Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL SKRIPSI

IDENTIFIKASI LOKASI TANAM DAN PERLAKUAN TERHADAP


PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Alium cepa) SEBAGAI
KAJIAN PADA MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN

Oleh :

Nama : Ramlin
NIM : 151 085 024
Kelas : VII A
Jurusan : IPA Biologi

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2011
PROPOSAL SKRIPSI

KAJIAN EKOLOGI TUMBUHAN


TERHADAP PRODUKSI BAWANG MERAH (ALIUM CEPA)
DENGAN VARIASI LOKASI TANAM DAN PERLAKUAN SERTA
KONSTRIBUSINYA PADA JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM

Oleh :

Nama : Ramlin
NIM : 151 085 024
Kelas : VII A
Jurusan : IPA Biologi

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2011
BABI

PENDAHULUAN

A. Konteks penelitian

Indonesia merupakan salah satu Negara dunia yang memilki tingkat kesuburan

tanah cukup tinggi sehingga berbagai tanaman dapat tumbuh dan berkembang di

negeri tercinta ini. Dalam upaya meningkatkan produksi tanaman Ekologi merupakan

ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dengan lingkungannya atau

ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup.1 Ada juga

yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari

hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia dengan lingkungannya dimana

mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa mereka ada disitu.

Ekologi yang akan disinggung dalam penelitian ini adalah ekologi tumbuhan,

yaitu hubungan timbal balik antara tumbuhan dengan lingkungannya. Dalam hal ini

tananaman bawang menjadi objek dalam kajiannya.

Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang sudah dikenal cukup

lama oleh masyarakat dunia. Beberapa ribu tahun lalu, bawang merah sudah dikenal

dan digunakan orang, terutama untuk obat. Tanaman ini diduga berasal dari daerah

Asia Tengah, yaitu di sekitar India, Pakistan samapai Palestina.2 Tidak ada catatan

resmi sejak kapan tanaman bawang merah mulai dikenal dan digunakan. Namun

diduga sudah dikenal sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu. Mesir Kuno yang sejak

1
Zoeraini Djamal Irawan, prinsip-prinsip ekologi(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010), h. 6.
2
Wibowo Singgih, Budi Daya Bawang(Jakarta: Penebar Swadaya, 2005), h.85.
zaman beheula sudah mengenal bawang putih, ternyata juga mempunyai catatan

sejarah paling kuno tentang bawang merah.

Tanaman bawang merah ini merupakan tanaman yang memiliki tingkat

permintaan dan nilai jual cukup tinggi di era modern ini sehingga tanaman ini

menjadi salah satu tanaman yang sangat diperhatikan. Tanaman yang memiliki nama

latin Alium cepa ini sangat dicari karena mengingat fungsinya yang sangat penting

terutama dalam penggunaan sebagai bumbu dapur atau bumbu masakan karena

mengandung berbagai zat yang membuat baunya beraroma khas seperti kandungan

minyak asiri, sikloaliin, metilaliin, kuersetin, dan zat-zat lainnya. Tidak hanya sebagai

bumbu masak atau bumbu dapur, Alium cepa ini juga bisa dimanfaatkan sebagai salah

satu tanaman obat untuk gangguan kesehatan tertentu seperti : tekanan darah tinggi,

sembelit, luka, bisul pada kulit, jamuran pada vagina, penurun panas, dan masuk

angin.

Mengingat fungsinya yang cukup penting tersebut, tidak sedikit petani yang

berusaha menanamnya untuk menghasilkan bawang merah yang berkualitas tinggi.

Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang

bagaimana tanaman bawang dapat merespon atau beradaptasi dengan lingkungannya

dengan mengkajinya melalui pembahasan dalam ekologi tumbuhan.

Dengan hasil penelitian ini,paling tidak peneliti berharap bisa diaplikasikan oleh

peneliti sendiri dalam bentuk penyuluhan mulai dari lingkup keluarga sampai ke

lingkup yang lebih luas, yang meliputi : lingkungan yang cocok untuk bertani bawang

merah sehingga hasilnya memuaskan.


Kajian ekologi tumbuhan yang dimasudkan dalam penelitian ini adalah dibatasi

pada bagaimana bertani bawang merah (Alium cepa) yang dilakukan oleh para petani.

Untuk lebih jelasnya mengenai latar belakang peneliti dalam penelitian ini, ada

beberapa hal yang menjadi alasan peneliti dalam melakukan penelitian ini, baik

terkait objek penelitiannya mapun pemilihan lokasinya, yaitu :

1. Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang memiliki permintaan

tinggi di pasaran sehingga sangat patut untuk diperhatikan dalam

pembudidayaannya.

2. Peneliti sendiri ingin mengetahui lebih banyak mengenai lingkungan yang

kondusif untuk pembudidayaan bawang merah sehingga peneliti memilih

model penelitian ini dengan cara melakukan observasi terhadap beberapa

lokasi yang sejauh peneliti ketahui bahwa lokasi tersebut biasa dijadikan

sebagai lokasi untuk berbudidaya tanaman bawang merah.

3. Penelitian ini dilakukan di Bima (Kab. Bima ) karena peneliti merupakan

hamba Allah Swt yang terlahir dan dititipkan di tanah tersebut, dimana daerah

ini dikenal sebagai daerah yang bersuhu sedikit panas dibanding wilayah

NTB lainnya sehingga dengan keadaan yang demikian sangat cocok untuk

bercocok tanam bawang merah. Karena salah satu persyaratan tanaman

bawang merah dapat dihasilkan hasil yang maksimal adalah suhu yang panas

yaitu 25-32oC.3

B. Fokus penelitian

3
Sunaryono Hendro dan prasodjo Soedomo. Agribisnis Bawang Merah (Bandung : Sinar Baru Algesindo,
2010), h. 20.
Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus dalam kajiannya adalah bagaimana

lokasi tanam dan perlakuan yang tepat untuk memproduksi bawang merah yang

berkualitas.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi tanam dan perlakuan

yang tepat dalam memproduksi bawang merah yang berkualitas.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Adapun manfaat teorits yang bisa didapatkan dalam penelitian ini

adalah sebagai penambah khasanah atau pengetahuan, baik bagi peneliti

sendiri maupun bagi orang banyak khususnya dalam memahami mengenai

pembudidayaan bawang merah.

2. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang bisa didapatkan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai pengetahuan atau panduan dalam membudidayakan

bawang merah dan sebagai bahan belajar dan referensi ilmu terkait.

E. Ruang lingkup dan setting penelitian

1. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini khususnya di Daerah pulau Sumbawa

yaitu di Kabupaten Bima dengan penelitian terhadap lokasi tanam dan

perlakuan dalam memproduksi bawang merah (Alium cepa ) yang berkualitas.

2. Setting Penelitian
Tempat atau lokasi penelitian ini bertempat di beberapa lokasi di

Kabupaten Bima, yaitu di Kec. Lambu , Kec. Langgudu, dan Kec. Belo.

Catatan : (lokasi penelitian bisa berubah apabila lokasi yang terrencana

tidak memungkinkan untuk mengadakan penelitian, namun

penelitian ini tetap akan dilaksanakan di Bima).

F. Kerangka teoritik

1. Lokasi Tanam dan Perlakuan

a. Lokasi Tanam

b. Perlakuan

Perlakuan adalah suatu keadaan tertentu yang akan dikenakan pada

satuan percobaan dalam suatu pola percobaan. Perlakuan juga merupakan suatu

prosedur yang akan diukur pengaruhnya dan diperbandingkan satu dengan

yang lain.4

Berbeda dengan uraian definisi di atas, perlakuan yang dimaksud peneliti

dalam penelitian ini adalah segala tindakan atau proses yang dilakukan oleh

petani bawang dalam usaha menghasilkan bawang merah yang berkualitas,

yaitu mulai dari pemilihan benih sampai pada perlakuan pasca panen.

2. Produksi Bawang Merah

Beberapa ahli memberikan ilustrasi bahwa produksi tanaman (crop

production) merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan berbudi daya tanaman

4
Kusriningrum, Perancangan Percobaan (Surabaya: Air Langga University Press, 2010), h. 11.
dan sekaligus seni dalam mengatur dan memanfaatkan potensi alam, lingkungan

dan teknologi budi daya (crop production as an art and a science).5

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan produksi bawang merah adalah

hasil bawang merah yang dihasilkan setelah proses pembudidayaan dilakukan

oleh petani bersangkutan

Beberapa ulasan mengenai bawang merah sebagai berikut :

a. Gambaran umum mengenai bawang merah(Alium cepa)

Seperti halnya bawang putih, bawang merah dan bawang bombay juga

termasuk family lilyaceae. Herba ini diperkirakan berasal dari Asia

Tengah. Bawang-bawangan mempunyai varietas yang bermacam-macam.

Namun umumnya berbentuk bulat putih, bulat kuning, bulat merah, atau

bulat hijau. Bawang merah mengandung berbagai komponen sulfur

organic. Selain itu, bawang ini juga mempunyai enzim Allinase yang

timbul saat disayat atau dihancurkan.6 Bawang merah juga mengandung

flatonoid, asam fenol, sterols, saponin, pectin, ellagic, caffeic, sinapic,

asam p-coumaric, dan minyak vilatil. Semua senyawa ini tergolong zat

non gizi yang berfungsi untuk meningkatkan dan mempertahankan

kesehatan tubuh. Bawang merah mengandung senyawa Allyl propyl

disulphide (APDS) yang berguna untuk menurunkan aktifitas gula darah,

sehingga dapat membantu menyembuhkan diabetes mellitus dengan jalan

5
Heddy Suwasono,DKK. Pengantar Produksi Tanaman Dan Penanganan Pasca Panen (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1994), h. 1-2.
6
Ir.W.P. Winarto dan Tim Karyasari, Memanfaatkan Bumbu Dapur Untuk Mengatasi Aneka Penyakit
(Tangerang: PT. Agromedika Pustaka, 2004),h. 24.
meningkatkan metabolism hati dari glukosa atau meningkatkan ekskresi

insulin.7

b. Syarat hidup atau tuntuntan Ekologi bawang merah(Alium cepa)

Ada beberapa persyaratan atau tuntutan untuk dipeneuhi, sekurang-

kurangnya diusahakan untuk dipenuhi. Salah satunya yang penting adalah

Ekologinya. Hal ini terasa lebih menonjol karena banyak kegagalan budidaya

bawang merah yang disebabkan karena tidak cocoknya lingkungan.

Berikut adalah uraian mengenai kondisi yang cocok untuk tanaman

bawang merah:

1) Iklim

Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering

dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Daerah yang sering

berkabut kurang baik untuk bawang merah dan sering

menimbulkan bencana penyakit. Angin yang kencang juga kurang

baik. Demikian juga tempat yang terlindung dan teduh.

Lingkungan yang paling baik untuk budidaya bawang merah

adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara

panas.8 Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat

diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih

dari 12 jam.

7
Ibid.,h. 25.
8
Wibowo Singgih, Budi Daya Bawang (Jakarta : Penebar Swadaya, 2005), h. 93.
2) Suhu dan ketinggian tempat

Berbeda dengan bawng putih yang baik untuk ditanam di

dataran tinggi yang bersuhu sejuk, bawang merah justru tidak baik

pada tempat yang demikian. Sampai pada ketinggian 30 m dpl.

Pertumbuhan tanaman maupun umbinya paling baik. Pada

ketinggian 10-250 m dpl juga dapat tumbuh cukup baik, tetapi

yang terbaik adalah sampai ketinggian 30 m dpl, yang berarti pada

daerah dataran rendah.

Tanaman bawang merah(Alium cepa) sebaiknya ditanam

pada suhu yang agak panas. Pada suhu 22 0 C memang masih muda

untuk membentuk umbi, tetapi umbinya tidak sebaik jika ditanam

didataran rendah yang bersuhu panas.

3) Tanah

Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok

material, yaitu material hidup (factor biotik) berupa biota (jasad-

jasad hayati), factor abiotik berupa bahan organik, dan factor

abiotik berupa pasir, debu, dan liat.9

Bawang merah dapat ditanam disawah setelah panen padi

dan dapat juga ditanah darat seperti tegalan dan pekarangan. Tanah

yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organis atau

humus sangat baik untuk bawang merah. Tanah yang gembur dan

subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya

9
Kemas Ali Hanafiah,DKK, Biologi Tanah Ekologi Dan Makrobiologi Tanah ( Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 1.
besar-besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung

yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini

mempunyai aerasi yang bagus dan drainasenya pun baik.10

c. Ciri-ciri bawang merah(Alium cepa)

Adapun ciri-ciri brambang atau bawang merah(Alium cepa) adalah

sebagai berikut :

1) Pada umumnya tanaman menghasilkan beberapa umbi lapis

secara bergerombol dan bentuknya lebih kecil dari pada

bawang Bombay.

2) Tanaman bawang merah biasa ditanam di dataran rendah yang

beriklim agak kering dengan suhu udara agak panas hingga

panas.

3) Ukuran umbi yang menggerombol (saling menempel pada

induk ) memiliki diameter antara 3 cm-4 cm.

4) Umbi bawang merah berwarna kuning kemerahan hingga

merah tua.

5) Rasa bawang merah ini sangat merangsang, kandungan minyak

etherisnya cukup tinggi hingga menimbulkan rasa pedas pada

mata.

6) Daun membentuk bulatan memanjang dan di dalamnya

berongga membentuk pipa.11


10
Ibid., h. 94
d. Klasifikasi bawang merah (Alium cepa)

Klasifikasi adalah cara-cara pengelompokkan atau penggolongan

makhluk hidup berdasarkan cirri-ciri yang dimilikinya.12

Alam tumbuhan yang ditaksir 300.000 jenis itu dalam


klasifikasinya dibagi-bagi menjadi sejumlah divisi. Tiap divisi
seterusnya berturut-turut dibagi-bagi lagi dalam takson yang lebih
rendah, yaitu kelas, bangsa, suku, marga, dan jenis. Masing-masing
diberi nama sesuai dengan ketentuan yang dianut dalam Kode
Internasional Tata Nama Tumbuhan (KITNT), yang selain sebagai
sarana referensi sekaligus memberikan indikasi untuk kategori takson
yang mana nama-nama tersebut dimaksudkan.13

Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah atau menyederhanakan

obyek studi dengan mencari keseragaman dalam keanekaragaman.14

Adapun klasifikasi dari bawang merah secara umum(7 tingkatan

takson) adalah sebagai berikut: Regnum Plantae, Divisi

Spermatophyta, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliflorae, Family

Amaryllidaceae, Genus Alium, dan Species Alium cepa.15

Untuk lebih memahami tentang klasifikasi bawang merah, berikut

adalah susunan tujuh taksonnya:

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monokotyledoneae

0rdo : Liliflorae

11
AAK, Pedoman Bertanam Bawang(Yogyakarta: Kanisius, 2010),h. 16.
12
Tarigan, Kamus Lengkap Biologi Bergambar(Bandung: Penabur Ilmu, 2005), h. 133.
13
Tjirosoepomo Gembong, Taksonomi Tumbuhan (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press2009,), h.
1.
14
Tjitrosoepomo Gembong, Taksonomi, h. 5.
15
Sunaryono Hendro dan Soedomo Prasodjo, Agribisnis, h. 9.
Family :Amaryllidaceae

Genus : Alium

Species : Alium cepa

e. Cara Menanam Bawang Merah

1) Pemilihan benih

Bawang merah berkembang biak dengan umbi dan biji. Tetapi yang

sering ditanam adalah umbinya.

Ciri-ciri benih bawang merah yang bagus ditanam adalah :

berasal dari varietas unggul yang berumur cukup tua, yakni kira-

kira berumur 70-80 hari.

Kondisi umbi utuh, sehat, dan bulat.

Umbi tidak terlalu besar, sebaiknya berdiameter antara 1,5-2 cm,

bentuknya simetris.

Umbi telah disimpan selama 2-3 bulan.

Setiap umbi dapat menghasilkan 4-6 umbi anakan.

Umbi segar, keras dan kulitnya mengkilat.

Umbi yang akan ditanam terlebih dahulu dipotong ujungnya, lebih kurang

bagian umbi dibuang. Pemotongan dilakukan pada waktu 1-2 hari

sebelum ditanam.

2) Pengolahan tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah dan

menyikirkan tumbuh-tumbuahan pengganggu. Jika tanah tidak

dipersiapkan(dicangkul, dibajak) secara sempurna, lebih-lebih pada tanah

padat atau becek, maka daun tanaman bawang merah bisa menguning dan

akhirnya mati sebelum umbi terbentuk.

3) Penanaman

Penanaman bawang merah ditanam hingga potongan bekas

melintang pada umbi rata dengan permukaan tanah. Jarak tanam bervariasi

tergantung pada varietas dan kesuburan tanah. Jarak tanam tersebut

misalnya 15 x 20 cm, 20 x20 cm, dan 25 x 25 cm. Benih yang ditanam

ditutup tipis dengan tanah halus.

Waktu penanaman yang baik :

Pada saat akhir musim hujan (kira-kira bulan Mei/Juni) atau

menjelang akhir musim kemarau(kira-kira bulan Oktober).

Saat umbi bawang sudah mulai ada tanda-tanda akar dan daun

mulai tumbuh.

Kira-kira 27 hari sesudah petakan selesai sikerjakan.

Cara penanaman yang baik :

Bibit dibagi-bagi terlebih dahulu menjadi beberapa bagian, sesuai

dengan jumlah bagian yang ada.

Setiap bibit dipotong bagian pada bagian atas.


Benamkan 2/3 bagian bibit di dalam tanah dan 1/3 bagian di

permukaan tanah.

Jika tanah terlalu kering harus dibasahi terlebih dahulu, tetapi

jangan sampai menjadi becek.

Membuat lubang-lubang di tempat yang akan ditanami dengan

penugal yang bisa dibuat dari sebilah bambu.

Setelah umbi bawang merah selesai ditanam, harus disirami setiap

hari selama 4-5 hari berturut-turut.

4) Pemupukan

Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman bawang merah perlu

dipupuk. Pupuk kandang sangat baik diberikan sebagai pupuk dasar

karena dapat menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah.

Jumlahnya dapat mencapai 15 ton per hektar.

Selain itu, tanaman bawang merah juga perlu diberi pupuk buatan.

Untuk tiap hektar tanah diperlukan 100 kg Nitrogen (450 kg urea), 150 kg

P2 O5 (300 KG TPS) dan 100 kg K2 O (200 kg KCL). Pupuk P2O5 dan K2O

diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 2 minggu. Sedangkan

pupuk Nitrogen diberikan dua kali, yaitu setengah dosis bersamaan dengan

pemberian pupuk P2O5 dan K2O kemudian setengah dosis diberikan pada

waktu tanaman bawang berumur 4 minggu.

Cara pemberian pupuk kandang dengan disebar rata dan diaduk

dengan tanah, sedangkan pupuk buatan dimasukkan dalam larikan dekat

barisan tanaman.
5) Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan bertujuan untuk menyingkirkan tumbuh-tumbuhan

pengganggu dan mengemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dengan

hati-hati agar tidak merusak tanaman bawang merah. Penyiangan

dilakukan sedini mungkin karena tanaman bawang merah yang masih

muda sulit bersaing dengan tumbuhan penganggu. Penyiangan biasannya

dilakukan setelah tanaman bawang merah berumur 21 hari.

Bersamaan dengan penyiangan, pembumbunan juga dilakukan

dengan tujuan untuk menggermbukan tanah dan menimbun perakaran

bawang merah supaya tidak terbuka.

6) Pengairan

Setelah umbi bawang merah ditanam hingga daun pertama

tumbuh, maka tanaman bawang merah perlu disiram. Penyiraman

dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 dan pada sore hari setelah

setelah pukul 15.30 sehingga tanah tetap lembab.

7) Panen

Masa panen tergantung dari varietas yang ditanam dan tujuan

penggunaannya. Untuk tujuan konsumsi, bawang merah sebaiknya

dipanen setelah ada tanda-tanda sebagian besar daun sudah mongering dan

tampak lemas serta umbi sudah tampak dipermukaan tanah. Sedangkan

untuk keperluan benih, bawang merah sebaiknya dipanen setelah umbinya

tampak lebih tua.

8) Pengeringan
Pengeringan bawang merah adalah dengan melakukan
penjemuran dengan tujuan untuk menghilangkan air yang ada dalam umbi
bawang merah tersebut. Pengeringan yang dilakukan dengan penjemuran
ini dikenal dengan istila THOMPSON et al.
Pengeringan ada 2 macam, yaitu pengeringan tradisional(field
curing) dan pengeringan buatan (field curing). Pengeringan tradisional
dilakukan dengan menjemur umbi bawang yang telah diikat di bawah sinar
matahari pada alas anyaman bamboo. Biasanya penjemuran ini berjalan
antara 1-2 minggu bergantung keadaan cuaca pada waktu penjemuran.
Awal penjemuran umbinya di bawah dan daunnya di atas supaya daunnya
cepat layu hingga menjadi kilat dan umbinya tidak lepas dan busuk.
Selanjutnya dibalik ketika hampir kering, dan setelah umbi mencapai
kadar air antara 80-85% baru disimpan di gudang.
Sedangkan pengeringan secara buatan dapat dilakukan dengan
panas dari kompor atau energy surya seperti yang dikembangkan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI).16

9) Penyimpanan

Untuk menjaga kualitas bawang yang telah dihasilkan, langkang

bselanjutnya adalah penyimpanan. Penyimpanan yang dimaksudkan

adalah penyimpanan bawang merah pada tempat yang terlindung dari

serangan penyakit.

Pada umumnya petani menyimpan bawang merah yang telah


kering dengan jalan menggantungkan umbu-umbi tersebut di atas tungku
di dapur tempat menanak nasi, supaya mendapatkan asap udara kering.
Dengan cara ini umbi bawang dapat disimpan sampai 6 bulan tanpa
mengalami serangan penyakit busuk umbi. Tetapi menurut hasil penelitian
Laboratorium Lembaga Penelitian Holtikultura di Jogjakarta, bawang
merah itu dapat disimpan secara gantungan di dalam ruangan terbuka pada
suhu 26-29oC dengan kelembaban udara relative 70-80%
(HOLTIKULTURA,1982).17

f. Hama dan penyakit pada tanaman bawang merah

1) Hama

a) Hama ulat daun (laphyguma exigua)

16
Sunaryono Hendro dan Soedomo Prasodjo, Agribisnis, h. 36-38.
17
Ibid., h. 38
Hama ini suka menyerang tanaman sayuran bawang merah

pada bagian daunnya. Pada daun yang terserang terdapat bekas

gigitan. Hal ini sangat merugikan karena mengganggu jalannya

proses fotosintesis. Untuk menanggulangi hama ini (laphyguma

exigua) disemprotkan Insektisida Bayrusil dengan konsentrasi

formulasi 0,2 %.

b) Hama lier (thrips tabaci)

Hama ini menyerang daun seperti hama ulat daun.

Tanaman sayuran yang terserang hama ini dapat menunjukan

gejala-gejala: ujung daun kering, kemudian daunnya mongering

semua. Hama ini dapat diatasi dengan menyemprotkan Bayrusil

dengan konsentrasi formulasi 0,2%.

2) Penyakit

Penyakit-penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah

diantaranya penyakit busuk umbi dan penyakit mati pucuk.

a) Penyakit busuk umbi

Penyebab timbulnya penyakit ini adalah sebangsa cendawan,

yaitu Botrytisalli. Cendawan ini aktif sekali menyerang mulai

dari areal pertanaman sampai penyimpanan di gudang. Hama ini

menyerang tanaman bawang merah pada bagian umbinya.

Umbi-umbi yang terserang akan busuk baik itu masih ada di

areal penanaman maupun pada penyimpanan di gudang.


Pemberantasanya yaitu dengan penyemprotan menggunakan

Dithane M. 45

b) Penyakit mati pucuk

Penyakit mati pucuk disebabkan oleh Phytopltho porri.

Tanaman yang terserang oleh penyakit tersebut menunjukan

gejala-gejala: mula-mula bagian daunnya menguning kemudian

lama-lama menjadi putih dan kering.

Pemberantasannya dengan menyemprotkan BB 2% dan Dithane

M. 45 dengan konsentrasi formulasi 0,2%.

3) Gulma

Pada tanaman yang berumur 3 minggu biasanya sudah dilakukan

penyiangan. Rumput-rumput harus dibersihkan karena kalau tidak

dibersihkan akan terjadi persaingan dalam menyerap makanan. Tujuan

penyiangan ini selain membersihkan rumput-rumput juga menggemburkan

tanah. Dalam penyiangan ini sekaligus dilakukan pembumbunan, dan

pemberian pupuk.

g. Manfaat atau kegunaan bawang merah(Alium cepa)

Selain untuk keperluan masak-memasak agar makanan terasa enak dan lezat,

bawang merah (Alium cepa) juga bias difungsikan sebagai obat tradisional

yang murah, aman, tanpa efek samping; antara lain untuk mengobati : tekana

darah tinggi, sembelit, luka, bisul pada kulit, jamuran pada vagina, penurunan

panas, dan masuk angin.18

18
Suhaeni Neni, Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah (Bandung : Jembar, 2007 ), h. 42.
Adapun langkah-langkah dalam upaya pengobatan tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Tekanan darah tinggi.


Ambil satu suing bawang merah. Kupas dan cuci bersih
dengan air. Kemudian, suing yang sudah bersih dimakan utuh atau
dalam bentuk potongan. Cara memakannya bias juga dicampur
ketimun sebagai resep acar.
2) Sembelit.
Ambil satu siung bawang merah. Kupas dan cuci bersih
dengan air. Suing yang bersih dimakan utuh atau sebelumnya
diaduk dalam minyak kacang. Ulangii beberapa hari (sehari sekali)
hingga penyakitnya sembuh.
3) Luka.
Ambil satu siung bawang merah. Kupas dan cuci bersih
dengan air. Siung yang bersih dengan air. Suing bawang merah
yang sudah bersih lalu dihancurkan dengan cara digerus.
Tempelkan gerusan halus bawang merah tersebut di bagian yang
luka.
4) Bisul pada kulit.
Ambil satu suing bawang merah. Kupas dan cuci bersih
dengan air. Siung bawang merah yang sudah bersih lalu
dihancurkan dengan cara digerus. Balurkan gerusan halus bawang
merah tersebut di bagian kulit yang bisulan.
5) Jamuran pada vagina.
Ambil satu suing bawang merah. Kupas dan cuci bersih
dengan air. Suing bawang merah yang sudah bersih lalu
dihancurkan dengan cara digerus. Saring gerusannya. Dengan
bantuan kapas, bubhkan cairan bawang merah pada wilayah
yang jamuran.
6) Penurun panas.
Ambil kira-kira 20 gram bawang merah. Bersihkan kemudian
parut. Campur hasil parutan bawang merah dengan minyak kelapa,
lalu balurkan ke ubun-ubun dan sekujur tubuh sembari dilakukan
pemijatan.
7) Masuk angin.
Ambil bawang merah. Kupas dan bersihkan. Lalu, belah dann
kerokkan ke kulit badan. Cara lain : remas bawang merah
kemudian campurkan ke minyak kelapa. Gunakan campuran
tersebut untuk kerokkan. Banyak orang percaya bahwa
mengkonsumsi bawang merah mentah seperti pada acar mampu
mengatasi serangan masuk angin.19

19
Ibid., h. 43-44.
3. Ekologi Tumbuhan

Sebelum masuk ke ekologi tumbuhan, penulis akan menguraikan beberapa

pengertian atau devinisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai ekologi.

Berikut adalah beberapa pengertian mengenai ekologi :

- Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antar organisme dan

lingkungannya atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan

terhadap jasad hidup.20

- Ekologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam rumah

tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola timbale balik antara

makhluk hidup sesamanya dan dengan komponen di sekitarnya.21

- Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oikos yang berarti rumah

atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti

ilmu, telaah, studi, kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi adalah ilmu

tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal

makhluk hidup.22

- Ekologi adalah kajian mengenai hubungan antara tumbuh-tumbuhan dan

hewan-hewan dengan lingkungannya.23

Dari beberapa uraian mengenai devinisi ekologi tersebut, maka penulis

menyimpulkan bahwa ekologi tumbuhan adalah suatu disiplin ilmu

pengetahuan yang membahas mengenai hubungan antara satu tumbuhan

dengan lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat biotis(tumbuhan lain,

20
Zoeraini Djamal Irawan, prinsip-..., h. 6.
21
Ibid., h. 7.
22
Indriyanto, ekologi hutan (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 2.
23
Surasana Syafei Eden, Pengantar Ekologi Tumbuhan (bandung :ITB, 1994), H. 1.
hewan, mikroba, dan lain-lain) maupun lingkungan yang bersifat abiotis

(tanah, udara, suhu, air, dan lain-lain).

Kajian mengenai ekologi tumbuhan bukan lagi hal yang baru, pada tahun
1305 Petrus de Crescentius sudah menulis suatu karangan mengenai adanya
sifat persaingan hidup dalam tumbuhan, kemudian King (1685) merupakan
orang pertama yang menguraikan tentang konsep suksesi dalam komunitas
tumbuhan.24

Ekologi tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada


tahapan individu, populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini menuntut
system ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan. Masing-masing
tingkatan bersifat nyata, tidak bersifat hipotetik seperti species, jadi dapat
diukur dan diobservasi struktur dan operasionalnya.
Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu, kajian ekologi
tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu : sinekologi dan
auteknologi.
Sinekologi, berdassarkan falsafah dasar bahwa tumbuhan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsure-unsur tumbuhan dan
turun naiknya berbagai variable lingkungan hidup. Dalam sinekologi
komunitas tumbuhan atau vegetasi dianggap mempunyai perilaku sebagai
suatu organism utuh. Vegetasi bisa lahir, tumbuh, matang dan akhirnya mati.
Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah bidang kajian tentang
klasifikasi komunitas tumbuhan dan bidang kajian tentang analisis ekosistem.
Auteknologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang
tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan
sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat
pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini
paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkungannya adalah iklim dan
tanah.25

4.

G. Penegasan Istilah

24
Ibid., h. 9.
25
Ibid., h. 10-11
Proposal skripsi dengan judul Kajian Ekologi Tumbuhan Terhadap Produksi

Tanaman Bawang Merah Dengan Variasi Lokasi Tanam Dan Perlakuan Serta

Kontribusinya Pada Jurusan Pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram untuk

nmengantisipasi adanya perbedaan pendapat mengenai istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka akan diuraikan secara rinci beberapa istilah tersebut.

1. Kajian

2. Ekologi Tumbuhan

3. Produksi

4. Lokasi tanam

5. Perlakuan
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Setiap pendekatan memerlukan pendekatan yang menunjukkan rencana

pengumpulan agar konsisten sesuai dengan tujuan peneliti, dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan pendekatan kualitatif atau metode kualitatif.

Menurut Dr. Sugiyono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif kualitatif


dan R&D mengatakan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah,(sebagai lawannya adalah ekperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.26

Pendekatan kualitatif mempunyai ciri-ciri berikut ini :

a) Natural setting yakni data yang dikumpulkan langsung dari lingkungan


nyata dalam situasi bagaimana adanya keadaan subjek penelitian.
b) Manusia sebagi instrument, yakni peneliti dengan bantuan orang lain
(Responden) merupakan alat pengumpul data utama. Maka sangat tidak
mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan dilapangan. Selain dengan
cara tersebut, peneliti mendatangi subjek penelitian dengan wawancara
untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 9.
c) Bersifat deskriptif, memaparkan apa adanya (sesuatu bentuk atau
kenyataan yang ada).
d) Lebih mementingkan proses dari pada hasil.
e) Desain yang bersifat sementara, artinya dapat berkembangkan terus
selama pengumpulan data dilapangan.27

Ada tiga hal yang membedakan metode kualitatif dan metode kuantitatif,

yaitu perbedaan aksioma, proses penelitian, dan karakteristik penelitian itu

seendiri.

1. Perbedaan aksioma
Aksioma adalah pandangan dasar. Aksioma penelitian kulitatif dan kuantitatif
meliputi : aksioma tentang realitas, hubunganpeneliti dengan yang diteliti,
hubungan variable, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai.

Tabel perbedaan aksioma antara metode kualitatif dan metode kuantitatif :

Aksioma dasar Metode kuantitatif Metode kualitatif


Sifat realitas Dapat diklasifikasikan,
konkrit, Ganda, holistik,
teramati. dinamis, hasil
konstruksi dan
pemahaman
Hubungan peneliti Independen, supaya terbangun Interaktif dengan
dengan yang obyektivitas sumber data supaya
diteliti memperoleh makna
Hubungan variable Sebab-akibat (kausal) Timbale balik/
interaktif
Kemungkinan Cenderung membuat generalisasi Transferability (hanya
generalisasi mungkin dalam ikatan
konteks dan waktu)
Peranan nilai Cenderung bebas nilai Terikat nilai-nilai
yang dibawa peneliti
dan sumber data.

2. Perbedaan Proses Penelitian


Dalam proses penelitian kedua metode (kuantitatif-kualitatif) ini dikatakan
bahwa perbedaannya adalah proses penelitian metode kuantitatif bersifat linier
sedangkan proses penelitian metode kualitatif bersifat sirkuler.
3. Perbedaan Karakteristik

27
Moleong. J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosada karya, 2001), hlm. 4-7.
Perbedaan karakteristik dari kedua metode (kauntitatif-kualitatif) dapat
dilihat pada table berikut :
No Aspek perbedaan Metode kuantitatif Metode kualitatif
1 Desain a. Spesifik, jelas, a. Umum
rinci b. Fleksibel
b. Ditentukan c. Berkembang, dan
secara mantap muncul dalam
sejak awal proses penelitian
c. Menjadi pegangan
langkah demi
langkah
2 Tujuan a. Menunjukan a. Menemukan pola
hubungan antar hubungan yang
variable bersifat interaktif
b. Menguji b. Menemukan teori
teori c. Menggambarkan
c. Mencari realitas yang
generalisasi yang kompleks
mempunyai nilai d. Memperoleh
prediktif pemahaman
makna.
3 Teknik a. Kuesioner a. Participant
pengumpulan b. Observasi dan observation
data wawancara b. In depth interview
terstruktur c. Dokumentasi
d. tringulasi
4 Instrument a. test, angket, a. peneliti sebagai
penelitian wawancara instrument(human
tertstruktur intrument)
b. instrument yang b. buku catatan, tape
telah terstandar recorder,
handycam,dll

5 Data a. kuantitatif a. deskriptif


b. hasil pengkuran kualitatif
variable yang b. dokumen pribadi,
dioperasionalkan catatan lapangan,
dengan ucapan dan
menggunakan tindakan
instrument responden,
dokumen dll
6 Sampel a. besar a. kecil
b. representative b. tidak
c. sedapat mungkin representative
random c. purposive,
d. ditentukan sejak snowball
awal d. berkembang
selama proses
penelitian
7 Analisis a. Setelah selesai a. Terus menerus
pengumpulan data sejak awal sampai
b. Deduktif akhir penelitian
c. Menggunakan b. Induktif
statistic untuk c. Mencari pola,
menguji hipotesis model, tema, teori
8 Hubungan a. Dibuat berjarak, a. Empati, akrab
dengan bahkan sering supaya
responden tanpa kontak memperoleh
supaya objektif pemahaman yang
b. Kedudukan mendalam
peneliti lebih b. Kedudukan sama
tinggi dari pada bahkan sebagai
responden guru, konsultan
c. Jangka pendek c. Jangka lama,
sampai hipotesis sampai datanya
dapat dibuktikan jenuh, dapat
ditemukan
hipotesis atau
teori
9 Usulan desain a. Luas dan a. Singkat, umum
rinci bersifat
b. Literature sementara.
yang b. Literature yang
berhubungan digunakan bersifat
dengan sementar, tidak
masalah, menjadi pegangan
variable yang utama.
teliti. c. Prosedur bersifat
c. Prosedur umum, seperti
yang spesifik akan
dan rinci merencanakan
langkah- tour/piknik.
langkahnya. d. Masalah akan
d. Masalah bersifat sementara
dirumuskan dan akan
dengan ditemukan setelah
spesifik dan studi
jelas. pendahuljuan.
e. Hipotesis e. Tidak dirumuskan
dirumuskan hipotesis, karena
dengan jelas. justru akan
f. Ditulis menemukan
secara rinci hipotesis.
dan jelas. f. Focus penelitian
ditetapkan setelah
diperoleh data
awal dari
lapangan.
10 Kapan penelitian Setelah semua Setelah tidak data
dianggap selesai? kegiatan yang yang dianggap baru.
direncanakan dapat
terselesaikan
11 Kepercayaan Pengujian validitas Pengujian
terhadap hasil dan realibilitas kredibilitas,
penelitian instrument. depeabilitas, proses
dan hasil
penelitian.28

B. Kehadiran Peneliti

Sebagai mana telah dipaparkan, bahwa pendekatan yang digunakan dalam

penelitain ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan diketahui bahwa dalam

pendekatan kualitatif peneliti perlu terjun langsung dalam kehidupan subjek sehingga

peneliti dapat memperoleh data yang valid agar memperoleh informasi dan

mengumpulkan data tentang bagaimana para petani bawang merah dalam bercocok

tanam.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Sumbawa khususnya di daerah kabupaten

Bima dengan beberapa lokasi, yaitu : di Kec. Langgudu, Kec. Lambu, dan Kec. Belo .

28
Sugiyono, Metode , h. 14-16.
D. Sumber Data

Sumber data maksudnya disini adalah subjek dari mana data atau informasi itu

dipaparkan . Arikunto menjelaskan bahwa sumber data dalam penelitian adalah

subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan wawancara

dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan

maupun tertulis.29

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh

dari para subjek petani bawang di tempat-tempat yang telah direncanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka digunakan

beberapa metode dalam proses pengumpulan data. Adapun metode yang digunakan

dalam pengumpulan data dilapangan adalah metode observasi, metode wawancara,

dan metode dokumentasi.

1. Metode observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian kualitatif. Observasi adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmuan

dapat bekerja berdsarkan fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi.30

29
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 129.
30
Beni Ahmad S, Metode Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 168.
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi dapat digunakan dengan cara

langsung maupun tidak langsung. Observasi secara langsung adalah mengadakan

pengamatan secara langsung (tanpa alat) tarhadap gejala-gejala subjek yang

diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi buatan yang harus

diadakan.31

Berdasarkan jenis observasi di atas dalam penelitian ini, maka peneliti

terjun langsung dalam kehidupan subjek. Adapun yang diobservasi adalah para

petani bawang dalam bercocok tanam, metode observasi ini akan sangat bermanfaat

sekali karena peneliti langsung bisa mengamati objek penelitian yang sekaligus

menjadi pengalaman bagi peneliti. Selain itu apabila ada hal yang belum terserap

dari wawancara maka bisa dilengkapi dengan hasil pengamatan yang dilakukan

karena pengamatan akan langsung diperankan oleh peneliti sendiri.

2. Metode wawancara

Wawancara adalah suatu Tanya jawab secara tatap muka yang

dilaksanakan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk

memperoleh informasi yang dibituhkan.32

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

31
Yatim Rianto, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Anggota IKAPI, 2001), hlm. 96.
32
Sandjaja dan Albertus Heriyanto. Panduan penelitian (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006), h. 145.
Ada 3 jenis wawancara berdasarkan ada/tidaknya pedoman wawancara,

yaitu: wawancara bebas, wawancara terpimpin, dan wawancara bebas terpimpin.33

1. Wawancara bebas : Tidak menggunakan pedoman wawancara sehingga Tanya

jawab yang terjadi tidak terfokus pada satu arah, melainkan bisa kemana-mana.

2. Wawancara terpimpin : Dalam pelaksanaannya pewawancara menggunakan

pedoman wawancara yang sudah disiapkan jauh hari sebelumnya yang dapat

menunjukan arah tanya jawab yang dilakukan.

3. Wawancara bebas terpimpin : Gabungan antara wawancara bebas dan

wawancara terpimpin. Kebaikan dari jenis wawancara bebas dan wawancara

terpimpin terdapa dalam jenis wawancara ini sehingga wawancara ini dapat

digunakan untuk mengeksplorasi informasi secara mendalam.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang sangat penting

dan memerlukan ketelitian serta kekritisan dari peneliti. Analisis data dalam penelitian

ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata bukan

dalam bentuk angka-angka. Hal ini dikarenakan adanya penerapan metode kualitatif.

Dalam menganalisis data ini, peneliti mendeskripsikan dan menguraikan tentang

serangkaian perlakuan para petani bawang dalam berbudidaya tanaman bawang

merah.

Peneliti akan menganalisis data yang diperoleh melalui tahapan yang diawali

dengan mencatat semua hasil temuan di lapangan, mengumpulkan semua data-data

yang diperoleh, kemudian melakukan pemilihan-pemilihan terhadap data-data mana

33
Ibid, h. 146
yang tidak sesuai dan mana yang sesuai dengan penelitian, selanjutnya dari kegiatan

pemilihan-pemilihan tersebut peneliti akan melakukan klasifikasi-klasifikasi atau

pengelompokkan data-data sesuai dengan jenis data tersebut, dan kemudian mencari

hubungan-hubungan antara data yang satu dengan data yang lain sehingga dapat

membuat kesimpulan akhir yang objektif dari data hasil penelitian ini.

G. Validasi Data

Setelah data dikumpulkan dan dianalisa, langkah selanjutnya adalah

pemeriksaan keabsahan data. kredibilitas dapat diartikan sebagi derajat kepercayaan

terhadap data apakah menggambarkan keadaan yang sebenarya ataukah sebaliknya.

Untuk memperoleh keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, antara lain:

Triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi dan kecukupan referensi. 34

34
Moleong. J. Lexy, Metode,h. 173.
BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

BAB III

PEMBAHASAN

BAB IV

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai