Anda di halaman 1dari 19

Jagalah Allah, Ia Akan Menjagamu

Agus Pranowo 25 December 2013 0 Comments


Share on Facebook
Share on Twitter

- (( : - - : -





((

Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma menceritakan, suatu hari saya berada di
belakang Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau bersabda, Nak, aku ajarkan
kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau
hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau
hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya
seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan
kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun
mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak
akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena
telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.

Takhrij Hadits
Sejumlah ulama pengumpul hadis telah mengabadikan hadis ini di dalam karya tulis
mereka. Di antaranya adalah: Imam Tirmidzi di dalam kitab beliau Sunan At
Trmidzi no. 2516, Imam Ahmad bin Hambal di dalam kitab Al Musnad: 1/307, dan
beberapa ulama lainnya.

Biografi Singkat Perawi Hadits


Untaian nasihat ini disampaikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada
sahabat kecil beliau, Abdullah bin Abbas. Putra pamannya inilah yang pernah beliau
doakan, Ya Allah,pahamkan dia terhadap agama dan ajarilah ia ilmu tafsir. Berkat
berkah doa Rasulullah ini ia menjadi seorang yang pakar dalam tafsir Alquran dan
pakar dalam ilmu agama lainnya, hingga beliau digelari Habrul Ummah (Ahli Ilmu
Umat ini). Pemuda yang juga bergelar al bahru (samudera ilmu) ini dilahirkan tiga
tahun menjelang peristiwa Hijrah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan
meninggal dunia pada tahun 67 atau 68 hijriyah.
1

Penjelasan Hadits
Di dalam hadis ini Rasulllah shallallallahu alaihi wasallammewasiatkan beberapa
untai kalimat kepada Ibnu Abbas,

Untaian Kalimat yang Pertama, Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Melalui putra pamannya itu, Nabi mengajarkan kita semua, bila kita menjaga Allah
dengan sebaik-baiknya, Allah pasti akan menjaga kita dengan penjagaan yang
melebihi upaya kita.
Menurut para ulama, menjaga Allah artinya menjaga batasan-batasan-Nya, hak-hak,
perintah-perintah, serta larangan-larangan-Nya. Bentuk aplikasinya adalah dengan
berkomitmen untuk menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak
melampaui batasan yang dilarang oleh-Nya. Jika semua itu dikerjakan, maka ia
termasuk orang yang menjaga Allah sebaik-baiknya. Pemilik kriteria inilah yang 2

disanjung oleh Allah Taala,

(Kepada mereka dikatakan), Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, kepada


setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada Allah) dan menjaga (segala
peraturan-peraturan-Nya). (QS. Qaf: 32)

Di antara hak-hak Allah yang paling agung yang wajib dijaga oleh seorang hamba
adalah memurnikan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam berkata kepada Muadz, Wahai Muadz, tahukah engkau apa hak
Allah atas hamba-Nya? Muadz menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui. Kemudian Rasulullah bersabda, Hak Allah atas hamba-Nya adalah
beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. (HR. Bukhari: 2856 dan
Muslim: 48)

Juga termasuk upaya menjaga Allah adalah menjaga shalat agar senantiasa tepat pada
waktunya.

Demikian juga termasuk dalam upaya menjaga Allah adalah menjaga lisan dari segala
bentuk kedustaan, perkataan kotor, adu domba, menggunjing, dan menjaga kemaluan
serta menundukkan pandangan.

Rasulullah shallallahu alihi wasallam bersabda;

Jika kalian bisa menjamin enam hal, maka aku akan jamin kalian masuk surga: [1]
Jujurlah dalam berucap; [2] tepatilah janjimu; [3] tunaikanlah amanatmu; [4] jaga
kemaluanmu; [5] tundukkan pandanganmu; [6] dan jaga perbuatanmu. (HR. Al
Hakim:8066 dan Ibnu Hibban: 107) 3

Jika seseorang telah menjaga Allah dengan menjaga hak, perintah, dan larangan-Nya,
maka konsekuensinya Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Yaitu, Niscaya
Allah akan menjagamu. Orang yang bersedia untuk menjaga Allah maka Allah akan
membalasnya dengan penjagaan pula, bahkan penjagaan Allah tentu lebih baik.
Menurut Ibnu Rajab, penjagaan Allah itu mengandung dua unsur : 4

Pertama, Allah akan menjaga hamba-Nya yang saleh dengan memenuhi kebutuhan
dunianya, seperti terjaga badan, anak, keluarga, dan hartanya. Di antara bentuk
penjagaan jenis ini, Allah menciptakan malaikat yang bertugas menjaga manusia.
Allah berfirman,


Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu bergiliran menjaganya dari depan
dan dari belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah. (QS. Ar Radu: 11(

Dan ada kalanya jika Allah ingin menjaga hamba-Nya, maka Allah akan menjaga
anak keturunannya, meskipun ia sudah tiada. Hal ini sebagaimana telah Allah
buktikan dalam kisah dua anak yatim yang ditolong oleh Khidir. Anak tersebut
ditolong lantaran orang tuanya adalah orang yang saleh. Allah berfirman,

Dan ayahnya adalah seorang yang saleh (QS. Al Kahfi: 82)

Berkenaan dengan ayat ini, imam Al Baghawi menukilkan perkataan Muhammad bin
Munkadir, Sesungguhnya berkat kesalehan seorang hamba, Allah akan menjaga anak
keturunannya, sanak famili, dan keluarganya, serta orang-orang yang ada di sekitar
rumahnya. 5

Kedua, Allah akan menjaga agama dan imannya, inilah penjagaan yang paling agung
dan mulia. Hamba itu terjaga dari perkara syubhat yang menyesatkan dan dari
syahwat yang diharamkan.

