Dokumen - Tips - Laporan Resmi Suspensi Sulfur
Dokumen - Tips - Laporan Resmi Suspensi Sulfur
SUSPENSI
KELAS : B
KELOMPOK : III
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2011
I. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi bahan
dalam sedian suspensi.
2. Mengamati pengaruh bahan pembasah dan pensuspensi terhadap
karakteristik fisik suspensi.
Pembasahan
Kesulitan yang banyak ditemui yang merupakan faktor yang amat
penting dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh
medium pendispersi. Ada zat padat yang mudah dibasahi dengan cairan dan
ada pula yang tidak.dalam batasan suspensi air, zat padat dikatakan
hidrofilik(liofilik atau suka pelarut, kadang-kadang disebut liotropik).atau
hidrofobik (liofobik). Zat-zat hidrofilik dibasahi dengan mudah oleh air
atau cairan-cairan polar lainnya; zat hidrofilik ini bisa meningkatkan
viskositas suspensi-suspensi air dengan besar.
Zat-zat hidrofobik menolak air, tetapi biasanya dapat dibasahi
dengna cairan-cairan non polar; zat hidrofobik ini biasanya tidak mengubah
viskositas dispersi. Zat padat hidrofilik biasanya dapat digabung menjadi
suspensi tanpa menggunakan zat pembasah, tetapi bahan-bahan hidrofobik
sangat sukar untuk mendispersi dan seringkali mengambang pada
permukaan cairan karena pembasahan yang buruk dari partikel-partikel,
atau adanya kantung-kantung udara yang sangat kecil.
Laju sedimentasi dan agregasi merupakan sifat dari sistem-sistem
suspensi yang di atur oleh atur oleh ukuran partikel , interaksi partikel ,
kerapatan partikel dan medium , dan viskositas dari fase kontinue. Masalah
lain dalam suspensi yaitu caking, didefinisikan sebagai pembentukkan
sedimen yang tidak dapat didispersikan kembali dalam suatu sistem
suspensi. Sebab utama caking adalah pembentukkan jembatan kristal dan
agregat tertutup (koagula).caking melalui pembentukan jembatan kristal
dapat di perkecil dengan menggunakan tipe suspensi agregat jaringan
terbuka ( flokula ), pada saat partikel-partikel tidak mengendap sampai
jarak tertentu karena kakunya agregat.
Pertimbangan Rheologis
Rheologi adalah ilmu tentang sifat aliran dari bahan atau sistem
bahan. Sedangkan Viskositas adalah suatu besaran yang tergantung dari
perbandingan tegangan geser kecepatan, difarmasi dinyatakan sebagai
kekentalan struktur atau tubuh.
Ada 2 jenis sifat aliran, yaitu :
1. Sifat aliran Newton (kekentalan ideal) :
Viskositas ini mempunyai suatu koefisien konstan, yang tidak
tergantung dalam jumlah absolut tegangan geser yang terdapat atau
dari turunnya geseran yang berkuasa.
2. Sifat aliran Non Newton (kekentalan struktur) :
Viskositas ini mempunyai suatu ketergantungan yang lebih
atau kurang tampak.
Sedangkan menurut jenis alirannya, dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu :
1. Pseudoplastis :
Jenis aliran ini bekerja pada gaya geser yang lebih tinggi,
dimana aliran mula-mula terhambat lalu beralih menjadi sikapaliran
ideal atau hampir ideal viskositas turun dengan menaikkan
kebutuhan geser, sistem tersebut menjadi lebih cair.
2. Plastis :
Dinyatakan sebagai eksistensi suatu batas aliran yang
mmpunyai sistem yang elastis.
3. Tiksotropik :
Diartikan sebagai isoterm, sehingga menyebabkan penurunan
viskositas bolak-balik.
4. Dilatan :
Mekanisme alirannya selama dalam keadaan diam, partikel-
partikel bahan padat dikelilingi oleh suatu selubung solvat melalui
kerja gesekan terjadi suatu pengurangan atau kehilangan selubung
cairan yang meluncur, sehingga partikel lebih padat dan diikuti
kenaikkan viskositas.
Karakteristik rheologis dari suatu suspensi farmasi dapat merupakan
faktor penentu yang penting dalam mengoptimisasi stabilitas fisika sistem
suspensi tersebut. Khusus yang paling diinginkan adalah suspensi yang
mempunyai thiksotropi yang mudah dikembangkan. Suspensi seperti itu
bila diformulasikan dengan tepat dapat mencegah sedimentasi, agregasi dan
caking yang berdasarkan suatu yield value viskositas tinggi pada keadaan
istirahat, sedangkan pengocokkan kuat mengurangi viskositas agar dapat
dituang, sehingga produk tersebut dapat diberikan.
Selain teknik yang meliputi faktor sedimentasi dan kemampuan
mendispersi kembali,metode rheologis dapat juga digunakan untuk
menentukan sifat pengendapan dan susunan pembawa serta gambaran
struktural partikel untuk tujuan perbandingan.metode rheologis praktis
meliputi penggunaan viskometer Brookfield yang di pasang pada landasan
berdiri.
Pembantu Formulasi
Pembantu (adjuvan) suspensi harus dipertimbangkan. Zat-zat ini
termasuk pengawet, pemberi warna, parfum dan pemberi rasa; zat-zat
tersebut dalam bentuk bahan bisa mempengaruhi karakteristik suspensi.
Umumnya zat warna digunakan dalam jumlah kecil dan biasanya dapat
tercampurkan; demikian pula halnya dengan pewarna dan pengharum
B. Zat Tambahan
1. Bahan Pembasah
Propilen glikol ( FI IV hal.712, Excipient hal.624 )
Nama lain : Propylenglykolum, 1-2 propanadiol
Rumus Kimia : CH3CH(OH)CH2OH
Rumus Molekul : C3H8O2
Bobot Molekul : 76,09
Rumus bangun :
Penimbangan :
Sulfur Precipitatum : 26,4 g
PGA : 80 g
Na. Benzoat : 400 mg
Propilen glikol :0g
Ol.Rosae : 5 tetes
Aquadest : 173,2 ml
B. Formula II :
Perhitungan :
Sulfur Precipitatum : 6,6% x 400ml = 26,4 g
Propilen glikol : 1,5% x 400ml = 6 g
PGA : 20% x 400ml = 80 g
Air Untuk PGA : 1,5 x 80 g = 120 ml
Na.Benzoat : 0,1% x 400ml = 400 mg
Ol.Rosae : 0,0625% x 400ml = 0,25g ~ 0,25ml
1ml ~ 20 tetes
0,25 ml ~ ?
0,25 ml x 20 tetes = 5 tetes
1ml
Aquadest : 400ml ( 26,4+6+80+0,4)g 120ml = 167.2
ml
Penimbangan :
Sulfur Precipitatum : 26,4 g
PGA : 80 g
Air Untuk PGA : 120 ml
Na. Benzoat : 400 mg
Ol.Rosae : 5 tetes
Propilen glikol :6g
Aquadest : 167,2 ml
C. Formula III :
Sulfur Precipitatum : 6,6% x 400ml = 26,4 g
Propilen glikol : 3% x 400ml = 12 g
PGA : 20% x 400ml = 80 g
Air untuk PGA : 1,5 x 80 g = 120 ml
Na.Benzoat : 0,1% x 400ml = 400 mg
Ol.Rosae : 0,0625% x 400ml = 0,25g ~ 0,25ml
1ml ~ 20 tetes
0,25 ml ~ ?
0,25 ml x 20 tetes = 5 tetes
1ml
Aquadest : 400ml( 26,4+12+80+0,4)g 120ml = 161,2
ml
Penimbangan :
Sulfur Precipitatum : 26,4 g
PGA : 80 g
Air untuk PGA : 120 ml
Na. Benzoat : 400 mg
Ol.Rosae : 5 tetes
Propilen glikol : 12 g
Aquadest : 161,2 ml
F = skala x Kv
No. RPM Skala Faktor (CPS)=skala x
Spindel faktor
1 6 29 10 290 19.537,3
1 12 49 5 245 33.011,3
1 30 79 2 158 53.222,3
1 60 90 1 90 60.633
1 30 80 2 160 53.896
1 12 50 5 250 33.685
F
Formula Formula II :
F = skala x Kv
No. RPM Skala Faktor (CPS)=skala x
Spindel faktor
1 3 42 20 840 28.293,4
1 6 47 10 470 31.663,9
1 12 60 5 300 40.422
1 30 80 2 160 53.896
1 12 56 5 280 37.727,2
1 6 49 10 490 33.011,3
Formula III :
F = skala x Kv
No. RPM Skala Faktor (CPS)=skala x
Spindel faktor
1 3 47 20 940 31.663,9
1 6 55 10 550 37.053,5
1 12 60 5 300 40.422
1 30 84 2 168 56.590,8
1 12 64 5 320 43.116,8
1 6 60 10 600 40.422
2. Uji Sedimentasi :
Masukkan 25 ml sediaan suspensi ke dalam tabung sedimentasi
Amati selama 3 hari
Hitung derajat sedimentasi (F)
F = Vu
Vo
Keterangan : 1. vo : Volume sedimentasi mula-mula.
2. vu : Voume sedimentasi akhir
Vo 25 25 25
Vo 25 25 25 BAH
ASAN
30 menit Vu 23,5 24,5 24
Vo 25 25 25
:
45 menit Vu 23,5 24,5 24
Vo 25 25 25
Vo 25 25 25
Vo 25 25 25
Vo 25 25 25
X. KEMASAN
Terlampir
B. Saran :
Jika menggunakan zat aktif hidrofob, pastikan zat aktif terbasahi
dengan sempurna untuk mendapatkan hasil maksimal.