KNIL
Negara-negara sekutu(1945-
46)
Britania Raya
Kemaharajaan
Britania
Australia
Komandan
Sukarno Simon Spoor
Jen. Sudirman Hubertus van Mook
Sri Sultan Willem Franken
Hamengkubuwana IX Sir Philip Christison
Mohammad Hatta
Sjafruddin
Prawiranegara
Kekuatan
Korban
Revolusi Nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi
antara Republik Indonesia yang baru lahir melawan Kerajaan Belanda yang dibantu oleh pihak
Sekutu, diwakili oleh Inggris. Rangkaian peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia
olehKerajaan Belanda pada 29 Desember 1949. Meskipun demikian, gerakan revolusi itu sendiri
telah dimulai pada tahun 1908, yang saat ini diperingati sebagai tahun dimulainya kebangkitan
nasional Indonesia.
Selama sekitar empat tahun, beberapa peristiwa berdarah terjadi secara sporadis. Selain itu
terdapat pula pertikaian politik serta dua intervensi internasional. Dalam peristiwa ini pasukan
Belanda hanya mampu menguasai kota-kota besar di pulauJawa dan Sumatera, namun gagal
mengambil alih kendali di desa dan daerah pinggiran. Karena sengitnya perlawanan bersenjata
serta perjuangan diplomatik, Belanda berhasil dibuat tertekan untuk mengakui kemerdekaan
Indonesia.[3] Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan
mengakibatkan perubahan struktur sosial di Indonesia, di mana kekuasaan raja-raja mulai
dikurangi atau dihilangkan. Peristiwa ini dikenal dengan "revolusi sosial", yang terjadi di
beberapa bagian di pulau Sumatera.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Latar belakang
2Proklamasi kemerdekaan
o 2.1Proklamasi dan pembentukan pemerintahan
o 2.2Euforia revolusi
3Tindakan Sekutu
o 3.1Pendudukan kembali
4Perjuangan militer dan diplomasi
o 4.1Perjanjian Linggarjati
o 4.2Agresi Militer Belanda I
5Kekacauan internal
o 5.1Revolusi sosial
o 5.2Pemberontakan Komunis
o 5.3Pemberontakan Darul Islam
6Dampak
7Catatan kaki
8Referensi
9Pranala luar
.
Khawatir Belanda akan berusaha merebut kembali kekuasaan di Indonesia,
pemerintah yang baru dibentuk tersebut dengan cepat menyelesaikan persoalan
administrasi. Saat itu, pemerintahan masih sangat terpusat di pulau Jawa,
sementara kontak ke luar pulau masih sangat sedikit.[9] [10] Pada 14 November
1945, Sutan Sjahrir menjadi perdana menteri pertama mengetuai kabinet Sjahrir
I.
Beberapa minggu setelah Jepang menyerah, Giyugun dan Heiho dibubarkan
oleh pemerintah Jepang. Struktur komando dan keanggotaan PETA dan Heiho
pun hilang. Karena itu, pasukan republikan yang mulai tumbuh di bulan
September, tetapi lebih banyak berupa kelompok-kelompok kecil milisi pemuda
yang tidak terlatih, yang biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin
karismatik.[8] Ketiadaan struktur militer yang patuh pada pemerintah pusat
menjadi masalah utama revolusi kala itu.[3] Dalam masa awal pembentukan
struktur militer, perwira Indonesia yang dilatih Jepang mendapat pangkat yang
lebih tinggi dibanding perwira yang dilatih oleh Belanda. Pada 12 November
1945, dalam sebuah konferensi antar panglima-panglima divisi militer di
Yogyakarta seorang mantan guru sekolah berumur 30 tahun
bernama Sudirman terpilih menjadi panglima Tentara Keamanan Rakyat,
bergelar "Panglima Besar".[11]
Euforia revolusi[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Bersiap
Tan Malaka, salah satu pejuang revolusi yang berjuang bersama gerakan bawah
tanah.
