METEMATIKA DI SD/MI
PROPOSAL
OLEH:
151129145
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelejaran yang diajarkan pada setiap jejang
pendidikan di Indonesia. Mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mata
pelajaran tersebut. Bahkan seorang tokoh Mornies Klien menyebutkan bahwa jatuh
bangunnya sebuah negara dewasa ini, tergantung pada kemajuan teknologi di bidang
matematikanya. Pada kurikulum SD, khususnya di kelas-kelas rendah pembelajaran
matematika lebih menekankan pada peguasaan keterampilan-keterampilan berhitung dasar.
Yang salah satunya adalah keterampilan perkalian.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak, artinya
objek matematika berada dalam alam pikiran manusia sedangkan realisasinya menggunakan
benda-benda yang ada di sekitar. Dikatakan memiliki objek yang abstrak karena pada
hakikatnya matematika bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.[1]
Sehubungan dengan itu, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika haruslah
memperhatikan beberapa prinsip, antara lain adalah: 1) belajar matematika harus berarti
(meaningful), 2) anak aktif terlibat dalam belajar matematika (belajar aktif merupakan inti
belajar matematika yang memungkinkan anak berkesulitan belajar membentuk pengetahuan
mereka), 3) anak harus mengetahui apa yang akan dipelajari dalam kelas matematika (anak
akan lebih bekerja keras untuk mencapai tujuan-tujuan menentu), 4) menggunakan berbagai
bentuk atau model matematika dalam pembelajaran matematika (dibandingkan dengan mata
pelajaran lain yang diajarkan di sekolah adalah abstrak. Oleh sebab itu, pemilihan model,
strategi dan alat bantu yang digunakan oleh guru haruslah mampu membahasakan materi-
materi yang abstrak menjadi konkret).[2]
Namun kenyataan saat ini, pembelajaran matematika masih terasa jauh dari teori yang ada.
Bahkan beberapa prinsip yang telah disebutkan di atas sering luput dari perhatian guru. Guru
yang seharusnya hanya mempunyai peranan memilih model dan menyediakan lingkungan
belajar yang sesuai, lebih sering mendominasi kegiatan belajar-mengajar sehingga guru
terlihat lebih aktif jika dibandingkan dengan siswa. Seperti yang terlihat di kelas III MI
Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige. Penyampaian materinya hanya menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab serta teknik menghafal untuk materi perkalian. Selain itu
penggunaan alat bantu juga terasa masih kurang. Hal inilah yang membuat peserta didik
kurang mampu menyerap materi yang diajarkan sehingga kebanyakan menganggap belajar
matematika sulit dan terkesan tidak terlalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Hal ini berdampak pada banyak siswa yang belum dapat menguasai kompetensi-kompetensi
yang seharusnya telah dikuasai pada kelas sebelumnya. Bahkan, sebagian besarnya belum
bisa terampil dalam meteri perkalian. Para siswa mengungkapkan bahwa materi perkalian
sangatlah sulit bagi mereka karena mengharuskan menghafal.
Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Perkalian merupakan salah satu keterampilan
berhitung dasar yang harus mereka kuasai sebagai bekal untuk mempelajari materi
selanjutnya. Mengingat matematika merupakan pengetahuan yang sangat terstruktur
(keterampilan matematika harus dibangun dari keterampilan sebelumnya). Penguasaan
keterampilan berhitung dasar yang salah satunya adalah menghitung perkalian akan
mempermudah siswa untuk menguasai keterampilan matematikan yang lain. Oleh karena
itulah penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Terkait dengan masalah tersebut, telah dikembangkankan berbagai metode dan teknik
pembelajaran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar matematika, terutama
dalam hal berhitung. Salah satu metode yang klasik yaitu metode sempoa. Namun saat ini,
muncul metode-metode baru yang digemari dan dianggap lebih praktis salah satunya adalah
metode jari magic. Jari magic adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan.
Metode ini ditemukan oleh M. Fajar Auliya.
Selain praktis, metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat
mengasyikkan, karena jari magic tidak membebani memori otak dan alatnya selalu tersedia.
Bahkan saat ujian tidak perlu khawatir alatnya akan disita atau ketinggalan karena alatnya
adalah jari tangan kita sendiri. Oleh karena itu penilitian ini ingin mengangkat tentang
penggunaan metode Jarimagic ini dalam meningkatkan keterampilan berhitung dasar
matematika khususnya keterampilan berhitung perkalian.
Berdasarkan urain di atas, judul penilitian ini adalah Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berhitung (Perkalian) Dasar Menggunakan Metode Jarimagic di Kelas III MI Nahdathul
Mujahiddin NW Jempong Rembige Tahun Pelajaran 2014/2015.
1. Sasaran Penelitian
Sasaran dari penelitian ini adalah siswa di kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong
Rembige Tahun Pelejaran 2014/2015, yang berjumlah 23 orang terdiri dari 10 orang siswa
laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.
1. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berhitung (perkalian) dasar
dengan penggunaan metode Jarimagic di kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong
Rembige pada Tahun Pelajaran 2014/2015.
1. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan berhitung
(perkalian) dasar di kelas MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige Tahun Pelajaran
2014/2015 antara lain:
1. Manfaat Teoretis.
Penilitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pustaka kependidikan dan memberikan
sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah
sejenis guna menyempurnakan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dasar (perkalian) siswa sehingga
memudahkan dalam menjawab soal operasi hitung perkalian karena menggunakan alat bantu
yang merupakan bagian tubuhnya sendiri serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
karena belajar terasa lebih menyenangkan dan tidak membebani otak.
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat meberikan alternatif metode efektif yang digunakan dalam
proses pembelajaran dan meringankan beban guru karena tidak perlu membawa alat peraga
masuk ke dalam kelas. Karena alat peraga menggunaka bagian tubuh manusia yakni jari.
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi inovasi dalam pembelajaran sebagai upaya
peningakatan kualitas dan mutu pembelajaran untuk mencapai tujuan sekolah secara optimal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah upaya untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, atau keterampilan baru
untuk memperluas dan memperkokoh pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.[3] Oleh
karena itulah belajar dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
pembentukan pribadi dan prilaku individu.[4]
Surya menyebutkan, belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku baru sebagai hasil dari pengalamannya.
Crow & Crow menyebutkan belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan dan
sikap-sikap baru.
Hilgard, belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena
adanya renspon terhadap sesuatu situasi.
Thompson, menyebutkan belajar adalah perubahan prilaku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman.
Slameto mengatakan belajar adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamanya berinteraksi
dengan lingkungan.[5]
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat ditarik sebuah kata kunci atau persamaan di
dalamnya. Yakni kata perubahan tingkah laku atau perubahan prilaku. Oleh karena itu, dapat
kita simpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku secara tetap yang dihasilkan
melalui pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu usaha sadar seseorang
atau individu.
1. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Hakikat dari pembelajaran dapat
ditinjau dari dua segi, yakni segi etimologis (bahasa) dan terminologi (istilah).
Secara etimologis menurut Zayadi kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa
inggris, intruction yang bermakna upaya membelajarkan seseorang atau kelompok orang,
melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian
tujuan yang telah diterapkan. Dalam pengertian terminologis, pembelajaran dikatakan oleh
corey merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus.[6]
Menurut pandangan Sudjana pembelajaran merupakan setiap upaya yang sistematik dan
sengaja agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didi
(warga belajara) dengan pendidik (sumber belajar).[7]
Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu sistem yang direncanakan oleh pendidik (guru) untuk mengkondisikan atau
merangsang warga belajar (peserta didik) agar bisa belajar dengan baik dan tujuan
pembelajara dapat tercapai secara optimal. Perencanaan ini meliputi tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode dan evaluasi dan lain segala hal yang terkait dengan proses
belajar.
2. Ciri-ciri Pembelajaran
Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara
siswa dengan lingkungan belajarnya. Sedangkan ciri-ciri lainnya adalah berkaitan dengan
komponen-komponen pembelajaran itu sendiri.[8]
3. Komponen-komponen Pembelajaran
Telah diketahui bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem terencana yang terdiri dari
komponen-komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lain. Adapun komponen-
komponen pembelajaran adalah:
Selain kelima komponen tersebut, ada dua komponen inti yang ada dalam pembelajaran.
Komponen tersebut adalah peserta didik dan pendidik (guru). Karena seperti yang diketahui
bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan pendidik sebagai
perencana dalam kegiatan pendidikan.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik diartikan
sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran formal maupun non formal pada jenjang pendidikan tertentu.[10]
Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung perkalian dasar adalah perkalian
tingkat dasar. Yakni perkalian satu sampai dengan sepuluh. Perkalian dasar 1-10 memang
seharusnya sudah tertanam dalam ingatan sejak masih dibangku SD.[14] Karena penguasaan
kemampuan berhitung perkalian dasar ini akan berguna untuk mempelajari keterampilan
perkalian tingkat selanjutnya, misalnya perkalian tiga bilangan dan perkalian yang lebih
kompleks.
Dari uraian di atas kemampuan berhitung perkalian dasar dapat diartikan sebagai sebuah
kemampuan siswa untuk mennghitung perkalian 1 sampai dengan 10. Atau dengan kata lain
penguasaan siswa terhadap perkalian 1 samapai dengan 10.
Kemampuan berhitung dasar perkalian siswa di Kelas III MI Nahdathul Mujahiddin Tahun
Pelajaran 2014/2015 dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan, yakni:
1. Tingkatan rendah, siswa yang digolongkan dalam tingkatan ini mereka sudah
memahami konsep perkalian dengan tepat, hanya saja mereka belum mampu
menjawab soal singkat perkalian dengan cepat. Mereka belum dapat mengingat
perkalian 1 sampai dengan 5 dengan tepat, mereka masih menggunakan cara manual
yakni dengan menggambar batang-batang lidi lalu menjumlahkan sesuai dengan soal.
Sehingga saat menjawab soal yang berkaitan dengan operasi perkalian 2 bilangan atau
3 bilangan memperlukan waktu yang lama akhibatnya mereka pun sering tertinggal
dalam menyelesaikan soal-soal perkalian.
2. Tingkatan menengah, siswa yang digolongkan dalam tingkatan ini mereka sudah
mampu mengingat dengan baik perkalian 1 sampai dengan 5 namun mereka kesulitan
saat harus mengkalikan bilangan 6 sampai dengan 9.
3. Tingkatan mahir, siswa yang digolongkan dalam tingkatan ini mereka sudah mampu
mengkalikan bilangan 1 sampai 10 dengan cepat dan tepat. Sehingga dalam menjawab
soal-soal perkalian baik itu perkalian 2 bilangan maupun 3 bilangan mereka tidak
menghadapi kesulitan yang berarti.[15]
4. Tinjauan Tentang Metode Jarimagic
5. Pengertian Metode Jarimagic
Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu
pengetahuan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran maka metode dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran.[16] Dikatakan Metode Jarimagic karena metode
pembelajaran ini menggunakan tangan sebagai alat peraganya.[17]
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode jarimatika merupakan sebuah cara yang
digunakan oleh pendidik untuk mempermudah siswa menguasai keterampilan berhitung:
Kali-Bagi-Tambah-Kurang dengan menggunakan alat bantu jari-jari tangan.
2. Kelebihan Metode Jarimagic
Ada beberapa kelebihan metode Jarimagic jika dibandingkan dengan metode lain seperti
menghafal, diantaranya:
1. Simple, tanpa menggunakan 34 macam rumus teman besar atau teman kecil.
2. Smart, mengsinergikan dan mengoptimalkan otak kanan dan otak kiri dalam belajar.
3. Standard, formasi jari-jemarinya terstandarisasi dan mudah dipahami secara universal.
4. Safe, aman digunakan sewaktu ujian. Karena alat bantu hitungnya jari-jemari tangan.
5. Real, nyata proses perhitunganya dan hasilnya terlihat nyata ada di jari-jemari tangan.
6. Quick, cepat proses perhitungannya bahkan bisa lebih cepat dari pada kalkulator.
7. Practical, jari-jemari praktis dinawa kemana-mana dan digunakan kapan saja.
8. Effective, sebagai media komunikasi efektif antara orang tua dan anak serta siapa
saja.
9. Fun, bermain seraya belajar menyenangkan dengan memainkan jari-jemari tangan.
10. Award, telah mendapatkan penghargaan dari Mendiknas dan dimuat di Jurnal
Ilmiah.[18]
11. Format Jari Tangan untuk Perkalian
Sebelum mengajarkan anak menggunakan metode Jarimagic, terlebih dahulu anak harus
dibimbing untuk memahami konsep dasar bilangan dan lambangnya serta operasi bilangan
yang di dalamnya termasuk operasi perkalian kemudian cara menghitung dengan jari.[19]
Jadi anak harus terlebih dahulu mengenal dan memahami angka kemudian memahami konsep
dasar perkalian termasuk juga sifat-sifat dalam perkalian. Setelah itu barulah anak
diperkenalan dengan formasi Jarimagic.
Adapun formasi Jarimagic untuk operasi perkalian dasar yakni perkalian 1 sampai dengan 10
terdapat dua formasi, yakni formasi untuk perkalian kombinasi 1-5 dan formasi untuk
perkalian kombinasi 5-10
Gambar.1
Seperti pada gambar tersebut jari telunjuk dibuka bernilai 1 dan seterusnya hingga kelima jari
dibuka bernilai 5. Dengan rumusnya kali 01-05 sama dengan TS, dimana TS merupakan titik
persilangan jari kanan dan jari kiri yang terbuka.[21]
Selanjutnya untuk perkalian 05-10 menggunakan metode perkalian Jarimagic dengan rumus
kali 5-10 sama dengan (T)_B. Dimana T adalah jumlah jari yang terlipat dan B adalah
perkalian jari yang terbuka dan setiap jari yang terlipa menempati nilai puluhan. Adapun
formasi jarinya adalah:
Gambar.2
Gambar.3
Pada gambar di atas, ilustrasi tangan kiri mewakili angka 3 dan ilustrasi tangan kanan
mewakili angka 1. Kemudian silangkanlah dan hitung titik persilangan jarinya.[24]
Gambar.3
Pada gambar tersebut jari kana dan kiri yang terbuka dikalikan sebagai nilai B dan kemudian
jari yang tertutup di jumlahkan sebagai nilai dari T. Sehingga T sama dengan 2 + 4 sama
dengan 6 menempati puluhan dan kalikan jari yang berdiri 3 x 1 dengan cara menyilangkan
kemudian hitunglah titik persilangannya dan hasilnya adalah 3. Jadi nilai dari 7 x 9 adalah
(T)_B hasilnya 6_3. Karena 6 menempati nilai puluhan dan 3 menempai nilai satuan makan
sama artinya 63. Sehingga hasil dari 7 x 9 adalah 63.[26]
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek Bilangan
(mengenal bilangan, operasi bilangan, KPK dan FPB, dan sebagainya), Geometri dan
pengukuran (memahami bangun ruang dan bangun datar, satuan waktu, suhu, volume,
panjanga dan sebagainya) serta Pengolahan data (membaca, mengumpulkan, dan menyajikan
data serta mengolah data)[29]
Adapun standar kompetensi adalah melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
dengan kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan
memecahkan masalah perhitungan berkaitan dengan operasi perkalian.[30]
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Setting penelitian ini adalah MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige, yaitu kelas
III yang berjumlah 23 orang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa
perempuan. Lokasi ini diambil dengan pertimbangan dapat bekerja sama dengan guru
Matematika di MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige sehingga memudahkan
peneliti dalam mencari data, peluang, waktu yang luas, dan subyek penelitian yang sangat
sesuai dengan profesi peneliti.
1. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian merupakan suatu objek penelitian tindakan kelas yang merupakan sesuatu
yang aktif dan dapat dikenai activitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.[31]
Adapun sasaran penelitian ini adalah:
1. Faktor siswa, yaitu meningkatkan kemampuan berhitung perkalian dasar siswa kelas
III sehingga mempermudah dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka,
melakukan operasi hitung campuran serta memecahkan masalah perhitungan pada
Mata Pelajaran Matematika melalui penggunaan metode Jarimagic berupa tes
evaluasi.
2. Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu bagaimana interaksi antara siswa
dengan siswa atau guru dengan guru dalam proses belajar mengajar yang berupa hasil
observase aktivitas siswa.
3. Rencana Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan
(action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran.[32] Dalam pelaksanaannya PTK juga menggunakan data pengamatan
langsung terhadap jalannya model pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan
materi volume bangun ruang di kelas. Data tersebut dianalisis melalui beberapa tahapan
dalam siklus-siklus tindakan yang terdiri dari 4 tahap yaitu, (1). Perencanaan, (2).
Pelaksanaan dan observasi, (3). Evaluasi, dan (4). Refleksi. Adapun bentuk spiral kerja
tindakan dari siklus ke siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar.4
1. Siklus 1
2. Tahapan perencanaan tindakan
Dalam tahapan ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan atau menerapkan apa yang telah disusun pada
tahap perencanaan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Observasi atau pengamatan
dilaksanakan bersamaan atau saat proses pembelajaran sesuai dengan format pembelajaran
yang telah disusun, semua aktivitas siswa dan guru yang tampak dicatat di lembar observasi.
1. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini peneliti dan guru memberikan tes evaluasi berupa tes unjuk kerja dan tulis
kepada siswa pada setiap akhir siklus. Tes ini dikerjakan secara individual untuk mengetahui
kemampuan siswa berhitung perkalian.
1. Refleksi
Refleksi dilakukan setelaah observasi dan evaluasi dilakukan sebagai acuan. Pada tahap ini
guru dan siswa mengkaji hasil yang diproleh dan pemberian tindakan pada siklus awal. Hasil
refleksi ini dijadikan sebagai dasar untuk menyempurnakan serta memperbaiki perencanaan
dan pelaksanaan tindakan pada tahap berikutnya.
2. Siklus II
Hasil refleksi analisis data pada siklus I digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus
II, dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I.
Instrument pengumpulan data merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian. Adapun dalam penelitian ini data yang diambil dengan
menggunakan 2 instrumen yaitu:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.[34]
Tes merupakan rangkaian pertanyaan atau alat lain digunakan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh
individu atau kelompok.[35] Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif
berbentuk esaay dan objektif. Tes essay dengan bentuk soal cerita dan tes objektif dengan
jawaban singkat atau (short answer).
Jenis tes yang digunakan adalah post tes yaitu tes yang dilaksanakan setelah diadakan
tindakan. Adapun kisi-kisi soal tes dengan menerapkan metode Jarimatika, pada mata
pelajaran Matematika submateri Operasi Bilangan dapat dilihat pada table 1.
Table 1
Kisi-Kisi Soal Evaluasi dengan Menggunakan Metode Jarimatika pada pelajaran Matematika
submateri Operasi Bilangan
4) Terampil menghitung
perkalian dasar
1) Menghitung perkalian angka
perkalian dasar dengan cepat
1. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari s.d April 2015 di kelas III MI Nahdathul
Mujahiddin NW Jempong Rembige.
Pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan
secara kolaburasi dengan teman sejawat menggunkan lembar observasi yang telah disiapkan.
Adapun yang diamati adalah bagaimana pelaksanaan tindakan, bagaimana guru menyajikan
pelajaran, dan bagaimana sikap siswa dalam belajar, dan apakah proses pembelajaran sudah
sesuai dengan skenario yang dibuat.
Data tes hasil belajar siswa adalah jumlah skor pada sejumlah butir Tes Hasil Belajar yang
digunakan untuk mengukur dan dikatakan tuntas secara individu pada proses belajar
mengajar.[36]Setelah memperoleh data tes hasil belajar siswa, data tersebut dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui ketercapaian
ketuntasan belajar siswa dengan kriteria sebagai berikut:
Ketuntasan individu.
Ketuntasan individu yaitu setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara
individu jika siswa mampum memperoleh nilai 60.
Ketuntasan klasikal
Keuntasan klasikal dikatakan telah tercapai apabila targe pencapaian 75% dari jumlah
siswa dalam kelas bersangkutan yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar individu.
Hal ini dapat dihitung menggunakan rumus beriku:
Kk
Keterangan:
Kk Ketutasan klasikal
Dalam kegiatan penelitian ilmiah yang menggunakan statistik sebagai analisis data, Mean
dapat dikatakan hampir selalu dihitung. Mean jumlah dari seluruh angka dibagi dengan
banyaknya angka yang ada.[38] Dalam penelitian ini pengolahan data tidak dilakukan secara
manual menggunakan kalkulator melainkan menggunakan komputer, yakni aplikasi
Microsoft Excel.
Gambar.3
Contoh penulisan rumus untuk mencari Mean menggunakan aplikasi Microsoft Excel
Setelah rumus dimasukkan dengan format seperti terliha pada gambar 3, kemudian tekan
Enter. Maka akan di dapatkan hasil seperti gambar 4.
Gambar.4
Keterangan :
n = banyak indikator
Data tentang aktivitas belajar siswa dianalisi secara deskriptif kualitatif. Indikator
tentang aktivitas belajar siswa yang diamati adalah sebanyak 5 indikator dan setiap
indikator memiliki 6 deskriptor. Adapun cara pensekoran sebagai berikut:
Keterangan: X = jumlah siswa dalam kelas yang cukup aktifmelakukan kegiatan menurut
descriptor.
Untuk menentukan MI (mean ideal) dan SDI (standar deviasi ideal) dengan rumus sebagai
berikut:
MI
= 2,5
SDI)
= X (4 1)
= 0,5
Berdasarkan skor standar, kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa dijabarkan pada
tabel 2 berikut:
Tabel 2
2. Refleksi
Refleksi dilakukan pada tahap akhir siklus. Pada tahap ini peneliti, guru, dan teman sejawat
mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap siklus.
Refleksi dilakukan dari data kualitatif sebagai dasar untuk memperbaiki serta
menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya.
1. Indikator Penelitian
Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini dikatakan berhasil adalah apabila:
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
Tujuan :
Lanagkah kerja:
Lampiaran II
Cara penilaian:
Penilaian
No INDIKATOR/DESKRIPTOR Ya Tidak
BS B C K
Perencanaan dan persiapan
1.
penyelenggaraan pembelajaran
a. Membuat skenario pembelajaran
b. Menyiapkan tes/soal untuk identifkasi
pengetahuan awal siswa
c. Mengecek kehadiran siswa
Pemberian motivasi dan apersepsi kepada
2.
siswa
a. Menyampaikan pokok dan tujuan
pembelajaran
b. Memberikan apersepsi kepada siswa
c. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru
yang berkaitan dengan apersepsi
3. Penyampian materi inti
a. Guru menjelaskan tentang materi sifat-sifat
perkalian.
b. Menjelaskan tentang cara-cara penyelesaian
perkalian 3 angka atau perkalian yang hasilnya
3 angka.
c. Menjelaskan formasi jarimagic dan
mendemonstrasikan penggunaan jarimagic
Mengatur dan Membimbing siswa dalam
4.
kegiatan diskusi kelompok
a. Membagi kelas menjadi 6 kelompok
dengan terlebih dahulu menunjuk ketua
kelompoknya.
b. Menjelaskan tugas dan batasan waktu
kegiatan serta membagikan LKS
c. Membimbing, mengarahkan dan
memberikan masukan selama kegiatan diskusi.
Pemberian umpan balik terhadap hasil
5.
diskusi siswa
a. Meminta salah satu siswa menyampaikan
hasil diskusinya
b. Memberikan siswa lain menanggapi dan
bertanya
c. Memberikan komentar terhadap hasil
diskuinya
6. Mengahiri/menutup pelajaran
a. Melakukan Tanya jawab dengan siswa
untuk menarik kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari
b. Memberi penguatan tentang penggunaan
teknik jarimagic dalam menghitung perkalian
c. Menginformasikan materi pelajaran yang
akan dibahas minggu berikutnya dan meminta
peserta didik untuk mempelajarinya.
Komentar / saran :
Hari /tanggal,
Observer
Lampiran 3
Cara penskoran :
Keterangan: X = jumlah siswa dalam kelas yang aktif melakukan kegiatan descriptor
SKOR
No INDIKATOR/DESKRIPTOR
1 2
Kesiapan dan antusiasme siswa untuk belajar
a. Siswa masuk tepat waktu.
b. Siswa membawa buku pelajaran yang relevan dengan materi.
c. Siswa duduk dengan rapi.
1. d. Siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses
pembelajaran.
e. Siswa iku mempraktikan penggunaan Jarimagic saat guru atau temannya
mendemonstrasikannya di depan kelas.
f. Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lainnya.
Kerja secara individu
a. Adanya kesadaran rasa tanggung jawab dengan tugas yang diberikan
(ketua kelompok dan anggota).
b. Aktif dalam menyampaikan pendapat.
2. c. Adanya semangat untuk menguasai teknik Jarimagic.
d. Partisipasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.
e. Siswa percaya diri untuk mempraktikkan teknik Jarimatikan di depan
kelas.
f. Adanya keberanian untuk bertanya dan menanggapi.
Kerjasama dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas kelompok.
a. Adanya pembagian tugas dalam kelompok.
b. Saling membantu antar anggota kelompok untuk memahami materi.
c. Melakukan tanya jawab atau tukar pendapat antar anggota kelompok
3.
dalam menyelesaikan LKS.
d. Mengerjakan LKS dan perintah dengan teliti.
e. Mengerjakan semua item LKS.
f. Toleransi antar anggota kelompok.
Interaksi siswa dengan guru
4.
a. Memperhatikan penjelasan guru saat membimbing.
b. Melakukan tanya jawab atau mengemukakan pendapat pada saat
diberikan bimbingan.
c. Melakukan tanya jawab meminta bimbingan saat dirasa ada item LKS
yang tidak dapat diselesaikan.
d. Melakukan tanya jawab dengan guru untuk menyimpulkan hasil belajar.
e. Menanyakan pembahasan yang kurang dipahami
f. Terjalinnya komunikasi yang aktif bukan komunikasi yang kaku (bukan
komunikasi antara bawahan dan atasan yang bersifat perintah)
Aktivitas siswa dalam menyimpulkan hasil belajar (presentasi)
a. Adanya perhatian penuh saat kelompok lain sedang mempresentasikan
hasil diskusinya.
b. Mencatat pokok-pokok penting.
5. c. Menanggapi atau menanyakan hal yang kurang jelas.
d. Memperbaiki kekeliruan temannya dalam menjawab atau dalam
mendemostrasikan teknik Jarimatika serta menanggapi pertanyaan kelompok
lain.
e. Menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam mempresentasikan,
mempertanyakan maupun menanggapi.
f. Tetap menjunjung asas demokrasi dalam menyampaikan hasil diskusi
(sopan dalam mempertanyakan dan menanggapi).
Jumlah Skor Indikator
Kriteria
Komentar / saran :
Hari / tanggal,
Observer
(RPP)
Kelas/Semester : III / 2
II.KOMPETENSI DASAR
III. INDIKATOR
Menghitung perkalian dengan cara bersusun pendek yang hasilnya bilangan tiga angka
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. MATERI POKOK
2. Bilangan dan Operasi Bilangan
1. METODE PEMBELAJARAN
2. Jarimagic
3. Tanya jawab
4. Demontrasi
5. Pemberian tugas
6. Ceramah
7. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal ( 10menit)
8. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kepada peserta didik.
9. Guru bersama peserta didik berdoa bersama.
10. Guru melakukan absensi
11. Guru memberikan soal pre test untuk mengukur tingkat pemahaman awal peserta
didik dengan menanyakan langsung beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk
mengukur kemampuan awal peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari hari
ini.
12. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk selalu rajin belajar.
1. Kegiatan Inti ( 50 menit)
13. Guru menjelaskan secara umum kegiatan dan tugas-tugas pemberlajaran.
14. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan terlebih dahulu menunjuk ketua
kelompok.
15. Masing-masing ketua kelompok dipanggil ke depan kelas untuk secara khusus
mendapatkan bimbingan mengenai sifat-sifat perkalian, cara menyelesaikan perkalian
3 angka atau yang hasilnya 3 angka, cara penyelesaiannya dan mendemonstrasikan
penggunaan jarimagic
16. Siswa yang tidak diminta maju ke depan untuk membaca buku yang ada.
17. Setelah bimbingan selesai guru membagikan LKS kepada ketua kelompok untuk
dikerjakan.
18. Guru mempersilahkan ketua kelompok untuk kembali ke kelompok masing-masing
dan menjelaskan kepada teman-teman kelompoknya materi yang sebelumnya telah
dijelaskan oleh guru kemudian mengerjakan LKS.
19. Guru mengawasi dan membimbing jalannya diskusi.
20. Setelah waktu yang ditentukan habis guru menunjuk perwakilan masing-masing
kelompok untuk maju kedepan dan menulis serta menjelaskan jawaban mereka.
21. Guru mempersilahkan kepada kelompok lain untuk bertanya. Seterusnya hingga
seluruh item LKS terselesaikan.
22. Guru melurkan jika ada jawaban yang kurang benar.
1. Kegiatan Akhir ( 15 menit)
23. Guru mengukang kembali pokok-pokok materi.
24. Guru memberikan penguatan penggunaan teknik jarimagic dalam menghitung
perkalian dengan kembali mendemonstrasikannya di depan kelas.
25. Guru meminta siswa untuk mempelajarinya dan berlatih di rumah.
26. Guru memberiahu siswa materi yang akan dipelajari minggu depan.
27. Guru mengajak siswa berdoa bersama sebelum mengakhiri pembelajaran.
28. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Sumber belajar :
1. Buku Matematika
2. Aneka Berhitung Cepat (Jarimagic)
VIII. PENILAIAN
1. Penilaian Proses
Keaktifan Ketepatan
No NAMA
1 2 3 4 1 2 3 4
Pedoman penskoran
Peneliti
Guru Kelas III
Mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudiyono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.
Kemendiknas. Permen No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Kemendiknas 2006.
Rusman dkk. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali
Press, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.
Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009.
Wayan Nurkancana. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional, 1990), h.133
Zakiah Daradjat. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
[2] Runtukahu,J.Tombokan dan Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak
Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 31.
[5] Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung:
Alfabeta, 2012), h.104-105.
[11] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 37.
[12] Rony Gunawan K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:Terbit Terang, 2006),
h. 184.
[14] Jumardi Nasir, Trik Memudahkan Penghitungan Perkalian Dengan Memanfaatkan Jari
Tangan dalam http://generasi46.blogspot.com/2013/05/trik-memudahkan-penghitungan-
perkalian.html, diambil pada 10 Desember 2014, Pukul 20:21.
[16] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), h. 2.
[17] Mudin Simanihuruk, Pengembangan Perkalian Jari Magic (Yogyakarta: ANDI, 2013),
h. 1
[26] Ibid, h. 12
[27] Kemendiknas, Permen No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, (Jakarta: Kemendiknas
2006), h. 416.
[28]Ibid, h. 417.
[31] Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009),
h. 24
[34] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 145
[35] Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 185
[36] Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Puastaka Belajar, 2011), h. 192
[37] Wayan Nurkancana. Evaluasi Hasil Belajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1990), h.133
[38] Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 79.
Iklan