : pemimpin ekspatriat
2004:2). Hal ini berkaitan dengan gaya menarik diri secara fisik dan mental,
kepemimpinan yang harus diterapkan akibat berusaha untuk menghindari masalah.
perbedaan budaya nasional diantara pemimpin dan 7. Kendala dalam Kepemimpinan Lintas
bawahan (Lumbanraja, 2008:69). Dapat Budaya
disimpulkan bahwa kepemimpinan lintas budaya Terdapat beberapa masalah yang
merupakan kemampuan seseorang dalam berkontribusi sebagai kendala dalam melakukan
mempengaruhi dan memotivasi suatu kelompok kepemimpinan lintas budaya, antara lain masalah
yang berbeda budaya nasional. stereotip -kecenderungan untuk menilai orang lain
4. Gaya Kepemimpinan dalam Konteks berdasarkan suatu kelas atau kategori- dan
Lintas Budaya masalah etnosentrisme -rasa superioritas yang
Tidak sedikit penelitian empirik dimiliki anggota budaya tertentu- (Luthans,
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan otoriter- 2006:392; Northouse, 2013:364). Banyak orang
demokratis dapat memberikan kerangka teoritis yang terjerumus dalam etnosentrisme dan
yang sesuai untuk melihat gaya kepemimpinan stereotipe, sehingga kebanyakan dari orang-orang
dalam budaya berbeda (Nagasawa:2004, yang berbeda budaya cenderung salah menafsirkan
UNDP:2007). Luthans (2006:681) menyatakan tindakan orang lain (Bovee dan Thill, 2005:74).
bermacam-macam gaya dari berbagai teori dan
studi kepemimpinan dapat digabungkan kedalam C. METODE PENELITIAN
kontinum kepemimpinan Tannenbaum dan 1. Jenis Penelitian
Schmidt. Suryadi (2008:45) mengemukakan Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kepemimpinan kontinum mencerminkan jumlah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
partisipasi bawahan yang berbeda, seorang leader 2. Sumber dan Jenis Data
mungkin otoriter (berpusat pada pemimpin), a. Data Primer
demokratis (berpusat pada bawahan), dan dapat Peneliti memperoleh data primer dari tiga
pula bauran dari kedua gaya tersebut. orang ekspatriat Jepang di PT. Haier Sales
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indonesia dengan jabatan sebagai president
Kepemimpinan Lintas Budaya Director (Mr. Itamochi), vice president (Mr.
Gaya kepemimpinan lintas budaya yang Fukuda), dan general manager (Mr. Yamada),
diterapkan pemimpin ekspatriat dipengaruhi oleh serta lima orang karyawan lokal pada tingkat
beberapa faktor. Luthans (2006:659) menengah yang sering berhubungan langsung
mengungkapkan tiga faktor yang mempengaruhi dengan para ekspariat, dan memiliki pengetahuan
kepemimpinan lintas budaya, yaitu nilai-nilai dan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan
pribadi, latar belakang pemimpin dan kemampuan dengan penelitian..
interpersonal. Yukl (2010:495) juga memaparkan b. Data Sekunder
faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Peneliti memperoleh data sekunder dari buku,
lintas budaya antara lain variabel budaya nasional artikel, jurnal ilmiah, penelitian terdahulu serta
dan variabel situasional. Lovvorn dan Chen data pendukung lain yang berkaitan dengan
(2011:277) menjelaskan faktor lain yang penelitian seperti arsip perusahaan periode 2012-
mempengaruhi gaya kepemimpinan lintas budaya 2013.
yaitu faktor pengalaman tugas internasional. 3. Metode Pengumpulan Data
6. Model Penyesuaian Kepemimpinan Lintas a. Observasi Non-partisipasi
Budaya b. Wawancara semi terstruktur
Berry et al dalam Lumbanraja (2008:75) c. Dokumentasi
memaparkan model penyesuaian bagi pemimpin d. Triangulasi
ekspatriat yang mengalami lintas budaya ketika
menjalani penugasan internasional yaitu:

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
4. Metode Analisis Data dari karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa
Peneliti menggunakan teknik analisis yang para ekspatriat tidak melakukan pseudo-partisipasi
dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu : (partisipasi palsu) seperti yang dikemukakan oleh
a. Reduksi Data Luthans (2006:418) bahwa banyak manajer yang
b. Penyajian Data (Display Data) melakukan konsultasi, tetapi saat bawahan
c. Menarik Kesimpulan (Verifying memberi masukan, bawahan diabaikan dan tidak
conslusion) menerima umpan balik. Dari pengamatan peneliti,
partisipasi dengan teknik konsultasi yang
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dilakukan ekspatriat di PT. Haier Sales Indonesia
1. Gaya Kepemimpinan Lintas Budaya dapat dikatakan telah berjalan efektif dan dapat
Ekspatriat meningkatkan kepuasan karyawan. Dengan alasan
Pada bagian ini peneliti menganalisis gaya bahwa selain menerima masukan sebelum
kepemimpinan lintas budaya ekspatriat di PT. membuat keputusan akhir, ekspatriat juga
Haier Sales Indonesia. Hasil penelitian memberikan respon balik atas masukan dari para
mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan lintas manajer lokal.
budaya ekspatriat di PT. Haier Sales Indonesia
adalah gaya kepemimpinan yang berpusat pada
karyawan (demokratik). Gaya kepemimpinan
demokratik ditunjukkan pada tiga indikator yang
dianalisis.
Pertama, pengambilan keputusan
perusahaan. Pada kondisi tertentu para pemimpin
ekspatriat di PT. Haier Sales Indonesia
memerlukan masukan dari karyawan sebelum
mengambil keputusan akhir. Pada praktiknya para
pemimpin ekspatriat mengajukan masalah dan
meminta bawahan, khususnya dari para staf level
menengah, untuk berpartisipasi melakukan
pemecahan suatu masalah dalam bentuk informasi, Gambar 1. Kontinum Perilaku kepemimpinan
pendapat, ide, saran dan masukannya untuk Tannenbaum dan Schmidt
keputusan yang akan diambil. Sebagai contoh, Sumber: Suryadi, 2008:45
sebagai Vice president yang mengurusi keuangan
perusahaan, Mr. Fukuda meminta pendapat Kedua, pemberdayaan karyawan. Hasil
manager servis dalam menentukan insentif dan penelitian menunjukkan bahwa ekspatriat
kompensasi untuk operasional servis, setelah melakukan upaya pemberdayaan terhadap para
mendapat masukan yang diperlukan Mr. Fukuda karyawan lokal. Pemberdayaan dilakukan
mengkaji dengan dasar perhitungan yang telah ekspatriat dengan memberikan tanggung jawab
ditentukan untuk keputusan akhir. Yukl (2010:99) kepada bawahan dan kewenangan pengambilan
menyatakan bahwa pemimpin yang menanyakan keputusan level bisnis pada masing-masing
pendapat dan gagasan, kemudian mengambil departemen yang ditangani manajer lokal. Sebagai
keputusannya sendiri setelah mempertimbangkan contoh, Bapak Kevin seorang manager HP product
saran bawahan merupakan salah satu bentuk diberikan kewenangan untuk menentukan produk
pengambilan keputusan konsultasi. Pada handphone yang akan dipasarkan di Indonesia.
kepemimpinan kontinum, gaya kepemimpinan para Pemberdayaan karyawan merupakan salah satu
ekspatriat dalam mengambil keputusan level misi PT. Haier Sales Indonesia untuk mencapai
corporate mengarah pada pola kelima. Pada pola keberhasilan dan menciptakan nilai-nilai yang baik
kelima (ditunjukan pada gambar 1), pemimpin kepada pelanggan. Kewenangan karyawan terletak
menyajikan masalah, meminta saran pada bawahan, di pola ketujuh kontinum kepemimpinan. Pada
dan membuat keputusan. Pola kelima berada pada pola ketujuh (ditunjukan pada gambar 1),
area kepemimpinan berpusat pada karyawan. Hasil pemimpin mengizinkan bawahan melakukan
penelitian juga menunjukan bahwa para ekspatriat fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah
di PT. Haier Sales Indonesia tidak hanya sekedar ditentukan oleh pimpinan. Pola ketujuh berada
melakukan konsultasi tetapi juga merespon input pada area kepemimpinan berpusat pada karyawan.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Ketiga pemimpin ekspatriat di PT. Haier Sales menekankan kepekaan kepada orang lain, dan
Indonesia telah merealisasikan secara baik kolektif kelompok menekankan loyalitas dalam
pemberdayaan karyawan yang menjadi prinsip inti organisasi. Kedua, berdasarkan Riset lintas budaya
Haier, dengan memberikan tanggung jawab dan Hofstede dalam Noe et al (2011:273) menemukan
kewenangan pada setiap manajer di masing-masing bahwa Indonesia memiliki kolektivitas yang tinggi
departemen. Melalui pemberdayaan, para manajer (tingkat individual yang rendah pada peringkat 14)
memiliki inisiatif untuk berinovasi dan membuat dan cenderung feminim dengan mengutamakan
keputusan serta mengimplementasikan keputusan hubungan (tingkat maskulin rendah pada peringkat
dalam menciptakan nilai kepada para pelanggan. 46). Kedua studi tersebut memperlihatkan bahwa
Ketiga, komunikasi interpersonal. Hasil Indonesia memiliki karakter yang menekankan
penelitian menunjukkan bahwa komunikasi kemanusiaan, sehingga gaya kepemimpinan lintas
interpersonal di PT. Haier Sales Indonesia budaya yang diharapkan adalah gaya
berlangsung secara formal, informal, dari atas ke kepemimpinan yang berpusat pada karyawan.
bawah dan dari bawah ke atas. Ciri tersebut Gaya yang berpusat pada karyawan adalah bentuk
merupakan ciri komunikasi dari kepemimpinan gaya demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis
demokratis (Wirawan, 2013:383). Setiap karyawan yang diterapkan ekspatriat di PT. Haier Sales
dapat menyampaikan informasi mengenai Indonesia, secara kualitatif dilihat dari
perusahaan secara langsung dalam bentuk lisan pengambilan keputusan, pemberdayaan dan
kepada atasan. Komunikasi ke bawah juga komunikasi, dapat dikatakan telah berjalan efektif
dilakukan secara langsung oleh ketiga pemimpin dan diterima dengan baik oleh karyawan lokal.
ekspatriat kepada para bawahan ketika memberi 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
tugas khusus dan keperluan lainnya. Komunikasi Kepemimpinan Lintas Budaya Ekspatriat
interpersonal semakin interaktif saat komunikasi Pada bagian ini peneliti menganalisis faktor-
dilakukan melalui teknologi komunikasi seperti via faktor yang mempengaruhi ekspatriat dalam
telepon dan via email. Ketika diluar kantor terjadi menerapkan gaya kepemimpinan lintas budaya di
hal urgent mengenai perusahaan, para pemimpin PT. Haier Sales Indonesia. Luthans (2006:659)
ekspatriat mengizinkan adanya komunikasi melalui mengemukakan bahwa ada sejumlah faktor yang
telepon. Sebagai contoh, Bapak Ferro secara potensial memberikan kontribusi terhadap
menghubungi President Director, Mr. Itamochi, perbedaan proses kepemimpinan lintas budaya
untuk menginformasikan kejadian dilapangan yang yang efektif. Peneliti menemukan bahwa tiap
terkait dengan suara konsumen. Komunikasi yang ekspatriat memiliki faktor pengaruh yang berbeda-
dilakukan oleh Bapak Ferro dengan Mr. Itamochi beda.
merupakan bentuk komunikasi informal dari Pertama, faktor kemampuan untuk belajar
bawah ke atas diluar jalur formal. Jalur komunikasi dari pengalaman. Hasil penelitian mengungkapkan
hierarki formal tetap ditempuh untuk para bahwa gaya kepemimpinan lintas budaya
karyawan yang membutuhkan sebuah keputusan ekspatriat, yang berposisi sebagai Presiden
dari pimpinan, dimana awalnya komunikasi Direktur, dipengaruhi oleh pengalaman yang
dilakukan kepada pimpinan yang membawahinya. pernah didapat saat melakukan penugasan
Komunikasi melalui jalur hierarki diungkapkan internasional. Yukl (2010:241) berpendapat bahwa
oleh Bapak Kevin saat ingin mengajukan project keakraban dengan masalah teknis, produk,
pejualan produk HP harus melalui General kepribadian, dan tradisi budaya merupakan sejenis
Manager, Mr. Yamada, kemudian lanjut berdiskusi pengetahuan yang hanya diperoleh melalui
dengan President Director untuk keputusan akhir. pengalaman yang panjang dalam organisasi. Studi
Dari pengamatan peneliti, penerapan gaya empirik yang dilakukan oleh Marshall-Mies et al
kepemimpinan demokratis dengan berpusat pada dalam Yukl (2010:239) membuktikan bahwa
karyawan ini telah tepat diterapkan ekspatriat di metacognition penting bagi efektivitas
PT. Haier Sales Indonesia dengan alasan: pertama, kepemimpinan, metacognition adalah istilah yang
berdasarkan Studi GLOBE (Global Leadership berarti kemampuan untuk belajar dari pengalaman
and Organizational Behaviour Effectiveness) dan beradaptasi terhadap perubahan. Presiden
menemukan bahwa Indonesia - kelompok Asia Direktur PT. Haier Sales Indonesia, Mr. Itamochi,
Selatan- mempunyai nilai tinggi pada orientasi memperoleh banyak pelajaran dari pengalaman
kemanusiaan dan kolektivisme kelompok internasional yang pernah diperoleh. Mr. Itamochi
(Northouse, 2013:273). Orientasi kemanusiaan mengambil pelajaran yang baik dan dijadikan dasar

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
untuk menerapkan suatu gaya kepemimpinan. Yukl Pada dasarnya nilai budaya nasional Jepang
(2010:239) menjelaskan bahwa metacognition yang dimiliki para ekspatriat turut mempengaruhi
melibatkan kemampuan untuk menganalisis proses gaya kepemimpinan lintas budaya yang diterapkan.
kognitif pada diri sendiri secara instropektif dan Meski ada pengaruh dari pengalaman
menemukan cara untuk memperbaikinya. internasional, kemampuan interpersonal yang
Kedua, faktor kemampuan interpersonal. dimiliki, dan reaktif terhadap perubahan, hal
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa gaya tersebut tidak melunturkan kepribadian ekspatriat
kepemimpinan lintas budaya ekspatriat, Mr. dengan jiwa Jepang-nya yang khas. Hasil riset
Yamada yang berposisi sebagai General Manager, lintas budaya Hofstede menunjukkan bahwa
dipengaruhi oleh kemampuan interpersonal yang penghindaran ketidakpastian Jepang sangat tinggi
dimiliki. Luthans (2006:659) mengungkapkan dengan peringkat 92 (Noe et al, 2011: 273),
bahwa kemampuan interpersonal merupakan salah sehingga masyarakat Jepang cenderung memiliki
satu faktor yang secara potensial memberikan sikap sangat hati-hati dan disiplin. Narasumber
kontribusi terhadap proses kepemimpinan lintas karyawan lokal mengungkapkan apresiasi terhadap
budaya. Mr. Yamada cenderung mengingatkan staf kedisiplinan yang dimiliki ekspatriat, seperti
lokal yang bersikap tidak efisien, daripada kehadiran yang tidak pernah terlambat bahkan
menegur secara terang-terangan. Menurut selalu datang lebih awal dari para staf lokal. Para
penjelasan karyawan lokal, Mr. Yamada memiliki ekspatriat juga menekankan untuk disiplin waktu
interaksi yang baik dan tidak pernah bersikap kepada karyawan lokal dalam melakukan
emosional kepada karyawan. Kemampuan pekerjaan. Hal tersebut memberi contoh positif
interpersonal memelihara hubungan yang baik kepada karyawan lokal, namun karyawan lokal
antara pemimpin ekspatriat dengan para karyawan masih tabuh dengan gaya komunikasi lisan orang
lokal. Jepang sehingga memunculkan rasa frustasi
Ketiga, faktor nilai budaya Jepang. Dari hasil terhadap perilaku salah satu ekspatriat. Sebaiknya
penelitian diketahui bahwa gaya kepemimpinan karyawan lokal juga memiliki pengetahuan tentang
lintas budaya ekspatriat, Mr. Fukuda, yang karakteristik budaya Jepang untuk menghindari
berposisi sebagai Vice President, dipengaruhi oleh kesalahpahaman. Para karyawan lokal juga telah
nilai budaya nasional Jepang. Yukl (2010:495) terbiasa memanggil ekspatriat dengan panggilan
mengungkapkan bahwa nilai budaya nasional dan khas Jepang yaitu menyebutkan nama belakang
tradisi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dari yang diikuti oleh kata San (dibaca: Sang). Kata
para pemimpin dalam sejumlah cara berbeda yang San memiliki makna seseorang yang terhormat
mungkin tidak disadari, dan dicerminkan dalam (Kusherdyana, 2011:104). Panggilan ini tidak
normal sosial tentang cara orang saling hanya dilakukan pada karyawan lokal dengan
berhubungan. Nilai budaya Jepang yang dimaksud ekspatriat, tidak sedikit sesama karyawan lokal
digambarkan dengan sikap kehati-hatian Mr. saling memanggil nama dengan akhiran San.
Fukuda dalam melakukan pembicaraan. Pada saat Secara tidak langsung gaya Jepang telah
melakukan wawancara dengan Vice President, mempengaruhi perilaku karyawan lokal.
sering kali ekspatriat berdiam diri sebelum 3. Model Penyesuaian Kepemimpinan Lintas
menjawab pertanyaan yang diajukan. Berbeda Budaya Ekspatriat
dengan dua ekspatriat lain yang cukup luwes dan Pada bagian ini peneliti menganalisis model
agresif ketika diwawancara. Hal ini membuat penyesuaian yang dilakukan ekspatriat di PT.
frustasi karyawan lokal saat berkomunikasi dengan Haier Sales Indonesia. Hasil penelitian
Vice President. Para manajer lokal mengungkapkan bahwa model penyesuaian yang
mengungkapkan kesulitan saat berkomunikasi dilakukan ekspatriat dalam menerapkan gaya
dengan Vice President. Kusherdyana (2011:105) kepemimpinan lintas budaya di PT. Haier Sales
menjelaskan bahwa orang Jepang akan diam atau Indonesia yaitu model reaksi dan model integrasi.
berhenti sejenak ketika sedang melakukan Masing-masing ekspatriat memiliki model
percakapan. Bentuk sikap hati-hati (enryo) ini penyesuian tersendiri. Ekspatriat yang berposisi
merupakan satu nilai yang sangat dijunjung tinggi sebagai President cenderung melakukan model
oleh budaya Jepang. Menurut Khadiz dalam penyesuaian reaksi. Ekspatriat yang berposisi
Mulyana dan rakhmat (2010:206) ritual kecil sebagai Vice President dan General Manager
seperti itu merupakan bagian dari gaya komunikasi cenderung melakukan model penyesuaian
manusiawi khas Jepang. integrasi. Model penyesuain ekspatriat di PT. Haier

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Sales Indonesia dilihat dari dua indikator yang yang diperlukan dalam organisasi. Bentuk reaksi
dianalisis. ini dapat dikatakan sebagai agen perubahan.
Pertama, penyesuaian gaya kepemimpinan. Menurut Sopiah (2008:76) seorang agen perubahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mr. Yamada adalah seseorang yang memiliki pengetahuan yang
dan Mr. Fukuda melakukan penyesuaian integrasi memadai serta kemampuan untuk memandu dan
dengan menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan memfasilitasi upaya-upaya perubahan. Sopiah
keadaan karyawan lokal. Mr. Yamada menambahkan bahwa agen perubahan memiliki
memperlihatkan upaya perubahan perilaku dengan kecakapan dalam kepemimpinan agar dapat
menjadi pribadi yang lebih tegas dalam melakukan menciptakan perubahan yang berarti. Hasil
kepemimpinan, sementara Mr. Fukuda wawancara karyawan lokal mengungkapkan bahwa
menunjukkan upaya kontrol diri ketika ingin perubahan yang diterapkan oleh Mr. Itamochi
memberi teguran keras pada karyawan lokal, sangat mendorong karyawan untuk bekerja lebih
dengan tidak menegur karyawan didepan orang baik. Perubahan yang ditekankan mengarah pada
banyak. Mr. Itamochi cenderung melakukan hal positif untuk kemajuan perusahaan.
penyesuaian reaksi dimana ekspatriat lebih 4. Kendala yang Dialami Pemimpin
mengubah lingkungan daripada perilaku sendiri. Ekspatriat
Mr. Itamochi tetap dengan gaya yang dimiliki Pada bagian ini peneliti menganalisis kendala
dalam melakukan kepemimpinan dengan berdasar yang dialami pemimpin ekspatriat di PT. Haier
dari pengalaman yang telah diperolehnya. Mr. Sales Indonesia. Hasil penelitian mengungkapkan
Itamochi mencoba untuk mempelajari situasi lokal, bahwa kendala yang dialami pemimpin ekspatriat
lalu mengubah situasi yang ada sesuai dengan apa terletak pada masalah stereotipe negatif terhadap
yang diyakini dan apa yang pernah didapat dari karyawan lokal dan etnosentrisme yang dimiliki
pengalaman dengan cara sendiri. ekspatriat.
Kedua, pembuatan peraturan perusahaan. Pertama, masalah stereotip negatif. Hasil
Hasil wawancara mengungkapkan bahwa Mr. penelitian menunjukkan bahwa stereotip negatif
Yamada dan Mr. Fukuda menekankan model dimiliki oleh dua orang ekspatriat yaitu Mr.
penyesuaian integrasi dimana pembuatan peraturan Yamada yang menganggap staf lokal kurang
disesuaikan dengan aturan yang berlaku di memiliki disiplin waktu, dan Mr. Itamochi yang
Indonesia. Mr. Itamochi memiliki kecenderungan menilai bahwa staf lokal kurang memperhatikan
yang berbeda. Mr.Itamochi mengutarakan bahwa kebersihan. Stereotip positif dimiliki oleh Mr.
secara umum peraturan lokal tetap dipatuhi, namun Fukuda yang tidak memiliki penilaian negatif
sebuah aturan khusus perlu diberlakukan dan terhadap staf lokal. Hasil penelitian
ditekankan untuk kelangsungan perusahaan. Staf mengungkapkan bahwa Mr. Yamada memiliki
lokal mengungkapkan bahwa Mr. Itamochi stereotip negatif dengan membuat generalisasi para
cenderung memberlakukan peraturan yang sifatnya staf lokal sangat kurang disiplin waktu dalam
tertulis maupun tidak tertulis bagi karyawan melaksanakan tugas, sehingga menjadi kendala
terutama perihal kedisiplinan dalam bekerja, bagi Mr. Yamada dalam membuat keputusan.
seperti pekerjaan harus dikerjakan dalam waktu Melalui stereotip tersebut, Mr. Yamada cenderung
yang jelas dan terukur, perhatian untuk terus menganggap semua staf lokal sebagai orang yang
menjaga kebersihan, dan karyawan harus tidak disiplin dan lamban, tanpa melihat pribadi
berinovasi untuk meningkatkan cara kerja baru dari masing-masing individu. Staf lokal
yang lebih baik. mengungkapkan bahwa tugas yang dikerjakan
Secara umum ketiga pemimpin ekspatriat masih tepat waktu dan tidak pernah mendapat
menunjukan pemahaman terhadap perbedaan penilaian negatif terkait waktu tugas. Staf lokal
budaya yang ada, sehingga paham bagaimana yang memiliki perilaku lebih disiplin dapat
menyesuaikan gaya kepemimpinan dalam tersinggung mendapati stereotip yang sama dengan
menghadapi karyawan lokal. Siagian (2006:23) staf lokal yang tidak disiplin. Stereotipe negatif
menyatakan pemahaman budaya akan membantu dapat membuat anggota organisasi memiliki
para ekspatriat untuk melakukan penyesuaian yang kecemasan inferior atau harapan yang menurun
dituntut oleh lingkungan tempat mereka bergerak. (Luthans, 2006:208). Mr. Itamochi menganggap
Model penyesuaian yang paling berbeda adalah orang Indonesia kurang sadar kebersihan, sehingga
Mr. Itamochi yang lebih banyak melakukan para staf lokal juga tidak disiplin dalam menjaga
penyesuaian reaksi dengan melakukan perubahan kebersihan di lingkungan kerja. Stereotip tersebut

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
memunculkan tekad Mr. Itamochi untuk melakukan sesuatu sebagai hal aneh dan tidak
mengajarkan semua staf agar mempunyai perhatian efisien, daripada mencoba memahami secara
pada kebersihan. Hal ini diakui oleh karyawan rasional apa yang terjadi. Mr. Itamochi
lokal bahwa Mr. Itamochi tidak segan menegur menampilkan sikap yang berbeda. Sebelum
karyawan terkait masalah kebersihan. Mr. Itamochi menilai karyaan lokal bersikap tidak efisien, Mr.
mengutarakan adanya perubahan yang lebih baik Itamochi mencari informasi terlebih dahulu untuk
pada para karyawan lokal setelah adanya mengetahui asal penyebabnya. Northouse
penekanan untuk menjaga kebersihan. (2013:365) mengungkapkan bahwa pemimpin
Kusherdyana (2011:71) berpendapat bahwa yang cakap mampu menegosiasikan garis yang
stereotip dapat membantu seseorang dalam tepat, antara mencoba untuk mengatasi etnosentris
mengambil keputusan dan melakukan interaksi dan mengetahui kapan untuk berpegang pada nilai
dengan orang-orang yang berbeda budaya. Peneliti budaya sendiri.
menemukan hal berbeda pada Vice President. Mr. Pengalaman penugasan internasional telah
Fukuda mengungkapkan bahwa setengah tahun mengurangi sikap etnosentris dalam diri Mr.
bekerja tidak melihat masalah pada staf lokal, Itamochi. Lovvorn dan Chen (2011:277)
secara kedisiplinan dari segi waktu masih cukup menyatakan bahwa pengalaman internasional
disiplin, cukup rapih, dan staf lokal juga lebih menjadi cara baru untuk belajar dan merespon
ramah. Peneliti mengamati Vice President perbedaan sosial budaya. Widmier dan Hair
cenderung memiliki stereotip positif terhadap (2013:47) mengungkapkan bahwa seorang
karyawan lokal. eksekutif yang memiliki pengalaman budaya lebih,
Kedua, masalah etnosentrisme. Peneliti kemungkinan besar mudah mengatasi hambatan
menemukan bahwa etnosentris dimiliki oleh dua budaya dan dapat menghargai perbedaan. Mr.
orang ekspatriat yaitu Mr. Yamada dan Mr. Itamochi telah menjalani penugasan di Amerika,
Fukuda yang memiliki sikap etnosentris dengan Eropa dan Asia. Berdasarkan informasi, Mr.
bersikap frustasi pada bahasa lokal dan terlalu Fukuda dan Mr. Yamada juga telah memiliki
cepat menilai karyawan bersikap tidak efisien pengalaman penugasan internasional, namun hasil
tanpa mencari tahu asal penyebabnnya. Berbeda wawancara mendapati kedua ekspatriat memiliki
dengan Mr. Itamochi yang bersikap sebaliknya. sikap etnosentris. Widmier dan Hair (2013:47)
Mr. Yamada dan Mr. Fukuda menganggap bahasa menjelaskan bahwa seorang eksekutif yang
Indonesia itu sulit, sehingga menjadi kendala memiliki sedikit pengalaman dengan budaya lain
dalam berkomunikasi dengan staf lokal, sedangkan mungkin tidak dapat adaptasi budaya dan menjadi
Mr. Itamochi menganggap bahasa tidak menjadi etnosentris. Lovvorn dan Chen (2011:278)
kendala, bahkan ada kesediaan untuk terus menyatakan bahwa jika ekspatriat tidak memiliki
mempelajari bahasa Indonesia. Mr. Yamada dan keterbukaan dan fleksibilitas untuk menerima
Mr. Fukuda merasa frustasi dengan bahasa lokal, perbedaan budaya, maka ekspatriat telah menolak
sedangkan Mr. Itamochi sangat terbuka dengan pengalaman baru. Sikap etnosentris Mr. Fukuda
budaya baru. Secara umum ketiga ekspatriat tidak dan Mr. Yamada diakibatkan oleh sedikitnya
dapat menggunakan bahasa lokal secara fasih, penugasan internasional yang diperoleh dan
sehingga komunikasi sehari-hari menggunakan kurangnya sensitivitas budaya dalam diri
bahasa Inggris. Perusahaan telah menyediakan ekspatriat. Sensitivitas budaya merupakan
intepreter untuk menjembatani perbedaan bahasa. kesadaran serta perhatian terhadap budaya lain
Fasilitas tersebut sangat membantu komunikasi (Waspodo dan Handaru, 2013:42). Mr. Itamochi
antara para ekspatriat dengan para karyawan lokal. telah mengembangkan sensitivitas budaya dalam
Mr. Yamada dan Mr. Fukuda juga menilai dirinya selama menjalani penugasan internasional,
karyawan lokal memiliki sikap tidak efisien tanpa sehingga dapat mengatasi masalah etnosentris.
mencari tahu penyebabnya. Mr. Fukuda Chen (2010:6) mengungkapkan bahwa orang
menganggap staf lokal kurang efisien dalam dengan tingkat sensitivitas budaya yang tinggi,
membuat sebuah laporan, sedangkan Mr. Yamada kurang memiliki sifat etnosentris dan rasa cemas
berpendapat bahwa karyawan lokal cenderung ketika berinteraksi dengan orang-orang yang
pasif, kurang kesadaran pada tanggung jawab berbeda budaya.
pekerjaan, dan kurang action. Menurut Luthans
(2006:394) salah satu tindakan etnosentris yaitu
terlalu cepat menilai bagaimana orang lokal

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
E. PENUTUP kepada karyawan agar menjadi lebih baik.
1. Kesimpulan Untuk kendala etnosentris ekspatriat
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis sebaiknya diatasi dengan keterbukaan
mengenai gaya kepemimpinan lintas budaya dengan budaya baru, dan tidak cepat menilai
ekspatriat pada PT. Haier Sales Indonesia, maka negatif sikap staf lokal dengan mencoba
dapat disimpulkan: berfikir rasional mengenai penyebab staf
a. Gaya kepemimpinan lintas budaya yang bersikap tidak efisien. Meningkatkan
diterapkan ekspatriat di PT. Haier Sales pemahaman budaya, selalu menjaga
Indonesia adalah gaya kepemimpinan komunikasi, dan terus bersosialisasi dengan
demokratik. karyawan lokal menjadi jalan untuk
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya mengurangi hambatan budaya yang menjadi
kepemimpinan lintas budaya ekspatriat di PT. kendala para ekspatriat.
Haier Sales Indonesia adalah kemampuan d. Perusahaan sebaiknya memberikan
untuk belajar dari pengalaman, kemampuan pengenalan mengenai budaya Jepang kepada
interpersonal, dan nilai-nilai budaya Jepang. karyawan lokal agar tidak asing dengan
c. Model penyesuaian yang dilakukan perilaku khas Jepang.
ekspatriat yaitu model reaksi dan model e. Para karyawan lokal sebaiknya mengambil
integrasi. Ekspatriat yang berposisi sebagai sisi positif dari keterampilan dan perilaku
President cenderung melakukan model ekspatriat sebagai bentuk transfer
penyesuaian reaksi. Ekspatriat yang berposisi pengetahuan untuk meningkatkan kapabilitas
sebagai Vice President dan General Manager diri, salah satunya dalam hal disiplin waktu.
cenderung melakukan model penyesuaian f. Para karyawan lokal dapat meminta masukan
integrasi. mengenai tugas yang telah dikerjakan apakah
d. Kendala yang dialami ekspatriat terletak telah sesuai dengan ekspektasi pemimpin
pada masalah stereotipe negatif dan ekspatriat. Hal ini dapat dilakukan untuk
etnosentrisme yang dimiliki ekspatriat. menghindari kesalahan penilaian diantara
Stereotip ekspatriat ditunjukkan dengan pemimpin ekspatriat dengan para karyawan
membuat generalisasi bahwa karyawan lokal lokal.
tidak disiplin waktu dan kurang menjaga g. Untuk penelitian selanjutnya, dapat
kebersihan. Etnosentrisme ekspatriat terlihat melakukan penelitian pada perusahaan lain
pada sikap frustasi terhadap bahasa lokal dan dengan ekspatriat yang berasal dari negara
menilai karyawan lokal bersikap tidak efisien yang berbeda atau dari bidang industri yang
tanpa mencari tahu penyebabnya. lain.

2. Saran DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
memberikan beberapa saran sebagai masukan bagi Akiga, dan Kevin B. Lowe. 2004. Encyclopedia of
PT. Haier Sales Indonesia mengenai penerapan Leadership: Cross-Cultural Leadership.
gaya kepemimpinan lintas budaya ekspatriat. SAGE Reference Online.
a. Gaya kepemimpinan demokratis yang Bovee, Courtland L., dan John V. Thill. 2005.
diterapkan ekspatriat telah tepat. Hal ini Excellence in Business Communication.
terlihat pada interaksi yang baik antara Sixth edition. Pearson Prentice Hall, Inc.
pemimpin ekspatriat dengan karyawan lokal. Kusherdyana. 2011. Pemahaman Lintas Budaya.
Sebaiknya gaya kepemimpinan demokratis Bandung: Alfabeta.
tetap dipertahankan. Lovvorn, Al S., dan Jiun-Shiu Chen. 2011.
b. Untuk Vice President dan General Manager Developing a Global Mindset: The
sebaiknya tidak hanya melakukan model Relationship between an International
penyesuaian integrasi. Penyesuaian reaksi Assignment and Cultural Intelligence.
juga sangat diperlukan untuk memajukan International Journal of Business and Social
perusahaan dan meningkatkan kinerja Science, Vol. 2, No. 9, Mei 2011: 275- 283.
karyawan dalam persaingan yang kompetitif. Lumbanraja, Prihatin. 2008. Tantangan bagi
c. Untuk mengatasi stereotip negatif, sebaiknya kepemimpinan lintas budaya. Jurnal
ekspatriat memberi arahan dan masukan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei
2008: 69 77.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi
Kesepuluh. Diterjemahkan oleh Vivin
Andhika dkk. Yogyakarta: ANDI.
Mulyana, Deddy., dan Jalaluddin Rakhmat. 2010.
Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nagasawa, Satsuki. 2004. Impact of Leadership
Behaviour on Subordinate: Case of
Japanese Management in Malaysia. Master
of Business Administration, Universiti
Sains Malaysia.
Noe, Raymond A., et al. 2011. Manajemen Sumber
Daya Manusia : Mencapai keunggulan
bersaing. Edisi Keenam. Diterjemahkan oleh
Didik Prayitno. Jakarta: Salemba Empat.
Northouse, Peter G. 2013. Kepemimpinan : Teori
dan Praktik. Edisi keenam.
Diterjemahkan oleh Dr. Ati Cahayani.
Jakarta: PT. Indeks.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen
Internasional. Cetakan Pertama. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional.
Yogyakarta: ANDI.
Suryadi. 2008. Transformasi Paradigma
Kepemimpinan. Surabaya: Putra Media
Nusantara.
UNDP. 2007. Fostering Capacities for Leadership.
Practice Note, United Nations
Development Programme, December 2007
(First Draft).
Waspodo, Agung A. W. S., dan A. W. Handaru.
2013. Bisnis Internasional : Sebuah
Pendekatan Kultural. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
Widmier, Scott., dan Joseph F. Hair. 2013.
Enhancing Global Sales Skills in
Executive Education Programs. Journal of
Executive Education, Volume 7, Issue
1, Artikel 4, Oktober 2008: 43-51.
Wirawan. 2013. Kepemimpinan : Teori, Psikologi,
Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam
Organisasi. Edisi Kelima.
Diterjemahkan oleh Budi Supriyanto.
Jakarta: PT. Indeks.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 10


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai