Diusulkan oleh:
JURUSAN STATISTIKA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama Nomor Induk Mahasiswa
Raudhatul Jannah 14611125
Tri Ayuningtyas 14611128
Pridharma Jadmiko 14611130
Muhamad Ari Wicaksono 14611132
Hani Rahayu Budi Utami 14611133
ii
KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, Proposal Statistical Consulting
dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa pula shalawat dan salam tercurahkan
untuk Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan para pengikut-pengikutnya.
Proposal Statistical Consulting yang berjudul Aturan Pengambilan
Keputusan Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Menggunakan Algoritma If-then Rules Pada Metode Rough Set
untuk memenuhi salah satu penilaian dalam mata kuliah Statistical Consulting.
Dalam proses penyusunan Proposal Statistical Consulting tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing Penulis, baik
tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak tersebut yang telah dengan sukarela membantu hingga
Proposal Statistical Consulting ini berhasil dirampungkan dengan baik. Saran dan
kritikan yang bersifat membangun akan selalu Penulis harapkan untuk perbaikan
dalam penulisan-penulisan selanjutnya. Terakhir Penulis berharap semoga Proposal
Statistical Consulting ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan dapat
menambah wawasan bagi pembaca, khususnya bagi Penulis juga.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 12 Oktober 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan kendaraan bermotor di Indonesia pada zaman sekarang
ini begitu cepat. Berdasarkan data di Polri tercatat hingga per 3 Januari 2017 jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia mencapai angka 102.328.629 pengguna angka tersebut menempatkan
Indonesia sebagai peringkat ketiga terbesar di Asia. Sayangnya tingginya pertumbuhan dan
perkembangan jumlah kendaraan bermotor ini belum diikuti dengan kesadaran soal etika
berkendara yang baik dan taat akan peraturan lalu lintas. Hal tersebut terbukti dari
meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia.
Data terbaru yang dirilis oleh lembaga kesehatan dunia di bawah naungan PBB (WHO),
menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara ketiga di Asia dibawah Tiangkok dan India
dengan total 105.374 kejadian kecelakaan lalu lintas total dimana 25.859 pengguna meninggal,
22.939 luka berat, dan 120.913 luka ringan. Meskipun Indonesia secara data memang
menduduki peringkat ketiga namun dilihat dari presentase statistik dari jumlah populasi,
Indonesia menduduki peringkat pertama peningkatan kecelakaan lalu lintas menurut data The
Global Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO. Selain itu kecelakaan lalu lintas di
Indonesia merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit jantung dan
tuberculosis.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang padat penduduk. Luas wilayah DIY mencapai 32,5 Km2 dengan jumlah penduduk
sebanyak 433.539 jiwa, dan mempunyai kepadatan penduduk sebesar 13.340 jiwa per Km2.
Kepadatan penduduk tersebut juga berdampak pada sektor transportasi terutama kendaraan
bermotor. Pertumbuhan kendaraan bermotor berdasarkan data Ditlantas Polda DIY untuk tahun
2016 ada sebanyak 84.312 kendaraan bermotor baru di Provinsi DIY dimana sebanyak 71.566
untuk kendaraan roda dua baru dan 12.746 untuk kendaraan roda empat baru. Roda dua masih
mendominasi. Pertumbuhan kendaraan bermotor ini hanya terdeteksi berdasarkan jumlah
kendaraan yang melakukan pembayaran pajak atau mutasi menggunakan plat AB dan belum
termasuk kendaraan plat luar daerah yang masuk ke wilayah DIY.
Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri mengatakan telah terjadi 3.235 kasus kecelakaan
sepanjang tahun 2016 dengan korban meninggal dunia sebanyak 392 jiwa. Meskipun jumlah
kecelakaan lalu lintas menurun dibandingkan tahun 2015, tetapi jumlah korban meninggal
dunia akibat kecelakaan mengalami peningkatan sebanyak 40 jiwa Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya dan penanganan yanglebih serius terkait kejadian oleh berbagai pihak baik
7
dari instansi terkait, dan kalangan akademisi serta diperlukannya kesadaran dari masyarakat itu
sendiri. Sebagai instansi terkait yang menangani masalah ini, Satlantas Polda DIY selama ini
telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi kasus kecelakaan kendaraan bermotor
dengan cara sering melakukan operai kelengkapan kendaraan hingga penyuluhan dan pelatihan
keselamatan berkendara. Tetapi upaya tersebut masih dirasa belum cukup, masih perlu
dilakukan tindakan lainnya seperti dibuatnya kajian ataupun penelitian terkait laka lalu lintas.
Atas dasar penjelasan tersebut, maka penulis merasa perlu membuat makalah penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka peneliti mengambil rumusan
masalah untuk penelitian ini adalah manakah variabel/atribut yang memiliki hubungan dengan
jenis luka kecelakaan lalu lintas dan bagaimana aturan pengambilan keputusan yang dapat
diterapkan berdasarkan data kecelakaan lalu lintas di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui variabel/atribut yang memiliki hubunan
dengan jenis luka kecelakaan lalulintas dan aturan dalam pengambilan keputusan yang sudah
ada berdasarkan data yang digunakan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara umum yaitu :
1. Untuk menerapkan hasil studi dan perbandingan antara teori yang diterima dan
dipelajari dengan relitas lingkungan kerja
2. Untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk aturan pengambilan keputusan
kedepannya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan
lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
kendaraan dan/atau barang.
b. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan
kerusakan kendaraan dan/atau barang.
c. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal
dunia atau luka berat.
2.2.2 Jenis Kecelakaan Lalu Lintas Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut Dephub RI
(2006) yang dikutip oleh Kartika (2009) dapat dibagi menjadi beberapa jenis tabrakan,
yaitu :
a. Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun
bukan dari arah berlawanan.
b. Rear-End (Re), kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak searah.
c. Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika
berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan.
d. Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang berlawanan (tidak
sideswape).
e. Backing, tabrakan secara mundur.
2.2.3 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun
1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat
diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:
a. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai
akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan
tersebut.
b. Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap
atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak
terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota
badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih
untuk selama-lamanya.
c. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang tidak
memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari 30 hari.
2.3 Peraturan dan Perundang-undangan Pemerintah
10
Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya
merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur aspek-aspek mengenai
lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan
dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Raya yang sudah sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan
lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini
sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Setelah undang-undang mengenai
lalu lintas dan angkutan jalan yang lama diterbitkan kemudian diterbitkan 4 (empat) Peraturan
Pemerintah (PP), yaitu: PP No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993
tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan
Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Lalu dibuatlah pedoman
teknis untuk mendukung penerapan Peraturan Pemerintah (PP) diatas yang diterbitkan dalam
bentuk Keputusan Menteri (KepMen).
2.3.1 Faktor Manusia
Manusia sebagai pengendara yaitu orang yang melaksanakan pekerjaan mengemudi,
mengendalikan, dan mengarahkan kendaraan ke suatu tempat tertentu. Manusia adalah faktor
terpenting dan terbesar penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Mengemudi merupakan
pekerjaan yang kompleks, yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena
pada saat yang sama pengemudi harus berhadapan dengan peralatan dan menerima pengaruh
rangsangan dari keadaan sekelilingnya (Hobbs, 1995). Manusia sebagai pengendara memiliki
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor
fisiologis. Keduanya adalah faktor dominan yang mempengaruhi manusia dalam berkendara di
jalan raya. Faktor psikologis dapat berupa mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sedangkan faktor fisiologis mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman,
kelelahan, dan sistem syaraf. Perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi antara faktor
lingkungan, kendaraan, dan manusia itu sendiri. Lalu kombinasi dari faktor fisiologis dan
faktor psikologis menimbulkan reaksi dan aksi, yaitu timbulnya respon berkendara dari
pengendara terhadap ransangan dari lingkungannya berkendara. Karakteristik dari pengendara
yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu:
a. Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia tua atau diatas 30 tahun biasanya lebih memiliki
tingkat kewaspadaan lebih tinggi dalam berkendara daripada orang yang berusia muda,
alasannya karena orang yang berusia tua lebih banyak memiliki pengalaman dalam berkendara
11
dan lebih bijak dalam berkendara dibanding dengan yang berusia muda yang terkadang
menggebu-gebu dan tergesa-gesa dalam berkendara. Lebih dari 27,1% kecelakaan pada tahun
2004 melibatkan anak muda dan pengendara pemula dengan usia antara 16-25 tahun (Dephub
RI, 2006).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas dan angka
kematiannya lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan
mobilitas jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan di jalan raya
dalam berkendara. Selain itu jumlah pengguna sepeda motor lebih tinggi pada jenis kelamin
lakilaki daripada jenis kelamin perempuan. Suatu penelitian di wilayah depok menunjukkan
bahwa perbandingan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki lebih
tinggi dengan persentase 92% dan perempuan 8% (Kartika, 2009).
c. Perilaku Faktor
perilaku juga mempunyai peranan penting dalam menentukan terjadinya kecelakaan lalu lintas
pada pengendara sepeda motor. Dimana pada pengendara yang berperilaku tidak baik ketika
berkendara juga mempengaruhi keselamatan pengendara tersebut, seperti tidak memakai helm
atau tidak memakai helm yang sesuai standar yang di anjurkan, tidak tertib ketika berkendara
dengan melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan.
d. Kepemilikan SIM
SIM merupakan suatu tanda bukti bahwa pengendara sudah layak berkendara di jalan raya,.
Surat izin mengemudi ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang. SIM juga
didapatkan dengan ujian yang meliputi teori dan praktek keterampilan mengemudi, selain itu
juga pengemudi harus memenuhi beberapa syarat, yakni: dapat menulis dan membaca huruf
latin, memiliki pengetahuan mengenai lalu lintas, memenuhi batas usia minimum, dan sehat
jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, pengemudi yang telah memiliki SIM dapat dikatakan
telah menguasai ketrampilan dalam berkendara di jalan raya dan lebih mengetahui peraturan
lalu lintas di jalan raya dibanding yang tidak memiliki SIM.
12
BAB III
LANDASAN TEORI
13
dimaksud cacat tetap adalah apabila sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat
digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh/pulih untuk selama-lamanya.
c. Kecelakaan Luka Ringan
Korban luka ringan adalah keadaan korban mengalami luka-luka yang tidak
membahayakan jiwa dan/atau tidak memerlukan pertolongan atau perawatan lebih
lanjut di Rumah Sakit.
3.2.2 Kecelakaan Berdasarkan Lokasi Kejadian
Kecelakaan dapat terjadi dimana saja disepanjang ruas jalan, baik pada jalan lurus,
tikungan jalan, tanjakan dan turunan, di dataran atau di pegunungan, di dalam kota
maupun di luar kota (Wedasana, 2011: 10).
3.2.3 Kecelakaan Berdasarkan Waktu Terjadinya Kecelakaan
Kecelakaan berdasarkan waktu terjadinya kecelakaan dapat digolongkan menjadi dua
yaitu:
a. Dini Hari : Jam 00.01 06.00 WIB
b. Pagi Hari : Jam 06.01 12.00 WIB
c. Siang Hari : Jam 12.01 18.00 WIB
d. Malam Hari : Jam 18.01 24.00 WIB
3.2.4 Kecelakaan Berdasarkan Posisi Kecelakaaan
Kecelakaan dapat terjadi dalam berbagai posisi tabrakan diantaranya yaitu:
a. Tabrakan pada saat menyalip (Side Swipe).
b. Tabrakan depan dengan samping (Right Angle).
c. Tabrakan muka dengan belakang (Rear End).
d. Tabrakan muka dengan muka (Head On).
e. Tabrakan dengan pejalan kaki (Pedestrian).
f. Tabrak lari (Hit and Run).
g. Tabrakan diluar kendali (Out Of Control).
3.2.5 Kecelakaan Berdasarkan Jumlah Kendaraan yang Terlibat
Kecelakaan dapat juga didasarkan atas jumlah kendaraan yang terlibat baik itu
kecelakaan tunggal yang dilakukan oleh satu kendaraan, kecelakaan ganda yang
dilakukan oleh dua kendaraan maupun kecelakaan beruntun yang dilakukan oleh lebih
dari dua kendaraan.
3.3 Chi Square
Chi Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square adalah salah satu jenis uji
komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel
14
adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka dilakukan
uji chi square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang terendah). Bentuk
umum rumusnya seperti persamaan (4.1)
( f0 fe )2
2
(4.1)
fe
Dimana:
2 : Nilai Chi- Square
f 0 : Frekuensi yang diperoleh/diamati
15
c. Boundary approximation yaitu himpunan data yang membuat beda antara lower
approximation upper approximation
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu analisis yang sangat penting dalam Rough Set,
yang dapat dilakukan dengan cara membuang salah satu atribut kondisi yang kemudian
data yang diperoleh dapat digunakan untuk menambil suatu keputusan.
3. Certainty dan coverage factors
Dalam membaca tabel data yang digunakann diperlukan bahasa dari aturan
pengambilan keputusan. Data dapat dibaca dengan implikasi if then ().
Dimana merupakan simbol dari atribut kondisi dan merupakan simbol dari atribut
konsekuensi. Pengambilan keputusan membutuhkan nilai certainty dan coverage dari
data yang digunakan. Nilai tersebut dapat dicari menggunakan rumus berikut :
a. Certainty Factors
(|) =
b. Coverage Factors
(|) =
16
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
17
BAB V
HASIL UJI COBA DOKUMEN PENGUMPULAN DATA
1500
978 1008
1000
0
Polres Polres Polres Polres Polres
YKA Bantul Kulon Gunung Sleman
Progo Kidul
Jumlah
Berdasarkan gambar 4.1 maka didapatkan informasi bahwa jumlah korban kecelakaan
di provinsi Yogyakarta pada tahun 2017 (januari sampai September) tertinggi yang tercatat
pada polres yaitu pada polres kabupaten sleman yaitu 1008 jiwa, kemudian tertinggi kedua
yang tercatat oleh polres Bantul yaitu 978 jiwa. Sedangkan jumlah korban kecelakaan yang
tercatat oleh polres pada polres YKA (Yogyakarta) sebanyak 285 jiwa, polres kulon progo
mencatat sebanyak 326 jiwa, dan polres gunung kidul mencatat sebanyak 338 korban jiwa
kecelakaan. Jumlah korban ada yang mengalami luka ringan, luka berat, bahkan sampai
meninggal dunia. Polres Sleman memiliki Korban jiwa tertinggi dengan rincian korban jiwa
yang mengalami luka ringan sebanyak 1226 jiwa, luka berat sebanyak 1 jiwa, dan korban yang
meninggal dunia sebanyak 102.
Melihat angka kejadian kecelakaan lalu lintas Kabupaten Sleman menduduki posisi
teratas maka peneliti menggunakan data terbaru (bulan Oktober 2017) catatan kejadian
kecelakaan lalu lintas polres Sleman untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Dari data yang telah
18
penulis dapatkan diketahui bahwa ada sebanyak 154 kejadian kecelakaan lalu lintas yang
terjadi di Kabupaten Sleman bulan Oktober 2017 dengan rincian ada sebanyak 14 orang
meninggal dunia, 5 orang luka berat, 49 orang luka ringan, dimana total kerugiaan material
sebesar Rp 22.350.000. berikut penulis akan sajikan grafik jumlah kejadian kecelakaan lalu
lintas di Kabupaten Sleman bulan Oktober 2017 berdasarkan waktu dan lokasi kejadian.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Dini Hari (00.01- Pagi Hari Siang Hari Malam Hari
06.00) (06.01-12.00) (12.01-18.00) (18.01-24.00)
Gambar 5.2 Grafik Jumah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Sleman Bulan
Oktober 2017 Berdasarkan Waktu Kejadian
Dari gambar 5.2 terlihat bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sleman
selama bulan Oktober 2017 berdasarkan waktu kejadian banyak terjadi di waktu pagi hari dan
siang hari yaitu rentang waktu dari pukul 06.01 hingga puku 18.00.
30
25
20
15
10
Gambar 5.3 Grafik Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Sleman Bulan
Oktober 2017 Berdasarakan Lokasi Kejadian
19
Dari gambar 5.3 terlihat bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sleman
selama bulan Oktober 2017 berdasarkan lokasi kejadian didapatkan informasi sering terjadi
kecelakaan di daerah Depok kemudian disusul daerah Kalasan dimana untuk daerah Depok
dalam bulan Oktober telah terjadi sebanyak 30 kejadian dan daerah Kalasan sebanyak 21
kejadian
5.2 Chi-Square
Data korban jiwa yang tercatat di polres sleman kemudian oleh peneliti akan dianalisis
dengan menggunakan metode statistika chi square dengan tujuan ingin mengetahui hubungan
antara variabel waktu kejadian dan SIM (Surat Izin Mengemudi) korban dengan jenis luka
korban kecelakaan lalu lintas.
a. Hubungan antara SIM (Surat Izin Mengemudi) pengendara/pengemudi dengan jenis luka
korban kecelakaan lalu lintas
- Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara SIM pengendara dengan jenis luka
H1 : Ada hubungan antara SIM pengendara dengan jenis luka
- Tingkat signifikansi
= 0,05
- Daerah kritis
Jika p-value < (tingkat signifikansi) maka tolak H0
- Statistik Uji
P-value = 0,4196
- Keputusan
Karena nilai p-value < yaitu 0,4196 > 0,05 maka gagal tolak H0
- Kesimpulan
20
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% didapatkan keputusan gagal tolak
H0 karena nilai p-value lebih besar dari pada nilai alpha maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara SIM pengendara dengan jenis luka.
b. Hubungan antara waktu kejadian dengan jenis luka korban kecelakaan lalu lintas
- Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara waktu kejadian dengan jenis luka
H1 : Ada hubungan antara waktu kejadian dengan jenis luka
- Tingkat signifikansi
= 0,05
- Daerah kritis
Jika p-value < (tingkat signifikansi) maka tolak H0
- Statistik Uji
P-value = 0,8706
- Keputusan
Karena nilai p-value < yaitu 0,8706 > 0,05 maka gagal tolak H0
- Kesimpulan
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% didapatkan keputusan gagal tolak
H0 karena nilai p-value lebih besar dari pada nilai alpha maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara waktu kejadian kecelakaan dengan jenis luka
5.3 Rough Set (masih dalam proses)
21
BAB VI
KESIMPULAN SEMENTARA
Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan uji chi-square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel waktu
kejadian dan SIM pengendara/pengemudi dengan variabel jenis luka
2. Rough Set masih dalam proses
22