Anda di halaman 1dari 95

TEKNIK BENDUNGAN JTS 1507

Perencanaan Teknis
Bendungan Tipe Urugan

Tim Pengampu
Sepertitelah diuraikan pada bahasan
terdahulu, bahwa tahapan suatu proyek
mengikuti tahapan yang disingkat
dengan SIDLACOM.
Kebanyakan proyek di Indonesia
mengikuti tahapan : studi kelayakan
pendahuluan, studi kelayakan,
perencanaan teknis dan pelaksanaan
konstruksi.
Setidaknya proyek dibangun karena
memenuhi 2 keadaan : kelayakan dan
keinginan
Studi kelayakan. Suatu proyek yang layak
dibangun harus memenuhi kelayakan teknis
dan ekonomis.
Layak teknis artinya proyek tersebut terpenuhi
semua persyaratan teknis untuk kebutuhan
keamanan pembangunannya.
Layak ekonomis, artinya mempunyai angka
BCR>1 dan IRR>discount rate
Kadang suatu proyek akan tetap dibangun
meski dianggap tidak layak, hanya
memenuhi keinginan/rasa yang sulit dinilai
dengan uang. Keuntungan yang tidak dapat
dinilai dengan uang tersebut biasa disebut
dengan intangible benefit. Misal : keamanan,
kemajuan, kesejahteraan, dll.
Mengenal bagian-bagian bendungan
Bagian-bagian bendungan
Tampungan dan genangan
Tanggul
Spillway/pelimpah
Intake

Spillway (saluran banjir) terdiri dari


Saluran pengarah
Mercu
Saluran peluncur
Saluran transisi
Kolam olak, peredam energi
Escape channel (pengatur loncat air di hilir)
Skema Bendungan
Mengenal bagian-bagian tampungan/storage
waduk

Tampungan mati (dead storage)


Tampungan tak aktif (inactive storage)
Tampungan aktif (active storage)
Tampungan banjir

Elevasi bendungan
Elevasi muka air banjir
Elevasi muka air normal
Elevasi muka air rendah
Keterangan :
1. Tampungan Mati a = Elevasi muka air banjir
2. Tampungan tak aktif b = Elevasi muka air normal
3. Tampungan aktif c = Elevasi muka air terendah
4. Tampungan Banjir
F S L = Flood Supply Level
M OL = Minimum Operation Level
PEMILIHAN LOKASI BENDUNGAN
Bendungan dapat dibuat di alur sungai ataupun di daratan
yang secara topografi jika dibendung akan mampu
menampung air hujan. Beberapa kriteria tentang pemilihan
lokasi bendungan dapat disebutkan sebagai berikut ini.
1. Kriteria topografi. Dicari suatu lokasi yang dengan sedikit
pekerjaan (volume timbunan) didapatkan volume tampungan
yang besar. Lokasi ini biasanya berada diantara dua bukit.
2. Kriteria geologi. Lokasi penempatan bendungan haruslah
memenuhi syarat-syarat geologi. Daya dukung tanahnya
harus mampu menahan beban-beban akibat bendungan,
porositas tanahnya harus kecil sehingga kehilangan air dapat
diminimalkan.
3. Kriteria hidrologi. Volume air yang direncanakan, secara
hidrologi harus bisa dibuktikan bahwa volume tersebut akan
terpenuhi.
MENENTUKAN VOLUME TOTAL
WADUK
Menentukan volume total waduk, didasarkan
pada keadaan :
1. Data Topografi
2. Data Hidrologi
3. Data kebutuhan air
Volume waduk akan menentukan tinggi
bendungan dan mempengaruhi biaya proyek
Menentukan kapasitas waduk dari
data topografi
Kapasitas wadah (cekungan) > inflow
bagus/ cekungan cukup untuk
menampung
Kapasitas wadah < inflow Wadah
tidak cukup spill out akan besar
Q desain untuk pelimpah diperbesar atau
mengkaji kemungkinan penambahan
tinggi bendungan meski harus
menambah bendungan sisi
Yang dimaksud lengkung kapasitas (capacity
curve) adalah grafik yang menggambarkan
hubungan antara tinggi (elevasi)
waduk/bendungan dengan luas genangan
dan volume tampungan yang akan
didapatkan
Pada Gambar berikut ditampilkan contoh
peta situasi lokasi waduk/bendungan. Dari
contoh tersebut akan dibuat lengkung
kapasitas waduk/bendungan rencana
Peta Topografi daerah genangan waduk

+50

+45

+40

+35

Penampang memanjang waduk


Langkah-langkah pembuatan lengkung kapasitas

1. Dihitung luasan yang dibatasi oleh garis


rencana lokasi waduk/bendungan dan
masing-masing garis kontur. Dari langkah
ini diperoleh hasil sebagai berikut :

Elevasi Luas (km2)

35 0,5

40 1,8

45 3,9

50 7,2
2. Dihitung volume tampungan diantara dua
garis kontur dengan rumusan
A kontur1 A kontur 2 A kontur1 x A kontur 2
Volume x selisih kontur
3

dengan A adalah luas.


Penerapan rumusan tersebut untuk contoh
diatas adalah sebagai berikut :
V0 0

V1
0,5 1,8
0,5 x1,8 x106 m2
x 40 35 5 750 000 m3
3

V2
1,8 3,9
1,8 x 3,9 x106 m2
x 45 40 14 250 000 m3
3

V3
3,9 7,2
3,9 x 7,2 x106 m2
x 50 45 27 750 000 m3
3
3. Dari masing-masing volume tersebut
kemudian dikomulatifkan, didapatkan tabel
berikut :

Volume Komulatif
Elevasi
(m3)
35 0
40 5 750 000
45 20 000 000
50 47 750 000
4. Lengkung kapasitas dibuat dari langkah a dan c,
yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik
antara elevasi terhadap luas genangan dan
volume tampungan seperti ditampilkan pada
gambar berikut
Contoh Lengkung kapasitas lebih dari satu
alternatif
Metode Kurva Massa
Menentukan kapasitas waduk dari
data hidrologi
Metode kurva massa
Contoh
Diketahui data pengukuran debit bulanan sebuah
sungai selama 3 tahun sebagai berikut :
Tabel 7-1. Debit rerata bulanan

tahun ke/ debit rerata bulanan (m3/dt)


periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 600 650 800 750 590 600 580 400 450 700 1000 900
2 550 700 750 650 500 450 350 330 250 400 500 600
3 550 650 800 900 700 600 450 300 200 600 1000 1200

Jumlah debit selama 3 tahun = 21960 m3/det


Debit rerata = jumlah debit/ jumlah bulan
=(21960/36) = 610 m3/det
Tabel 7-2
debit rata-rata bulanan kumulatif (3) perbedaan dari mean kumulatif (5)
tahun periode
(m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 1 600 600 -10 -10
2
3
650
800
1250
2050
40
190
30
220
Keterangan :
4 750 2800 140 360 (1), (2), (3) : diketahui
(4) ; kumulatif kolom(3)
5 550 3350 -60 300
6 600 3950 -10 290
7
8
580
400
4530
4930
-30
-210
260
50
(5) ; kolom (3) debit rerata
9 450 5380 -160 -110 (6) ; Kumulatif (5)
10 700 6080 90 -20
11 1000 7080 390 370
12 900 7980 290 660
2 1 550 8530 -60 600
2 700 9230 90 690
3 750 9980 140 830
4 650 10630 40 870
5 500 11130 -110 760
6 450 11580 -160 600
7 350 11930 -260 340
8 330 12260 -280 60
9 250 12510 -360 -300
10 400 12910 -210 -510
11 500 13410 -110 -620
12 600 14010 -10 -630
3 1 550 14560 -60 -690
2 650 15210 40 -650
3 800 16010 190 -460
4 900 16910 290 -170
5 700 17610 90 -80
6 600 18210 -10 -90
7 450 18660 -160 -250
8 300 18960 -310 -560
9 200 19160 -410 -970
10 600 19760 -10 -980
11 1000 20760 390 -590
12 1200 21960 590 0
debit rerata 610
kurva massa debit
25000

