0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan50 halaman
Fungi berbeda dengan tumbuhan karena fungi tidak dapat melakukan fotosintesis dan menggunakan sumber karbon organik. Fungi dapat tumbuh pada berbagai suhu dan pH serta dapat hidup pada tekanan osmotik tinggi. Secara morfologi, fungi terdiri atas khamir, kapang dan jamur. Fungi dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual dengan cara pembelahan sel, pertunasan, dan pembuatan spora.
Fungi berbeda dengan tumbuhan karena fungi tidak dapat melakukan fotosintesis dan menggunakan sumber karbon organik. Fungi dapat tumbuh pada berbagai suhu dan pH serta dapat hidup pada tekanan osmotik tinggi. Secara morfologi, fungi terdiri atas khamir, kapang dan jamur. Fungi dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual dengan cara pembelahan sel, pertunasan, dan pembuatan spora.
Fungi berbeda dengan tumbuhan karena fungi tidak dapat melakukan fotosintesis dan menggunakan sumber karbon organik. Fungi dapat tumbuh pada berbagai suhu dan pH serta dapat hidup pada tekanan osmotik tinggi. Secara morfologi, fungi terdiri atas khamir, kapang dan jamur. Fungi dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual dengan cara pembelahan sel, pertunasan, dan pembuatan spora.
Fungi berbeda dengan tumbuhan, karena: plants obtain energy from the sun, fungi do not plants utilise CO2 as a carbon source, fungi do not. Fungi merupakan organisme kemoheterotrof Bila sumber nutrisi tersebut diperoleh dari bahan organik mati disebut SAPROB Parasit: memperoleh senyawa organik dari organisme hidup. Berdasarkan data molekuler fungi lebih dekat kekerabatannya dengan hewan Bukti : Dinding sel tumbuhan dan alga tersusun atas selulosa, sedangkan dinding sel Fungi tersusun atas kitin. Kitin merupakan polisakarida (polimer dari subunit is N-acetylglucosamine) keras dan fleksibel yang juga ditemukan pada eksoskeleton insekta. FISIOLOGI FUNGI Fungi tumbuh baik pada: Suhu: 22-300 C pH: 5 Dapat hidup pada tekanan osmotik yang tinggi Berdasarkan kebutuhan O2: Khamir bersifat fakultatif; kapang merupakan aerob sejati MORFOLOGI FUNGI Terms: Fungus (singular), Fungi (plural) Secara Morfologi, kategori Fungi: Khamir (yeast): fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen, berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih besar dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm. Cara mengidentifikasi khamir serupa dengan identifikasi bakteri: tes biokimia, morfologi makroskopik dan mikroskopik. Kapang (mold): tubuh kapang (thallus) dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Miselium: kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Spora: alat reproduksi pada Fungi. Spora fungi dibentuk dari aerial hyphae dan dapat berupa spora seksual maupun aseksual. Mushrooms (Cendawan) In some fungi the aerial spore-bearing hyphae are developed into large complex structures called fruiting bodies. The most familiar example of a fruiting body is the mushroom. Many people think that the mushroom itself is the whole fungus but it only represents a part of it; most is buried away out of sight below the surface of the soil or rotting material, a network of nearly invisible hyphae. Hifa Hifa terbagi menjadi: Hifa vegetatif: hifa yang berfungsi mendapatkan nutrisi Hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hyphae): hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi Morfologi Hifa Aseptat (coenocytic hyphae): hifa yang tidak memiliki dinding sekat (septa) Septat hifa: memiliki sekat, dengan sel-sel uninukleat. Septa membagi hifa menjadi ruang-ruang yang berisi satu inti. Ada juga septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari satu inti (multinukleat) Dimorphic Fungus Beberapa fungi memiliki sifat dimorfisme: yaitu memiliki fase bersel satu dan berfilamen. Misal: fungi patogen pada manusia pada suhu 370 C merupakan fase uniseluler, ketika pada suhu 24- 280 C fase berfilamen. Contoh: Candida albicans Sebaliknya, fungi yang bersimbiosis dengan tumbuhan memiliki fase miselium ketika di dalam tumbuhan, fase uniseluler saat di lingkungan. REPRODUKSI FUNGI Seksual: peleburan inti dari kedua induknya Aseksual: pembelahan, pembentukan tunas, atau spora Pembelahan: sel akan membelah diri membentuk dua sel yang sama besar Pertunasan (budding) Spora fungi dibentuk dari aerial hyphae dan dapat berupa spora seksual maupun aseksual Blastospore Macam-macam Spora Aseksual Konidiospora: berupa spora satu sel ataupun multisel, nonmotil, tidak terdapat dalam kantung, dan dibentuk diujung hifa. Sporangiospora: spora bersel satu, terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium pada ujung hifa. Aplanospora: sporangiospora nonmotil Zoospora: sporangiospora motil, memiliki flagel Arthrospora: spora bersel satu yang terbentuk melalui terputusnya sel-sel hifa Klamidospora: spora bersel satu yang berdinding tebal dan sangat resisten terhadap kondisi lingkungan yang buruk Blastospora: spora aseksual yang muncul dari pertunasan pada sel khamir Spora Seksual Spora seksual dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Proses pembentukan spora melalui tiga tahap, yaitu: Plasmogami: inti sel haploid dari donor mempenetrasi sitoplasma sel resipien Karyogami: inti (+) dan inti (-) berfusi menghasilkan inti zigot diploid Meiosis: inti diploid membelah menghasilkan banyak inti haploid Macam-macam Spora Seksual Askospora: spora bersel satu yang terbentuk di dalam kantung (askus). Biasanya terdapat 8 askospora dalam satu kantung. Basidiospora: spora bersel satu yang terbentuk di atas sel gada (basidium) Zigospora: spora besar berdinding tebal, terbentuk bila ujung dua hifa (gametangia) melebur. KLASIFIKASI FUNGI KLASIFIKASI FUNGI Kingdom Fungior Eumycota(true fungi) based on sexual reproduction (Deacon et al. 2006): Phylum Chytridiomycota(produce zoospores) Phylum Zygomycota(produce zygospoes) Phylum Ascomycota(produce ascospores) Phylum Basidiomycota(produce basidiospores) PhylumGlomeromycota(no sexual spores) 1. Chytridiomycota Simple fungi Menghasilkan spora yang motil (memiliki flagela): zoospores Habitat di perairan (aquatic fungi), di tanah (saprob), dan halofil (muara), parasit (pada alga dan tumbuhan), anaerob pada rumen sapi atau kambing. 2. Zygomycota Members of the Zygomycota are characterised by the formation of a dormant form,the zygospore, which is resistant to unfavourable environmental conditions. Hyphae are coenocytic, with numerous haploid nuclei, but few dividing walls or septa. Familiar examples of this group are Mucor and the black bread mould Rhizopus. Reproduksi Zygomycota Hifa akan menyebar dengan cepat di atas permukaan substrat (roti, buah dll). Hifa akan berpenetrasi ke dalam substrat, mengabsorbsi nutrien, contoh: gula. Hifa bagian atas (hifa udara) akan terus berkembang, di bagian ujung membentuk sporangium, (berisi sporangiospora) Spora tersebut akan dilepaskan ketika dinding sel sporangium pecah. dalam kondisi menguntungkan
Setiap spora akan bergerminasi dan menginisiasi
pembentukan miselium baru. Reproduksi seksual terjadi ketika kondisi lingkungan tidak menguntungkan. Spesies Rhizopus umumnya heterothallic, yaitu memiliki 2 mating type strain yang berbeda, dikenal sebagai + dan . Ketika kedua hifa dari mating type tersebut terjadi kontak, bagian kedua ujung mating type tersebut akan menggembung membentuk struktur yang disebut gametangium. Gametangium akan melebeur membentuk sel multinukleat tunggal. Bagian tersebut dibungkus dengan pelindung tebal di sekeliling sel dan membentuk zigospora. Zigospora dapat bertahan pada kondisi ekstrim, dan dapat bersifat dorman selama beberapa bulan. Ketika kondisi lingkungan sudah menguntungkan kembali, nukleus akan melebur membentuk zigot yang diploid. Kemudian akan mengalami pembelahan meiosis, dan membentuk sporangiofora diakhiri dengan membentuk sporangium. Pembentukan spora haploid dan dispersal spora akan muncul kembali seperti siklus aseksual. 3. Ascomycota The Ascomycota are characterised by the production of haploid ascospores through the meiosis of a diploid nucleus in a small sac called an ascus called the sac fungi or cap fungi. The Female gametangium is called an ASCOGONUIM The Male Gametangium is called an ANTHERIDIUM. Ketika Ascogonium dan Antheridium saling mendekat, maka akan terbetuk tabung (tube) dan nukleus dari Antheridium akan masuk ke dalam Ascogonium. Fungi induk tersebut selanjutnya membentuk struktur seperti mangkuk yang disebut ASCOCARP. Di dalam Ascocarp, terbentuk suatu kantung yang disebut ASCUS pada ujung hifa. Di dalam askus akan terbentuk ASCOSPORES. Asexual reproduction: produces of airborne spores called conidia. Konidia keluar dari ujung hifa terspesialisasi yang disebut konidiofora. Asexual reproduction by conidia formation is a means of rapid propagation for the fungus in favourable conditions. The characteristic green, pink or brown colour of many moulds is due to the pigmentation of the conidia, which are produced in huge numbers and dispersed by air currents. The conidia germinate to form another mycelium (haploid). In the case of the unicellular yeasts, asexual reproduction occurs as the result of budding, a pinching off of a protuberance from the cell, which eventually grows to full size 4. Basidiomycota The group derives its common name of the club fungi from the way that the spore-bearing hyphae involved in reproduction are swollen at the tips, resembling clubs (the basidia) Club fungi seldom reproduce asexually. Club fungi reproduce sexually by forming spores in a structure called a basidium (basidia) which can be found lining gills inside the basidiocarp (the mushroom cap). Different forms of basidia Reproduksi seksual melibatkan fusi dari hifa haploid. Pada kepala cendawan terdapat gills, made up of compacted hyphae with numerous basidia arranged at right angles. As each basidium matures, its two nuclei finally fuse, and then undergo meiosis to produce four haploid basidiospores. They are discharged from the end of the basidia and then fall by gravity from the gills. Air currents then carry them away for dispersal. Upon finding a suitable substratum, the spores germinate into a haploid mycelium just below the surface of the soil, thus completing the life cycle. This dicaryotic secondary mycelium continues to grow, overwhelming any remaining haploid hyphae from the parent fungi. When the secondary mycelium has been developing for some time, it forms a dense compact ball or button, which pushes up just above the surface and expands into a basidiocarp; this is the mushroom itself. Stalk formation and upward growth is extremely rapid; a stalk or stipe of 10 cm can be formed in only about 69 hours. The growth is initially towards light (positive phototropism) and then upward (negative geotropism). 5. Glomeromycota This new phylum has relatively few members (fewer than 200 species have been described) but it is of enormous importance in the biosphere. There is a single class, the Glomeromycetes.
These soil-inhabiting fungi were placed in the Zygomycota
until very recently, since they do not reproduce sexually. Nevertheless, they are extremely important, because their hyphae enter the living root cells of perhaps 90% of all higher plants and establish with them obligate mutualistic symbioses called arbuscular mycorrhizae (AM) or endomycorrhizae. PERAN FUNGI Manfaat Fungi are of great importance economically and socially, and may have beneficial or detrimental effects. Many fungi, particularly yeasts, are involved in industrial fermentation processes. These include, for example, the production of bread and alcohol, while other fungi are essential to the cheese-making process. Many antibiotics, including penicillin, derive from fungi, as does the immunosuppressive drug cyclosporin. Along with bacteria, fungi are responsible for the decomposition and reprocessing of vast amounts of complex organic matter; some of this is recycled to the atmosphere as CO2, while much is rendered into a form that can be utilised by other organisms Kerugian The other side of this coin is seen in the activity of fungi that degrade and destroy materials of economic importance such as wood, paper and leather, employing essentially the same biochemical processes. Additionally, some fungi may cause disease; huge damage is caused to crops and other commercially valuable plants, while a number of human diseases, particularly of the skin and scalp, are also caused by fungi. Toksin yang dihasilkan Fungi = Mikotoksin Sitotoksin Phalloidin dan Amanitin dihasilkan oleh Amanita phalloides menyebabkan gejala keracunan makanan 8-24 jam. Toksin yang dihasilkan menghambat transkripsi DNA dengan cara mengganggu enzim RNA polimerase. Gejala awal meliputi muntah dan diare, hingga kematian beberapa hari setelah mengonsumsi 5- 10 mg toksin. Aflatoksin Toksin karsinogenik yang dihasilkan Aspergillus flavus yang tumbuh pada padi-padian. Aflatoksin terikat pada DNA dan mencegah transkripsi informasi genetik. Ergotisme Disebabkan oleh Claviceps purpurea, yang ditemukan pada kelompok padi-padian khusus nya gandum. Gandum tersebut mengandung senyawa alkaloid toksik yang disebut ergot. Toksin ini menghambat transmisi saraf dan menyebabkan degenerasi pembuluh darah kapiler. Gejala meliputi: muntah, diare, haus, halusinasi, kejang-kejang. ANTIFUNGI Obat Antifungi
Golongan Polyene: amfoterisin B
Golongan Azol: imidazol (klotrimazol, mikonazol, ketokonazol) & triazol (flukonazol, itrakonazol) Griseofulvin Tolnaftat Asam undesilinat Flucytocine Golongan Polyene: Amfoterisin B
Amfoterisin B diproduksi oleh Streptomyces
Bekerja dengan mengikar sterol pada membran plasma fungi, sehingga membran plasma menjadi sangat permeabel dan sel menjadi mati
Golongan Azol
Berhubungan dengan sintesis sterol
Griseofulvin
Diproduksi oleh Penicillium
Mengikat keratin pada kulit, folikel rambut, dan kuku dengan cara menghambat penggabungan mikrotubul pada mitosis sehingga menghambat reproduksi fungi