Anda di halaman 1dari 33

Obat Sistem Saraf Otonom

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makin tinggi makhluk hidup berkembang, makin besar

kebutuhan akan sistem penghantar informasi, sistem koordinasi, dan

sistem pengaturan, disamping kebutuhan akan organ pemasok dan

organ ekskresi. Pada hewan dan manusia juga terdapat sistem saraf

dan kelenjar endokrin yang membentuk hormon. Pada manusia,

sistem saraf, khususnya otak, mempunyai kemampuan berfungsi yang

jauh lebih berkembang daripada sistem saraf makhluk hidup lain.

Secara umum, sistem saraf dibedakan atas 2 golongan

fungsional utama yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.

Sistem saraf somatik kerjanya berhubungan dengan fungsi yang sadar

dan dipengaruhi oleh kehendak seperti gerak badan, sikap tubuh, dan

gerakan pernapasan.

SSO dapat bekerja sendiri, tidak dipengaruhi secara langsung

oleh kendali kesadaran, dan kerja utamanya berhubungan dengan

fungsi organ-organ dalam tubuh seperti jantung, aliran darah,

pencernaan, ekskresi, seks, dan lain-lain proses yang penting dalam

kehidupan. Obat-obat otonom adalah obat-obat yang bekerja

mempengaruhi SSO atau mempengaruhi resektor-reseptor otonom

pada sel-sel efektor yang dikontrol oleh SSO.

B. Maksud dan Tujuan

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
a. Maksud dan Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pemberian obat dan efek

obat dari Sistem Saraf Otonom (SSO) pada hewan uji.

b. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yakni ;

1. Mengetahui reaksi dan efek yang dapat ditimbulkan oleh

pemberian obat pilokarpin, adrenalin, atropine sulfat,

propanolol, Aqua Pro Injeksi pada mencit (Mus musculus).

2. Mampu membedakan pengaruh dan efek dari obat yang

termasuk parasimpatik dan simpatik pada mencit (Mus

musculus)

C. Prinsip Percobaan

Penentuan pengaruh dari efek obat-obat SSO yaitu pilokarpin,

adrenalin, atropine sulfat, dan propanolol yang bereaksi pada mencit

(Mus musculus) dengan mengamati reaksi atau tingkah laku dari

mencit (Mus musculus) setiap 15 menit selama 1 jam.

D. Manfaat Praktikum

Dari hasil praktikum yang dilakukan, diharapkan agar dapat

diketahui efek obat yang bekerja pada sistem saraf otonom baik

simpatis maupun parasimpatis seperti pilokarpin, atropine, epinefrin,

dan propanolol pada hewan coba mencit (Mus musculus).

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Hewan coba.

1. Klasifikasi (Jasin, 1992)

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Mencit (Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik (Malole, 1989)

Mencit (Mus musculus) .

- Berat badan dewasa - jantan : 20-40 g

- betina : 25-40 g

- Mulai dikawinkan - jantan : 50 hari

- betina :50-60 hari

- Siklus birahi : 4-5 hari

- Produksi anak : 8/bulan

- Lama kehamilan : 19-21 hari

- Tidal volume : 0,09-0,23

- Detak jantung : 325-780/menit

- Volume darah : 76-80 mg/kg

- Tekanan darah : 113-147/81-106

mmHg

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
- Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dL

- Cholesterol : 26-82 mg/dL

- Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL

- Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL

- Hemoglobin : 10,2-16,6 mg/dL

B. Uraian Bahan

1. Uraian Zat Aktif

1. Cendo carpine (Dirjen POM, 1979)

Komposisi : Tiap 5 tetes mengandung pilokarpin HCl1%,

2%, 4%.

Indikasi : Antiglukoma dan miotikum

Kontraindikasi : -

Produksi : Ethica

Nama paten lain : Adrenal, epicarpine

Efek samping : Gangguan SSP, Aritmia jantung, edema paru

2. Cendotropin (Dirjen POM, 1979)

Komposisi : Antropin sulfat 45 mg

Indikasi : Sebagai midriatikum, spasmodik saluran

cerna, keracunan organofosfat dan oftalmik

Kontraindikasi : Penderita jantung dan penderita glukoma,

sudut sempit serta penderita hipertensi.

Nama paten lain : Atrovent, aptitrop

Efek samping : Bradikardi, retensi urin, midriasis

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
3. Adrenalin (Dirjen POM, 1979)

Komposisi : Adrenalin 1 mg/ml

Indikasi : Glukoma kronik, asma bronchial, ulticoria

Kontraindikasi : Vasodilatasi pada penderita yang mendapat

alfa broker

Nama paten lain : PV Carpine, opticas, Pimplex (konimex)

Efek samping : Pillokarpin dapat mencapai otak dan

menimbulkan gangguan SSP, merangsang

keringat dan salvias yang berlebihan.

4. Propranolol (Dirjen POM, 1979)

Komposisi : Propranolol hidroklorida

Indikasi : Hipertensi, Angina pectoris, Infark miokard,

migren

Kontraindikasi : Syok kardiogenik, badikardia simus dan blok

jantung, asma bronchial, gagal jantung

kongestif

Produksi : Indofarma Indonesia

Nama paten lain : Blocard, Inderal, Farmadral, Prestoral

Efek samping : Gagal jantung, Bradiaritmia, bronkospasme,

gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat.

2. Uraian Obat

1. Cendokarpin (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Pilocarpini Hydrochloridum

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Nama lain : Pilokarpin Hidroklorida

RM/BM : C11 H16H2O2.HCl / 224,72


H H
RB : CH2 CH2
N HCl
CH2

O N
O

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih :

tidak berbau : rasa agak pahit. Hidrogkopik

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air : mudah larut

dalam etanol (95%), P : sukar larut dalam

kloroform P : praktis tidak larut dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Parasimpatomimetikum : Miotikum

Farmakodinamik : Pilokarpin terutama menyebabkan

ransangan terhadap kelenjar keringat,

kelenjar air mata, dan kelenjar ludah.

Produksi keringat dapat mencapai 3 liter.

Efek terhadap kelenjar keringat ini terjadi

karena perangsangan langsung (efek

muskarinik) dan sebagian karena

perangsangan ganglion (efek nikotinik).

Suatu kekhususan dari kelenjar keringat

adalah bahwa secara anatomi kelenjar ini


Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm
Obat Sistem Saraf Otonom
termasuk dalam sistem simpatik, tetapi

neurotransmiternya asetilkolin. Ini yang

menjelaskan terjadinya hiperhidrosis oleh zat

kolinergik (Ganiswarna, 1995).

2. Atropin (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Atropini Sulfas

Nama lain : Atropin Sulfat

RM/BM : C25H46N2O6H2SO4H2O / 694,85

Khasiat : Parasimpatolitikum

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih,

tidak berbau, sangat pahit.

Farmakodinamik : Pada susunan saraf Atropin merangsang

medulla oblongata, dan pusat lain di otak.

Pada mata menghambat M. Ciliaris lensa

mata, sehingga menyebabkan midriasis.

Pada saluran nafas, mengurangi sekret

hidung, mulut, faring dan bronkus. Pada

sistem karduovaskular dapat menyebabkan

frekuensi jantung berkurang mungkin

disebabkan vagus.

Farmakokinetik : - Ketersediaan biologik : kecil, pada

pemberian oral absorban 85%.

- Volum distribusi : 31 / kg

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
- Ikatan protein plasma : 2,5 jam

- Waktu paruh plasma : 2,5 jam

- Dieliminasi oleh ginjal dalam keadaan tidak

diubah sampai 50%, sisanya mengalami

demethylari dan glukuronidin di dalam hati

kemudian diekresi oleh ginjal (Ganiswarna,

1995).

Dosis : Oral : 3x0,25 1,0 mg sekali, 10 mg sehari

Premedikan : 20 menit sebelum pemberian

narkose 0,5 1,0 SC atau

i.m.

Mata : 1-3 x 1 tetes 0,5 atau 1%

larutan (Ganiswarna, 1995).

3. Adrenalin (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Epinephrinum

Nama lain : Adrenalina, Epinefrina

RM/BM : C9H13O33 / 183,21

RB : OH
CH-CH2-NH-CH3

OH
OH

Pemerian : Serbut hablur, renik putih atau kekuningan

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Farmakodinamik : Mengetahui reseptor obat jantung dan

jaringan konduksi. Merupakan dasar efek

intropik dan knotropik positif pada jantung

(Ganiswarna,1995).

Farmakokinetik : Ketersediaan biologik : hanya diberikan

parental

Volume distribusi : 0,31 / kg

Ikatan protein plasma : tidak diketahui

Waktu paruh : 1-2 menit (ganiswarna,1995).

Dosis : Dalam 10 mg 0,9% NaCl diberikan ke dalam

intra vena secara perlahanlahan

(Ganiswarna,1995).

Khasiat : Simpatomimetikum

4. Propranolol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Propranololi Hydrochloridum

Nama lain : Propranol Hidroklorida

RM/BM : C16H21NO2HCl / 295,81

RB : OH
OCH2-CHCH2-NHCH(CH3)2

.HCl

Pemerian : Serbut hablur, putih atau hampir putih, tidak

berbau, rasa pahit.

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut

dalam kloroform, praktis tidak larut dalam

eter.

Farmakodinamik : Propranolol menghambat secara kompetitif

efek adrenergic juga memiliki aktivitas

stabilisasi. Pada metabolit propranolol

menghambat glikogenolisis di sel hati dan

otot rangka sehingga mengurangi efek

hipertensi (Ganiswarna, 1995).

Farmakokinetik : Ketersediaan biologik : 40%

Volume distribusi : 41 / kg

Ikatan protein plasma : 93%

Waktu paruh : 4 jam

Diabsorpsi di saluran cerna

Diekskresi di ginjal (Ganiswarna, 1995)

Dosis : - Biasanya diawali dengan 2 x 4 Ommg/hari

- Pada gangguan ritma jantung 0,5 setiap 2

menit sampai dosis sebesar 0,1 mg/kg

(Ganiswarna, 1995)

Kegunaan : Sampel

Khasiat : Simpatomimetik (Ganiswarna, 1995)

5. Aqua Pro Injeksi (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua Pro Injectione

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Nama lain : Air untuk injeksi

Pemerian : Keasaman - kebasahan; ammonium; besi;

tembaga;

timbal; kalsium; klorida; nitrat; sulfat; zat

teroksidasi memenuhi syarat yang tertera

pada aqua destillata.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, Jika disimpan

dalam

Wadah bertutup kapas berlemak harus

digunakan

dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.

Kegunaan : Sebagai kontrol.

6. Etanol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

Rumus molekul : C2H5OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas, mudah terbakar dengan

memberikan warna nyala biru yang tidak

berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter P.


Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm
Obat Sistem Saraf Otonom
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

C. Teori Umum

Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin

mengkoordinasi pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem

endokrin mengirimkan sinyal kepada jaringan targetnya melalui

hormon yang kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem

saraf menghantarkannya melalui serabut-serabut saraf yang berakhir

pada organ efektor, dan efek khusus akan timbul akibat pelepasan

substansi neuromediator (Guyton dkk, 1997).

Secara umum dikatakan bahwa sistem simpatis dan para

simpatis memperlihatkan fungsi yang antagonistic. Bila yang satu


Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm
Obat Sistem Saraf Otonom
menghambat suatu fungsi maka yang lain memacu fungsi tersebut.

Contoh yang jelas adalah midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf

simpatis dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis (Guyton dkk,

1997).

Organ tubuh umumnya dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan

simpatis, dan tonus yang terlihat merupakan hasil kedua sistem

tersebut. Inhibisi salah satu sistem oleh obat maupun akibat denervasi

menyebabkan aktivitas organ tersebut didominasi oleh sistem yang

lain. Tidak pada semua organ terjadi antagonisme ini, kadang-kadang

efeknya sama, misalnya pada kelenjar liur sekresi liur dirangsang baik

oleh saraf simpatis maupun parasimpatis, tetapi sekret yang dihasilkan

berbeda kualitasnya; pada perangsangan simpatis liur kental

sedangkan pada perangsangan para simpatis liur lebih encer (Malole,

1989).

Obat-obat otonom adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi

penerusan impuls dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa,

penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmitter atau

mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus, akibatnya adalah

dipengaruhinya fungsi obat polos dan organ, jantung, dan kelenjar

(Ganiswarna, 1995).

Menurut khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai

berikut (Ganiswarna, 1995):

1. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf orthoaimpatik, yakni :

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
- Simpatomimetika (andrenergika) yang meniru efek dan

perangsangan saraf simpatik oleh misalnya noradrenalin

efedrin, isoprenalin,d an amfetamin.

- Simpatolitika (adrenolitika) yang justru menekan saraf simpatik

atau melawan efek adrehergika, umpamanya alkaloda sekale

dan propranolol.

2. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf parasimpatis, yakni :

- Parasimpatomimetika (kolonergika) yang merangsang organ-

organ yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek

perangsangan dengan asetilkolin, misalnya pilokarpin dan

fisostigmin.

- Parasimpatolitika (antiolinergika) justru melawan efek-efek

parasimpatomimetika misalnya alkaloid belladonna,

propantelin, dan mepenzolat.

3. Zat-zat perintang ganglion, yang merintangi penerusan impuls

dalam sel-sel ganglion simpatik dan parasimpatik. (Ganiswarna,

1995)

Klasifikasi saraf otonom berdasarkan pada molekul transmitter

dari ujung bauton dan variokositas mereka. Sejumlah besar serat

saraf perifer sistem otonom menyintesis dan mengeluarkan

asetilkoline (serat kolinergik) mereka bekerja dengan cara

mengeluarkan asetil kolin. Hampir semua saraf eferen yang keluar

sistem saraf pusat adalah kolinergik. Sebagai tambahan, semua serat

pasca ganglionik parasimpatik adalah kolinergik dan hanya beberapa

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
serat pasca ganglionik simpatis yang kolinergik. Sebagian besar serat

pasca ganglionik mengeluarkan norepinefrin (noradrenalin). Serat

seperti ini disebut serat non adrenergic, mereka bekerja dengan cara

melepaskan norepinefrin (Sloane, 2004).

Dua faimili kolinoreseptor, ditandai dengan reseptor muskarinik

dan nikotinik, dapat dibedakan diantara keduanya berdasarkan

perbedaan afinitasnya terhadap zat yang meniru asetilkolin (obat

kolinomimetik) (Ganiswarna, 1995).

A. Reseptor Muskarinik

Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat

pula muskarin, yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur

beracun tertentu. Sebaliknya, reseptor muskarinik menunjukkan

afinitas yang lemah terhadap nikotin. Dengan menggunakan studi

ikatan, maka telah ditemukan beberapa subkelas reseptor

muskarinik seperti M1, M2, M3. (Robert.K, 1999).

B. Reseptor Nikotinik

Reseptor ini, selain mengikat asetikoloin, dapat pula

mengenal nikotin, tetapi afiritas lemah terhadap muskarin. Tahap

awal nikotin memang memacu reseptor nikotinik, namun setelah

itu akan menyekat reseptor itu sendiri. Reseptor nikotinik ini

terdapat di dalam sistem saraf pusat (SSP), medulla adrenalis,

ganglia otonom, dan sambungan neuromaskular. Obat-obat yang

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
bekerja nikotinik akan memacu reseptor nikotinik yang terdapat di

dalam jaringan tadi (Robert. K, 1999).

Obat-obat sistem saraf otonom dibagi menjadi 5 bagian

utama yaitu (Robert. K, 1999):

1. Parasimpatomimetik atau kolinergik. Efek obat golongan ini

menyerupai efek yang ditimbulkan dari aktivitas susunan saraf

parasimpatis.

2. Simpatomimetik atau adrenergic yang efeknya menyerupai

efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf simpatis.

3. Parasimpatolitik atau penghambat kolinergik menghambat

timbulnya efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis.

4. Simpatolitik atau penghambat adrenergic menghambat

timbulnya efek akibat aktivitas saraf simpatis.

5. Obat ganglion merangsang atau menghambat penerusan

impuls di ganglion. (Robert. K, 1999).

Salah satu jenis obat parasimpatomimetik adalah obat

antikolinesterase. Hampir semua kerja antikolinesterase dapat

diterangkan dengan adanya asetilkolin endogen. Hal ini

disebabkan oleh tidak terjadinya hidrolisis asetilkolin yang

biasanya terjadi sangat cepat, karena enzim yang diperlukan diikat

dan dihambat oleh antikolinesterase. Setelah denervasi saraf

kalinergik pasca ganglion, fisostigmin dan antikolinesterase lain

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
tidak dapat bekerja karena ujung-ujung saraf ini tidak dapat

memproduksi asetikolin lagi (Ganiswarna, 1995).

Obat antikolinergis bekerja menyekat reseptor muskarinik,

yang menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik. Selain

itu, obat ini menyekat sedikit perkecualian neuron yang juga

kolinergis, seperti saraf simpatis yang menuju ke kelenjar keringat.

Bertentangan dengan obat agonis kolinergis yang kegunaan

terapeutisnya terbatas, maka obat penyekat kolinergik ini sangat

menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis karena obat

ini tidak menyekat reseptor nikotinik maka obat anti muskarinik ini

sedikit atau tidak mempengaruhi sambungan saraf otot rangka

atau ganglia otonom (Ganiswarna, 1995).

Kerja obat adrenergic dapat dibagi dalam 7 jenis : (1)

perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh dara kulit dan

mukosa, dan terhadap kelenjar liur dan keringat; (2)

penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan

pembuluh darah otot rangka; (3) perangsangan jantung dengan

akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi; (4)

perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan,

peningkatan kewaspadaan aktivitas psikomotorik, dan

pengurangan nafsu makan; (5) efek metabolic, misalnya

peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan

penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak; (6) efek

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin renin, dan

hormon hipofisis, dan (7) efek prasinaptik dengan akibat

hambatan atau peningkatan penglepasan neurotransmitter NE

dan Ach (secara fisiologis, efek hambatan lebih penting)

(Bajpai,R.N, 1989).

Beberapa contoh penghambat adrenergic adalah (1) dervat

haloalkolamin, (2) derivate imidazolin; dan (3) alkaloid ergot.

Sebagai beta-halo-etilamin tersier, obat-obat ini dalam suasana

netral atau basa dalam darah akan kehilangan gugus beta-halo-

etilamin dan membentuk cincin etilenimonium yang reaktif, tidak

stabil, dan dapat mengadakan interaksi dengan adrenoreseptor

alfa melalui ikatan-ikatan lemah yaitu ikatan hidrogen, ikatan ion,

dan lain-lain. Pada stadium awal, alfa bloker ini masih dapat

digeser dari reseptor yang didudukinya oleh alfa-bloker lain atau

obat alfa adrenergic. Jadi hambatan masih bersifat reverasibel

dan kompetitif. Kemudian cincin etilenimonium ini pecah dan

membentuk ion karbonium yang sangat reaktif yang akan

membentuk ikatan kovalen yang stabil dengan adreno reseptor

alfa. Mekanisme kerja ini menyebabkan obat ini mula kerjanya

lambat meskipun telah dilakukan pemberian secara intravena.

Karena itu, golongan obat ini disebut alfa bloker yang

nonkompetitif dan kerjanya panjang, disamping kerjanya yang non

selektif pada reseptor alfa maupun alfa (Bajpai,R.N, 1989).

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Obat-bat pirasimpatomimetik secara klinik digunakan

untuk : (1) Pengobatan glaucoma, suatu penyakit mata yang

ditandai dengan bengkaknya mata bagian bawah karena ada

cairan yang disebabkan oleh tingginya tekanan air mata (2)

pengobatan miastenia gravis, penyakit kelemahan otot, (3)

penyakit alzhemeir yaitu defisiensi kolinergik dan (4) pengobatan

atoni otot polos saluran cerna, antara lain sukar defikasi.

Sedangkan parasimpatolitik secara klinik digunakan untuk

pengobatan parkinsonisme, obat masuk mabuk perjalanan,

midriasis pada pengobatan mata, obat diare, dan obat tukak

lambung (Bajpai,R.N. 1989).

BAB III

METODE KERJA

A. Tempat dan Waktu Praktikum

Tempat : Laboratorium Biofarmasi

Tanggal : 4 Maret 2008

Waktu : 08.00 - Selesai

B. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

1. Kanula

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
2. Erlenmeyer

3. Gelas Kimia

4. Labu ukur 10 ml

5. Papan datar bulat

6. Spoit 1 ml dan 10 ml

7. Keranjang

8. Stopwatch

b. Bahan yang digunakan

1. Pilocarpin tetes mata

2. Atropine ampul

3. Adrenalin

4. Propanolol tablet

5. Aqua pro injeksi

6. Na-CMC

7. Alkohol

8. Kapas

9. Tissu

C. Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus)

D. Cara Kerja

1. Penyiapan Hewan Coba

- Dipilih mencit jantan yang sehat

- Mencit dipuasakan selama kurang lebih 8 jam


Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm
Obat Sistem Saraf Otonom
- Mencit ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan berat

badannya

- Mencit diberi tanda menggunakan asam pikrat.

2. Penyiapan Bahan

a. Pembuatan Na-CMC 1%

- Ditimbang 5 g Na-CMC serbuk

- Air suling sebanyak 500 ml dipanaskan hingga suhu

kurang lebih 70C.

- Dimasukkan Na-CMC sedikit demi sedikit kedalam air

suling yang telah dipanaskan sambil diaduk

menggunakan mixer berkecepatan tinggi.

- Larutan Na-CMC dimasukkan dalam wadah dan

disimpan dalam lemari es.

b. Pembuatan sediaan pilokarpin

- Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

- Diambil 1 ml sediaan tetes mata masukkan kedalam

labu takar 10 ml.

- Ditambahkan air suling hingga 10 ml.

- Diambil 1 ml lalu diencerkan hingga 10 ml.

- Diambil lagi 1 ml lalu diencerkan hingga 10 ml lalu

diambil 1 ml.

- Larutan ini dimasukkan dalam spoit

c. Pembuatan sdiaan adrenalin/epinefrin

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
- Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

- Diambil sediaan adrenalin yang beretiket 1 mg/ml

diadakan dengan API hingga 25 ml

- Dari pengenceran tersebut diambil 1 ml lalu

dimasukkan ke dalam spoit.

d. Pembuatan sediaan atropin

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

- Atropin yang beretiket 10 mg/ml dimasukkan ke dalam

labu takar 10 ml lalu diadakan hingga 10 ml atropine

yang sebelumnya 1 ml.

- Dari pengenceran diambil 1 ml kemudian diadakan

hingga 10 ml lalu kembali dipipet 1 ml lalu diadakan

hingga 10 ml lalu diambil 1 ml dimasukkan ke spoit.

e. Pembuatan sediaan propranolol

- Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

- Ditimbang tablet propranolol dengan berat rata-rata

200,8 mg

- Tablet yang akan ditimbang digerus terlebih dahulu.

- Ditimbang bobot 411,138 mg dan disuspensikan

dengan air sebanyak 10 ml.

- Sediaan dimasukkan dalam erlenmeyer.

E. Perlakuan Hewan Coba

- Diambil 5 mencit dengan bobot maksimal 30 g.

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
- Mencit 1 disuntikkan dengan pilokarpin 1 ml secara oral.

- Mencit 2 disuntikkan dengan adrenalin 1 ml secara

parenteral.

- Mencit 3 disuntikkan dengan propanolol secara oral

sebanyak 1 ml, lalu 5 menit kemudian disuntikkan lagi

adrenalin sebanyak 1 ml secara parenteral.

- Mencit 4 disuntikkan atropine 1 ml secara oral, lalu 5 menit

kemudian disuntikkan lagi pilokarpin 1 ml secara oral.

- Mencit 5 sebagai control diberi Aqua Pro Injeksi 1 ml secara

oral.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Efek yang Atropin + Propanolol


ditimbulkan API Pilokarpin Adrenalin Pilokarpin + Adrenalin
15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60 15 30 45 60
Diare
Salivasi
Urinasi
Tremor
Grooming
Vasodilatasi
Vasokontriksi
Straub
Sekresi keringat
Eksoftalmus
Trakikardi

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom

BAB V

PEMBAHASAN

Sistem saraf otonom, juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi

antara lain saraf-saraf dan ganglia (majemuk disebut ganglion=simpul

saraf) yang merupakan persarafan ke otot polos dari berbagai organ

(bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk

kelompok ini pula adalah otot jantung (lurik) serta beberapa kelenjar

ludah, keringat, dan pencernaan. Dengan demikian SSO tersebar di

seluruh tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara otomatis keadaan

fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan dan peredaran darah,

serta pernapasan.

SSO dapat dipecah lagi ke dalam dua cabang, yakni susunan

Orthosimpatik (SO) dan susunan parasimpatik (SP). Pada umum


Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm
Obat Sistem Saraf Otonom
dikatakan bahwa kedua susunan ini bekerja antagonistis : bila satu sistem

merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya justru menstimulasinya. Tetapi,

dalam beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali atau bahkan

bersifat sinergistris.

Susunan saraf motoris mengatur otot-otot lurik dengan impuls listrik

(rangsangan) yang secara langsung dikirim dari SSP melalui saraf motoris

ke otot tersebut.

Pada percobaan ini dilakukan pengujian efek obat-obat Sistem

Saraf Otonom terhadap organ tubuh mencit. Obat-obat yang digunakan

adalah obat-obat dari golongan simpatomimetik, simpatolitik,

parasimpatomimetik, parasimpatolitik. Obat simpatomimetik yang

digunakan adalah adrenalin.

Epinefrin/adrenalin paling banyak ditemukan dalam kelenjar

adrenal sedangkan norepinefrin disintetis dalam saraf pascaganglion

simpatik. Peranan metabolisme adrenalin agak berlainan dengan peranan

metabolisme pada asetikolin. Hidrolisis asetikolin berlangsung sangat

cepat, sehingga dapat menghentikan respon. Pada katekolamin terdapat

dua macam enzim yang berperan dalam metabolismenya, yakni katekol-

O-metil transferase (COMT) dan monoamine oksidase (MAO). MAO

berada dalam ujung saraf adrenergic sedangkan COMT berada di

sitoplasma jaringan ekstraneural.

Pada umumnya, pemberian epinefrin menimbulkan efek mirip

stimulasi saraf adrenergic. Ada beberapa perbedaan karena

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
nerotransmiter pada saraf adrenergic adalah norepinefrin. Efek vascular

epinefrin terutama pada arteriol kecil dan sfingter prekapioer, tetapi vena

dan arteri besar juga dipengaruhi. Pembuluh darah kulit, mukosa dan

ginjal mengalami kontraksi akibat aktivasi reseptor alfa yang epinefrin.

Epinefrin cenderung menurunkan aliran daerah koroner karena kompresi

akibat peningkatan kontraksi otot jantung, dan karena vasokontriksi

pembuluh darah koroner akibat efek reseptor alfa. Pemberian epinefrin

pada percobaan ini menimbulkan piloereksi pada mencit. Hal ini cukup

menyimpang dari percobaan karena hasil yang diperoleh piloereksi pada

hal banyak efeklain misal grooming, midriasis, eksoftalmus, vasokontriksi

yang tidak terjadi pada hewan percobaan. Penyuntikan dilakukan secara

intra peritoneal (dibawah perut).

Pilokarpin/cendokarpin merupakan jenis alkaloida yang terdapat

pada daun tanaman pikocarpus jaborandi. Khasiatnya terutama berkhasiat

muskarin, efek nikotinnya ringan sekali. SSP permulaan distimulasi,

kemudian ditekan aktivitasya. Penggunaan utamanya adalah sebagai

miotikum pada glukoma. Efek miotisnya (dalam tetes mata) dimulai

sesudah 10-30 menit dan bertahan 4-8 jam. Toleransi dapat terjadi setelah

digunakan untuk waktu lama yang dapat ditanggulangi dengan jalan

menggunakan kolinergika lain untuk beberapa waktu, misalnya karbokal

atau neostigmin. Pilokarpin terutama menyebabkan rangsangan terhadap

kelenjar keringat, kelenjar air mata dan kelenjar ludah. Produksi keringat

dapat mencapai tiga liter. Efek terhadap kelenjar keringat ini terjadi karena

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
perangsangan langsung (efek muskarinik) dan sebagian karena

perangsangan ganglion (efek nikotinik). Pemberian pilokarpin secara intra

peritoneal terhadap mencit menyebabkan grooming, salvias, urinasi,

tremor, piloereksi, straub, dan diare. Ada beberapa efek dari pilokarpin ini

yang bertentangan dengan diantaranya grooming, piloereksi, dan straub.

Efek-efek ini seharusnya terjadi pada penambahan adrenalin. Disamping

itu, takikardi dan vasodilatasi tidak terjadi pada mencit.

Atropin terutama ditemukan pada atropa belladonna dan datura

stramonium. Derivat tropan ini adalah campuran rasemis yang berkhasiat

antikolinergis kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek muskarin

asetilasetilkolin. Efek nikotinnya tidak ditentang. Atropin juga memiliki kerja

atas SSP (antara lain sedative dan daya bronkodilatasi ringan

berdasarkan peredaan otot polos bronchi. Zat ini digunakan sebagai

midriatikum kerja panjang (sampai beberapa hari), yang juga

melumpuhkan akomodasi (cyclopegia), sebagai spadmolitikum pada

kejang-kejang disaluran lambung, usus, dan urogenital, sebagai

premedikasi pada anestasi, dan sebagai zat penawar (antidotum)

keracunan asetilkolin (zat-zat antikolinesterase) dan kolinergik lain.

Resorpsinya di usus cepat dan lengkap, seperti alkaloida alamiah lainnya,

begitu pula dari mukosa. Resrpsinya melalui kulit utuh dan mata tidak

mudah. Distribusinya ke seluruh tubuh baik. Ekskresinya melalui ginjal,

yang separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t 2-4 jam. Pemberian

atropine secara intra peritoneal terhadap mencit menyebabkan grooming,

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
urinasi, tremor, piloereksi, straub, vasokontriksi, dan bronkokontriksi. Efek

urinasi dan tremor seharusnya tidak terjadi pada pemberian atropin.

Propranolol memiliki efek lokal-anestetik kuat, tetapi tidak

kardioselektif dan tak memiliki ISA (Instrinsik Sympatomimethis Activity).

Meskipun banyak sekali derivate lain telah dipasarkan dengan efek

farmakologi lebih baik, namun propranolol masih merupakan beta-bloker

penting. Resorpsin dalam usus baik, tetapi FPE (First Pass Effect) besar,

hingga 30% mencapai sirkulasi besar. Sebagian besar zat ini diubah

dalam hati menjadi derivate hidroksinya yang aktif. PPnya 90%, plasma t

nya 3-6 jam. Bersifat sangat lipofil, sehingga distribusinya di jaringan

dan otak baik. Dengan seringkali menimbulkan efek sentral. Pemberian

obat ini secara oral seharusnya berefek anestetik lokal atau menghambat

saraf simpatik, tapi sebaliknya, propanolol yang disuntikkan

mengakibatkan matinya hewan coba, ini kemungkinan terjadi akibat over

dosis propanolol.

Kombinasi dari pilokarpin dan atropine pada mencit menyebabkan

grooming, salvias, tremor, piloereksi, straub, vasokontriksi, dan

bronkokontriksi. Hal ini seolah-olah memperlihatkan semua efek dari

simpatik dan parasimpatik. Pada hal, jika dipikirkan secara logika,

seharusnya tidak ada efek ditimbulkan karena kedua obat ini kerjanya

antagonis.

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Kesalahan-kesalahan dalam percobaan ini mungkin disebabkan

karena hewan percobaan yang digunakan tidak steril lagi, maksudnya

telah digunakan untuk percobaan lain sebelumnya.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan

hal-hal berikut :

1. Pemberian pilokarpin pada mencit menyebabkan grooming,

salvias, urinasi, termor, piloereksi, straub, dan diare.

2. Pemberian Aqua Pro injeksi pada mencit menyebabkan

grooming, urinasi, tremor, piloereksi, straub, vasokontriksi, dan

bronkokontriksi.

3. Pemberian adrenalin secara intra peritoneal menyebabkan

piloereksi dan bronkokontriksi.

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
4. Pemberian propranolol secara oral menyebabkan matinya

mencit.

5. Kombinasi antara pilokarpin dan atropine yang diberikan secara

intraperitonial menyebabkan grooming, salvias, tremor, piloereksi,

vasokontriksi, dan bronkokontriksi.

B. Saran

Sebaiknya praktikan dimudahkan pada saat masuk lab.

Daftar Pustaka

Ditjen POM.1979. Farmakope Edisi III. Departemen Kesehatan RI;


Jakarta.

Ditjen POM. 1979. farmakope Edisi IV. Departemen Kesehatan RI;


Jakarta.

Bajpai,R.N. 1989. Histologi Dasar Edisi IV. Binarupa Aksara: Bandung

Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar fisiologi kedokteran edisi 9. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Mariano S.H Di Flora. 1992. Atlas Histologi manusia edisi 6. Penerbit


Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Malole, M.B.M. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di


Laboratorium. Pusat antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.

Tim Penyusun.2007. Penuntun Anatomi Fisiologi Manusia. Universitas


Muslim Indonesia: Makassar

Robert, K. Murray. 1999. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC


: Jakarta

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
Roger Watson,2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat Edisi 10.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Sloane Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Ganiswarna G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. UI Press.


Jakarta.

LAMPIRAN

1. Perhitungan Dosis

Pilokarpin

Dosis 7,5 mg/70 KgBB

Untuk mencit 20 g = 7,5 x 0,0026

= 0,0195 mg

= 0,02 mg/ml

30
Untuk mencit 30 g = x 0,02
20

= 0,03 mg

Pengenceran: 1 ml 10 ml (2mg/10 ml)

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm


Obat Sistem Saraf Otonom
1 ml 10 ml (0,2 mg/10 ml)

x ml 10 ml (0,03 mg/10 ml)

x 0,03

10 0,2
x 1,5ml

Desy Peratiwi / 150 260 144 Ria Astuti Bakri S.Farm

Anda mungkin juga menyukai