20000
kumulatif debit (m3/det)

15000

10000

5000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
periode (bulan)
25000
kurva massa debit A
a
20000
kumulatif debit (m3/det)

b
15000

10000

5000

O
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
periode (bulan)
Buatlah grafik dengan sumbu x adalah
periode, dan sumbu y adalah kumulatif debit
Buat garis OA (kumulatif nilai debit rerata)
Buat garis singgung yang sejajar garis OA di
bagian atas (garis a) dan di bagian bawah
(garis b)
Perbedaan tinggi garis a dan garis b dikalikan
periode waktu (1 bulan = 30x24x60x60 )
adalah volume waduk yang dicari.
Apabila mempunyai data pengukuran
yang cukup panjang, misal 30 tahun
maka cara ini akan mengalamikesulitan
karena skalanya terpaksa disesuaikan
dan akibatnya hasilnya menjadi kurang
teliti. Oleh karena itu dapat garis debit
rata-ratanya dibuat mendatar dengan
mambuat grafik menggunakan data
pada kolom (6) seperti disajikan dalam
tabel 7-2 di atas
kurva massa debit mendatar
1000 870

500 360
perbedaan dari nilai rata2 debit

-10 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
-110

-500

-690

-1000
-980

-1500
periode (bulan)

Volume waduk rencana adalah selisih terbesar dari angka


puncak atas dan puncak bawah x 30x 24 x 60 x 60.
V = (870 (-980)) = 1850 x 2.592.000 = 4.795,2 x 106 m3
Menentukan kapasitas waduk
berdasarkan kebutuhan air
Metode behaviour
Cara ini membutuhkan informasi besar
kebutuhan air untuk keperluan yang akan
disupplai dan keandalan yang diinginkan
Misal dari contoh di atas, diketahui
kebutuhan airnya untuk keperluan air
baku dan irigasi sebesar 730 m3/det dan
keandalan waduk rencana 95%
debit bulanan draft St+1 ket
tahun ke periode
(m3/det) (m3/det) (m3/det)
tamp awal = 4,795
1 1 600 730 4,665 Penyelesaian
2 650 730 4,585 Draft/pengeluaran = 730 * 106 m3/bulan
3 800 730 4,655
Volume Waduk = 4795 * 106 m3
4 750 730 4,675
5 550 730 4,495
Jumlah Kosong = 2
6 600 730 4,365 Kegagalan = 5.555556 %
7 580 730 4,215 Keandalan = 94.44444 %
8 400 730 3,885 Jumlah Data = 36
9 450 730 3,605
10 700 730 3,575
11 1000 730 3,845

2
12
1
900
550
730
730
4,015
3,835
Misal, jika besarnya kebutuhan
2 700 730 3,805 kurang dari 730m3/det dan/atau
keandalan yang direncanakan
3 750 730 3,825
4 650 730 3,745
5
6
500
450
730
730
3,515
3,235
kurang dari 95%, maka dengan
7 350 730 2,855 sendirinya volume waduk rencana
dapat diturunkan.
8 330 730 2,455
9 250 730 1,975
10 400 730 1,645
11 500 730 1,415
12 600 730 1,285
3 1 550 730 1,105
2 650 730 1,025
3 800 730 1,095
4 900 730 1,265
5 700 730 1,235
6 600 730 1,105
7 450 730 825
8 300 730 395
9 200 730 - Gagal
10 600 730 - Gagal
11 1000 730 270
12 1200 730 740
debit rerata 610
Perencanaan
Dimensi Bendungan
Tinggi Bendungan
Tinggi bendungan adalah beda tinggi tegak
antara puncak bendungan dengan bagian
terbawah dari pondasi bendungan.
Makin tinggi bendungan makin besar volume
tampungan dan makin mahal biaya
pembangunannya. Oleh karena itu harus dicari
tinggi yang optimal.
Untuk menentukan tinggi bendungan secara
optimal, harus memperhatikan tinggi air untuk
operasi bendungan dan tinggi ruang
bebas/jagaan (free board).
Perencanaan tinggi air untuk operasi bendungan
dapat ditentukan dari lengkung kapasitas.
Lebar puncak bendungan
Lebar puncak bendungan urugan haruslah cukup
kuat untuk :
1. Menjaga agar garis preatik atau permukaan
atas rembesan tetap berada di dalam
bendungan pada waktunya
2. Menahan hentakan gempa serta kekuatan
gelombang
3. Memenuhi kebutuhan sekunder seperti lebar
jalan pemeliharaan minimum, sebesar 3 meter
TINGGI BENDUNGAN
Tinggi Jagaan
Tinggi Jagaan menurut The Japanese National Committee on
Large Dam (JANCOLD)

No. Tinggi Waduk (m) Tipe Beton Tipe Urugan


1. < 50 1m 2m
2. 50 - 100 2m 3m
3. > 100 2,5 m 3,5 m
Penetapan Kemiringan Lereng dan Lebar Puncak
Lebar puncak bendungan
z
w 10 (ft)
5
w = lebar puncak bendungan (ft)
z = tinggi bendungan (ft)

Kemiringan tubuh bendungan

m k
FS hulu tg
1 km
nk sat Gs e w
FS hilir
1 kn
tg sat
sat w 1 e

FShulu : faktor keamanan lereng hulu


Fshilir : Faktor keamanan lereng hilir
m : kemiringan lereng hulu
n : kemiringan lereng hilir
: sudut geser dalam tanah
k : intensitas gempa arah horizontal (0,15)
sat : berat jenis tanah terendam
sat : berat jenis air
e : angka pori
Gs : berat spesifik tanah
Perencanaan Pelimpah
Potongan memanjang spillway
he H1
h1
H

p
2 2
Q Cd .
1, 5
g .beff .H1
3 3
dengan :
Q = debit ( m3/dt )
Cd = koefisien debit ( Cd = C0.C1.C2 )
g = percepatan gravitasi, ( 9,81 m/dt2 )
b = lebar effektif bendung( m )
H1 = tinggi energi di atas mercu ( m )
H1 h1

p z1

y2
y1

Lj
1. Asumsi elevasi dasar kolam olak ( dibawah 0,5 - 1 m
dibawah elevasi lantai muka).
2. Hitung Z1 ( elv.mercu elv. dasar kolam olak)
3. Hitung V1
4. Hitung Y1
5. Hitung Fr, berdasarkan harga Fr tentukan tipe kolam olak
USBR
6. Hitung Y2
7. Hitung V2
8. Hitung Lj
V1 2 g (1 / 2H1 Z

Qbanjir
Y1
b
eff xV1
V1
Fr
g.Y1
Y2 1
1 8Fr 1
2

Y1 2

Qbanjir
V2
b eff xY2

End sill (n) Panjang Kolam Olak

n = 1,25 Y1. Lj = 5 ( n + Y2)


Perhitungan
Stabilitas
Perhitungan Stabilitas meliputi :

- Stabilitas terhadap geser


- Stabilitas terhadap guling
- Stabilitas terhadap daya dukung
tanah
- Stabilitas terhadap rembesan
Gaya-gaya atau beban-beban utama yang bekerja pada
waduk urugan yang akan mempengaruhi stabilitas tubuh
waduk dan pondasi dari waduk tersebut adalah :
Berat tubuh dam itu sendiri yang membebani
lapisan-lapisan yang lebih bawah dari tubuh waduk dan
membebani pondasi.
Tekanan hidrostatis yang akan membebani tubuh dam
dan pondasinya, baik dari air yang terdapat di dalam
waduk, di hulu dam, maupun dari air di dalam sungai di
hilirnya.
Tekanan air pori yang terkandung diantara butiran dari
zone-zone tubuh dam.
Gaya seismik yang menimbulkan beban-beban dinamika
baik yang bekerja pada tubuh dam maupun pondasinya.
Tekanan Hidrostatis
Gaya-gaya yang timbul dari tekanan hidrostatis yang bekerja pada
lereng bendungan dapat digambarkan dalam 3 (tiga) cara
pembebanan seperti di bawah ini :
Tekanan air pori dihitung dengan beberapa kondisi yaitu :
a. Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam kondisi
tubuh dam baru dibangun.
b. Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam kondisi
waduk telah terisi penuh dan permukaan air sedang
menurun secara berangsur-angsur.
c. Gaya-gaya yang timbul dari tekanan air pori dalam kondisi
terjadinya penurunan mendadak permukaan waduk hingga
mencapai permukaaan terendah, sehingga besarnya
tekanan air pori dalam tubuh dam masih dalam kondisi
waduk terisi penuh.
Tekanan Air (Up lift)
Gaya tekan ke atas (uplift) untuk bangunan pada permukaan
tanah dasar (subgrade) yang tidak rata dihitung dengan
asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka
rembesan (weighted creep theory).
Dalam teori Angka Rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang
horisontal memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3
kali lebih lemah dibandingkan bidang vertikal.
Gaya tekan ke atas di bawah bangunan dihitung dengan cara
membagi beda tinggi energi pada bangunan sesuai dengan
panjang relatif di sepanjang pondasi. Gaya tekan ke atas
pada titik x di sepanjang dasar bangunan (bendung)
dirumuskan sebagai berikut :
A. Stabilitas Geser
Keamanan terhadap gaya geser
diformulasikan sebagai berikut :
Tabel Harga-harga Perkiraan untuk Koefisien Gesekan

Bahan f
Pasangan batu pada pasangan batu 0,60 - 0,75
Batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,50
Pasir 0,40
Lempung 0,30
Stabilitas Guling
Persamaan yang digunakan :
MV
SF SF
MH
dimana :
SF = Faktor keamanan
MV = Momen yang bekerja akibat resultan gaya
vertikal terhadap titik yang ditinjau (tonm)
MH = Momen yang bekerja akibat resultan gaya
horisontal terhadap titik yang ditinjau
(tonm)
SF = Faktor keamanan yang diijinkan
Stabilitas Lereng Dam Urugan Menggunakan
Metode Irisan Bidang Luncur Bundar

Metode analisis stabilitas lereng untuk dam tipe tanah urugan (earth
fill type dam) dan timbunan batu (rock fill type dam) didasarkan pada
bidang longsor bentuk lingkaran

Faktor keamanan dari kemungkinan terjadinya longsoran dapat


diperoleh dengan menggunakan rumus keseimbangan sebagai berikut :
Stabilitas Lereng Kondisi Gempa
Dengan :
Fs = faktor keamanan
N = beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur (= .A.cos)
T = beban komponen tangensial yang timbul dari setiap irisan bidang
luncur (= .A.sin)
U = tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
Ne = komponen vertikal beban seismic yang bekerja pada setiap irisan
bidang luncur (= e..A.sin)
Te = komponen tangensial beban seismic yang bekerja pada setiap irisan
bidang luncur (= e..A.cos)
= sudut gesekan dalam bahan yang membentuk dasar setiap
irisan bidang luncur (o)
b = lebar setiap irisan bidang luncur (m)
= berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
(gr/cm3)
= sudut kemiringan rata-rata dasar setiap irisan bidang luncur
(o )
Prosedur perhitungan metode irisan bidang luncur bundar :
1. Andaikan bidang luncur bundar dibagi menjadi beberapa irisan
vertikal dan walaupun bukan merupakan persyaratan yang
mutlak, biasanya setiap irisan lebarnya dibuat sama. Disarankan
agar irisan bidang luncur tersebut dapat melintasiperbatasan dari
dua buah zone penimbunan atau supaya memotong garis depresi
aliran filtrasi.
2. Gaya-gaya yang bekerja pada setiap irisan sebagai berikut :
Berat irisan (W), dihitung berdasarkan hasil perkalian antara luas
irisan (A) dengan berat isi bahan pembentuk irisan (), jadi W=A. .
Beban berat komponen vertikal yang pada dasar irisan (N) dapat
diperoleh dari hasil perkalian antara berat irisan (W) dengan
cosinus sudut rata-rata tumpuan() pada dasar irisan yang
bersangkutan jadi N = W.cos .
Beban dari tekanan hidrostatis yang bekerja pada dasar irisan (U)
dapat diperoleh dari hasil perkalian antara panjang dasar irisan (b)
dengan tekanan air rata-rata (U/cos ) pada dasar irisan tersebut ,
jadi U = U.b/cos .
Berat beban komponen tangensial (T) diperoleh dari hasil perkalian
antara berat irisan (W) dengan sinus sudut rata-rata tumpuan dasar
irisan tersebut jadi T = Wsin .
Kekuatan tahanan kohesi terhadap gejala peluncuran (C) diperoleh
dari hasil perkalian antara angka kohesi bahan (c) dengan panjang
dasar irisan (b) dibagi lagi dengan cos , jadi C = c.b/cos .
Kekuatan tahanan geseran terhadap gejala peluncuran irisan
adalah kekuatan tahanan geser yang terjadi pada saat irisan akan
meluncur meninggalkan tumpuannya.
Kemudian jumlahkan semua kekuatan-kekuatan yang menahan (T)
dan gaya gaya yang mendorong (S) dari setiap irisan bidang luncur,
dimana T dan S dari masing-masing irisan dinyatakan sebagai T =
W Sin dan S = C+(N-U) tan .
Faktor keamanan dari bidang luncur tersebut adalah perbandingan
antara jumlah gaya pendorong dan jumlah gaya penahan yang
dirumuskan :

dengan:
Fs = Faktor keamanan
S = Jumlah gaya pendorong (T)
T = Jumlah gaya penahan (T)
Gaya-gaya yang bekerja pada irisan
Besarnya daya dukung tanah dipengaruhi oleh dalamnya pondasi,
lebarnya pondasi, berat isi tanah, sudut geser dalam dan kohesi dari
tanah. Daya dukung tanah (ultimate bearing capacity) dihitung
dengan rumus pondasi menerus sebagai berikut (terzaghi) :
dengan :
qult = daya dukung ultimate (t/m2)
C = kohesi (t/m2)
sub = berat isi tanah jenuh air (t/m3)
= berat per satuan volume tanah (t/m3)
, = faktor yang tak berdimensi dari bentuk tapak pondasi
Z = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi
Besarnya daya dukung ijin tanah adalah:

qultimate
ijin
SF
Tinjauan eksentrisitas

M L L
e
V 2 6
Perhitungan
Rembesan
Aliran Rembesan Bendungan
Menentukan garis phreatis

Y 2Y0 X Y02

Y0 h 2 d 2 d

d L2 0,3L1

L2 L L1

Nf
Qf xkxHxL
Nd
Qf = kapasitas aliran filtrasi
Nf = garis aliran filtrasi
Nd = garis ekipotensial
k = koefisien rembesan
H = tinggi tekanan air total
L = panjang profil aliran
q
k
2d

H12 H 22
Rembesan cara Schaffernak

d d2 H2
a 2
cos cos sin
2

q k.a. sin .tg


Rembesan cara Casagrande

a d 2
H2 d 2
H 2ctg 2

q k.a. sin 2
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai