BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bekerja di dunia perkapalan atau working at sea mempunyai potensi bahaya yang besar.Ada
berbagai macam metode kerja di ketinggian seperti diatas kapal yang sedang berlayar
menggunakan perancah, tangga, gondola dan sistem akses tali (Rope Access Systems).Masing
masing metode kerja memiliki kelebihan dan kekurangan serta risiko yang berbeda-beda.Oleh
karenanya pengurus atau pun manajemen perlu mempertimbangkan pemakaian metode dengan
memperhatikan aspek efektifitas dan risiko baik yang bersifat finansial dan non finansial. Aspek
risiko akan bahaya keselamatan dan kesehatan kerja harus menjadi perhatian utama semua pihak
di tempat kerja. Hal ini selain untuk memberikan jaminan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja bagi tenaga kerja, juga sangat terkait dengan keselamatan asset produksi.
Saat ini telah berkembang pekerjaan pada ketinggian dengan akses tali (rope access). Metode ini
dikembangkan dari teknik panjat tebing dan penelusuran gua. Akses tali telah diterapkan secara
luas dalam pembangunan, pemeriksaan, perawatan bangunan dan instalasi industri seperti
gedung tinggi, menara jaringan listrik, menara komunikasi, anjungan minyak, perawatan dan
perbaikan kapal, perawatan jembatan, ruang terbatas (confined spaces), pertambangan, industri
pariwisata seperti out bound, penelitian dan perawatan hutan dan lain sebagainya.
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstuktur pada mata kuliah
K3 dan Hukum Ketenagakerjaan yang diberikan oleh dosen pembimbing, Bapak Eko Julianto
Sasono, ST, SH. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar bisa memberi sedikit pengetahuan
tentang peraturan kesehatan dan keselamatan kerja diatas kapal saat kapal sedang berlayar di
tengah laut demi meminimalisir terjadinya bencanayang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut beberapa peraturan keselamatan yang berlaku di dunia perkapalan :
v Tangga untuk naik (gangway) harus menggantung dengan kencang pada bridle, sehingga
posisi tangga tidak bergoyang-goyang. Hal ini penting untuk mencegah dampak yang tidak
diinginkan yang dapat terjadi pada CC dan pada tangga itu sendiri. Tangga gangway harus selalu
disesuaikan dengan perubahan draft kapal dan air pasang.
v Tali tambat kapal harus terikat dengan kencang sehingga posisi kapal yang sandar sejajar
dengan posisi dermaga. Untuk kapal yang dilengkapi dengan winch untuk mengatur tegangan
tali, maka winch tersebut harus selalu disesuaikan dengan kondisi cuaca saat kegiatan.
v Jika tali tambat perlu disesuaikan pada saat kegiatan operasional, maka SuperintendentOperasi
harus diberitahu untuk memastikan bahwa operator crane telah diingatkanmengenai
kemungkinan-kemungkinan ada perubahan posisi kapal karena harusmenyesuaikan dengan
posisi dermaga.
v Pastikan bahwa semua tali tambat kapal sudah dilengkapi dengan anti/penghalang tikusdalam
kondisi baik.
v Pastikan air ballast kapal sudah tepat hingga kedudukan kapal tetaptegak dan stabil
selamakegiatan kapal untuk mencegah kerusakan terhadap CC, tangga akomodasi( gang way
)serta anjungan jika ada pergerakan CC di dermaga.
v Jangan melakukan percobaan terhadap mesin, kecuali mendapatkan ijin dari Superintenden
Dermaga. Jika dilakukan percobaan mesin, hentikan kegiatan operasional petikemas pada kapal
yang sedang diperiksa dan kapal yang berada di dekatnya untuk meminimalkan risiko terjadi
kecelakaan selama percobaan mesin berlangsung.
v Ship chandler dan lain-lain yang sejenis hendaknya tidak mengganggu kegiatan bongkar muat
kapal.
v Jangan membuang sampah dari atas kapal dan periksa jangan sampai ada tumpahan minyak
ketika kapal sedang sandar di dermaga.
1. Peraturan Keselamatan Kerja pada Pekerjaan Bongkar Muat
v Harus menggunakan twistlock yang standard, misalnya : jangan mencampur twist lock buka
kiri dengan kanan atau jangan mencampur twist yang manual dengan yang otomatis.
v Titik titik /post mengangkat tutup palka dengan spreader CC harus diberi tanda yang jelas
dengan cat yang menyolok.
v Selalu informasikan kepada Foreman Kapal sebelum memindahkan crane kapal untuk
mencegah hal yang tidak diinginkan terhadap CC dan/atau TKBM.
v Prosedur yang harus diikuti untuk membuka dan menutup tutup palka.
1. Jenis pontoon :
Tugas ABK untuk membuka kunci ( lock ) tutup palka. Petugas yang memberitanda/aba-aba
harus diberitahu bahwa tutup palka telah siap untuk diangkat.
Tugas ABK untuk membuka dengan baik dan aman tutup palka tersebut dan Petugas pemberi
aba-aba/tanda harus diberitahu bahwa tutup palka sudah dibuka.dengan sempurna.
v Cell Guide harus dirawat agar tetap berfungsi dengan baik setiap saat. Dan harus informasikan
kepada Supervisor Kapal jika ada cell guide yang mengalami kerusakan.
v Penerangan harus cukup terang di semua area kerja, misal : jalan di atas dek, man holes, palka
dll.
v Jaga Trim Kapal untuk mencegah kerusakan terhadap cell guide, petikemas, gantry dll,
sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien.
v Kendaraan penumpang dari luar, misalnya taxi, sepeda motor dll tidak diijinkan untuk masuk
daerah lapangan penumpukan dan/atau dermaga.
v Kendaraan penumpang dari luar, misalnya taxi, sepeda motor dll tidak diijinkan untuk masuk
daerah lapangan penumpukan dan/atau dermaga.
v Bus terminal akan menjemput dan menurunkan para ABK di halte yang telah ditetapkan. ABK
dapat naik taxi diluar terminal dari depan kantor TPS , sebagaimana peta lokasi halte bus yang
terlampir.
v Kendaraan penumpang dari luar harus menurunkan ABK didepan kantor TPS dan kemudian
ABK dapat menuju ke kapal dengan menumpang bus terminal.pada halte yang telah ditentukan.
v Tujuan dilaksanakannya identifikasi bahaya dan penilaian risiko adalah untuk membantu
praktisi akses tali dan pengurus menentukan tingkat risiko yang ada dalam suatu pekerjaan.
v Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dilaksanakan untuk setiap pekerjaan yang
dilakukan.
v Dokumen tertulis identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus tersedia di tempat kerja .
v Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dibuat oleh ahli K3 yangkompeten dalam
metode akses tali atau Teknisi Akses Tali Tingkat 3 denganberkonsultasi dengan pengurus atau
pemilik gedung.
v Peralatan yang akan digunakan harus dipilih yang telah memenuhi standar sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan yang sesuai dengan tujuan penggunaan.
v Apabila meragukan standar yang dipakai dalam pembuatan peralatan dan penggunaannya,
maka sangat disarankan untuk menghubungi pabrikan pembuat.
v Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kecocokan dengan peralatan lain dan fungsi
keamanan peralatan tidak terganggu atau menggangu sistem lain.
v Pabrikan peralatan harus menyediakan informasi mengenai produk.Informasi ini harus dibaca
dan dimengerti oleh pekerja sebelummenggunakan peralatan.
v Dilarang melakukan modifikasi atau perubahan atas spesifikasi peralatan tanpa mendapat ijin
dari pengawas atau pabrikan pembuat karena dapat mengakibatkan perubahan kinerja peralatan.
Setiap perubahan atau modifikasi harus dicatat dan peralatan diberi label khusus.
v Perlengkapan dan alat pelindung diri yang harus dipakai dalam bekerjayang disesuaikan
dengan lingkungan kerja adalah:
1. Pakaian kerja yang menyatu dari bagian tangan, pundak, bahu, badansampai ke bagian
pinggul, dan kaki. Pakaian jenis ini biasanya disebutwearpack atau overall. Pakaian ini
pada bagian kantongnya harusdiberi penutup berupa ritsleting (zip) dan tidak berupa
pengancing biasa(button).
2. Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerakpada saat bekerja,
mudah di setel untuk menyesuaikan ukuran.
3. Sepatu (safety shoes / protective footwear) dengan konstruksi yangkuat dan terdapat
pelindung jari kaki dari logam (steel toe cap), nyamandipakai, dan mampu melindungi
dari air/basah.
4. Sarung tangan (gloves), untuk melindungi jari tangan dan kulit daricuaca ekstrim, bahan
berbahaya, dan alat bantu yang digunakan.
5. Kacamata (eye protection), untuk melindungai mata dari debu, partikelberbahaya, sinar
matahari/ultraviolet, bahan kimia, material hasilpeledakan dan potensi bahaya lain yang
dapat mengakibatkan iritasidan kerusakan pada mata.
6. Alat pelindung pernafasan (respiratory protective equipment), peralatanini harus
dikenakan pada lingkungan kerja yang mempunyai resikokesulitan bernafas disebabkan
oleh bahan kimia, debu, atau partikelberbahaya.
7. Alat pelindung pendengaran (hearing protection), alat ini digunakanketika tingkat bunyi
(sound level) sudah di atas nilai ambang batas.
8. Jaket penyelamat (life jacket) atau pengapung (buoyancy), digunakanpada pekerjaan
yang dilakukan di atas permukaan air misalnya padastruktur pengeboran minyak lepas
pantai (offshore platform). Peralatanini harus mempunyai disain yang tidak menggangu
peralatan akses taliterutama pada saat turun atau naik.
9. Tali yang digunakan terdiri dari 2 karakteristik yaitu elastisitas kecil(statik) dan tali
dengan elastisitas besar (dinamik). Tali yang digunakanuntuk sistem tali harus dipastikan
:
1) Tali yang digunakan sebagai tali kerja (working line) dan talipengaman (safety line) harus
mempunyai diameter yang sama.
2) Tali dengan elastisitas kecil (tali statis) dan tali daya elastisitasbesar (dinamik) yang
digunakan dalam sistem akses tali harusmemenuhi standar.
1. Pelindung Kepala
1) Pelindung kepala wajib dikenakan dengan benar oleh setiap pekerja yang terlibat dalam
pekerjaan di ketinggian, baik yang berada dibagian bawah di ketinggian.
3) Pelindung kepala yang digunakan oleh Teknisi Akses Tali memilikisedikitnya tiga tempat
berbeda yang terhubung dengan cangkang helm dan termasuk tali penahan di bagian dagu.
1. Sabuk pengaman tubuh tubuh (full body harness )Harus dipastikan bahwa sabuk
pengaman tubuh (full body harness) yang digunakan pada pekerjaan akses tali telah
sesuai dengan standar.
2. Alat Penjepit Tali (Rope Clamp)Harus dipastikan bahwa alat penjepit tali (rope clamp)
yang digunakanpada sistem akses tali sesuai dengan standar.
3. Alat Penahan Jatuh Bergerak (mobile fall arrester)Harus dipastikan bahwa alat jatuh
bergerak (mobile fall arrester) yangdigunakan pada sistem akses tali telah sesuai dengan
standar.
4. Alat Penurun ( Descender)Harus dipastikan alat penurun yang digunakan pada sistem
akses tali telah sesuai dengan standar.
v Perlengkapan dan alat pelindung diri harus dipastikan telah sesuai denganstandar di bawah ini
yaitu :
c. Standar uji internasional yang independen, seperti British Standard, American National
Standard Institute, atau badan standard ujiinternasional lainnya.
v Usia masa pakai peralatan dan alat pelindung diri yang terbuat darikain/textile sintetik adalah
sebagai berikut :
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan.
Dari beberapa butir point-point diatas dapat disimpulkan bahwa peraturan tentang keselamatan
kerja begitu beragam dan kompleks, sehingga memang benar-benar di cermati dan di pahami di
setiap detail yang dijelaskan, karena makna dan definisi bias lebih dikembangkan kearah yang
lebih dalam.
1. Saran
http://rumahkiri.net
A. Definisi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manjemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.
Sebagai mana yang telah tercantum didalam Undang Undang No. 1 Tahun 1970
Tentang : Keselamatan Kerja
Gambar lingkaran dengan diagonal berwarna merah di atas putih. Rambu-rambu tersebut berarti
suatu larangan. Contoh: sebatang rokok sedang menyala dengan warna hitam, berarti larangan
merokok.
2. Perintah
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain
yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain).
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia, dsb.
Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.
Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara
buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja ( misal pekerjaan
menggerinda ).
Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja ( tanda bekerja pada waktu hujan
atau sedang mencuci alat ).
3. Peringatan
Tanda peringatan ini berbentuk segitiga dengan warna hitam diatas putih.
4. Pemberitahuan
Tanda/petunjuk ini berbentuk segi empat dengan gambar sebuah palang tengah-tengah warna
putih di atas hijau. Rambu-rambu Ini berarti tempat untuk memberikan pertolongan pada waktu
terjadi kecelakaan atau PPPK.
D. Akibat yang ditimbulkan apabila mengindahkan K3 di atas
Kecelakaan kerja tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau
kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari
teknik keselamatan. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk
menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap
karyawan pabrik. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai
ataupun kondisi kerja yang kurang aman.
Di dalam menganalisa pekerjaan seorang pekerja, teknisi keselamatan dapat mengantisipasi
kemungkinan kesukaran dan ketergantungan di dalam bekerja. Sebagai contoh, jika analisanya
dapat berjalan dengan lancar untuk menjalankan roda gigi dan memakai tangannya tanpa
kesukaran, menunjukkan bahwa ia mampu mengoperasikan mesin dengan baik meskipun mesin
tadi dapat ditinggal-tinggal.
Dengan cara yang sama bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap elemen-elemennya
untuk menganalisa gerak individu dan waktu masing-masing, atau dengan cara yang sama
menyelidiki analisa seperti aspek-aspek suatu tingkatan pekerjaan, tanggung jawab dan juga
pelatihan, analisa keselamatan juga melihat tugas dari seorang operator untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
Sebelum menyelesaikan suatu studi kasus, analisa keselamatan harus bisa menentukan, tujuan
setiap pekerjaan. Jika fakta-fakta tersebut ditentukan sebelumnya, seleksi dan penempatan, kedua
perusahaan dan pekerja mendapatkan keuntungan.
E. Penyelidikan Terhadap Kecelakaan
Walaupun analisa keselamatan kerja dan penyelidikan terhadap pabrik dapat mencegah
kecelakaan, beberapa kecelakaan masih akan terjadi sebagai bukti kekurangan dari manusia.
