Laporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
A. BAB I
PENDAHULUAN
membuang zat padat dari air limbah. Dalam soal-soal lain, partikiel itu sengaja
disuspensikan di dalam fluida supaya dapat dipisahkan menjadi fraksi fraksi
yang berbeda ukuran atau densitasnya.
Operasi sedimentasi ini banyak digunakan pada proses pemisahan
kimia, metalurgi, maupun pada proses proses pengurangan polusi dari air
limbah industri. Rancangan peralatan untuk sedimentasi selalu didasarkan
pada percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil.
Pada percobaan ini bubur di endapkan laju pengendapannya diukur
dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada padatan maupun cairan
bening dari atas kebawah yang mana akan terjadi endapan. Dalam percobaan
sedimentasi ini akan dibahas juga pembagian zona antara lain zona jernih,
zona encer, zona pekat.
Dalam industri yang digunakan adalah air jernihnya untuk air proses
maupun air produksi biasanya untuk mempercepat pengendapan ditambahkan
juga koagulan, prosesnya yaitu mengikat butiran butiran kapur menjadi flok
flok sehingga akan lebih cepat jatuh karena semakin besar flok akan semakin
besar juga gaya gravitasi yang berpengaruh pada proses pengendapan tersebut.
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan
mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya
gravitasi. Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya,
demikian pula tinggi relatif berbagai zona pengendapannya
Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pemisahan padatan dari suatu suspensi dengan
pengukuran pengendapan dengan buffle dan mengukur laju pengendapan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung
klarifier. Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong
dapat juga kita lihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena
adanya gaya Gravitsi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya
sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut gaya
dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang berlawanan dengan gaya
gravitasi.
c. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis
fluida. Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan. Maka
pengaruh gaya ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
m. . g
Fa = Fa=p ...(2.1.3)
Zo
Laju tetap
Z Zu
C tinggi patah
Waktu.t
gambar 2.1 Laju Sedimentasi
Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat jenis air
2. Berat jenis partikel padatan
3. Viskositas air
4. Aliran dalam bak pengendapan
5. Bentuk dan ukuran partikel
Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel
padatannya, maka laju pengendapannya lamban. Begitu juga sebaliknya,
semakin besar berat jenis partikel maka laju pengendapannya cepat.
Laju pengendapan sangat dipengaruhi oleh viskositas dimana
viskositas sangat berkaitan erat dengan suhu yang ada. Bila temperatur tinggi
maka viskositas menurun sehingga bentuk dan ukuran partikel semakin kecil
sehingga laju pengendapan cepat.
Aliran dalam bak pengendapan akan mempengaruhi laju endapan.
Pada aliran laminer laju pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen
laju pengendapan akan sangat terganggu maka akan sangat lambat
mengendap.
Laju pengendapan partikel partikel dalam air tergantung pada jenis
bentuk dan ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan.
Adanya pengendapan zat uji kemungkinan besar mempengaruhi laju
pengendapan sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui pangaruh zat
6
uji tersebut. Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu tertentu
dan menimbang berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi
endapan yang terjadi sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju
pengendapan dari tiap gerakan partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang
mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah mengendap dari
pada partikel halus, untuk padatan yang halus diusahakan menggumpal
menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap.
(F, Parikesit, Ir. 1985)
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu:
1. Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan
yang sederhana dalam waktu yang singkat dimana pada padatan kasar
mudah terjadi pengendapannya besar. Pengendapan padatan kasar
terjadinya sangat mudah, hal itu terjadi karena pengendapannya lebih
besar. Bila terjadi gerakan relatif dengan suatu pertikel yang disekitarnya
dikelilingi oleh air tersebut. Maka air akan memberikan tahanan gesek
(Drag) kepada partikel itu sebesar :
2
Fd = Cd . Ap . V (4)
2
2. Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengandapan
yang sederhana didalam waktu yang relatif singkat atau tidak mempunyai
peralatan pengendap yang dapat beroperasi secara komersial mekanisme
penggerak (rake) yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat
mempermudah pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki.
Berdasarkan tujuan dari bahan yang ingin didapatkan maka
sedimentasi ini dapat digolongkan jadi dua macam yaitu :
7
a. Penjernihan
Klarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relatif sedikit
(1-5%) dengan suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses
klarifier mencakup proses flokulasi dan koagulasi. Proses koagulasi
merupakan suatu proses dimana penambahan zat kimia atau koagulan
tertentu kedalam air yang diolah dan disertai pengadukan cepat sehingga
terbentuk flok suatu partikel yang halus selanjutnya mengalami proses
flokulasi yaitu penggabungan flok-flok membentuk flok yang lebih besar .
b. Pemekatan (Thickener)
Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari
campuran yang memiliki zat padat yang relatif banyak (15 - 30 %) dan
biasanya hasil padatnya yang diperlukan. Didalam sedimentasi perlu
dibedakan antara:
a) Discrate pertikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk
dan spesifik
Gravitasi tetap (tidak berubah dengan waktu) selama proses
pemisahan berlangsung.
b) Flocullant partikel adalah partikel yang memiliki sifat
permukaan yang dapat membesar atau bergabung dengan
partikel-partikel lain ketika akan bersinggungan sehingga
ukuran bentuk mungkin akan berubah.
2.6 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif
sehingga membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir
muatan yang ada pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang
mempunyai muatan listrik karena adanya gaya saling tolak antara muatan
yang sama, cenderung selalu terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit,
maka ion yang terbentuk di dalam larutan itu akan menetralisir muatan
partikel tadi. Partikel itu lalu dapat dialogmerasikan menjadi flok flok
yang masing-masingnya terdiri dari banyak pertikel. Bila partikel semula
bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang efektif dan bila muatanya
negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk flokulasi mencakup
penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan, seperti perekat
gamping, alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu turun
bersamanya.
(McCabe jilid 2 1983)
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik
pengendapan yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur
flok itu sangat rumit. Agregasinya longgar dan ikatan antara partikelnya
lemah, dan flok itu mengandung air yang cukup banyak di dalam
strukturnya, maka akan ikut bersama flok itu turun ke bawah, walaupun
pada mulanya flok itu mengendap dalam pengendapan bebas atau terganggu,
dan persamaan umum pada prinsipnya berlaku namun tidaklah praktis bila
kita menggunakan hukum-hukum pengendapan secara kuantitatif karena
diameter dan bentuk flok itu tidak mudah didefinisikan. Karakteristik kedua
dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya mekanisme pengendapannya.
10
A A
B B
C
C D
D
Keterangan Gambar
c. Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar
zona A dan zona B itu tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi,
zona A itu keruh dan batas antara zona A dan B kabur . dengan adanya
pengendapan, kedalam zona D dan A bertambah, dan tebal zona C
tetap, zona B berkurang.
d. Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zona B dan C hilang,
dan seluruh zat padat itu akan terdapat pada zona D.
e. Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan
(compresion) berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula
disebut titik kritis atau critical point. Pada pemampatan sebagaian dari
zat cair yang tadinya ikut bersama flok kedalam zona kompressi D
akan terperas keluar dimana bobot endapan itu menggambarkan
struktur flok. Selama pemampatan itu berlangsung, sebagian dari zat
cair di dalam flok itu menyembur keluar seperti geiser geiser kecil,
dan ketebalan zona itu berkurang. Dan akhirnya, bila bobot zat padat
itu telah mencapai keseimbangan mekanik dengan kekuatan tekan flok
proses pengendapan itu akan berhenti pada saat itu, lumpur sudah
mencapai tinggi akhirnya.
(Mc Cabe, Warren L. 1990)
Zona pengendapan
Kompresi
cp cu Konsentrasi C
Gambar 2.3 Hubungan konsentrasi dengan tinggi puncak zat cair
13
Zona bening
Zona encer
Zona pekat
b. Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan
massa benda dan sebanding dengan percepatan pada benda .
F = m. a......(2.9.2)
d. Hukum Archimedes
Suatu benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang
besarnya sama dengan berat fluida yang dapat dipindahkan oleh benda
tersebut.
e. Hukum Stokes
Suatu benda dengan jarijari r dijatuhkan dalam suatu fluida yang
mempunyai kekentalan maka gaya yang berkerja pada benda tersebut
adalah beratnya sendiri.
Partikel di dalam suatu fluida tertentu mengendap di bawah pengaruh
gaya gravitasi pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkat laju dari
suatu pendapan tertentu, maka gaya gravitasi yang berkerja pada suatu
partikel itu dapat digantikan dengan gaya sentrifugal yang lebih kuat.
Gaya sentrifugal juga bermanfaat untuk pemisahan secara
pengendapan dan penyaringan. Kedua cara tersebut bila menggunakan
gaya sentrifugal sebagai gaya pendorong disebut sentrifugal dan
peralatannya disebut sentrifugasi.
Dalam hal ini penjernihan dilakukan untuk dapat memisahkan
suspensi yang mengandung bahan padat yang lebih berat dengan
kecepatan pengendapan yang lebih baik atau bahan padat yang lebih
ringan dengan kecepatan pengapungan yang baik.
Dalam proses ini, kecepatan pemisahan oleh gaya berat adalah tinggi
jika terdapat perbedaan yang besar antara kerapatan cairan dan kerapatan
bahan padat. Selanjutnya kecepatan pemisahan akan dapat dipengaruhi
oleh perbandingan luas permukaan terhadap massa oleh bentuk padatan
dan volume viskositas cairan tersebut. (Brown G.G weilley and sons.Unit
Operation.1991)
Zi ZL
VL = ..........................................................................(2.9.6)
L
CL = Co Zo ..................................................................(2.9.7)
ZL + V L x L
Z0
Zu
tinggi patah
0 tu
0
WAKTU
bergantung pada kedalaman zat cair, kapasitas yang lebih tinggi persatuan
luas lantai biasa didapatkan dengan menggunakan pengendap bertalam
banyak, yang terdiri dari beberapa zona pengendapan yang dangkal, satu
diatas yang lain, dalam tangki berbentuk silinder. Lumpur yang
mengendap didorong kebawah dari satu talam ke talam yang berikut
dengan bantuan penggaruk atau pengerik. Pada alat ini kita dapat pula
melakukan pencurian anjakan lawan arah. Alat ini biasanya lebih kecil
diameternya daripada pengendap bertahap tunggal.
partikel secara radial kearah diding dan partikel yang sampai kedinding itu
meluncur kebawah kedalam kerucut sehingga dapat dikumpulkan.
Gas keluar
Debu keluar
Gambar. 2.6 Siklon
stasioner kedalam leher mangkok. Dua lapisan zat cair akan terbentuk
seperti pada decanter sentrifugal tabung masing-masingnya mengalir
melalui tanggul yang dapat diatur tanggulnya tingginya kecorot pembuang
yang terpisah. Didalam mangkuk itu dan berputar berasama itu ada
beberapa piring yang tersususn dengan jarak pisah kecil, yang
sebetulnya terdiri dari kerucut-kerucut lembaran logam yang tersususn
satu diatas yang lain. Pada setiap piring terdapat lubang berpasangan kira-
kira pada jarak ditengah tengah antara poros dan dinding mangkuk.
Lubang-lubang itu membentuk saluran tempat zat cair itu lewat. Dalam
operasinya, zat cair umpan masuk kedalam mangkuk dari bawah, lalu
mengalir keatas melaui saluran itu melewati piring-piring. Zat cair berat
akan terlempar keluar dan mendorong zat cair ringan keararh tengah
mangkuk. Dalam perjalanannya keluar, zat cair itu akan menumbuk bagian
bawah piring dan akan mengalir dibawah kepinggir mangkuk tanpa
terpaksa bertumbukan lagi dengan zat cair ringan, demikian pula mengalir
kedalam dan keatas melaui permukaan atas piring. Oleh karena jarak
antara piring-piring itu sangat rapat, jarak yang ditempuh oleh setiap
tetesan zat cair untuk keluar dari fase yang satu lagi pendek saja, jauh
lebih pendek dari decanter sentrifugal tabung dimana lapisan zat cairnya
tebal. Disamping itu, didalam mesin piring terdapat geser yang agak besar
pada antar muka zat cair dan zat cair pada waktu satu fase mengalir
berlawanan arah dengan fase yang satu lagi. Geser ini sangat membantu
dalam memecah emulsi. Dekanter sentrifugal piring sangat bermanfaat
dalam, hal yang menjadi tujuan bukanlah pemisahan penuh tetapi hanyalah
pemekatan konsentrasi didalam satu fase fluida, seperti dalam pemisahan
lemak dari susu.
Jika zat cair yang diumpankan kedekanter sentrifugal piring atau
tabung itu mengandung kotoran atau partikel zat padat berat, zat padat itu
akan mengumpul didalam mangkuk dan harus dibersihkan dengan
menghentikan mesin, mengeluarkan dan membongkar mangkuk dan
mengikis zat padat yang menumpuk. Cara ini akan menjadi tidak
23
ekonomis apabila kandungan zat padat didalam umpan lebih dari beberapa
persen saja.
Dekanter sentrifugal piring atau tabung sangat menguntungkan
untuk memisahkan larutan zat padat dari minyak pelumas, zat cair proses,
tinta dan minuman yang harus bersih sempurna. Alat ini dapat
mengeluarkan zat cair berlendir atau seperti gelatin yang mungkin akan
menyumbat filter dengan segera.
(Mc. Cabe and Smith.1991)
24
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Bahan
a. Pasir
b. Air
3.2 Alat
1
2
Keterangan gambar:
1. Buffle
2. Limnimeter
3. Pompa
4. Flowmeter
Air + Pasar
Air di pompakan
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Dari perhitungan mencsri nilsi kecepatan jatuhnya benda pada buffle panjang di
peroleh:
V = 2344,8 cm/s2
Re = 0,0043
Tabel 4.1 hasil perhitungan laju alir (Q) pada Buffle panjang
4.2 Pembahasan
Dari data diatas dapat dilihat, semakin besar laju alir pada buffle seharusnya
semakin rendah. Namun, data di atas menunjukkan bahwa laju alir fluida (Q)
tidak beraturan yaitu 4016,11; 5785,20; dan 3789,43. Hal ini terjadi karena
kemungkinan adanya kesalahan pada saat pengambilan data atau akibat alat
yang kurang memadai.
28
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran