Anda di halaman 1dari 10

SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

Available online at SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal Website:


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016, 17-26

STRATEGI LABELING, PACKAGING DAN MARKETING


PRODUK HASIL INDUSTRI RUMAH TANGGA

Mohammad Liwa Irrubai


Institut Agama Islam Negeri Mataram, Indonesia
Email: liwairrubai@yahoo.com
Naskah diterima : 17 April 2016, direvisi : 11 Mei 2016, disetujui : 27 Juni 2016

Abstract
This research is focused to see the implementation of the strategy of labeling, packaging, and marketing of industrial
products in the village of Karang Bajo, Bayan District, North Lombok, West Nusa Tenggara. The research method
used is a qualitative research, with data sources 10 businesses in the village of Karang Bajo, Bayan District, North
Lombok, West Nusa Tenggara. Data collected through observation, interviews, and documentation, while mnggunakan
data analysis data analysis domain. The results showed that the strategy of labeling, packaging, and marketing industrial
products household in the village of Karang Bajo Bayan District, North Lombok, West Nusa Tenggara, can be performed
well although still traditional but from time to time to change direction better.
Keywords: labeling, packaging; marketing; home industry

Abstrak
Penelitian ini difokuskan untuk melihat penerapan strategi labeling, packaging, dan marketing
produk hasil industri di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa
Tenggara Barat. Metode Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, dengan sumber data
10 orang pelaku usaha di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa
Tenggara Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi,
sedangkan analisis data mnggunakan analisis data domain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi labeling, packaging, dan marketing produk hasil industri rumah tangga di Desa Karang,
Bajo Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, dapat dilaksanakan
dengan baik meskipun masih bersifat tradisional akan tetapi dari waktu ke waktu mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik.
Kata kunci: labeling; packaging; marketing; industri rumah tangga

Pengutipan: Irrubai, M. L. (2016). Strategi Labeling, Packaging dan Marketing Produk Hasil Industri
Rumah Tangga. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3(1), 2016, 17-26. doi:10.15408/
sd.v3i1.3794.

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/sd.v3i1.3794

Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 17


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

A. Pendahuluan produk yang dihasilkan.


Home Industry atau Industri Rumah Tangga Keterlibatan pemerintah dan perguruan
adalah salah satu wujud dari Usaha Mikro Kecil tinggi dalam kegiatan ekonomi tertutama
Menengah (UMKM). Di Indonesia UMKM industri rumah tangga akan berdampak besar
merupakan salah satu soko guru perekonomian bagi peningkatan kreativitas dan inovasi dari
selain koperasi. Hal ini dapat terlihat dari bukti masyarakat di Desa Karang Bajo yang akhirnya
nyata bahwa sebagian besar UMKM khususnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
industri rumah tangga sedikit bahkan tidak Kontribusi tersebut dapat berupa pemberian
sama sekali terkena dampak krisis global pada kewenangan berproduksi berdasarkan tingkat
tahun 2008 lalu. Perkembangan jumlah industri kreativitas dan inovasi yang dimilikinya dan
rumah tangga dari tahun ke tahun semakin pemberian penyuluhan dan pelatihan (dalam hal
bertambah. Perkembangan industri rumah ini pelatihan Labeling, Packaging dan marketing).
tangga baru terlihat dari sisi jumlahnya saja, Begitu pula halnya dengan Desa Karang
secara umum dalam aspek mutu atau kualitas Bajo yang merupakan salah satu daerah yang
terutama dalam hal strategi branding (labeling penduduknya bergelut dalam industri rumah
dan packaging) dan teknis-teknis marketing tangga.
hanya sedikit yang mengalami peningkatan. Dengan melihat rata-rata kemampuan
Hal ini tak lepas dari ketidakmaksimalan masyarakat Desa Karang Bajo dalam
pelaku UMKM untuk memperhatikan branding memproduksi makanan ringan (snack) berbasis
maupun teknis-teknis marketing produk yang home industry ini menunjukkan bahwa Desa
dihasilkan tersebut. Labeling dan Packaging yang Karang Bajo merupakan daerah yang memiliki
secara langsung menjadi penampilan produk potensi besar dalam memproduksi makanan
merupakan indentitas produk tersebut sehingga ringan karena didukung oleh terkenalnya Desa
pengelolaan penampilan menjadi salah satu Karang Bajo dengan Desa Adat. Di samping itu
aspek penting yang harus diperhatikan oleh juga, sekitar Desa Karang Bajo banyak terdapat
pelaku industri rumah tangga, karena lima detik tempat wisata seperti Kampung Adat Karang
pandangan pertama sangat menentukan pilihan Bajo, Masjid Kuno Bayan, Air Terjun Sendang
para konsumen sehingga penampilan sangatlah Gile (Senaru) dan sebagainya, hal tersebut
penting artinya bagi konsumen di pasaran. berarti potensi besar bagi masyarakat untuk
Melihat pentingnya pengelolaan penampilan memperkenalkan produknya kepada wisatawan
produk dan teknis-teknis pemasaran di disamping menjadi desa adat sehingga perlu
samping pentingnya peningkatan kualitas dari dikembangkan lebih lanjut dalam rangka
sisi konten, maka perlu adanya pembinaan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
bagi para pelaku usaha industri rumah tangga Tujuan penelitian ini adalah menggali
baik dari pemerintah, perguruan tinggi informasi terkait strategi labeling, packaging dan
maupun swasta dalam rangka meningkatkan marketingyang diterapkan oleh pelaku usaha usaha
penghasilannya. Demikian juga halnya bagi industri rumah tangga di Desa Karang Bajo
para pelaku usaha industri rumah tangga yang Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara
ada di Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan dalam mengelola usahanya, sehingga teridentifikasi
Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa kekuatan dan kelemahan usaha yang dijalankan
Tenggara Barat yang memproduksi krupuk, oleh pelaku usaha tersebut dan dapat menjadi
kripik dan makanan ringan lainnya. Selama ini masukan bagi mereka dalam meningkatkan
Desa Karang Bajo dikenal sebagai desa adat di penghasilannya menjadi lebih baik.
Kecamatan Bayan akan tetapi tidak dinafikkan
di dalamnya juga terdapat insdustri rumah
tangga yang memproduksi berbagai macam B. Landasan Teori
makanan ringan, namun kualitas produknya dari
sisi penampilan baik label dan kemasan masih 1. Pelabelan Produk Makanan/Pangan
tergolong tradisional sehingga perlu adanya a. Pengertian label makanan/pangan
pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas
Menurut Peraturan Pemerintah Republik
18 Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label pada tekstil yang diproduksi.
dan Iklan Pangan, label pangan adalah setiap 2) Grade label adalah label yang menunjukkan
keterangan mengenai pangan yang berbentuk tingkatkualitas tertentu dari suatu barang.
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk Label inidinyatakan dengan suatu tulisan
lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan atau kata-kata.
ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian kemasan pangan. Menurut Marinus 3) Descriptive label atau juga disebut
Angipora, Label merupakan suatu bagian dari informative labelmerupakan label
sebuah produk yang membawa informasi yang menggambarkan tentang
verbal tentang produk atau penjualnya.1 Jadi, carapenggunaan, susunan, pemeliharaan,
berdasarkan pengertian tersebut di atas label hasil kerja darisuatu barang.3
merupakan suatu yang sangat penting bagi
produk makanan karena dengan label tersebut
konsumen dapat mengenal dan mengingat d. Keuntungan menggunakan label yang
produk tersebut, hal ini disebabkan produk efektif
telah memiliki identitas yang berisi informasi Adapun keuntungan penggunaan label
tentang produk tersebut. yang efektif adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan penjualan
b. Fungsi label 2) Mendorong promosi yang lebih besar
Menurut Kotler, fungsi label adalah sebagai 3) Perlindungan terhadap konsumen
berikut:
4) Perlindungan terhadap persaingan yang
1) Label mengidentifikasi produk atau merek tidak baik
2) Label menentukan kelas produk 5) Sejalan dengan tujuan ekonomi.
3) Label menggambarkan beberapa hal
mengenai produk (siapa pembuatnya,
dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, e. Tujuan pelabelan
bagaimana menggunakannya, dan 1) Memberi informasi tentang isi produk
bagaimana menggunakan secara aman) yang diberi label tanpa harus membuka
4) Label mempromosikan produk lewat kemasan
aneka gambar yang menarik.2 2) Berfungsi sebagai sarana komunikasi
produsen kepada konsumen tentang hal-
hal yang perlu diketahui oleh konsumen
c. Tipe-tipe label tentang produk tersebut, terutama hal-hal
Secara garis besar, menurut Basu Swastha, yang kasat mata atau tak diketahui secara
terdapat tiga macam label yang seringdigunakan fisik.
oleh beberapa perusahaan, yaitu: 3) Memberi petunjuk yang tepat pada
1) Brandlabel adalah label yang semata- konsumen hingga diperoleh fungsi
mata sebagaibrand. Misalnya pada kain produk yang optimum. Sarana periklanan
atau tekstil, kita dapatmencari tulisan bagi produsen.
berbunyi: sanforized, berkolin,tetoron, 4) Memberi rasa aman bagi konsumen.
dan sebagainya. Nama-nama
tersebutdigunakan oleh semua
perusahaan yangmemproduksinya. Selain f. Keterangan pada label
brand label ini, masingmasing perusahaan
juga mencantumkan merk yangdimilikinya Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
1 Marinus Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002, h.192 dan Iklan Pangan, keterangan yang tercantum
2 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo,
3 Basu Swastha, Azas-Azas Marketin.,Yogyakarta: Liberty, 1984, h.142.
2000, h.478.

Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 19


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

pada label sekurang-kurangnya memuat: terhadap suatu produk yang sangat baik,
1) Nama produk bagaimanapun baiknya pemikiran atas konsep
pengemasannya.
2) Daftar bahan yang digunakan
3) Berat bersih atau isi bersih
b. Jenis-jenis kemasan produk makanan
4) Nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau memasukkan pangan Berdasarkan bahan dasar pembuatannya
ke dalam wilayah Indonesia; maka jenis kemasan pangan yang tersedia saat
ini adalah kemasan kertas, gelas, kaleng/logam,
5) Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa. plastik dan kemasan komposit atau kemasan
Mengingat label adalah alat penyampai yang merupakan gabungan dari beberapa jenis
informasi, sudah selayaknya informasi yang bahan kemasan, misalnya gabungan antara
termuat pada label adalah sebenar-benarnya dan kertas dan plastik atau plastik, kertas dan
tidak menyesatkan. Hanya saja, mengingat label logam. Masing-masing jenis bahan kemasan
juga berfungsi sebagai iklan, di samping sudah ini mempunyai karakteristik tersendiri, dan ini
menjadi sifat manusia untuk mudah jatuh dalam menjadi dasar untuk pemilihan jenis kemasan
kekhilafan dengan berbuat kecurangan baik yang sesuai untuk produk pangan. Karakteristik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dari berbagai jenis bahan kemasan adalah sebagai
maka perlu dibuat rambu-rambu yang mengatur. berikut: (1) kemasan Kertas, (2) kemasan gelas,
Dengan adanya rambu-rambu ini diharapkan (3) kemasan logam (kaleng), (4) kemasan plastic,
fungsi label dalam memberi rasa aman pada dan (5) k omposit (kertas/plastik).
konsumen dapat tercapai. Pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk
bahan pangan, harus mempertimbangkan
syarat-syarat kemasan yang baik untuk produk
2. Pengemasan/Packaging Produk tersebut, juga karakteristik produk yang akan
Makanan dikemas. Syarat- syarat yang harus dipenuhi oleh
a. Pengertian kemasan suatu kemasan agar dapat berfungsi dengan
baik adalah:
Menurut Danger, pengemasan adalah
desain dan pembuatan kemasan untuk barang 1) Harus dapat melindungi produk dari
eceran. Akan tetapi sebenarnya lebih jauh dari kotoran dan kontaminasi sehingga
itu, pengemasan diterapkan sama kepada produk produk tetap bersih.
konsumsi untuk produk industrial. Pengemasan 2) Harus dapat melindungi dari kerusakan
merupakan subjek yang kompleks yang telah fisik, perubahan kadar air, gas, dan
menjadi satu bagian penting dari promosi penyinaran (cahaya).
produk apa saja, walaupun dikhususkan untuk
produk makanan, dan ini tidak dapat dipisahkan 3) Mudah untuk dibuka/ditutup,
dari penjualan. Hendaknya dapat dibedakan mudah ditangani serta mudah dalam
antara pengemasan dan kemasan, walaupun pengangkutan dan distribusi.
keduanya sering diartikan sama.4 4) Efisien dan ekonomis khususnya selama
Pengemasan mencakup keseluruhan proses pengisian produk ke dalam
konsep termasuk kemasan langsung, bagian kemasan.
luar, pembungkus dan lain-lainnya, dan bagian 5) Harus mempunyai ukuran, bentuk dan
yang keseluruhannya berperan dalam pemasaran bobot yang sesuai dengan norma atau
dan pemajangan. Sebuah kemasan yang baik standar yang ada, mudah dibuang dan
tidak akan menjual produk apapun jika konsep mudah dibentuk atau dicetak.
pengemasannya tidak tepat, dan juga tidak akan
menjual produk yang buruk. Sebuah kemasan 6) Dapat menunjukkan identitas, informasi
yang buruk bisa memberikan citra yang jelek dan penampilan produk yang jelas agar
dapat membantu promosi atau penjualan.
4 Danger, E.P, Memilih Warna Kemasan. Jakarta: PT. Pustaka Bina
Pressindo, 1992, h.3

20 Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

3. Pemasaran Produk Makanan c. Strategi pemasaran


a. Pengertian pemasaran Strategi pemasaran adalah rencana yang
Menurut Kotler, pasar atau market yaitu disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
sekumpulan pembeli dan penjual yang mengaitkan keunggulan faktor internal pada
melakukan transaksi sebuah produk atau strategi perusahaan dengan tantangan dari
kelompok produk tertentu. Pemasaran atau lingkungan berbagai faktor eksternal yang
marketing, menurut Kotler yaitu suatu proses ada kemudian dirancang untuk memastikan
sosial yang didalamnya individu dan kelompok bahwa tujuan utama perusahaan dapat
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, perusahaan, sehingga dapat terhindar dari
dan secara bebas mempertukarkan produk yang serangan para pesaingnya.
bernilai dengan pihak lain.5 Menurut Swastha, aturan dalam strategi
Akibat dari pengaruh berbagai faktor pemasaran:
seperti sosial, budaya, politik, ekonomi dan 1) Proses berpikir yang mendahului
manajerial, adalah masing-masing individu tindakan.
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan 2) Pengetahuan mengenai jumlah
keinginan dengan menciptakan, menawarkan, merupakan kunci penting.
dan menukarkan produk yang memiliki nilai
komoditas. 3) Strategi tindakan yang dilakukan
dengan cepat akan mendominasi yang
lambat.
b. Bauran pemasaran 4) Kemenangan hams menunjukkan nilai
Produk yang dipasarkan agar dapat dari tujuan.
memasuki pasar sasaran maka oleh para pemasar 5) Menyerang hanya terhadap yang dapat
digunakan alat atau instrumen yang dikenal diserang.
dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran
(marketing mix) adalah alat pemasaran yang 6) Bertahan adalah bentuk terkuat dari
digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran di persaingan.
pasar sasaran, yang meliputi item alat pemasaran 7) Superioritas dalam faktor persaingan
yaitu product, price, promotion, place. Menurut yang mendasar adalah segalanya.
Kotler, item bauran pemasaran meliputi:
8) Tidak terkalahkan adalah merupakan
1) Product: kemasan produk, kualitas, pertahanan yang sebenarnya.
design, ciri, nama merek, kemasan,
ukuran, pelayanan, garansi, dan imbalan. 9) Strategi membutuhkan pengembangan
kekuatan yang unik.7
2) Price: daftar harga, diskon, potongan
harga khusus, periode pembayaran,
dan syarat kredit. C. Metode Penelitian
3) Promotion: promosi penjualan, 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
periklanan, tenaga penjualan, public
Objek telaah dalam penelitian ini adalah
relation, dan pemasaran langsung
strategi labeling, packaging dan marketing produk
4) Place: saluran pemasaran, cakupan hasil indusri rumah tangga sebagaimana yang
pasar, pengelompokan, lokasi, dan akandidapatkan dari sumber informasi yaitu pelaku
transportasi.6 usaha tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif
dengan menggunakan metode deskriptif.
Dengan demikian penelitian yang dilakukan ini
berusaha mendeskripsikan kegiatan para pelaku
usaha industri rumah tangga dalam hal strategi
5 Lok.cit, Kotler, h.9
6 Lok.cit, Kotler. 7 Lok.cit, Swastha

Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 21


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

lebeling, packaging dan marketing. lapangan.


c. Diupayakan untuk sering berada di
2. Instrumen Penelitian lingkungan informan dengan tidak
mengalami hambatan yang berarti
Peneliti sebagai instrumen utama dalam sehingga dapat memperoleh hasil seperti
penelitian ini, dengan ciri-ciri sebagaimana yang yang dimaksud.
dikemukakan S. Nasution berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat
bereaksi terhadap segala stimulus dari 3. Teknik Pengumpulan Data
lingkungan yang harus diperkirakannya a. Observasi
bermakna atau tidak bagi penelitian. Tidak Observasi dilakukan untuk memperoleh
ada instrumen lain yang bereaksi dan data tentang upaya yang dilakukan masyarakat
berinteraksi terhadap demikian banyak untuk reaktulisasi kembali awik-awik desa
faktor dalam situasi yang senantiasa sebagai upaya melestarikan social budaya
berubah-ubah. masyarakat lokal yang nantinya akan dapat
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan ditemukan esensi permasalahan yang menjadi
diri terhadap semua aspek keadaan dan fokus penelitian. Lexy J. Moleong mengatakan
dapat mengumpulkan aneka ragam data tentang digunakannya metode pengamatan
sekaligus. Tidak ada alat penelitian lain, yaitu:
seperti yang digunakan dalam penelitian 1) Pengamatan mengoptimalkan kemamp-
kuantitatif, yang dapat menyesuaikan uan penelitian dari segi motif, kepercayaan,
diri dengan bermacam-macam situasi perhatian dan perilakunya.
serupa itu. Suatu tes hanya cocok untuk
mengukur variabel tertentu akan tetapi 2) Pengamatan memungkinkan pengamat
tidak dapat dipakai untuk mengukur untuk melihat dunia sebagai yang dilihat
macam-macam variabel lainnya. oleh subyek, menangkap kehidupan dari
segi pandangan dan anutan para subyek
c. Peneliti sebagai instrumen dapat segera pada keadaan waktu itu.
menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis 3) Pengamatan memungkinkan peneliti
dengan segera untuk menentukan arah untuk merasakan apa yang dirasakan dan
pengamatan untuk mengetest hipotesis dihayati oleh subyek.
yang timbul seketika. 4) Pengamatan memungkinkan
d. Hanya peneliti sebagai instrumen dapat pembentukan pengetahuan yang diketahui
mengambil kesimpulan berdasarkan bersama baik dari pihaknya maupun dari
data yang dikumpulkan pada suatu saat pihak subyek.9
dan segera menggunakannya sebagai
balikan untuk memperoleh penegasan, b. Wawancara
perubahan, perbaikan atau penolakan.8
Wawancara adalah percakapan yang
Keterlibatan peneliti dengan subyek dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
penelitian dirasa cukup memadai. Beberapa (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
alasan yang dikemukakan antara lain: yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan
a. Informan telah secara sadar memahami jawaban atas pertanyaan. Berkaitan dengan
makna penelitian ini, sehingga mereka ini, S. Nasution menyatakan bahwa: Dalam
membantu sepenuhnya. teknik wawancara terkandung maksud untuk
mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan
b. Tempat penelitian memungkinkan untuk
perasaan responden.10 Teknik yang akan
peneliti sesering mungkin berada di
9 Moleong, J., L., Metodologi Penelitian Kualitatif,
8 Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994, h.106
Bandung: Tarsito,1996, h.55 10 Lok.cit, Nasution, h.73

22 Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

peneliti tempuh adalah melakukan wawancara identitas atau jati diri dari produk yang menjadi
secara mendalam (indepth interview) dengan hak milik suatu usaha sebagai alat komunikasi
responden penelitian dengan tetap berpedoman tertulis pihak produsen dengan pihak konsumen
pada arah, sasaran dan fokus penelitian ini dalam melakukan pelayanan jaminan persyaratan
dengan mempersiapkan daftar pertanyaan. mutu produk dan kesehatan. Dari hal tersebut
maka hasil pengamatan dan observasi di lokasi
penelitian menunjukkan bahwa pelabelan
4. Teknik Analisis Data dilakukan dengan membuatkan identitas produk
Data lunak (soft data) merupakan data yang dalam sebuah kertas berukuran 3 cm x 4 cm yang
telah terkumpul dari lapangan, berupa uraian- memuat informasi sebagai berikut: (a) nama
uraian yang penuh deskripsi mengenai kegiatan produk, (b) harga jual, (c) tempat produksi, (d)
subyek yang diteliti yang diperoleh melalui nomor kontak, dan (e) tulisan halal.
observasi dan wawancara. Menurut S. Nasution Penampilan identitas yang sederhana
menjelaskan bahwa Analisis data kualitatif tersebut dilakukan karena produk yang dihasilkan
adalah proses menyusun data yang berarti masih bersifat tradisional dan belum mampu
menggolongkannya dalam pola, tema atau menembus pasar ekonomi kelas menengah ke
kategorisasi agar dapat ditafsirkan.11 Berangkat atas. Pada awalnya produk yang dihasilkan oleh
dari pengertian ini maka teknik analisis data para pelaku usaha tidak mempunyai identitas
yang lakukan dalam penelitian ini adalah: sama sekali, semua produk yang dihasilkan oleh
a. Mengolah data masing-masing orang tidak dapat dibedakan
antara satu dengan yang lainnya.
b. Memilah-milah data primer, skunder dan
lainnya. Pengemasan produk hasil industri rumah
tangga di Desa Karang Bajo juga dilakukan
c. Memilih data yang tingkat kehandalannya dengan sangat sederhana yaitu dengan
tinggi dan keterhandalannya rendah, dan membungkus produk (kerupuk, kue bawang,
d. Mencari data pendukung bagi data yang dan kuping gajah) dengan plastik kecil transparan
tingkat keterhandalannya rendah. yang berukuran 8 cm x 14 cm. Selanjutnya,
untuk menutup bungkus plastik direkatkan
e. Kegiatan terakhir adalah
menggunakan api dari lampu pijar maupun lilin.
menginterpretasikan data yang sudah
dikhususkan untuk selanjutnya Setelah dilakukan pelatihan dan
dimaknakan dengan bahasa yang baik dan pendampingan oleh pihak pemerintah dan
benar, kemudian disimpulkan. perguruan tinggi para pelaku usaha telah mampu
membuat kemasan yang lebih bagus yaitu
Seluruh data yang sudah diperoleh akan
dengan menggunakan plastik yang lebih tebal
dianalisis menggunakan teknik analisis domain
untuk melindungi produk dan menggunakan
(Domain analysis) yaitu memperoleh gambaran
alat pemanas listrik sebagai alat perekat bungkus
yang umum dan menyeluruh dari obyek
sehingga tidak cepat terbuka, dan juga produk
penelitian.12
terlihat lebih menarik dan informatif karena
telah mempunyai identitas atau label.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Strategi Labeling dan Packaging Produk 2. Marketing Produk
Hasil Industri Rumah Tangga di
Produk yang dihasilkan oleh para pelaku
Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan,
usaha industri rumah tangga di Desa Karang
Kabupaten Lombok Utara
Bajo masih terbatas pada kerupuk, stik bawang
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam dan kuping gajah. Pemasaran produk masih
tinjauan pustaka, label merupakan informasi bersifat lokal yaitu hanya menembus pasar-
pasar tradisional yang ada di sekitar Kecamatan
11 Lok.cit, Nasution, h.126
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Bayan. Teknis penjualan produk menggunakan
R & D, Alfabeta, Bandung, 2008 dua cara yaitu:
Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 23
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

a. Penjualan di tempat produksi Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara


Penjualan pada jenis ini para pelaku yang berupa kertas putih ukuran 3 x 4 cm yang
usaha tidak mengeluarkan biaya transport berisi informasi tentang nama produk, harga
untuk mengangkut produk ke tempat-tempat jual, tempat produksi, nomor kontak dan tulisan
penjualan seperti pasar, kios dan warung- halal merupakan label yang dimaksud.
warung. Hal ini dikarenakan pembeli langsung Pada awalnya produk yang hasilkan oleh
datang ke tempat produksi dan melakukan pelaku usaha di Desa Karang Bajo tidak
transaksi jual beli ditempat tersebut, sedangkan mempunyai identitas sama sekali, padahal fungsi
biaya angkut langsung menjadi tanggung jawab label tersebut sangatlah penting sebagaimana
pembeli. yang uraikan oleh Kotler yaitu untuk identifikasi
produk, dan menggambarkan beberapa hal
yang terkait dengan produk tersebut, bahkan
b. Penjualan di pasar tradisional menurutnya label juga sangat menentukan kelas
Penjualan dengan cara ini digunakan untuk produk tampilan produk. Pelabelan produk hasil
memasarkan produk secara luas. Penjualan produksi industri rumah tangga di Desa Karang
ini biasanya dilakukan oleh tangan kedua Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok
dari produsen atau dengan kata lain penjual Utara diterapkan setelah mendapat pelatihan
meminta bantuan kepada pengampas (penjual dan pendampingan dari berbagai pihak seperti
produk dengan cara berkeliling kios-kios pemerintah maupun perguruan tinggi.
menggunakan sepeda motor atau mobil box) Keberadaan labeling tersebut belum
untuk menjualkan produk tersebut. Penjualan sepenuhnya memenuhi kriteria label yang
dengan cara ini memungkinkan menjangkau tentukan oleh Peraturan Pemerintah Republik
pasar antar kecamatan bahkan pasar antar Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
kabupaten seperti pasar Sweta, Cakra Negara dan Iklan Pangan, yaitu sekurang kurangnya
di Kota Mataram dan Gerung di Kabupaten memuat nama produk, daftar bahan yang
Lombok Barat. digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama
Adapun pasar sasaran produk hasil dan alamat pihak yang memproduksi atau
produksi industri rumah tangga di Desa Karang memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia,
Bajo adalah: (a) kios, (b), warung, (c) pasar tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa. Namun,
tradisional, dan (d) pelanggan abadi. walaupun demikian keberadaan labeling sangat
membantu pengenalan terhadap produk yang
dihasilkan.
F. Pembahasan Pengemasan produk hasil industri
Berangkat dari pemaparan teori dan temuan rumah tangga di Desa Karang Bajo juga
dilapangan, pada bagian ini akan dibahas dilakukan dengan sangat sederhana yaitu
kondisi ril di lapangan berdasarkan teori yang dengan membungkus produk (kerupuk, kue
ada sehingga akan terlihat titik persinggungan bawang, dan kuping gajah) dengan plastik
antara teori dengan kondisi ril. kecil transparan yang berukuran 8 cm x 14 cm.
Secara sederhana pengemasan yang dilakukan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik
tersebut telah sesuai dengan pengertian yang
Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
uraikan oleh Suyitno (1990) tentang pengertian
dan Iklan Pangan, Label Pangan adalah setiap
pengemasan yaitu penempatan produk di dalam
keterangan mengenai pangan yang berbentuk
suatu kemasan untuk memberikan proteksi
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau
atau perlindungan sehingga umur simpan
bentuk lain yang disertakan pada pangan,
produk menjadi lebih panjang, memudahkan
dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau
penyimpanan dan distribusi.
merupakan bagian kemasan pangan. Berangkat
dari Peraturan Pemerintah ini maka identitas Fungsi pengemasan yang dilakukan tersebut
yang terletak pada produk makanan hasil adalah menjaga produk tersebut dari kerusakan
industri rumah tangga di Desa Karang Bajo fisik maupun kimia sehingga kualitas tetap terjaga.

24 Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

Jenis kemasan yang digunakan oleh pelaku usaha strategi pemasaran yang dilakukan tersebut
industry rumah tangga di Desa Karang Bajo maka penjualan dilakukan dengan dua cara
adalah kemasan plastik yang transparan, namun yaitu penjualan di tempat produksi dengan cara
setidaknya telah memenuhi persyaratan suatu pembeli langsung membeli produk di tempat
kemasan agar dapat berfungsi dengan baik produksi dan penjual langsung mengantarkan ke
yaitu dapat melindungi produk dari kotoran tempat-tempat penjualan seperti kios, warung,
dan kontaminasi sehingga produk tetap bersih, toko dan pasar tradisional dengan pasar sasaran
dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan rumah tangga keluarga.
kadar air, gas, dan penyinaran (cahaya), mudah
dibuka/ditutup, mudah ditangani serta mudah
dalam pengangkutan dan distribusi, efisien dan G. Penutup
ekonomis khususnya selama proses pengisian Strategi Labeling, packaging dan marketing
produk ke dalam kemasan, mempunyai ukuran, produk hasil industru rumah tangga di Desa
bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten
atau standar yang ada, mudah dibuang dan Lombok Utara dilakukan secara alamiah
mudah dibentuk atau dicetak. yaitu produk yang dihasilkan belum memiliki
Setelah dilakukan pelatihan dan label yang refresentatif namun dengan telah
pendampingan oleh pemerintah maupun dilaksanakannya berbagai pembinaan oleh
perguruan tinggi para pelaku usaha telah mampu pemerintah maupun perguruan tinggi para pelaku
membuat kemasan yang lebih bagus yaitu usaha telah mampu label produk yang memuat
dengan menggunakan plastik yang lebih tebal informasi terkait produk yang sebelumnya tidak
untuk melindungi produk dan menggunakan ada sama sekali, adanya kemasan yang lebih
alat pemanas listrik sebagai alat perekat bungkus menarik dengan menggunakan alat perekat
sehingga tidak cepat terbuka. listrik yang sebelumnya hanya menggunakan
plastik tipis yang direkatkan dengan api, adanya
Secara umum pemasaran yang dilakukan peluang pasar yang lebih luas yang sebelumnya
oleh pelaku usaha industry rumah tangga di hanya mengandalkan pasar tradisional sekitar.
Desa Karang Bajo telah memenuhi konsep
umum pemasaran tersebut yaitu memuaskan
pelanggan dengan kualitas produk dengan tetap H. Daftar Psutaka
memperhatikan laba atau keuntungan.
Angipora, Marinus, 2002. Dasar-Dasar Pemasaran.
Pemasaran produk hasil industry rumah Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
tangga di Desa Karang Bajo belum mampu
menerapkan semua teori-teori tentang Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. 2002.
pemasaran karena usaha yang dijalankan masih Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil.
bersifat usaha kecil menengah, seperti bauran Jakarta: PT Rineka Cipta.
pemasaran misalnya pelaku usaha tidak bisa Assauri, Sofjan, 1992. Menejemen Pemasaran.
menerapkan teori garansi, imbalan dan kredit Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.
karena produk yang dihasilkan terbatas pada
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
kerupuk, kue bawang dan kuping gajah dan
Indonesia. 2007. Peraturan Kepala Badan
volume produksi juga belum dilakukan dalam
Pengawas Obat dan Makanan Republik
jumlah banyak.
Indonesia Nomor: HK 00.05.55.6497 tentang
Strategi promosi yang dilakukan dalam Bahan Kemasan Pangan. Jakarta.
rangka pemasaran produk adalah melalui mulut
Basu Swastha. 1984. Azas-Azas
ke mulut belum mampu menggunakan sarana
Marketin.,Yogyakarta: Liberty.
lain seperti stiker, pamplet, iklan TV, Radio
maupun internet. Hal ini dilakukan untuk Danger, E.P. 1992.Memilih Warna Kemasan.
meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh Jakarta: PT. Pustaka Bina Pressindo.
pengusaha, walaupun promosi menggunakan Ibrahim, dan Sudjana, N. 1989, Penelitian dan
sarana lain adalah suatu yang bagus. Dengan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru.

Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 25


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016

Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Roth, Laszlo, 1990. Packaging Design: An
Jakarta: Prenhallindo. Introduction. New York.
Moehajir, Noeng, 1996, Metode Penelitian Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif, (Yogyakarta : Penerbit Rake Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.
Sarasin, Edisi III. Tjiptono, Fandy, 1997. Strategi Pemasaran Edisi 2.
Moleong, J., L., 1994, Metodologi Penelitian Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Wirya, Iwan, 1999. Kemasan yang Menjual. Jakarta:
Rosdakarya. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nasution, S. 1996, Metode Penelitian Naturalistik
Kualitatif, Bandung: Tarsito.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Jakarta.

26 Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430

Anda mungkin juga menyukai