Seorang prajurit dari resimen bersenjata asal India menyita sebuahtank milik kaum
nasionalis, yang tertinggal setelah pertempuran di Surabaya.
Meskipun begitu, situasi Belanda pada saat itu lemah setelah diamuk Perang
Dunia Kedua di Eropa dan baru bisa mengatur kembali militernya pada awal
1946. Jepang dan kekuatan sekutu lainnya enggan menjadi pelaksana tugas
pemerintahan di Indonesia.[15]Sementara Amerika Serikat sedang fokus
bertempur di kepulauan Jepang, Indonesia diletakkan di bawah kendali seorang
laksamana dariAngkatan Laut Britania Raya, Laksamana Earl Louis
Mountbatten, Panglima Tertinggi Sekutu untuk Komando Asia Tenggara. Enklaf-
enklaf Sekutu muncul di Kalimantan, Morotai, dan beberapa bagian di Irian
Jaya; para pegawai sipil Belanda telah kembali ke daerah-daerah tersebut.[10] Di
area yang dikuasa angkatan laut Jepang, kedatangan pasukan Sekutu segera
saja menghentikan aksi-aksi revolusioner, dimana tentara Australia (diikuti
pasukan Belanda dan pegawai-pegawai sipilnya), dengan cepat menguasai
daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai Jepang,
kecuali Bali dan Lombok.[18] Karena tidak adanya perlawanan berarti, dua divisi
tentara Australia dengan mudah menguasai beberapa daerah di bagian Timur
Indonesia.
Inggris ditugaskan untuk mengatur kembali jalannya pemerintahan sipil di Jawa.
Belanda mengambil kesempatan ini untuk menegakkan kembali pemerintahan
kolonial lewat NICA dan terus mengklaim kedaulatan atas Indonesia.[15].
Meskipun begitu, tentara Persemakmuranbelum mendarat di Jawa sampai
September 1945. Tugas mendesak Lord Mountbatten adalah pemulangan
300,000 orang Jepang dan membebaskan para tawanan perang. Ia tidak ingin
(dan tidak berdaya) untuk memperjuangakan pengembalian Indonesia pada
Belanda.[19]. Tentara Inggris pertama kali mendarat
di Medan, Padang, Palembang, Semarang dan Surabaya pada bulan Oktober.
Dalam usaha menghindari bentrokan dengan orang-orang Indonesia, komandan
pasukan Inggris Letjen Sir Philip Christison, mengirim para prajurit Belanda
yang dibebaskan ke Indonesia Timur, dimana pendudukan kembali Belanda
berlangsung mulus.[18]. Tensi memuncak saat tentara Inggris memasuki Jawa
dan Sumatera; bentrokan pecah antara kaum republikan melawan para "musuh
negara", seperti tawanan Belanda, KNIL, orang Tionghoa, orang-orang Indo dan
warga sipil Jepang.[18]
Negara-negara lain bereaksi negatif terhadap aksi Belanda ini. Australia, India,
Uni Soviet, dan Amerika Serikat segera mendukung Indonesia. Di Australia,
misalnya, kapal berbendera Belanda diboikot mulai bulan September 1945.
Dewan keamanan PBB mulai bertindak aktif dengan membentuk Komisi Tiga
Negara untuk mendorong negosiasi. PBB kemudian mengeluarkan resolusi
untuk gencatan senjata. Pada saat aksi militer ini terjadi, tepatnya pada 9
Desember 1947, Pasukan Belanda membantai banyak warga sipil di Desa
Rawagede (saat ini wilayah Balongsari di Karawang, Jawa Barat.
kemerdekaan
Indonesia mendapatkan
kemerdekaannya
Belanda mengakui Republik Indonesia
Serikat dalamKonferensi Meja Bundar
Casus belli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Jepang menyerah di Perang Dunia II
Hindia Belanda
PDRI
KNIL
Jepang (sampai 1946)
NICA
Negara Federal
Otonom (disatukan
dengan Republik Indonesia pada
tahun 1949)
Indonesia Timur
Dayak Besar
Pasundan
Gerakan Minahasa
twaalfde provincie
van Nederlands
Kesultanan Pontianak
Australia
India Britania
Komandan
Kekuatan
Korban
[tampilkan]
Lihat pula:
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Salakanagara (130-362)
Tarumanagara (358669)
Kendan (536612)
Galuh (612-1528)
Kediri (10451221)
Singhasari (12221292)
Majapahit (12931500)
Kerajaan Islam
Kerajaan Kristen
Portugis (15121850)
VOC (16021800)
Belanda (18001942)
Kemunculan Indonesia
Republik Indonesia
Portal Indonesia
lihat
bicara
sunting
Daftar isi
[sembunyikan]
11945
o 1.1Kembalinya Belanda bersama Sekutu
1.1.1Latar belakang terjadinya kemerdekaan
1.1.2Mendaratnya Belanda diwakili NICA
o 1.2Pertempuran melawan Sekutu dan NICA
o 1.3Perubahan sistem pemerintahan
21946
o 2.1Ibukota pindah ke Yogyakarta
o 2.2Diplomasi Syahrir
2.2.1Penculikan terhadap PM Syahrir
2.2.2Kembali menjadi PM
o 2.3Konferensi Malino - Terbentuknya "negara" baru
31946-1947
o 3.1Peristiwa Westerling
o 3.2Perjanjian Linggarjati
o 3.3Peristiwa yang terjadi terkait dengan hasil Perundingan Linggarjati
o 3.4Proklamasi Negara Pasundan
o 3.5Agresi Militer I
o 3.6Naiknya Amir Syarifudin sebagai Perdana Menteri
41948
o 4.1Perjanjian Renville
o 4.2Runtuhnya Kabinet Amir dan naiknya Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri
51948-1949
o 5.1Agresi Militer II
o 5.2Serangan Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta
o 5.3Perjanjian Roem Royen
o 5.4Serangan Umum Surakarta
o 5.5Konferensi Meja Bundar
o 5.6Penyerahan kedaulatan oleh Belanda
6Referensi
7Lihat pula
Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de factopaling
lambat 1 Januari 1949.
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia
Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat yang salah satu bagiannya adalah
Republik Indonesia.
Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan
Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Untuk ini Kalimantan dan Timur Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis Konstituante
didirikan, yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan bagian-bagian
komponen lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni Indonesia-
Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan memajukan
kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan masalah ekonomi
serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai anggota PBB. Akhirnya
setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan diselesaikan lewat arbitrase.
Kedua delegasi pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari
kemudian, pada tanggal 15 November 1946, di rumah Sjahrir di Jakarta, berlangsung pemarafan
secara resmi Perundingan Linggarjati. Sebenarnya Soekarno yang tampil sebagai kekuasaan
yang memungkinkan tercapainya persetujuan, namun, Sjahrir yang diidentifikasikan dengan
rancangan, dan yang bertanggung jawab bila ada yang tidak beres.
Peristiwa yang terjadi terkait dengan hasil Perundingan
Linggarjati[sunting | sunting sumber]
Parade Tentara Republik Indonesia (TRI) diPurwakarta, Jawa Barat, pada tanggal 17 Januari1947.
Pada bulan Februari dan Maret 1947 di Malang, S M Kartosuwiryo ditunjuk sebagai salah
seorang dari lima anggota Masyumi dalam komite Eksekutif, yang terdiri dari 47 anggota untuk
mengikuti sidang KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), dalam sidang tersebut membahas
apakah Persetujuan Linggarjati yang telah diparaf oleh Pemerintah Republik dan Belanda pada
bulan November 1946 akan disetujui atau tidak Kepergian S M Kartosoewirjo ini dikawal oleh
para pejuang Hizbullah dari Jawa Barat, karena dalam rapat tersebut kemungkinan ada dua
kubu yang bertarung pendapat sangat sengit, yakni antara sayap sosialis (diwakili melalui partai
Pesindo), dengan pihak Nasionalis-Islam (diwakili lewat partai Masyumi dan PNI). Pihak sosialis
ingin agar KNPI menyetujui naskah Linggarjati tersebut, sedang pihak Masyumi dan PNI
cenderung ingin menolaknya Ketika anggota KNIP yang anti Linggarjati benar-benar diancam
gerilyawan Pesindo, Sutomo (Bung Tomo) meminta kepada S M Kartosoewirjo untuk mencegah
pasukannya agar tidak menembaki satuan-satuan Pesindo.
Dr. H. J. van Mook, kepala Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang kemudian
diangkat sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda, dengan gigih memecah RI yang tinggal tiga
pulau ini. Bahkan sebelum naskah itu ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947, ia telah
memaksa terwujudnya Negara Indonesia Timur, dengan Tjokorda Gde Raka Soekawatisebagai
presiden, lewat Konferensi Denpasar tanggal 18 - 24 Desember 1946.
Pada bulan tanggal 25 Maret 1947 hasil perjanjian Linggarjati ditandatangani di Batavia. Partai
Masyumi menentang hasil perjanjian tersebut, banyak unsur perjuang Republik Indonesia yang
tak dapat menerima pemerintah Belanda merupakan kekuasaan berdaulat di seluruh Indonesia.
Dengan seringnya pecah kekacauan, maka pada praktiknya perjanjian tersebut sangat sulit
sekali untuk dilaksanakan.
Proklamasi Negara Pasundan[sunting | sunting sumber]
Usaha Belanda tidak berakhir sampai di NIT. Dua bulan setelah itu, Belanda berhasil membujuk
Ketua Partai Rakyat Pasundan, Soeria Kartalegawa, memproklamasikan Negara Pasundan
pada tanggal 4 Mei 1947. Secara militer negara baru ini sangat lemah, ia benar benar sangat
tergantung pada Belanda, tebukti ia baru eksis ketika Belanda melakukan Agresi dan kekuatan
RI hengkang dari Jawa Barat.
Di awal bulan Mei 1947 pihak Belanda yang memprakarsai berdirinya Negara Pasundan itu
memang sudah merencanakan bahwa mereka harus menyerang Republik secara langsung.
Kalangan militer Belanda merasa yakin bahwa kota-kota yang dikuasai pihak Republik dapat
ditaklukkan dalam waktu dua minggu dan untuk menguasai seluruh wilayah Republik dalam
waktu enam bulan. Namun mereka pun menyadari begitu besarnya biaya yang ditanggung untuk
pemeliharaan suatu pasukan bersenjata sekitar 100.000 serdadu di Jawa, yang sebagian besar
dari pasukan itu tidak aktif, merupakan pemborosan keuangan yang serius yang tidak mungkin
dipikul oleh perekonomian negeri Belanda yang hancur diakibatkan perang. Oleh karena itu
untuk mempertahankan pasukan ini maka pihak Belanda memerlukan komoditi dari Jawa
(khususnya gula) dan Sumatera (khususnya minyak dan karet).
Agresi Militer I[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agresi Militer I
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14
hari, yang berisi:
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun
setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan
ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana
Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa
mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele
acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal.
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Sebelum Kemerdekaan
Masa Bangsa Portugis
Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejambya penjajahan oleh beberapa
negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka pada 1509. dipimpin
oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah
mendapatkan Malaka, portugis mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate.
Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis. Salah satu
perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa
(Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda
Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.
Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu. Untuk
mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati diadakanlah Perjanjian
Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:
Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda kemudian memilih
Daendels sebagai gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa Deandels, rakyat Indonesia
dipaksa untuk membuat jalan raya dari Anyer hingga Panarukan. Namun masa pemerintahan
Daendels berlangsung singkat yang kemudian diganti Johannes van den Bosch. Johannes Van
den Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem tanam paksa, tiap
desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi,
nila dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah
ditetapkan.
Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa Indonesia.
Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.
Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan membentuk
Dokuritsu Junbi Tyosakai atau BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan
Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta
(sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman
Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml
anggota BPUPKI saat itu adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Baca Juga :5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka
mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil
Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya,sikap
rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkanorang-
orang Belanda yang melarikan diri ke Australiasetelah Belanda menyerah pada Jepang.
Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia.
Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas Oleh
Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan
pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu. Tugas yang
diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies
(AFNEI) ternyata memiliki agenda yang terselubung. Kedatangan pasukan Sekutu justru
diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah orang-orang Belanda yang ketika Jepang dating
melarikan diri ke Australia dan membentuk kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan untuk
menghidupkan kembali Hindia Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang semula
menerima kedatangan Sekutu menjadi penuh kecurigaan dan kemudian berkembang menjadi
permusuhan.
Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh
di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa berperang
dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan neraka bagi mereka karena kerugian yg
disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit pengalaman mereka tewas di surabaya
serta puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya.
Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa Indonesia ,
semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah penghabisan demi
tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa telah mereka tunjukan dengan penuh kegigihan.
Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat
membara yang membuat Inggris serasa terpanggang di neraka telah membuat kota Surabaya
kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati setiap
tahunnya sebagai hari Pahlawan.
Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di
Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh
mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 oktober 1945.
Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada
di penjara Ambarawa dan Magelang.
Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai para
bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di
Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu.
Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang
pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan
memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi
antara lain:
1. Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi dan
mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War And Interneers atau tawanan perang dan
interniran sekutu). Jumlah pasukan sekutu dibatasi sesuai dengan keperluan itu.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan
Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.
Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya.
Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan kedaulatan dan
membentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai
dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata dan menduduki
gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat
yang diboncengi oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk
TKR di Medan. Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah
putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut
sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para korban ternyata sebagian orang-orang
NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa
kepahlawanan ini kemudian dikenal sebagai pertempuran Medan Area.
Dengan terjadinya peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera mengambil tindakan
tegas. Pemberontakan Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah mengangkat Gubernur Militer
Kolonel Subroto yang wilayahnya meliputi Semarang, Pati dan Madiun. Walaupun dalam
menghancurkan kekuatan PKI dalam peristiwa Madiun menelan banyak korban, namun tindakan
itu demi mempertahankan Kemerdekaan yang kita miliki. Ketika Belanda melakukan agresi
terhadap Republik Indonesia, PKI justru menikam dari belakang dengan melaukan
pemberontakan yang sekaligus dapat merepotkan pemerintah Republik.
Gerakan G 30 S PKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat malam hari.
Insiden G 30 S PKI sendiri masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa
penggiatnya dan apa motif yang melatar belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat
itu dan otoritas militer menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan ulah PKI yang
bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan yang
diketahui sebagai pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden yang melakukan aksi
pembunuhan dan penculikan kepada Enam (6) jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat).
Sekian penjelasan artikel tentang Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lengkap Sebelum dan
Sesudah Merdeka), semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar
menambah wawasan dan pengetahuan sobat mengenai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Sebelum Kemerdekaan dan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Setelah Kemerdekaan.
Terimakasih atas kunjungannya.
Sejarah Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949
Revolusi Nasional Indonesia menjadi sebuah titik penting dalam berdirinya negara Indonesia
yang memiliki kedaulatan yang penuh. Pada titik ini terjadi berbagai konflik bersenjata dimana
terjadinya pertentangan antara pihak Republik Indonesia dengan melawan pihak penjajah
Belanda yang dibantu oleh sekutu-sekutunya.
Segala bentuk revolusi yang terjadi diawali dengan dilakukannya masa yang menggembirakan
untuk bangsa Indonesia yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945, hingga akhirnya setelah beberapa lama pihak Belanda mengakui kemerdekaan bangsa
Indonesia pada tanggal 29 Desember 1949. Akan tetapi selama empat tahun dari waktu
kemerdekaan bangsa Indonesia hingga pengakuan akan kedaulatan republik Indonesia oleh
Belanda tahun 1949.
Telah terjadi berbagai peristiwa berdarah di waktu-waktu tersebut. Pasukan Belanda masih
berada di wilayah Indonesia walaupun Negara Indonesia, pihak hanya mampu untuk menguasai
kota-kota besar saja di pulau Jawa dan Sumatera, sementara tidak mampu mengambil alih
kendali di wilayah pedesaan dan pinggiran. Hal itu lantaran usaha perlawanan bersenjata serta
perjuangan diplomatik dari bangsa Indonesia. Sehingga membuat pihak Belanda berhasil untuk
ditekan, hingga akhirnya mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia
Latar belakang
Pergerakan besar-besaran dengan munculnya berbagai organisasi nasional untuk meraih
kemerdekaan bangsa Indonesia dari cengkaraman penjajah Belanda saat itu, yaitu organisasi
Sarekat Islam, Budi Utomo, Partai nasional Indonesia, dan lainnya, yang berkembang dengan
sangat cepat saat itu. Mereka mengadakan strategi jitu dengan mengirim wakil mereka ke
Volksraad (semacam dewan rakyat) untuk berdiplomasi agar pihak Belanda memberikan hak
otonomi dan kedaulatan kepada bangsa Indonesia untuk mengatur wilayahnya sendiri.
Lalu ada juga gerakan yang bersifat lebih keras untuk memaksa pihak Belanda memberikan hak-
hak dari bangsa Indonesia dengan segera. Pemimpin dari gerakan ini diantaranya adalah
Soekarno dan Mohammad Hatta, yang kelak keduanya menjadi presiden dan wakil presiden
pertama Indonesia. Dan pergerakan ini bisa berjalan dibantu kebijakan Politik Etis yang memang
sedang dijalankan oleh Belanda.
Adapun pendudukan wilayah Indonesia oleh bangsa Jepang dalam kurun waktu tiga setengah
tahun, menjadi titik yang penting dalam lahirnya revolusi nasional Indonesia, dimana pihak
Belanda hanya mampu untuk mempertahankan sedikit daerah dalam penjajahan di wilayah
Hindia Belanda. Tetapi Jepang dalam kurun waktu tiga bulan berhasil menguasai Sumatera.
Kemudian pihak Jepang juga membuat strategi jitu dengan mengambil hati rakyat Indonesia
dengan menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia, serta mengizinkan penggunaan bahasa
Indonesia di ruang publik. Hal seperti inilah yang menimbulkan munculnya berbagai organisasi-
organisasi perjuangan di seluruh negeri Indonesia.
Dalam sebuah konferensi antar panglima-panglima militer pada tiap-tiap divisi di Yogyakarta,
seorang mantan guru sekolah yang baru berumur 30 tahun, yaitu Sudirman terpilih untuk
menjadi panglima Tentara Keamanan Rakyat, yang bergelar "Panglima Besar".
Dengan begitu, dalam keadaan politik seperti ini maka merupakan kesempatan untuk
membangun pemerintahan yang kuat. Pada September 1945, pemerintah republik yang dibantu
dengan berbagai organisasi rakyat telah mengambil alih kendali atas infrastruktur-infrastruktur
utama, diantaranya seperti stasiun kereta api dan trem di kota-kota besar di pulau Jawa.
Kemudian para pemuda juga mendirikan stasiun radio dan koran untuk menyampaikan pesan
perjuangan. Adapun dari para pemimpin sendiri berusaha untuk menyatukan sentimen yang
menyebar di masyarakat, karena ada yang lebih menginginkan revolusi fisik, kemudian ada yang
lebih memilih menggunakan cara pendekatan damai.
Pada September 1945, golongan pemuda Indonesia menyatakan akan berikrar agar
kemerdekaan segera diwujudkan. Di sisi lain pihak Belanda melayangkan tuduhan kepada
Soekarno dan Hatta telah berkolaborasi dengan Jepang, adapun pemerintahan Hindia Belanda
sendiri disaat yang sama telah menerima dana besar sepuluh juta dolar dari pihak Amerika
Serikat untuk membantu Belanda dalam menjajah kembali Indonesia.
Usaha pendudukan kembali wilayah Indonesia
Situasi Belanda pada saat itu memang saat lemah karena kelelahan dari Perang Dunia Kedua di
wilayah Eropa. Adapun pihak Jepang tidak terlalu tertarik untuk kembali menduduki wilayah
Indonesia. Tentara Australia yang diikuti dengan pasukan Belanda bergerak cepat untuk
menguasai daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai Jepang, karena tidak adanya perlawanan
berarti, maka pasukan yang terdiri dari dua divisi tentara Australia itu dengan mudah menguasai
beberapa daerah di bagian Timur Indonesia.
Adapun pihak Inggris berusaha agar dapat menguasai jalannya pemerintahan sipil di wilayah
Jawa. Dan pihak Belanda juga ingin mengambil pemerintahan kolonial dengan bantuan NICA,
untuk terus mengklaim akan kedaulatan wilayah Indonesia. Tentara Inggris pertama kali
mendarat di beberapa wilayah seperti Palembang, Medan, Padang, Semarang dan Surabaya.
Perjanjian Linggarjati
Belanda melakukan usaha perundingan dengan wakil-wakil republik Indonesia. Konferensi
antara dua belah pihak diadakan di bawah pimpinan yang netral ,seorang komisi khusus Inggris,
Lord Killearn. Tempat perundingan di bukit Linggarjati dekat wilayah Cirebon. Setelah Dicapailah
suatu persetujuan pada tanggal 15 November 1946 yang isi pokoknya:
Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi
Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1
Januari 1949,
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama untuk membentuk Republik Indonesia
Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia
Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketuanya.
Indonesia Serikat akan menjadi bagian Uni Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda,
Suriname dan Curasao. Hal ini untuk memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar
negeri, pertahanan, keuangan, ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan
diri sebagai anggota PBB. Setiap perselisihan yang timbul maka akan diselesaikan lewat
arbitrase.
Kedua delegasi Indonesia pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua
hari kemudian, tanggal 15 November 1946 di rumah Sjahrir, Jakarta, berlangsung musyawarah
tentang Perundingan Linggarjati, dimana Sjahrir menjadi penanggung jawab jika ada yang tidak
beres.
Negara-negara lain melihat kelakuan pihak Belanda ini memberikan reaksi keras, Australia,
India, Uni Soviet, dan Amerika Serikat segera mendukung pihak Indonesia. Seperti di Australia,
misalnya kapal milik Belanda diboikot mulai bulan September 1945. Dewan keamanan PBB juga
bertindak aktif dengan membentuk Komisi Tiga Negara untuk mendorong negosiasi.
PBB mengeluarkan resolusi untuk adanya gencatan senjata. Pada saat aksi militer ini terjadi,
tepatnya pada tanggal 9 Desember 1947, Pasukan Belanda membantai sangat banyak warga
sipil di wilayah Desa Rawagede (yang saat ini nama wilayahnya adalah Balongsari) di
Karawang, Jawa Barat.
Setelah itu secara perlahan pemerintahan Republik Indonesia mengatur kembali segala hal di
berbagai bidang, yang sebelumnya mengalami pemblokade-an oleh pihak Be