A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hingga saat ini, bangsa Indonesia yang merupakan salah satu bangsa yang besar diantara negara-
negara yang ada di atas bumi ini, belum memiliki suatu bentuk/format yang pas mengenai gaya (Style)
manajemennya, bila dibandingkan dengan Jepang, Cina atau Amerika dan negara-negara Eropah, yang
tampaknya sudah menemukan bentuk gaya manajemen yang dijalankannya selama ini. Hal tersebut bukan
berarti bahwa pengelolaan administrasi negara dan bisnis selama ini di Indonesia tidak memakai konsep
manajemen. Para pimpinan administrasi negara dan pimpinan perusahaan kebanyakan masih mengadopsi
bentuk menajemen Amerika, Jepang, Cina serta bentuk lainnya, atau bahkan ada yang memadukan
berbagai bentuk gaya manajemen tersebut dalam menjalankan organisasinya. Sehingga dengan demikian,
gaya manajemen yang asli dan khas Indonesia belum kelihatan.
Padahal kalau mengikuti pola dan jalan pikiran Peter F. Drucker (1977 : 7), manajemen menyandang
fungsi sosial. Manajemen tidak dapat dipisahkan dari masyarakat atau bagian dari masyarakat yang
dilayaninya, sehingga tak terlepas dari kaitan budaya (kultur) yang disandang oleh masyarakat yang
dilayaninya. Kultur itu bahkan tampil sebagai bagian terpadu dalam keseluruhan manajemen tersebut,
hingga saat ini kita mengenal sebutan Manajemen Gaya Amerika, Manajemen Gaya Cina, Manajemen
Gaya Jepang, Manajemen Gaya Barat dan sebagainya.
Catatan pengalaman secara empiris bangsa Indonesia sejal baru merdeka hingga saat ini, memperlihatkan
betapa banyaknya salah urus (mis-management) dalam kehidupan sehari-hari, yang ditandai oleh
parahnya birokrasi negara dan merajalelanya kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) di hampir semua segi.
Di samping, pada saat yang sama bangsa Indonesia harus menghadapi perlombaan atau kompetisi dengan
negara- negara lain dalam upaya memulihkan sendi-sendi kehidupan negara dan masyarakat yang sudah
amat terpuruk.
Dari paparan di atas, dirasakan sangat mendesak (urgent) untuk mengembangkan kekuatan imbangan
yang ada pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu berpa pengembangan manajemen yang berciri
khas Indonesia. Hal ini sangat penting, sebab bila tidak demikian, maka gaya manajemen dari luar yang
sebenarnya tidak cocok untuk Indonesia dipaksakan diterapkan, sehingga mengakibatkan kegagalan
pengelolaan administrasi negara dan swasta seperti pada periode yang lalu. Gagal atau berhasinya
manajemen Indonesia, tentunya sangat tergantung dari cara penyaringan dari berbagai budaya
(suku/etnis) yang ada di masyarakat Indonesia serta penerapannya dalam kehidupan organisasi.
Dari empat pendapat para ahli tersebut, ada empat batasan tentang manajemen yang bisa ditarik
yang merupakan ide pokok yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu
(1) identitas manajemen adalah suatu proses,
(2)fungsi-fungsi fundamental manajemen,
(3) arah proses manajemen, dan
(4) unsur-unsur manajemen.
Identitas manajemen sebagai suatu proses dikatakan oleh Pariasta Westra (1981 :
264) sebagai rangkaian perbuatan manusia yang mengandung sesuatu maksud tertentu yang memang
dikehendaki oleh orang yang melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan Siagian (dalam Gorda, 1999 : 78)
menyatakan bahwa proses berarti suatu kegiatan yang terus menerus dilaksanakan.
Dengan demikian, pengertian proses yang dikemukakan oleh dua hali tersebut di atas memberikan
informasi bahwa kegiatan mencapai tujuan organisasi tidak dapat dilakukan dengan satu kegiatan saja
seperti membalikkan tangan, melainkan suatu kegiatan secara bertahap dan berkelanjutan serta secara
sadar dilaksanakan. Hal ini berarti proses tersebut dilakukan dengan penuh perhitungan dengan
memperhatikan kemampuan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi.
Mengenai fungsi-fungsi fundamental manajemen, tampaknya hampir seluruh ahli sepakat intinya
ada empat, yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. Pada umumnya organisasi di Indonesia
mengalami keterbatasan dalam bidang sumber daya, sementara di sisi lain tujuan yang ingin dicapai harus
bisa dilakukan secara baik.
Proses manajemen itu sendiri diarahkan kepada usaha-usaha anggota organisasi untuk
meningkatkan produktivitasnya melalui pemanfaatan secara efektif dan efisien sumber daya yang
tersedia. Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). Keluaran
bisa terdiri barang atau jasa. Sedangkan masukan terdiri dari sumber daya manusia (human resorces), dan
modal (capital), peralatan- peralatan (materials), dan sumber daya lainnya. Efisiensi adalah kemampuan
untuk meminimalkan penggunaan sumber daya (masukan), sedangkan efektivitas adalah kemampuan
untuk menentukan tujuan yang memadai.
Unsur-unsur manajemen, pada umumnya terdiri dari 6 (enam) yang dikenal dengan the six M’S,
yaitu Men, Money, Materials, Machines, Methods and Markets. Diantara seluruh unsur tersebut, men
(manusia) adalah unsur yang paling penting di dalam proses manajemen, sebab manajemen itu ada karena
adanya dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Hal ini berarti manusia merumuskan tujuan, manusia yang menyusun organisasi sebagai 2002 digitized
by USU digital library 3 wadah pencapaian tujuan, manusia pula yang bekerja untuk mencapai tujuan dan
sekaligus manusia pula yang mengendalikan serta menikmati hasil-hasil yang dicapai.
3. Aspek Positif dan Negatif Gaya Manajemen Barat dan Timur
Dari berbagai pengertian dan batasan manajemen di atas, dalam tulisan ini pembahasannya dibatasi faktor
manusia sebagai unsur utama manajemen dan berbagai perilakunya dalam oraganisasi atau kelompok
serta pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Hasil rumusan kelompok IV seminar Konsep
Manajemen Indonesia yang berlangsung dari tanggal 3-5 juli 1979 di Jakarta berhasil menyimpulkan
aspek positif dan negatif dari gaya manajemen antara negara barat (yang diwakili oleh Amerika Serikat
dan Eropa Barat) dengan negara dari dunia timur (yang diwakili Jepang dan Cina).
Adapun aspek positif dan negatif tersebut adalah sebagai berikut :
a. Manajemen Barat : Tekanan pada Amerika Serikand an Eropa Barat
Aspek Positif :
o Efisien;
o Disiplin;
o Sadar akan waktu dan;
o Penghormatan terhadap inisiatif individu;
Aspek Negatif :
o Manusia diperlakukan seperti mesin, dan;
o Masyarakatnya yang konsumtif.
b. Manajemen Jepang
Aspek Positif :
o Solidaritas terhadap kelompok (perusahaan) yang tinggi;
o Dedikasi;
o Kesetiaan;
o Disiplin diri;
o Nasionalisme yang tinggi, dan;
o Penghormatan terhadap yang lebih senior.
Aspek Negatif :
o Opportunities;
o Binatang ekonomi;
o Sangat tertutup, dan;
o Agak angkuh.
c. Manajemen Cina
Aspek Positif :
o Memegang teguh janji;
o Ulet;
o Tekun;
o Hormat, dan;
o Solidaritas kelompok (suku).
Aspek Negatif :
o Kikir;
o Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan;
o Tertutup, dan
o Terlalu materialistis.
4. Letak Posisi Manajemen Indonesia
Dari pemaparan aspek positif dan negatif manajemen barat dan timur itu, di manakah letak posisi
manajemen Indonesia ? Pertanyaan seperti itu selalu tercuat, seba belum ada manajemen Indonesia yang
secara ekplisit dan terpraktekkan serta tertulis dimunculkan oleh para ahi manajemen yang ada di
Indonesia. Yang banyak didiskusikan adalah istilah-istilah “Manajemen Gaya Indonesia”, “Gaya
Manajemen Indonesia”, “Manajemen ala Indonesia”, “Manajemen Pancasila”, dan sebagainya, dengan
rumusan yang mirip antara satu dengan yang linnya, (Budiman Christiananta, 1994 : 6).
Bila secara ekplisit, terpraktekkan dan tertulis belumlah ada, apakah ada organisasi dan manajemen yang
khas Indonesia ? Jawabannya tentu ada ! Cara orang tertentu menyusun pekerjaan dan hubungan antara
pekerjaannya, pasti dipengaruhi tidak saja oleh sifat pekerjaan itu sendiri yang mungkin bersifat
universal, tetapi juga oleh cara orang-orang tersebut mengatur hidup pada umumnya. Sifat pekerjaan bisa
saja bersifat universal karena dilandasi teknologi yang berlaku di mana-mana disebabkan hukum- hukum
alam yang mendasari berlaku umum. Namun dapat dipastikan faktor-faktor lainnya seperti kebudayaan,
nilai, norma kehidupan dan yang lainnya menjadikan cara hidup bangsa-bangsa berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Perlu juga diperhatikan bahwa tidak hanya cara-cara orang mengatur pekerjaan
dipengaruhi kebudayaannya, tapi kebudayaan berpengaruh kuat pula pada perilaku pekerjaan.
Dari hasil penelitian Budi Paramita (1977) terhadap 172 buah perusahaan pemerintah dan swasta nasional
dan asing tahun 1976 di beberapa kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Malang, Madiun, Solo dan
Padang) dengan 500 responden menemukan bahwa umumnya organisasi bisnis Indonesia menurut para
manajernya sendiri dinilai bersifat rutin, formalistik, kurang tersentralisasi, kurang berkomunikasi tugas,
umumnya lebih dikoordinasi melalui rencana daripada saling menyesuaikan ataupun umpak balik, namun
tidak seluruhnya birokratis.
KESIMPULAN
Setelah memaparkan berbagai pengertian, definisi, hasil temuan penelitian dan pendapat-
pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum manajemen adalah proses pencapaian
tujuan melalui dan bersama orang lain. Agar pencapaian tujuan dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
perlu ada koordinasi dari semua orang yang ada di dalamnya. Manajemen dalam usaha koordinasinya
harus memperhatikan 3 unsur, yakni unsur teknis dan unsur manusia, serta hubungan diantara kedua
unsur tersebut. Dari unsur-unsur tersebut, faktor budaya lebih banyak mempengaruhi unsur manusia
daripada unsur teknisnya. Dikarenakan kedua unsur saling berkaitan, maka manajemen secara
keseluruhan tidak akan pernah bebas dari pengaruh budaya.
Manajemen Indonesia yang banyak mengadopsi manajemen barat (Amerika dan Eropa Barat) dan timur
(Jepang dan Cina), tampaknya tidak luput dari pengaruh faktor budaya tradisional yang ada di tengah-
tengah masyarakat. Apalagi belum ditemukannya secara pas bentuk manajemen Indonesia, menjadikan
manajemen yang dijalankan selama ini mencampurkan berbagai macam bentuk atau gaya yang ada, serta
ditambah dengan faktor budaya di mana organisasi tersebut berada.
Namun dari berbagai hasil temuan para peneliti dan dari berbagai tulisan yang ada.
Manajemen Indonesia secara umum bercirikan diantaranya adalah :
1. Bersifat budaya tradisional seperti solider organik, hierarkis, rukun dan musyawarah untuk
mencapai mufakat dalam mengembalikan keputusan (Astrid S. Susanto, 1980).
2. Bersifat pragmatis, akusentris dan dalam beberapa tahun terakhir bersifat otokritik dan berpikir
jangka pendek (Danandjaja, 1986).
3. Bersifat rutin, formalistik, kurang tersentralisasi, kurang berkomunikasi tugas, umumnya lebih
dikoordinasi melalui rencana daripada saling menyesuaikan, namun tidak selurhnya birokratis serta
bersifat paternalistik dan otokritik (Budi Paramita, 1992).
DAFTAR PUSTAKA
---------, 1993, Manajemen Indonesia : Memasuki Era Globalisasi, Seri Manajemen Indonesia No.1, PT.
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Bartol, Kathryn M. & David C. Martin, 1994, Management, McGraw-Hill Inc., USA.
Budi Paramita, 1977, Organizational Structure in Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Budi Paramita, 1992, Masalah Keserasian Budaya dan Manajemen di Indonesia, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFEUI), Jakarta.
Danandjaja, Andreas A., 1985, Sistem Nilai Manajer di Indonesia : Tinjauan Kritis Berdasar Penelitian,
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Franz Magnis Suseno, 1985, Etika Jawa : Sebuah Analisis Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa,
Gramedia, Jakarta
Gerth, H.H.., dan C. Wright Mills, 1958, From Max Weber : Essays in Sociplogy, Galaxy, New York.
Gorda, I Gusti Ngurah, 1999, Manajemen dan Kepemimpinan Desa Adat di Provinsi Bali, STIE Satya
Dharma Singaraja bekerjasama dengan Widya Kriya Gematama Denpasar.
Joedono, S.B., 1987, Perkembangan Manajemen Indonesia Survey Sebagian Literatur, Makalah yang
dibawakan pada Kongres ISEI di Bali September 1987.
Marbun, B.N., dan Bambang K.S., Penyunting, 1985, Praktek dan Pengalaman Manajemen Indonesia,
PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
arbun, B.N., Penyunting, 1992, Pusparagam Manajemen Indonesia & Bisnis Cina di Asia Tenggara
(Rangkuman Hasil Seminar Memorial DR. T.B. Simatupang), PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Pariata Westra, dkk. Editor, 1981, Ensiklopedi Administrasi, Gunung Agung, Jakarta.Peter F. Drucker,
977, People and Performance : The Best of Peter Drucker on Management, Harper & Row Publisher,
New YorkRobbins, Stephen P., 1991, Management, Prentice Hall, Inc. A. Simon & Schuster Englewood
Cliffs, New Jersey.
Stoner, A.F., 1995, Management, Prentice Hall, Inc, A. Simon & Schuster Company Englewood Cliffs,
New Jersey.
Homewood, Illionis.