Ketika kecelakaan terjadi, melalui penyelidikan mungkin akan mendeteksi bahaya yang sering
terjadi dan sebagai koreksi pekerjaan dalam suatu pabrik, kegagalan penyelidikan dapat
mengakibatkan kecelakan yang fatal hingga menimbulkan kematian.
Tanpa alasan penyelidikan kecelakaan seharusnya direncanakan dengan menunjukkan bagian
pekerjaan ini yang salah dalam bekerja. Tujuan penyelidikan adalah memberikan fakta-fakta agar
kecelakaan tidak terulang kembali. Lebih baik memberi peringatan daripada setelah terjadinya
suatu kecelakaan,Dan kenyataan bahwa kecelakaan tidak terjadi selama beberapa kecelakaan
yang ada, tidak menjamin bahwa kecelakan itu tidak mungkin terjadi lagi.
F. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan.
Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap
tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan
kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan
G. Tujuan pelatihan
Agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja,
mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,
memahami ancaman bahaya yang ada di tempat kerja dan menggunakan langkah
pencegahan kecelakaan kerja.
PROSES KESELAMATAN KERJA PADA PABRIK MANUFACTURE
A. PENDAHULUAN
Setiap perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yang akan dicapai. Untuk
mencapai tujuan tertentu perusahaan memerlukan adanya bantuan sumber daya manusia atau yang
lebih dikenal dengan karyawan. Keberhasilan perusahaan dilihat dari kontribusi yang telah dilakukan
oleh sumber dayaa manusia untuk perusahaan. Sumber daya manusia yang telah memberikan banyak
kontribusi terhadap kemajuan perusahaan juga harus memdapatkan kesejahteraan yang layak dalam
segi financial dan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerjanya. Kebutuhan karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan perlu mendapat perlindungan dengan adanya lingkungan tempat kerjanya
yang aman, nyaman dan tentram karena akan menimbulkan keinginan untuk bekerja dengan baik.
Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja, semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja.
b. Bersifat teknik.
B. TUJUAN
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan K3 dapat
dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancer tanpa adanya hambatan.
C. KESELAMATAN KERJA PADA PABRIK MANUFACTURE
Bagi perusahaan manufaktur, kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, perusahaan manufaktur harus mengganti kerusakan yang ada
dan juga memberikan biaya pengobatan serta perawatan. Sementara secara tidak langsung,
perusahaan manufaktur akan mengalami ketidakproduktifan.
OHSAS 18001:2007 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Diterbitkan tahun 2007, menggantikan OHSAS 18001:1999, dan dimaksudkan untuk
mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada keamanan produk.OHSAS 18001
menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian dengan peraturan
perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitasaktifitas anda dan mengenali adanya bahaya-
bahaya yang timbul.Standar tersebut dapat diterapkan pada setiap organisasi yang berkemauan untuk
menghapuskan atau meminimalkan resiko bagi para karyawan dan pemegang kepentingan lainnya yang
berhubungan langsung dengan resiko K3 menyertai aktifitas-aktifitas yang ada.
Banyak organisasi memiliki elemen-elemen yang dipersyaratkan oleh OHSAS 18001 tersedia di
tempat penggunaan yang dapat saling melengkapi untuk membuat lebih baik sistem manajemen
terpadu sesuai dengan persyaratan standar ini.Organisasi yang mengimplementasikan OHSAS 18001
memiliki struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung-jawab yang tegas,
sasaran perbaikan yang jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur
untuk penilaian resiko. Demikian pula, pengawasan terhadap kegagalan manajemen, pelaksanaan audit
kinerja dan melakukan tinjauan ulang kebijakan dan sasaran K3. Dalam hal ini konsultan OHSAS 18001,
menyadari bahwa OHSAS 18001 fokus pada permasalahan resiko. Oleh karena itu,
proses implementasi OHSAS 18001 pada industri manufaktur harus menggunakan pendekatan yang
menitik beratan pada proses-proses industri manufaktur yang memiliki risiko terjadinya keselamatan
kerja. Berikut ini adalah sekilas langkah penerapan OHSAS 18001 pada industri manufaktur.
Langkah awal implementasi OHSAS 18001 dimulai dengan intrepretasi klausal pada proses kerja
perusahaan. Pertanyaan yang harus dijawab oleh konsultan serta perusahaan adalah proses-proses apa
saja yang memiliki risiko? Apa saja risiko yang mungkin terjadi? Bagaimana mengukur &
mengklasifiksikannya? Bagaimana mengendalikannya? Fasilitas apa saja yang dibutuhkan? Keahlian apa
saja yang harus dimiliki oleh SDMnya? Bagaimana bila terjadi bencana secara tiba-tiba? Apabila
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab secara tepat, kita akan mampu menyusun sistem yang
sesuai dengan karakteristik proses & risiko yang ada pada perusahaan.
Implementasi OHSAS tanpa dukungan komitmen penuh dari top manajemen tidak akan berhasil.
Dengan mengimplementasi sesuai saran konsultan OHSAS kami, serta dukungan penuh dari top
manajemen perusahaan, maka langkah terakhir sebelum sertifikasi adalah menilai kesiapan serta
efektivitas implementasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan pendekatan audit internal. Hasil audit
dibahas dalam rapat tinjauan manajemen guna dapat diambil langkah-langkah perbaikkan. Apabila
seluruh proses telah dijalankan, maka perusahaan dapat melanjutkan ke tahap sertifikasi oleh badan
sertifikasi independen untuk memperoleh sertifikat pengakuan implementasi OHSAS 18001. Dengan
telah diperolehnya sertifikasi OHSAS 18001, maka industri manufaktur tersebut baru memasuki tahap
awal (tahap taat azas/ compliance) pemenuhan manajemen K3. Hasil implementasi tersebut perlu
dilakukan evaluasi guna dapat senantiasa meningkatkan perbaikan terhadap sistem manajemen K3 yang
telah diterapkan perusahaan.
D. KESIMPULAN
Peranana K3 sangat penting untuk dunia industri, karena dengan adanya K3 yang diterapkan di
perusahaan khususnya perusahaan maufacture akan membantu dan mempermudah para pekerja
melakukan pekerjaannya. Dibantu dengan manajemen tentang pentingnya penerapan K3 dan
pelaksanaan dilapangan akan makin mempermudah proses K3.
Pabrik manufacture yang saat ini mengalami perkembangan pesat mengharuskan pabrik
tersebut menerapkan K3. Manajemen yang sudah bagus, sistem audit yang selalu dilaksanakan terus
menerus pada manajemen K3 di pabrik, tentu berpengaruh pada kenyaman dan keamanan pegawai
dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain manajemen K3 dan audit pada manajemen K3, ada faktor
pendukung keberhasilan dari diberlakukannya K3, yaitu APD (Alat Pelindung Diri) yang lengkap di
lapangan. Jika membahas mengenai pabrik manufacture, APD yang dibutuhkan untuk mendukung K3
adalah :
E. DAFTAR PUSTAKA
http://digisi-indonesia.com/article/80002/penerapan-ohsas-18001-pada-industri-manufaktur.html
Agus, Tulus. 1989. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Sumamur. 1993. Higiene Perusahaan dan kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung.
1. Pentingnya keselamatan dan keamanan kerja
keselamatan kerja merupakan pelajaran yang harus diketahui oleh pemilik perusahaan, pekerja, pel
ajar, ataupun masyarakat umumnya. Tujuannya adalah agar dapat selamat dalam melaksanakan tugas p
ekerjaan. Usaha yang penting adalah terhindar dari kecelakaan, menjaga keselamatan, dan keamanan k
erja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu ilmu yang membahasa tentang kesehatan
dan keselamatan pekerja, lingkungan kerja, dan hasil kerja. Produktivitas suatu perusahaan salah satuny
a sangat bergantung pada peran yang dilakukan oleh tenaga kerjanya. Kemampuan tenaga kerja untuk
melakukan produksi memerlukan dukungan dan jaminan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya.
Pada kondisi kesehatan yang baik, kondisi lingkungan kerja yang sehat, proses kerja yang aman, dan hub
ungan kerja yang damai (Peaceful Industrial Relations), maka tenaga kerja dapat mengerjakan tugas dan
tanggung jawab dengan kemampuan terbaik mereka. Oleh karena itu kondisi kesehatan tenaga kerja ya
ng baik dan lingkungan kerja yang aman merupakan kebutuhan perusahaan yang memerlukan perhatian
khusus.
Gangguan kesehatan dan kecelakaan pada tenaga kerja dapat ditimbulkan oleh faktor
faktor yang berkaitan dengan pekerjaan dan bukan pekerjaan. Kejadian kecelakaan kerja baik terjadi pad
a tenaga kerja maupun pada peralatan kerja merugikan perusahaan karena dapat menurunkan produksi
dan menjadi beban ekonomi yang mungkin tidak sedikit bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan
memerlukan upaya yang dapat menciptakan tenaga kerja yang sehat dengan cara membuat program pe
ngobatan, dan pencegahan secara dini bagi tenaga kerja. Begitupula dengan lingkungan kerja perlu dise
hatkan dengan cara; memberikan pengaman bagi peralatan yang berbahaya bagi pekerjanya, melindung
i tenaga kerja dengan APD, dan menggunakan bahan baku yang aman, dan proses kerja yang ergonomis.
Pembinaan dan perlindungan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja dapat dilakukan melalui penerapa
n Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Bidang pekerjaan maupun tempat kerja bermacam-macam, oleh karena itu masing-
masing bidang pekerjaan memerlukan prosedur penerapan K3 yang berbeda.Namun demikian terdapat
beberapa prinsip dasar penerapan K3 yang berlaku secara umum. Salah satu aspek yang perlu diketahui
adalah pengetahuan tentang alat-
alat pelindung diri.Pemakaian alat pelindung diri atau pekerja perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaann
ya.Misalnya alat pelindung kepala bagi pekerja proyek bangunan dengan operator mesin bubut akan lain
, demikian juga kaca mata bagi opertor mesin bubut tentu lain dengan kaca mata bagi operator las.Secar
a umum,berbagai alat pelindung diri bagi pekerja meliputi:
a. Alat pelindung kepala (berbagai macam topi, helm)
b. Alat pelindung muka dan mata (berbagai jenis kaca mata)
c. Alat pelindung telinga (berbagai macam tutup telinga)
d. Alat pelindung hidung (berbagai macam masker)
e. Alat pelindung kaki (berbagai macam sepatu)
f. Alat pelindung tangan (berbagai macam sarung tangan)
g. Alat pelindung badan (apron, wearpack, baju kerja)
Biasanya tiap perusahaan/industri mempunyai model, warna pakaian kerja, serta alat pelindung diri
lain yang sudah ditentukan oleh masing-
masing perusahaan.Seorang pekerja tinggal mengikuti peraturan pemakaian pakaian kerja serta alat peli
ndung diri yang sudah ditentukan perusahaan.
Perlu mendapatkan penekanan adalah kesadaran dan kedisiplinan pekerja untuk memakai pakaian dan
alat-alat peindung diri tersebut.Kadang-
kadang pekerja enggan memakai alat pelindung diri karena merasa kurang nyaman atau tidak bebas.Hal
ini dapat berakibat fatal.Pekerja tidak menyadari akibat atau dampak yang terjadi apabila terjadi kecelak
aan kerja.Contoh sederhana adalah pemakaian helm bagi pengendara sepeda motor,mereka memakai h
elm apabila ada polisi saja.Padahal pemakaian helm adalah demi keselamatan mereka sendiri.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Otomotif
Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di bengkel otomotif, ada beberapa hal yan
g menjadi perhatian, yaitu:
1. Kondisi lingkungan bengkel otomotif (tempat kerja)
Dalam penerapan konsep keselamatan kerja, satu hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana lingk
ungan kerjanya. Kita harus memahami lingkungan kerja kita sebelum kita menerapkan keselamatan kerj
a, bengkel otomotif merupakan lingkungan kerja dengan spesifikasi kondisi yang khusus. Di bengkel oto
motif ini, kita mendapati banyak kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Setiap kondisi dan a
lat serta bahan yang kita pergunakan pada saat bekerja harus kita sesuaikan dengan kebutuhannya, mis
alnya bahan yang mudah terbakar, bahan yang licin, tajam, dan sebagainya. Hal ini harus kita perhitungk
an sebagai aspek keselamatan kerja yang akan kita terapkan. Jika kita mampu menganalisa kondisi lingk
ungan kerja, maka kita dapat memberikan antisipasi penanganan yang tepat. Antisipasi penanganan yan
g tepat ini dimaksudkan untuk menyediakan sarana keselamatan kerja yang sesuai dengan kebutuhanny
a. Hal ini hanya dapat kita lakukan jika kita benar-
benar mengenali segala aspek yang ada di lingkungan kerja. Setiap aspek yang dapat menyebabkan kece
lakaan kerja harus kita sediakan sarana keselamatan yang tepat.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja perlu diperhatikan, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang
dapat ditempuh untuk menjamin agar tenaga kerja dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami ganggu
an.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja misalnya temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaa
n, kebisingan, getaran mekanis, yang berpengaruh terhadap hasil kerja.
2. Beberapa Alat Keselamatan Kerja di Bengkel Otomotif
Tabung Pemadam Kebakaran
Beberapa bahan d bengkel otomotif merupakan bahan yang mudah terbakar maka kita memerlukan a
lat ini untuk memadamkan kebakaran yang mungkin terjadi.
Pasir
Pasir ini kita gunakan sebagai penutup lantai yang tergenang air atu minyak pelumas yang tumpah. Deng
an pasir ini, maka tumpahan minyak kita tutupi sehingga tidak menyebabkan kecelakaan saat ada orang
yang menginjaknya.
Kain Majun
Kain ini kita gunakan untuk mengelap kotoran yang ada di tangan atau alat-
alat kerja kita. Dengan kain majun ini, maka kebersihan alat dapat kita pertahankan
Serbuk Kayu Gergaji
Serbuk ini kita gunakan untuk menutup genangan air atau terutama minyak pelumas di lantai bengkel. P
rinsipnya sama dengan pasir, tetapi dengan menggunakan serbuk kayu ini, lebih bersih dan mudah diber
sihkan.
3. Pakaian kerja (Wearpack)
Penggunaan pakaian yang benar-benar cocok sehingga tidak mengganggu pekerjaan.
Menjaga kebersihan pakaian waktu bekerja sebab oli atau kotoran pada pakaian akan mengotori kendara
an.
Sepatu kerja yang mempunyai sol yang tidak licin dan berkulit keras.
Saat mengangkat benda-
benda berat atau mempunyai permukaan yang tajam menggunakan sarung tangan.
Tidak menggunakan sarung tangan saat mengebor dan menggerinda.
4. Bekerja dengan Aman dan Rapi
Bekerja dengan aman danrapi antara lain dengan menjaga agar tempat kerja selalu bersih, dan saat pek
erjaan selesai kembalikan segala sesuatunya dengan teratur, suku cadang bekas harus dikumpulkan dala
m kantong plastik untuk selanjutnya dibuang atau dikembalikan ke pelanggan (customer), memarkir ken
daraan yang akan diperbaiki di dalam garis stall, jangan sampai keluar karena akan mengganggu kendara
an lain, tidak menempatkan sesuatu di tengah jalan atau pintu masuk walaupun untuk sementara, karen
a akan mengganggu mobil keluar atau masuk, tidak meninggalkan kunci atau suku cadang di lantai, dima
na dapat menyebabkan anda atau orang lain tersandung atau terpeleset, biasakan menempatkan merek
a pada pada caddy atau meja kerja, membersihkan dengan segera setiap bahan bakar, oli atau gemuk ya
ng tertumpah, membersihkan alat-alat atau SST yang telah dipakai.
5. Cara penanganan Kendaraan pelanggan
Selama bekerja, pakailah selalu fender cover, seat cover, dan floor cover agar tidak merusak atau meng
otori kendaraan.
Jagalah selalu kebersihan fender cover dan seat cover.
Oli atau gemuk yang ada pada tangan atau alat-
alat anda dapat mengotori kendaraan. Karena itu tangan dan alat-alat harus dijaga agar tetap bersih.
Jangan sekali-
kali memasukkan benda yang tajam seperti obeng ke dalam kantong baju karena dapat merusak kendar
aan dan melukai anda sendiri misalnya anda terjatuh.
Bersihkan selalu minyak dan oli yang tertumpah sehingga kendaraan tidak dalam keadaan kotor. Jika oli
yang tertumpah dibiarkan begitu saja, langganan akan mengira terdapat kebocoran pada kendaraannya
, lalu membawanya kembali ke bengkel.
Apabila kendaraan tertumpah minyak rem, jangan mengelap tumpahan karena dapat merusak cat. Cara
menanganinya adalah dengan memberi air pada tempat yang tertumpah minyak rem.
KESIMPULAN
Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di bengkel otomotif an
taralain:
1. Kondisi lingkungan bengkel otomotif (tempat kerja)
2. Beberapa Alat Keselamatan Kerja di Bengkel Otomotif
3. Pakaian kerja (Wearpack)
4. Bekerja dengan Aman dan Rapi
5. Cara penanganan Kendaraan pelanggan
prosedur K3 yang harus diketahui dan diterapkan di tempat kerja, terutama di bengkel otomotif.
1) Mematuhi peraturan perundang-
undangan (UU No 1 tahun 70 tentang keselamatan dan kesehatan kerja, UU No 23 tahun 1992 tentang k
esehatan kerja dan UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). 2) Mematuhi peraturan K3 yang
diberlakukan diperusahaan. 3) Menganalisis kondisi lingkungan kerja. 4) Menganalisis kondisi per
alatan dan perlengkapan kerja, termasuk penggunaannya sesuai dengan fungsinya. 5) Menjaga lingku
ngan kerja tetap bersih dan rapih (5 S) 6) Bekerja sesuai prosedur (SOP). 7) Tersedianya alat kesel
amatan kerja dan terampil dalam penggunaannya.
2. Prosedur 5S
Bagi anda yang pernah berinteraksi dengan dunia industri tentunya tidak asing dengan istilah 5S. Industri ya
ng menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur. Mereka berpikir keadaan yang berantakan
akan menyembunyikan masalah. Program 5S dipandang sebagai usaha untuk memunculkan masalah ya
ng selama ini tersembunyi dari para pemecah masalah (problem solver).
5S adalah kunci utama dilingkungan kerja untuk membantu mewujudkan pekerjaan dapat dilakukan den
gan cepat, benar dan aman.
Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai negara. Popularitas 5S ini tak le
pas dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan perhatiannya terhadap pengurangan s
egala pemborosan (waste). 5S adalah landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebia
saan (habit) mengurangi pembororsan di tempat kerjanya.
Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad untuk mengadakan
pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu), da
n penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke)
. Masing-masing S dalam 5S beserta penjelasannya dijelaskan di bawah ini.
SEIRI
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang ya
ng berguna dan tidak berguna:
Barang berguna => Disimpan
Barang tidak berguna => Dibuang
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai bar
ang-
barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah
dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-
barang dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semak
in ramping (lean) tempat kerja dari barang-
barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja ters
ebut.
SEITON
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yan
g berguna agara mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi.
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempat
kan barang-
barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau p
enjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebu
t agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses.
Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar
-mandir mencari barang.
SEISO
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang ya
ng telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lin
gkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka pr
ogram preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pame
ran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi k
erja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
SEIKETSU
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: pe
njagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standa
r kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso haru
s distandarisasi. Standar-
standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota o
rganisasi, dan diperiksa secara teratur dan berkala.
SHITSUKE
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja:
1. Disiplin terhadap standar
2. Saling menghormati
3. Malu melakukan pelanggaran
4. Senang melakukan perbaikan
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
JEPANG INDONESIA INGGRIS
5S 5R 5S 5P 5K 5S
Suksesnya 5S terletak pada sejauhmana orang melakukan 5S sebagai suatu kebiasaan (habit) bukan paks
aan sehingga inisiatif perbaikan akan muncul dengan sendirinya. Di bawah ini adalah hal-
hal penting yang diperlukan untuk pelaksanaan program 5S di tempat kerja.
1. Membutuhkan keterlibatan/partisipasi semua orang dalam organisasi dari level atas sampai level bawah.
2. Membutuhkan komitmen manajemen untuk memastikan kegiatan 5S dilakukan setiap hari dan dianggap s
ebagai prioritas.
3. Merubah perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekedar program kebersihan mau
pun housekeeping management.
4. Menerapkan 5S secara konsisten untuk perubahan budaya.
5. Menggunakan sistem visual display untuk mengkomunikasikan aktivitas 5S secara efektif.
6. Melakukan audit 5S secara teratur (mingguan, bulanan, dan surprise audit) untuk menilai performance.
7. Membutuhkan edukasi tentang konsep dan keuntungan aktivitas 5S.
3. Alat Keselamatan Kerja
Dengan mengetahui alat keselamatan kerja dan alat pendukung keselamatan kerja serta cara penggunaa
nnya, mungkin akan meminimalisir terjadinya kecalakaan kerja. Berikut adalah alat keselamatan kerja ya
ng harus selalu ada di industri terutama dibengkel otomotif.
a. Alat Pemadam Kebakaran
Digunakan untuk memadamkan api yang menyebabkan terjadinya kebakaran. Dibengkel otomotif teruta
ma, sangat besar kemungkinan terjadinya kebakaran, karena banyak bahan-
bahan yang mudah terbakar seperti bahan bakar, oli/pelumas, lap bekas membersihkan tumpahan baha
n bakar/oli, cairan pembersih yang mengandung alkohol, dll. Penyebab terjadinya kebakaran juga banya
k, diantaranya percikan api akibat terjadi korslet (hubungan singkat), terbukanya sirkuit kelistrikan, kabel
tegangan tinggi yang terendam oli/air, salah dalam menggunakan mesin charging, kecerobohan teknisi (
merokok ketika bekerja, membuang puntung rokok sembarangan, ketika mengerjakan sistem kelistrikan
tidak mencabut negatif baterai, dll).
Alat pemadam kebakaran banyak jenisnya disesuaikan dengan kelas-
kelas api dan media pemadamannya, yakni:
Kelas Jenis Api Media Pemadaman
Kelas A Api Pejal (Solid Fire) Air dan Debu Kering
(Pasir)
1) Api Kayu
2) Api Kertas
3) Api Sampah
4) Api Kain
Kelas B Api Cair (Liquid Fire) Buih, Debu Kering (P
asir), dan Varpourisi
1) Api Minyak
ng Liquid
2) Api Cat
3) Api Varnish
Kelas C Api Uap dan Gas (Gas & Steam Fire) Debu Kering (Pasir),
Karbondioksida (CO
1) Butana
2), dan Varpourising
2) Propane Liquid
3) Oxy Acetyline
4) Gas (LPG)
Kelas D Api Logam (Metal Fire) Soda Ash, Pasir/ Deb
u Kering, Mantel da
1) Potaosium
n Powder
2) Sodium
3) Kalsium
4) Magnesium
Api Elektrik Debu Kering, Karbon
dioksida (CO2) dan V
apourising Liquid
b. Pakaian Kerja
Untuk mencegah kecelakaan, pilih pakaian kerja yang kuat dan dapat memudahkan pekerjaan. Hindari p
akaian kerja yang memperlihatkan sabuk, gesper, dan kancing yang dapat merusak kendaraan saat beke
rja.
Sebagai tindakan pengamanan terhadap kemungkinan cidera atau terbakar, jangan memperlihatkan kuli
t secara terbuka.
c. Sepatu Kerja
Pastikan untuk selalu mengenakan sepatu kerja (safety shoes) saat bekerja, untuk menghindari bahaya t
ergelincir, dan cidera kaki karena adanya benda yang terjatuh.
d. Sarung Tangan Kerja
Saat mengangkat benda atau melepas pipa knalpot yang panas atau benda serupa, kenakanlah sarung ta
ngan. Namun untuk pekerjaan seperti menggunakan mesin bor, mesin gerinda, jangan sekali-
kali menggunakan sarung tangan, hal ini akan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
e. Pelindung Kepala
Pelindung kepala (helm) digunakan untuk melindungi kepala agar tidak cidera akibat ada benda yang jat
uh atau kitanya yang jatuh.
f. Pelindung Mata
Pelindung mata (googles) digunakan untuk melindungi mata dari serpihan-
serpihan kecil pada saat bekerja, seperti mengebor, menggerinda, dll. Atau dari cahaya yang keluar pada
saat mengelas. Sehingga mata bisa terbebas dari cidera yang mengakibatkan kebutaan.
g. Pelindung Telinga
Pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga kita dari gangguan pendengaran yang berdampak
pada ketulian, yakni pada saat bekerja diarea yang tingkat kebisingannya melebihi standar, seperti meng
ebor, menggerinda, dll.
h. Himbauan/ Rambu-rambu
Perhatikan himbauan/ rambu-
rambu tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang terpasang dibengkel (tempat kerja) dan lingkunga
n sekitarnya, dan juga harap perhatikan himbauan lainnya. Himbauan/rambu-
rambu tersebut dipasang didaerah tertentu, karena sudah melalui hasil analisis mengenai K3.
4. Keselamatan Kerja di Bengkel Otomotif
Keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari 5 (lima) aspek yang perlu diperhatikan selama bekerja, yak
ni sebagai berikut:
(1) Kondisi lingkungan bengkel otomotif (tempat kerja)
Dalam penerapan konsep keselamatan kerja, satu hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana lingk
ungan kerjanya. Kita harus memahami lingkungan kerja kita sebelum kita menerapkan keselamatan kerj
a, bengkel otomotif merupakan lingkungan kerja dengan spesifikasi kondisi yang khusus.
Di bengkel ini, kita mendapati banyak kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Setiap kondisi
dan alat serta bahan yang kita pergunakan pada saat bekerja harus kita sesuaikan dengan kebutuhannya
, misalnya bahan yang mudah terbakar, bahan yang licin, tajam, dan sebagainya. Hal ini harus kita perhit
ungkan sebagai aspek keselamatan kerja yang akan kita terapkan.
Jika kita mampu menganalisa kondisi lingkungan kerja, maka kita dapat memberikan antisipasi penanga
nan yang tepat. Antisipasi penanganan yang tepat ini dimaksudkan untuk menyediakan sarana keselam
atan kerja yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini hanya dapat kita lakukan jika kita benar-
benar mengenali segala aspek yang ada di lingkungan kerja. Setiap aspek yang dapat menyebabkan kece
lakaan kerja harus kita sediakan sarana keselamatan yang tepat.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja perlu diperhatikan, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang
dapat ditempuh untuk menjamin agar tenaga kerja dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami ganggu
an.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja misalnya temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaa
n, kebisingan, getaran mekanis, yang berpengaruh terhadap hasil kerja.
(2) Alat Keselamatan Kerja di Bengkel Otomotif
a. Alat Pemadam Kebakaran
b. Pakaian Kerja
c. Sepatu Kerja
d. Sarung Tangan Kerja
e. Kacamata
f. Topi
g. Himbauan
(3) Bekerja dengan Aman dan Rapi
Bekerja dengan aman dan rapi antara lain dengan menjaga agar tempat kerja selalu bersih, dan saat pek
erjaan selesai kembalikan segala sesuatunya dengan teratur, suku cadang bekas harus dikumpulkan dala
m kantong plastik untuk selanjutnya dibuang atau dikembalikan ke pelanggan (customer), memarkir ken
daraan yang akan diperbaiki di dalam garis stall, jangan sampai keluar karena akan mengganggu kendara
an lain, tidak menempatkan sesuatu di tengah jalan atau pintu masuk walaupun untuk sementara, karen
a akan mengganggu mobil keluar atau masuk, tidak meninggalkan kunci atau suku cadang di lantai, dima
na dapat menyebabkan anda atau orang lain tersandung atau terpeleset, biasakan menempatkan merek
a pada pada caddy atau meja kerja, membersihkan dengan segera setiap bahan bakar, oli atau gemuk ya
ng tertumpah, membersihkan alat-alat atau SST yang telah dipakai. (Ingat 5S)
(4) Menangani Kendaraan pelanggan
Selama bekerja, pakailah selalu fender cover, seat cover, dan floor cover agar tidak merusak atau mengot
ori kendaraan.
Jagalah selalu kebersihan fender cover dan seat cover.
Pengertian K3
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE)
K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya
dengan lingkungan dan situasi kerja. Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset
perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD,
perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas
hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan
kesehatan, pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi. Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan
keilmuan dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan
kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik. Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan PAK yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan
produktifitas kerja.
Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja meliputi beberapa hal sebagai
berikut :
HAZARD (Sumber Bahaya), Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit,
kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada
DANGER (Tingkat Bahaya), Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan
berbagai tindakan prventif.
RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu
INCIDENT, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat/telah mengadakan
kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas badan/struktur
ACCIDENT, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian (manusia/benda)
Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui habatan dalam penerapan K3 dalam dunia pekerja, hal ini terjadi karena
beberapa faktor yaitu :
Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesehatan/kesejahtraan)
K3 belum menjadi tuntutan pekerja
Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya. dan K3 dipandang sebagai beban dalam hal biaya operasional tambahan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi
yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk
investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya
yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit-penyakit umum.
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja
bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat
dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,
perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit
serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :
Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus,
bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi, dan
genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat
memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu
kesehatannya. Menurut Sumamur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep
kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sektor industri saja melainkan
juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ; ada yang menyebutnya
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing
dikenal Occupational Safety and Health. Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari
sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan
terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya
manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas
dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang
harus dibina sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam dunia
kerja. Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang
menyebutkan dengan istilah near-miss atau near-accident, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak
harta benda atau kerugian terhadap proses kerja.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan
kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif.
Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian
terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah
pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi
instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
Ruang Lingkup K3
Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia
sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
4) Proses produksi
Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri
barang maupun jasa.
Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperk
Ruang lingkup yang tepat dari Sistem Manajemen K3 bervariasi tergantung pada perusahaan, negara
dan faktor lokal lainnya tetapi secara umum mensyaratkan :
- Program implementasi
Dokumen ILO OHS 2001 menentukan elemen-elemen ini secara detail. Tergantung pada tiap
Perusahaan untuk mengadaptasinya dalam tujuan K3 korporasi yang lebih
khusus.
Sebagai contoh kebijakan K3 secara umum, terlampir yang dipergunakan oleh perusahaan CSI.
- Menyediakan tempat kerja yang sehat dan aman bagi semua pekerja ( baik
Kebijakan K3 group juga mensyaratkan semua pekerja ( baik langsung maupun tidak
langsung) untuk :
- bekerja dengan cara yang aman & sehat sebagaimana disyaratkan oleh hukum
Perusahaan menempatkan nilai tertinggi pada jaminan keselamatan & kesehatan bagi
karyawan, sub-kontraktor , pihak ketiga, dan pengunjung kami. Sekalipun kinerja kami dibandingkan
dengan Perusahaan yang terbaik dalam industri yang sama seperti misalnya industri pertambangan dan
industri berat memperlihatkan bahwa kami belum melaksanakan K3 sebaik yang telah mereka terapkan,
kami harus tetap meningkatkannya secara signifikan. Tujuan kami adalah untuk mencapai nihil
kecelakaan yang menyebabkan kematian atau cacat permanen dan untuk secara substansial mengurangi
kecelakaan yang menyebabkan kehilangan jam kerja (losttime injury).
Beberapa elemen sistem Manajemen K3 yang digunakan oleh perusahaan CSI lainnya
digambarkan sbb :
Prinsip-prinsip Panduan :
Semua orang yang bekerja di lokasi mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan/kondisi
kerja yang aman dan sehat dan mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi pada kondisi
tersebut dengan berperilaku yang bertanggung jawab. Kami melihat K3 sebagai nilai bisnis utama yang
diintregasikan pada seluruh kinerja bisnis. Setiap cidera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat
dihindari dengan sistem kerja , peralatan , substansi, training dan supervisi yang tepat. Manajemen K3
yang efektif mencakup penilaian resiko dari desain lokasi sejak awal - tahap konstruksi, komisioning dan
perencanaan secara keseluruhan dari suatu organisasi dan pemeliharaannya. Semua kegiatan operasinal
kami harus secara
Setiap Manager di semua jenjang, menjamin kesehatan dan keselamatan untuk orang orang
yang ada di tempat kerja di bawah tanggung jawabnya. Manager harus menerapkan kebijakan dan
sistem dalam area kontrol dan pengaruhnya Group Executive/Vice President SDM dari Perusahaan
bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengevaluasi kembali secara keseluruhan kebijakan
K3,memberikan rekomendasikan mengenai hal tersebut kepada Komite Eksekutif.
Semua karyawan memiliki tanggung jawab untuk kesehatan & keselamatan mereka sendiri dan teman
lainnya yang berada dalam lingkup/terpengaruh oleh tindakan
mereka.
Divisi memiliki suatu sistem Manajemen K3 untuk memastikan adanya peningkatan kinerja
secara berkesinambungan. Hal ini didasarkan pada kebijakan K3 yang merefleksikan kebijakan korporasi
dalam hal prinsip-prinsipnya, kerangka kerja, tanggung jawab, koordinasi dan pengawasan, kewajiban ini
juga mencakup Unit baru yang bergabung dengan Perusahaan. Sumber daya tertentu seperti manusia,
keuangan di dedikasikan dan di identifikasikan guna mencapai target.
Analisa Resiko
Audit & Inspeksidilaporkan dan digunakan untuk tindakan korektif dan preventif, yang dikelola
dengan cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa suatu cidera. Inspeksi dan audit ini dilakukan
oleh Manajemen tingkat lini yang dilatih untuk tujuan tersebut, mencakup juga tingkat Management
Atas.
Instruksi, peraturan dan prosedur dibuat sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara aman,
tanpa resiko pada kesehatan, dan sesuai dengan penilaian resiko, akan bersifat :
- Tertulis
- Realistik
Pelatihan
Rencana dan program yang sesuai harus dibuat untuk menjamin semua personilmemiliki
kompetensi dalam bidang K3, ini mencakup tersedianya pelatihan dan perlunya pengalaman yang
sesuai.
- Pelatihan Manajemen K3
Semua pelatihan keselamatan terdata, khususnya pada file pribadi secara rutin harus dikaji
ulang.
Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu faktor penting dari program keselamatan, harus mencakup
informasi mengenai program keselamatan khusus setiap lokasi, umpan balik dalam hal kinerja dan
tindakan yang diambil, mempelajari hal penting guna mencegah kecelakaan.
Pimpinan di seluruh dunia telah menyadari bahwa sistem keselamatan yang dikelola dengan
baik akan memberikan strategi operasional untuk meningkatkan manajemen secara keseluruhan. Pada
tahun-tahun terakhir organisasi-organisasi utama secara signifikan telah menemukan bahwa aplikasi dan
tehnik manajemen keselamatan bukan hanya mengurangi cidera dan penyakit namun juga terjadi
peningkatan yang dapat terukur dalam hal efisiensi, kualitas dan
produktifitas. Sebagaimana dijanjikan dalam Agenda tindakan, TF3 saat ini telah membuat draft
study kompilasi mengenai praktek-praktek yang baik/percontohan dalam bidang K3 di industri semen.
Dokumen ini menggariskan bagaimana Manajemen K3 dapat dan seharusnya dicapai tanpa menjadi
beban berlebihan, dokumen ini memberikan panduan praktis mengenai praktek yang baik dari prosedur
keselamatan dalam industri semen berdasarkan pengalaman yang ada dan berfokus pada kejadian fatal
yang dilaporkan serta hasil investigasi dari penyebab kecelakaan. Secara bersamaan dokumen ini juga
memberikan panduan kesehatan karyawan, berfokus pada masalah kesehatan yang paling umum dan
yang secara khusus berhubungan dengan penggunaan dari bahan bakar pengganti (AFR). Banyak
perusahaan yang tergabung dalam CSI telah mengimplementasikan panduan ini; walaupun telah
diketahui sebagai suatu kebutuhan, hal ini penting untuk disebarluaskan pada industri dengan skala
yang lebih luas dan stakeholders eksternal
Sumber:
https://tuloe.wordpress.com/2009/07/12/dasar-dasar-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3/
http://kslamatan.blogspot.com/2012/08/pengertian-dari-keselamatan-kerja.html
http://choinisah-surgaituadadalamdirikita.blogspot.co.id/2012/08/contoh-penerapan-
sistem-manajemen-k3-di.html
MAKALAH K3 PADA INDUSTRI TEKSTIL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan
nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan
dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai
faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat
kerja.
Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman
seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama terhadap
kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih-lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap
bahaya tersebut jauh lebih baik dari pada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya
memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya.
Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju
yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama masalah penyakit akibat
kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
mengarah kepencegahan penyakit
akibat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memerlukan biaya
yang tinggi. Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian
dan pengetahuan masih terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat
pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah keselamatan dan kesehatan
kerja tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus
dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, perusahaan, tenaga
kerja serta organisasi lainnya (Perguruan Tinggi)
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bahaya kecelakaan kerja pada indudtri tekstil pemintalan benang.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan kerja pada industri pemintalan
benang.
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan dampak penyakit terhadap
tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan
masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan menjadi pasien
dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dengan masyarakat di sekitar perusahaan tersebut.
Apabila didalam kesehatan masyarakat
ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan
kesehatan), maka dalam kesehatan kerja, kedua hal tersebut menjadi ciri pokok (Notoatmojo, 1997)
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi
dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan
industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian
diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses
produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Dari
definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).
2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi, dan radio.
3) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan, dan pipa.
4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan kemasan.
5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan cara
penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari
sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat
digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain
merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.
B. Proses Pembuatan
Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, terlebih dahulu kapas dikeluarkan dari
gudang, kemudian kapas yang masih dalam keadaan terbungkus dan terikat, di bawa ke Bill Store untuk
dibuka dan dilepaskan ikatannya agar kapas kembali ke dalam bentuk semula dan dibiarkan untuk
diangin-anginkan selama 24 jam. Kemudian kapas yang dibuat lap lalu dikerjakan pada mesin carding,
lap akan mengalami pembersihan, pemisahan, penarikan dengan mesin pre drawing untuk dapat dibuat
sliver, selanjutnya dikerjakan pada mesin yang lebih rata seratnya, dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver
ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver dimasukkan pada
mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan pendek terpisah maka lap dikerjakan pada
mesin lap pendek akan terkumpul menjadi kotoran, sedang serat panjang dibuat silver yang terdiri serat
panjang saja. Serat silver yang dapat diproses kembali untuk dijadikan benang carded dengan nomor 15
dan 35 atau sebagai campuran untuk membuat benang-benang carded dengan No.30 S dan 40 S.
Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II) untuk dibuat sliver
yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku untuk pembuatan benang halus dan ini
diproses pada mesin speed frame. Dengan sedikit ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan
ukuran lebih kecil yang disebut roving. Roving ini hasil dari mesin speed frame dibuat benang tunggal
selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin cone winder) atau benang
double mesin quick traverse, hant dan lain-lain.
Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja. Namun demikian
peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi dan meminimalkan bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan atau terancamnya keselamatan seseorang baik yang ada dalam lingkungan
industry itu sendiri ataupun bagi masyarakat di sekitar industri. Hal-hal yang menjadi permasalahan yang
berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja pada industri busana.
a. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus singat
b. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat, kebakaran
c. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat arus singkat.
d. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta Tergores dan bahaya jatuhan
Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan pihak perusahaan dan disesuaikan dengan
tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Kesalahan atau ketidakserasian
antara peralatan dan sarana kerja dengan pegawai yang menggunakan. Ketidak serasian antara
peralatan dan sarana dengan tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja pegawai atau tenaga kerja.
Permasalahan mengenai keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja
pada industri busana dapat dilihat pada tabel.
- Kursi duduk
- Kursi duduk
- Kursi duduk
- Ruang gerak
Faktor penyebab ;
Faktor Manusia
Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor manajerial, dan faktor tenaga
kerja. Permasalahannya dapat merupakan:
a. Manajemen:
D. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri Tekstil Pemintalan
Benang
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnya terutama debu kapas
kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit ini berkaitan erat dengan pekerjaan blowing dan
carding. Tetapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan proses
(pembuangan biji kapas) sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata
terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari
waktu 5 tahun (Sumamur. 1993).
Penyakit Akibat Kerja dan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan
Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang mudah diakui.
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam berkembangnya
penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja,
namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit yang timbul
karena hubungan kerja yaitu :
1) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut,yang silikonsnya
merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian
2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas vlas, henep,
dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat perangsang yang dikenal yang
berada dalam proses pekerjaan
5) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari penghirupan debu organik.
6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7) Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8) Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal,
fluor,benzena, derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang
beracun.
E. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, pesonal protective
equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya
kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki bahaya (hazard) control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan
untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya
optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah sebagai
berikut:
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi
terkena resiko dari bahaya.
1. Mata
a. Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan
radiasi.
b. APD: safety spectacles, safety glasses, goggle, faceshield, welding shield.
2. Telinga
a. Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
b. APD: ear plug, ear muff, canal caps.
3. Kepala
a. Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar.
b. APD: helmet, bump caps.
4. Pernapasan
a. Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
b. APD: respirator, breathing apparatus
5. Tubuh
a. Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
b. APD: ear plug, ear muff, canal caps.
6. Tangan dan Lengan.
a. Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik, bahan kimia,
infeksi kulit.
b. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
7. Kaki
a. Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam
cair, aberasi.
b. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.
Penanggulangan lain :
1. Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan dan keselamatan kerja yang
sudah ada.
2. Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para karyawan lebih leluasa
dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja utama industri jika memungkinkan dipindahkan ke
tempat yang khusus disediakan untuk kegiatan industri, setidaknya diusahakan pembagian tempat
pengolahan khusus yang bersekat dan masing-masing disendirikan sehingga ruang gerak menjadi luas.
3. Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang teratur, dan setidaknya
banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan, contoh apabila biasanya duduk sesekali berdiri
dan berjalan agar gerakan dan posisi kerja para karyawan menjadi lebih bervariasi dan tidak monotonis.
4. Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah disediakan lahan kosong tersendiri,
atau setidaknya menempatkannya dalam karung, bak, atau lubang khusus sehingga tidak terjadi
pencemaran lingkungan dan dari segi tata ruang pun menjadi lebih luas dan enak untuk dipandang.
5. Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di
organisasi Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural kedalam organisasi
tersebut. Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam hal pelayanan kesehatannya yang paripurna
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang dalam hal ini ditekankan pada ruang lingkup
kedokteran industrinya. Misalnya petugas kesehatan mengunjungi tempat-tempat industri secara rutin
guna menilai kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan rumah tangga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses pemintalan. limbah debu kapas paling banyak didapat pada proses blowing,
carding dan. Limbah aktual pada pekerjaan blowing dan carding masing-masing sebesar 3.5% dan 2.5%
sedangkan tingkat kebisingan speed frame sebesar > 85 dB.
Penyakit yang akan timbul adalah Byssinosis (penyakit tergolong pneumoconiosis) yang
berasal dari limbah debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Pencengahan dengan
menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti: memakai safety glasses, ear plung, ear muff, respirator
dan lain-lain.
Pencegahan yang lain dapat di lakukan dengan pemeliharaan rumah tangga yang baik
di perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat sedikit di
udara,pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara, membersihkan lantai
dengan sapu tidak baik, ventilasi umum dengan sistim hisap,
pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara berkala,
rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
B. Saran
1. Memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita gunakan, lakukan terlebih dahulu hazard
identification (identifikasi bahaya).
2. Tinjau ulang setiap aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita identifikasi.
3. Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diri terutama masker dan sumbat
telinga.
4. Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang kesehatan dan keselamatan
kerja, dan keterampilan para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://usfinitengky.blogspot.com/2010/kesehatan-kerja-higiene-