Hal ini sebagaimana telah Allah buktikan pada nabi Yusuf ketika ia digoda oleh
seorang perempuan jelita berdarah biru. Wanita tersebut mengajak Yusuf untuk
melakukan perbuatan keji di sebuah ruangan yang sangat sepi. Meskipun Yusuf juga
berhasrat kepadanya, akan tetapi Allah menjaganya sehingga ia selamat dari
perbuatan keji tersebut. Allah berfirman,

Demikianlah kami palingkan Yusuf dari keburukan dan kekejian. Sungguh dia
terasuk dari hamba kami yang terpilih. (QS. Yusuf: 24)

Itulah rahasia yang tersirat di dalam firman Allah,


Ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara seorang hamba dan hatinya.

(QS. Al Anfal: 24)

Imam Ath Thabari menjelaskan makna ayat ini dengan menukil perkataan Imam Adh
Dhahak, Maksudnya Allah memberi pembatas antara orang kafir dengan ketaatan,
dan memberi pembatas antara orang mukmin dengan kemaksiatan.

Itulah balasan dari Allah kepada hamba-Nya yang sudi menjaga Allah Taala. Adapun
orang yang tidak mau menjaga Allah, maka Allahpun juga enggan menjaganya.

Untaian Kalimat Kedua, Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu

Maksudnya jika engkau menjaga Allah maka Dia senantiasa di depanmu untuk
membimbingmu menuju jalan-jalan kebaikan, serta mencegahmu dari segala
keburukan.6

Untaian kalimat kedua ini menjadi penguat dari untaian kalimat yang pertama.

Dari penjelasan di atas, maka bisa diambil faedah bahwa orang yang menjaga Allah
maka ia akan mendapatkan dua manfaat sekaligus:

1. Mendapatkan penjagaan dari Allah


2. Allah akan sentiasa membimbing di depannya

Ini membuktikan betapa luar biasa balasan dan apresiasi Allah kepada hamba-Nya.
Kita sadari, betapa pun upaya kita menjaga Allah, tetap saja kita tidak akan pernah
bisa melakukan yang terbaik sesuai dengan perintah-Nya. Tapi, Allah selalu
membalas dengan balasan terbaik yang sejatinya itu jauh tak sebanding dengan usaha
kita yang serba terbatas.

Sungguh tidak pantas jika kita berupaya menjaga Allah dengan segenap ibadah akan
tetapi ibadah tersebut kita nodai dengan riya dan kesyirikan.

Untaian Kalimat Ketiga, Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah.

Artinya, jika engkau hendak menginginkan sesuatu, maka mintalah kepada Allah,
jangan meminta kepada makhluk, sebab Allah adalah Maha Pencipta. Dia-lah yang
mampu mengabulkan segala permintaan hamba-Nya, sedangkan makhluk serba
diliputi keterbatasan, seringkali tidak mampu atau tidak mau.
Di samping itu, meminta dan berdoa kepada Allah adalah ibadah yang Allah
perintahkan kepada hamba-Nya. Bahkan di situlah seorang hamba menampakkan
kerendahannya, mengemis, meminta kepada Allah Yang Maha Agung. Olehkarena itu
Allah memerintahkan,

Mohonlah kepada Allah sebagian karunia-Nya. (QS. An Nisa: 32)

Lebih dari itu, bahkan Allah murka kepada orang yang tidak mau meminta kepada-
Nya. Allah berfirman,

Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan
masuk ke neraka Jahanam. (QS.Al Muminun: 60(

Benarlah seorang pujangga Arab mengatakan,

Nak, jangan pernah kau meminta kepada hamba

Mintalah kepada pemilik pintu yang sentiasa terbuka

Sungguh Allah murka jika kau tak meminta kepada-Nya

Sedangkan anak adam akan murka jika kau meminta kepadanya

Untaian Kalimat Keempat, Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah


kepada Allah.

Pantas lah jika kita diperintahkan untuk meminta pertolongan kepada Allah, sebab
Dia-lah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Itulah sebabnya kita diwajibkan
untuk berdoa dalam setiap shalat kita,

Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon


pertolongan. (QS. Al Fatihah: 4)
Untaian Kalimat Kelima, Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk
memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa
yang telah Allah tetapkan untukmu

Rasulullah mengawali untaian ini dengan perkataan, Ketahuilah. Ini menunjukkan


untaian kalimat ini merupakan kalimat yang penting untuk diketahui.
7

Makna hadis ini, seandainya seluruh manusia atau bahkan seluruh makhluk bersatu
untuk memberikan keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu dapatkan,
kecuali jika Allah telah menakdirkannya di lauh mahfudz.

Dengan untaian nasihat ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan


kepada kita bagaimana seharusnya kita beriman kepada takdir. Pada hakikatnya
seluruh manusia tidak bisa memberikan manfaat kepada sesamanya, kecuali dengan
takdir Allah. Jika demikian sudah seharusnya seluruh permintaan kita ditujukan
kepada Allah semata, bukan kepada sesama manusia. Sebab pada hakikatnya yang
bisa memberikan manfaat hanyalah Allah semata. 8

Untaian Kalimat Keenam, Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu
yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang
telah Allah tetapkan untuk dirimu.

Ini juga menunjukan bahwa seluruh mara bahaya pada hakikatnya datang dari Allah,
terjadi dengan takdir dan kehendak-Nya. Jika demikian halnya maka sudah
semestinya kita memohon perlindungan hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Sebab pada hakikatnya hanya Dia yang mampu mencegah dan mendatangkan mara
bahaya.

Untaian Kalimat Ketujuh, Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah


kering.

Yang dimaksud dengan pena di sini adalah pena yang menulis seluruh takdir
manusia. Sedangkan maksud dari lembaran-lembaran adalah lembaran yang
digunakan untuk mencatat takdir. Ini artinya seluruh perkara dan kejadian sudah
ditetapkan. Apapun yang ditetapkan untuk kita, baik-buruknya pasti akan
terjadi. Tidak ada gunanya berkeluh kesah terhadap apa yang menimpa kita. Sebab itu
9

semua datang dari Allah Taala.

Demikanlah bunga rampai nasihat yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu


alaihi wasallam. Semoga kita bisa mengambil manfaat darinya, sebagaimana Ibnu
Abbas telah banyak mengambil manfaat darinya.

Jember, 17 desember 2013

Catatan Kaki

1 Lihat biografi selengkapnya dalam Siyar Alam an Nubabala; 4/169

2 Lihat Jamiul Ulum wal Hikam, hal. 346

3 Hadis ini dinyatakan shahih oleh Imam Hakim dalam kitab mustadrak dan
dinyatakan shahih juga oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Shahihah: 1470

4 Ibid, hal. 348-353

5 Tafsir al Baghawi: 3/55

6 Syaikh Utsaimin dalam Syarah Al Arbain An Nawawiyah, hal. 241-242

7 Syaikh Utsaimin dalam Syarah Al Arbain An Nawawiyah, hal. 243

8 Disarikan dari penjelasan syaikh fauzan dalam Syarh Arbain Nawawiyah, hal. 172-
173

9 Disarikan dari penjelasan Syaikh Utsaimin dalam Syarh Arbain Nawawiyah, hal.
243

Referensi

1. Ibnu Rajab, Adur Rahman. (1429 H). Jamiul Ulum wal Hikam. Arab Saudi: Dar
Ibnul Jauzi.

2. Al Utsaimin, Muhammad. (1433 H). Syarh Al Arbain An Nawawiyah. Unaizah,


KSA: Muassah Syaikh Utsaimin.

3. Fauzan, Shalih. (2008). Syarh Al Arbain An NAwawiyah. Riyadh, KSA: Darul


Ashifah.
4. Al Baghawi, Al Husain bin Masud. (1432 H(. Maalimut Tanzil. Riyadh, KSA:
Dar Ath Thayyibah.

5. Al Albani, Nashiruddin. (1995). Silsilah Al Ahadits As Shahihah. Riyadh, KSA:


Maktabah Al Maarif.

Penulis: Agus Pranowo


Murajaah: Ust. Misbahuzzulam, Lc, M.H.I
Artikel Muslim.Or.Id

Sumber: https://muslim.or.id/19367-jagalah-allah-ia-akan-menjagamu.html

JAGALAH ALLAH AZZA WA JALLA, NISCAYA ALLAH


AZZA WA JALLA MENJAGAMU

JAGALAH ALLAH AZZA WA JALLA NISCAYA ALLAH AZZA WA JALLA MENJAGAMU


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
! :


.
:




: .
: .





.

.
Dari Abul Abbas Abdullah bin Abbs Radhiyallahu anhuma , ia mengatakan, Pada suatu hari, aku
pernah dibonceng di belakang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, Wahai anak
muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau
memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi
suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali
dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk
menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan
kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.
Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, Hadits
ini hasan shahh.]
Dalam riwayat selain at-Tirmidzi disebutkan, Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di
hadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah
bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput
darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan,
dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2516), Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal
Lailah (no. 425), Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah (no. 316, 317, 318), Abu Yala dalam
Musnadnya (no. 2549), Ahmad (I/293, 303, 307), Al-Ajurri dalam asy-Syarah (II/829-830, no. 412),
al-Llika-i dalam Syarh Ushl Itiqd Ahlis Sunnah wal Jamaah (no. 1094, 1095), ath-Thabrni
dalam al-Mujamul Kabr (no. 11243, 11416, 11560, 12988), Abd bin Humaid dalam Musnadnya (no.
635), al-Hkim (III/541, 542), Abu Nuaim dalam al-Hilyatul Auliy (I/389, no. 1110), al-Baihaqi
dalam Syuabul Imn (no. 192).
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albni dalam Zhilalul Jannah f Takhrjis Sunnah (no. 315-318)
dan Hidyatur Ruwt (no. 5232), dishahihkan juga oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam
Takhrij Musnad Ahmad (no. 2669, 2763, 2804).
SYARAH HADITS
1. JAGALAH ALLAH AZZA WA JALLA, NISCAYA DIA AZZA WA JALLA AKAN MENJAGAMU
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Jagalah Allah,
Maksudnya jagalah batas-batas Allah, hak-hak-Nya, serta menjaga perintah-perintah dan larangan-
larangan-Nya dengan mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.
Demikian pula, dengan mempelajari agama-Nya sehingga dengannya engkau dapat beribadah
kepada Allah Azza wa Jalla dan bermuamalah dengan manusia serta mendakwahkannya di jalan
Allah.
Hal-hal terbesar yang harus dijaga oleh seorang hamba
1. Tauhid Yang Merupakan Hak Allah Azza Wa Jalla Yang Paling Besar
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu :
: .
:






.
Wahai Muadz, tahukah engkau apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya, dan apa
hak hamba atas Allah? Muadz pun menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
Beliau bersabda, Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka
beribadah hanya kepada Allah saja dan mereka tidak boleh berbuat syirik (menyekutukan Allah)
dengan suatu apa pun juga. Sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah adalah bahwa
Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.[1]
Setiap muslim dan muslimah wajib memenuhi hak Allah, yaitu dengan mengikhlaskan ibadah hanya
kepada Allah Azza wa Jalla , mentauhidkan Allah dalam seluruh ben-tuk ibadah dan ditujukan hanya
kepada Allah saja dan tidak boleh berbuat syirik, tidak boleh menyekutukan Allah dengan suatu apa
pun juga.
2. Shalat Wajib Lima Waktu.
Allah Azza wa Jalla berfirman:




Jagalah segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha; berdirilah karena Allah (dalam shalatmu)
dengan khusyu [al-Baqarah/2:238]



Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. [al-Marij/70:34]
Menjaga shalat wajib lima waktu, yaitu melaksanakan dan memerintahkannya kepada keluarga dan
saudara-saudara kita, dengan memperhatikan waktu, tata cara, khusyu, dan berjamaahnya.
3. Menjaga Thaharah (bersuci)
Seorang mukmin dan mukminah harus menjaga dirinya dari hadats kecil dan hadats besar dengan
thaharah (bersuci), yaitu berwudhu dan mandi janabah serta mandi setelah bersih dari haid dan
nifas.
Bersuci termasuk sebagian dari iman. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Bersuci adalah sebagian dari iman [2]


Berwudhu adalah kunci shalat. Seseorang tidak akan diterima shalatnya apabila dia tidak berwudhu.
Seorang hamba terkadang batal wudhunya, sedangkan dia tidak mengetahuinya ke-cuali Allah Azza
wa Jalla . Karena itu, menjaga wudhu untuk shalat menunjukkan konsistensi iman pada hati seorang
hamba.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


.
Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat. Dan tidak ada yang menjaga
wudhu melainkan orang mukmin.[3]
4. Menjaga Sumpah
Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dan jagalah sumpahmu [al-M-idah/5:89]


Apabila seseorang bersumpah kemudian ia tidak melaksanakan sumpah tersebut atau dilanggar,
maka ia berdosa dan wajib membayar kaffrat (tebusan). Yaitu:
1. Memberi makan 10 orang miskin, atau
2. Memberikan pakaian kepada mereka, atau
3. Memerdekakan budak.
Barangsiapa yang tidak mampu melakukannya, maka ia berpuasa tiga hari.
Dan jangan sekali-kali bersumpah dengan selain nama Allah Azza wa Jalla . Krena barangsiapa
bersumpah dengan selain nama Allah Azza wa Jalla , ia telah berbuat syirik.


Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah ber-buat syirik [4]
5. Menjaga Kepala Dan Perut.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:





.

Hendaklah kalian malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Barangsiapa yang malu kepada
Allah dengan sebenar-benarnya, maka hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya,
hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan hendaklah ia selalu ingat kematian
dan busuknya badan. Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat, hendaklah ia
meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sungguh
ia telah malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu.[5]
Yang ada pada kepala adalah: (1) mata, yaitu dengan menjaganya agar tidak melihat yang haram,
(2) telinga, yaitu dengan menjaganya agar tidak mendengarkan hal-hal yang haram, seperti musik,
lagu, ghibah, dan lainnya, dan (3) lisan, yaitu dengan menjaganya dari pembicaraan yang
mengandung dosa berupa ghibah, caci maki, adu domba, memfitnah dan semisalnya. Sedang
menjaga perut ialah dengan menjaganya agar barang-barang yang haram tidak masuk ke
dalamnya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Setiap badan yang dagingnya tumbuh dari yang haram, maka neraka lebih layak bagi dirinya. [6]
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Niscaya Dia Akan Menjagamu.
Maksudnya, barangsiapa menjaga perintah-perintah Allah Azza wa Jalla dan melaksanakan
kewajibannya serta menahan diri dari apa yang dilarang darinya, niscaya Allah Azza wa Jalla akan
menjaga agama, keluarga, harta, dan dirinya karena Allah Azza wa Jalla akan membalas orang-
orang yang berbuat baik dengan kebaikan-Nya. Karena, amal itu tergantung dari jenis amal. Allah
Azza wa Jalla berfirman:



Jika engkau menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu. [Muhammad/47:7]
Penjagaan Allah Azza wa Jalla terhadap hamba-Nya terbagi dua:
Pertama : Allah Azza wa Jalla akan menjaga para hamba-Nya dalam urusan duniawinya. Seperti
penjagaan Allah atas badan, harta, anak, dan keluarga dari para hamba-Nya. Allah akan menjaga
anak keturunan orang-orang shalih yang menjaga batas-batas-Nya, sebagaimana firman-Nya:


Dan ayah kedua (anak ini) adalah orang shalih. [al-Kahfi/18:82]
Di dalam (ayat ini) terdapat dalil bahwa seorang yang shalih akan senantiasa dijaga keturunannya
oleh Allah Azza wa Jalla . Begitu juga, barokah ibadahnya mencakup para anak keturunannya di
dunia dan di akhirat.[7] Apabila seorang hamba menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah
Azza wa Jalla , maka Allah Azza wa Jalla akan menjaganya.[8]
Kedua, dan ini yang paling penting, yaitu penjagaan Allah Azza wa Jalla atas agamanya dan
menyelamatkannya dari kesesatan. Karena, jika seseorang diberi petunjuk, maka Allah Azza wa
Jalla akan menambahkan petunjuk kepadanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan
menganugerahi ketakwaan kepada mereka. [Muhammad/47:17]
Dari keterangan ini diketahui bahwa orang yang tidak menjaga Allah Azza wa Jalla , maka dia tidak
berhak mendapat penjagaan-Nya. Dan di dalamnya juga terkandung motivasi untuk selalu menjaga
batas-batas Allah Azza wa Jalla .
2. KEBERSAMAAN DAN PERTOLONGAN ALLAH SUBHANAHU WA TAALA BAGI ORANG-
ORANG YANG BERTAKWA
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya
di hadapanmu.
Maksudnya, barangsiapa menjaga batas-batas Allah Azza wa Jalla dalam diri dan keluarganya serta
tetap istiqamah dalam mengikuti al-Qur-n dan Sunnah, maka Allah Azza wa Jalla akan
bersamanya dalam setiap keadaan. Allah Azza wa Jalla akan selalu memperhatikannya,
menjaganya, memberikan taufik kepadanya, meluruskannya, dan senantiasa melindungi, dan
menolongnya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan.
[an-Nahl/16:128]
Qatadah rahimahullah berkata, Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla , maka
Allah Azza wa Jalla akan bersamanya. Dan barangsiapa yang Allah Azza wa Jalla bersamanya,
maka dia masuk dalam golongan yang tidak dapat dikalahkan, dia bersama penjaga yang tidak
tidur, dan dia bersama pemberi petunjuk yang tidak menyesatkan.[9]
3. KENALILAH ALLAH SUBHANAHU WA TAALA DI SAAT SENANG, NISCAYA ALLAH
SUBHANAHU WA TAALA MENGENALMU DI SAAT SUSAH
Ini adalah hikmah nabawiyah yang selayaknya dijaga dan disebarkan yaitu melakukan ajakan untuk
mengenal Allah Azza wa Jalla di saat senang, sehat, kaya, aman, dan kuat. Mengenal Allah Azza
wa Jalla dapat dilakukan dengan cara menjaga berbagai kewajiban, menjauhi berbagai larangan,
dan menambah usaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak amalan sunnah.
Maka, barangsiapa mengenal Allah Azza wa Jalla dalam keadaan seperti ini, Allah Azza wa Jalla
akan mengenalnya pada saat keadaannya susah, sempit, fakir, sakit.
Sungguh, kekasih kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam telah mengenal Rabb-nya di
saat senang, maka Allah Azza wa Jalla mengenal beliau pada saat berada di gua, pada saat Perang
Badar, dan Perang Ahzb, lalu Allah Azza wa Jalla menolongnya, meneguhkannya, mengalahkan
musuh-musuhnya. Demikian pula, Nabi Yunus q mengenal Rabb-nya pada saat senang, maka Allah
Azza wa Jalla mengenalnya pada saat berada di dalam perut ikan lalu menyelamatkannya,
meneguhkan hatinya, dan menolongnya.[10] Maka, barangsiapa yang bermuamalah dengan Allah
Azza wa Jalla dengan takwa dan menaati-Nya di saat senang, maka Allah Azza wa Jalla akan
memberikan kasih sayang kepadanya dan menolongnya di saat dia mengalami kesulitan.[11]
4. SABDA RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM: JIKA ENGKAU MEMINTA, MAKA
MINTALAH KEPADA ALLAH.
Maksud dari meminta di hadits ini adalah doa, sedang doa adalah ibadah. Rasululllah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,


Doa adalah ibadah.
Kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla :

Rabb kalian berfirman, Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan doa kalian.[Ghfir/40:60] [12]
Wajib bagi setiap muslim agar meminta kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak boleh meminta
kepada selain Allah Azza wa Jalla dalam perkara-perkara yang tidak mungkin terwujudkan kecuali
oleh Allah Azza wa Jalla semata. Barangsiapa jatuh ke dalamnya, berarti ia telah jatuh dalam
kesyirikan. Allah Azza wa Jalla berfirman,



Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdoa (menyembah) kepada selain
Allah, (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat [al-
Ahqf/46:5]
Adapun tentang meminta-minta kepada manusia dalam urusan dunia yang mampu diwujudkan,
maka terdapat dalil-dalil yang banyak yang melarang dan mengecamnya. Diantaranya, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


.
Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain, hingga ia datang pada hari Kiamat dalam
keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.[13]
Hadits ini dan yang sepertinya menunjukkan haramnya minta-minta kepada orang lain, dan tidak
boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.
5. SABDA RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM: JIKA ENGKAU MEMINTA
PERTOLONGAN, MINTALAH PERTOLONGAN KEPADA ALLAH.
Maksudnya, jika engkau meminta suatu kebutuhan maka janganlah meminta kecuali kepada Allah
Azza wa Jalla , jangan sekali-kali meminta kepada makhluk. Seandainya engkau meminta kepada
makhluk sesuatu yang ia mampu memberikannya, maka ketahuilah bahwa itu termasuk perantara
saja, sedang yang berkuasa mewujudkan sebab itu adalah Allah Azza wa Jalla . Jika Allah Azza wa
Jalla berkehendak, Dia akan menghalanginya memberikan apa yang engkau minta. Maka
bersandarlah hanya kepada Allah Azza wa Jalla . [14]
Seorang hamba meskipun telah diberikan kedudukan, kekuatan, dan kekuasaan, dia tetap saja tak
mampu dan lemah untuk mendatangkan manfaat dan menolak bahaya dari dirinya sendiri. Oleh
karena itu, ia wajib meminta tolong kepada Allah Azza wa Jalla semata untuk kebaikan agama dan
dunianya. Barangsiapa yang ditolong Allah Azza wa Jalla , dialah orang yang ditolong dan diberi
taufik, dan barangsiapa yang dihinakan-Nya dan dibiarkan sendirian, maka dialah orang yang rugi
dan bangkrut.
Maka, wajib atas setiap muslim untuk memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla untuk
menaati-Nya dan meninggalkan perbuatan maksiat kepada-Nya, mohon pertolongan untuk sabar
terhadap seluruh takdir-Nya serta keteguhan hati pada hari bertemu dengan-Nya, yaitu pada hari
dimana anak dan harta tidak bermanfaat lagi.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan. [al-Ftihah/1:5]
Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan
jangan lemah.[15]
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada Muadz bin Jabal Radhyallahu
anhu agar selalu berdzikir sesudah shalat wajib lima waktu, agar membaca:


Ya Allah, tolonglahlah aku dalam berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah
dengan baik kepada-Mu[16]
Seorang hamba pasti memerlukan bantuan Allah Azza wa Jalla, baik untuk mengerjakan perintah
atau meninggalkan larangan dan sabar dalam ujian, seperti yang dialami oleh Nabi Yakub
Alaihissallam yang telah beliau sampaikan kepada putranya lewat firman Allah Azza wa Jalla :



Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku), dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya
terhadap apa yang kamu ceritakan. [Ysuf/12:18]
6. IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (yang artinya) : Ketahuilah, bahwa seandainya
seluruh ummat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat
memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu.
Maksudnya, jika seluruh manusia yang pertama sampai yang terakhir berkumpul untuk memberikan
suatu manfaat kepadamu, mereka sekali-kali tidak akan mampu melakukannya, kecuali dengan
sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Oleh karena itu, apabila ada makhluk yang
memberikan manfaat kepada seseorang, maka hal itu pada hakikatnya bersumber dari Allah Azza
wa Jalla karena Allahlah yang telah menentukan manfaat itu untuknya. Hal ini menjadi pendorong
bagi kita untuk bersandar kepada Allah dan meyakini bahwa seluruh manusia tidak akan mampu
mendatangkan suatu kebaikan kepada kita atau membahayakan kita kecuali dengan izin Allah
Subhanahu wa Taala.[17]
Sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam : Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan
suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan
kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.
Oleh karena itu, jika engkau mendapat keburukan dari seseorang, yakinilah bahwa Allah telah
menetapkan keburukan itu atasmu, maka ridhalah terhadap qadha dan qadar Allah. Dan tidak ada
salahnya engkau berusaha menolak keburukan tersebut karena Allah Taala berfirman,



Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa [asy-Syr/42: 40][18]
Sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam : Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah
kering.
Ini adalah kiasan yang menunjukkan bahwa penulisan semua takdir telah selesai sejak dahulu kala.
Karena sebuah buku jika telah selesai ditulisi, pena-pena diangkat darinya, dan telah berlalu sekian
lama, maka tinta yang dipakai menulis menjadi kering, dan buku-buku yang ditulis dengan tinta itu
menjadi kering pula. Ini merupakan kiasan terbagus dan terindah. [19]
Semua yang terjadi dan yang akan terjadi di langit dan di bumi serta di antara keduanya, mulai
penciptaan makhluk sampai manusia masuk Surga dan Neraka, semua itu sudah tercatat di Lauhul
Mahfzh.
Banyak sekali ayat al-Quran dan hadits-hadits yang menunjukkan makna tersebut. Di antaranya,
firman Allah Taala,





Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis
dalam Kitab (Lauh Mahfzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah
bagi Allah. [al-Hadd/57: 22].
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

: ! :
:
Sesungguhnya makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman
kepadanya, Tulislah. Ia menjawab, Wahai Rabb-ku, apa yang harus aku tulis? Allah berfirman,
Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadi hari Kiamat.[20]
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallamjuga bersabda,





.
Allah telah menulis takdir-takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan
bumi.[21]
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan
menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu.
Maksudnya, apa yang telah terjadi padamu tidak akan tertolak darimu, dan apa yang tidak akan
engkau peroleh tidak mungkin pula engkau mendapatkannya. Mungkin juga (sabda Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallamdiatas-red) bermakna : apa yang telah Allah takdirkan akan
menimpamu, tidak akan meleset darimu, pasti terjadi. Dan apa yang Allah takdirkan tidak
menimpamu, maka hal itu tidak akan menimpamu selama-lamanya. Segala urusan ada di tangan
Allah. Kondisi ini mendorong manusia agar bersandar kepada Allah secara total. [22]
Iman kepada qadha dan qadar memiliki empat tingkatan:
1. al-ilmu : maksudnya seorang mukmin yang beriman kepada qadar harus meyakini bahwa Allah
Maha Mengetahui semua yang ada di alam ini,
2. al-Kitbah, maksudnya seorang mukmin meyakini bahwa semua kejadian baik yang telah,
sedang, maupun akan terjadi- telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfuzh
3. al-Masy-ah, maksudnya seorang mukmin meyakini bahwa semua hal yang terjadi tidak lepas dari
kehendak Allah
4. al-Khalq, maksudnya bahwa manusia mempunyai kehendak dan keinginan, akan tetapi
semuanya tidak lepas dari kehendak dan kekuasaan Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman,


Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb
semesta alam. [ at-Takwr/81: 29]
Kemudian meyakini bahwa semua yang terjadi ini karena Allah yang menciptakannya. Allah l
berfirman,


Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. [ash-Shafft/37: 96]
Sedangkan terhadap musibah, ada dua tingkatan bagi orang mukmin yaitu : (1) Ridha dengannya.
(Ini tingkatan yang paling tinggi). Dan (2) Sabar terhadapnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

:



.
Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh, semua urusannya adalah baik, dan
yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan
kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia
bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya [23]
7. KEMENANGAN ADA BERSAMA KESABARAN
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama
kesabaran.
Dalam kalimat ini terdapat anjuran agar berlaku sabar karena jika (diketahui) kemenangan bersama
kesabaran, maka seseorang pasti akan bersabar demi memperoleh kemenangan.[24] Makna seperti
ini diperkuat oleh firman Allah Azza wa Jalla ,





Orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Allah mengatakan, Betapa banyak
kelompok kecil dapat mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah bersama dengan
orang-orang yang bersabar. [al-Baqarah/2: 249]
Sabar ada tiga macam :
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah,
2. Sabar dalam meninggalkan maksiat,
2. Sabar dalam menerima musibah atau takdir yang buruk dari Allah Azza wa Jalla.
Demikian pula dalam menghadapi musuh-musuh Allah, butuh kesabaran karena dalam jihad
terdapat banyak kesulitan dan hal-hal yang tidak mengenakkan. Sabar dalam menghadapi mereka
merupakan sebab dan jalan mendapat kemenangan sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam, baik dalam jihad melawan musuh yang nampak, yaitu orang-orang
kafir, maupun dalam jihad melawan musuh yang tidak nampak, yaitu hawa nafsu. Orang yang sabar
pada kedua jihad ini, ia akan ditolong dan akan berhasil mengalahkan musuhnya. Sedangkan yang
tidak bersabar dan berkeluh kesah, maka ia akan kalah dan menjadi tawanan musuh atau terbunuh.
Pertolongan Allah pasti datang bila kaum mukminin menolong agama Allah dengan cara
melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Saat melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan inilah mutlak diperlukan kesabaran. Tanpa kesabaran, tidak
mungkin bisa melakukannya.
8. KELAPANGAN ADA BERSAMA KESEMPITAN
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Dan kelapangan bersama kesempitan.
Terkadang musibah, fitnah, dan cobaan menimpa seorang muslim sehingga urusannya menjadi
sulit, dunia terasa sempit dan rasa sedih serta galau semakin bertambah. Apabila ia mengharapkan
pahala, bersabar, dan mengetahui bahwa apa yang menimpanya adalah atas takdir Allah serta tidak
putus asa dari rahmat Allah, niscaya inyah (pertolongan) Allah, maaf-Nya, ampunan-Nya, dan
rahmat-Nya akan dia peroleh. Itulah kelapangan. Allah Taala berfirman :




Ataukah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan,
penderitaan, dan guncangan (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya berkata, Kapankah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu dekat. [al-Baqarah/2: 214]
Betapa sering Allah Azza wa Jalla membawakan kisah-kisah tentang ujian dan cobaan yang dialami
para Nabi, kemudian Allah Azza wa Jalla menyebutkan pertolongan-Nya. Seperti kisah Nabi Nuh
Alaihissallam dan pengikutnya yang diselamatkan di atas perahu, Nabi Ibrahim Alaihissallam
diselamatkan dari api, Nabi Ismail Alaihissallam diganti dengan domba ketika diperintahkan Allah
untuk disembelih. Kisah lainnya, Nabi Musa Alaihissallam dan pengikutnya yang diselamatkan dari
Firaun, kisah Nabi Yunus alaihissallam . Juga kisah Nabi Muhammmad Shallallahu alaihi wa sallam
yang ditolong ketika bersembunyi di gua, dibantu pada waktu Perang Badar, Perang Uhud, Perang
Khandaq, Perang Ahzb, Perang Hunain dan lain-lain.
9. SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
Maksudnya, setiap kemudahan akan datang setelah adanya kesulitan, bahkan setiap kesulitan itu
akan diiringi dua kemudahan: kemudahan sebelumnya dan kemudahan yang akan datang. Allah
Taala berfirman,

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. [al-Insyirh/94: 5-6] [25]
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallamdiatas menegaskan bahwa kesulitan tidaklah
menimpa manusia terus menerus selama ia ridha dengan ketentuan Allah, senantiasa komitmen
terhadap segala perintah dan larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengganti
kesulitan dengan kemudahan. Allah Taala berfirman,


Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya
[ath-Thalq/65: 3] [26]
FAWAA-ID HADITS
1. Bolehnya membonceng di atas kendaraan orang lain.
2. Disunnahkan mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada ummat dengan perkataan yang ringkas.
3. Berkemauan keras untuk membina kaum muslimin.
4. Balasan pahala itu tergantung dari jenis amalan.
5. Wajib atas seorang hamba menjaga batas-batas Allah, menjaga tauhid, shalat lima waktu,
menjaga matanya, auratnya dan tidak boleh melewati batas dan wajib untuk mengagungkan-Nya.
6. Barangsiapa yang tidak menjaga batas-batas Allah, maka Allah tidak akan menjaganya. (al-
Hasyr/59: 19).
7. Diharamkan meminta kepada selain Allah dalam hal-hal yang makhluk tidak mampu
memberikannya seperti rizki, kesembuhan, ampunan, dan lain sebagainya
8. Seluruh makhluk itu lemah dan butuh kepada Allah Azza wa Jalla . Karena itu, seorang hamba
wajib memohon pertolongan hanya kepada Allah Azza wa Jalla
9. Wajib beriman kepada al-Qadha wal Qadar yang baik maupun yang buruk. Semua yang terjadi di
langit dan di bumi sudah ditaqdirkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang terluput
10. Wajib bagi setiap hamba untuk mencari keridhaan Allah meski dibenci oleh manusia lainnya
11. Seorang hamba tidak sanggup untuk mendatangkan manfaat bagi dirinya dan tidak sanggup
untuk menolak bahaya, melainkan dengan izin Allah Subhanahu wa Taala . Karena itu, ia wajib
menggantungkan harapannya hanya kepada Allah.
12. Perbuatan makarmeskipun direncanakan oleh orang banyaktidak akan terlaksana kecuali
dengan izin Allah Azza wa Jalla (Qs at-Taubah/9: 51).
13. Catatan takdir di Lauhul Mahfzh adalah tetap, tidak dapat diganti dan berubah lagi.
14. Perbanyaklah ibadah, dzikir, doa, dan lainnya di saat senang, maka Allah Azza wa Jalla akan
menolongmu di saat mengalami kesulitan.
15. Setiap kesulitan dan kesusahan yang menimpa seorang hamba, pasti sesudahnya ada
kelapangan dan kemudahan.
16. Kelapangan dan kemudahan selalu menyertai orang yang mengalami kesulitan.
17. Bila seorang hamba ditimpa kesulitan, maka hendaklah ia memohon kepada Allah agar
dihilangkan kesulitannya. Karena hanya Allah yang dapat memberikan manfaat dan menolak
bahaya (kesulitan). (al-Anm/6:17, Ynus/10: 107).
18. Allah akan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada para hamba-Nya yang sabar.
19. Jihad di jalan Allah membutuhkan kesabaran dan istiqamah.
20. Dengan kesabaran dan keyakinan, kepemimpinan dalam agama dapat diproleh. (Perkataan
Syaikhul Islm Ibnu Taimiyyah)
Maraji :
1. Al-Qur-an dan terjemahnya.
2. Kutubus Sabah.
3. as-Sunanul Kubr lin Nasi.
4. Shahh Ibni Hibbn dengan at-Taliqtul Hisn ala Shahih Ibni Hibbn.
5. Sunan ad-Drimi.
6. Mushannaf Abdurrazzq.
7. Mushannaf Ibni Abi Syaibah.
8. Mustadrak al-Hkim.
9. Sunan al-Baihaqi.
10. Syarhus Sunnah, karya Baghawi.
11. Syarh Manil Aatsr, karya ath-Thahwi.
12. Al-Mujamul Kabr, karya ath-Thabrani.
13. Al-Muntaq, karya Ibnul Jarud.
14. Jmiul Ulm wal Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali. Tahqiq: Syuaib al-Arnauth dan Ibrahim
Bjis.
15. Nrul Iqtibs bi Washiyyatir Rasl libni Abbs, karya Ibnu Rajab al-Hanbali.
16. Silsilah al-Ahdts ash-Shahhah.
17. Shahh al-Jmiish Shaghr.
18. Qawid wa Fawid minal Arban an-Nawawiyyah, karya Nazhim Muhammad Sulthn.
19. al-Wf f Syarh al-Arban an-Nawawiyyah, karya Dr. Musthafa al-Bugha dan Muhyidin Mustha.
20. Syarhul Arban an-Nawawiyyah, karya Syaikh Muhammad bin Shlih al-Utsaimin.
21. Dan kitab-kitab lainnya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10-11/Tahun XIII/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Shahih: HR. al-Bukhri (no. 2856, 5967), Muslim (no. 30 (48), 30 (49)), Abu Dwud (no. 2559),
dan at-Tirmidzi (no. 2643).
[2]. Shahih: HR. Muslim (no. 223).
[3]. Shahih: HR. Ahmad (V/282) dari Sahabat Tsauban Radhiyallahu anhu . Lihat Silsilah al-Ahdts
ash-Shahhah (no. 115).
[4]. Shahih: HR. Ahmad (II/34, 69, 86), at-Tirmidzi (no. 1535), dan al-Hkim (IV/297).
[5]. Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 2458), Ahmad (I/ 387), al-Hkim (IV/323), dan al-Baghawi dalam
Syarhus Sunnah (no. 4033). Lihat Shahh al-Jmiish Shaghr (no. 935).
[6]. Shahih: HR. al-Baihaqi dalam Syuabul Imn (no. 5375), Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliy (I/65,
no. 67), dan Abu Yala dalam Musnadnya (no. 78, 79), dari Shahabat Abu Bakar ash-Shiddiq.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albni. Lihat Shahh al-Jmiish Shaghr (no. 4519).
[7]. Tafsr Ibnu Katsr (III/111).
[8]. Jmiul Ulm wal Hikam (I/467).
[9]. Hilyatul Auliy (II/386, no. 2659).
[10]. Lihat Qawid wa Faw-id (hal. 176).
[11]. Jmiul Ulm wal Hikam (I/474).
[12]. Shahih: HR. Abu Dwud (no. 1479), at-Tirmidzi (no. 3247), Ibnu Mjah (no. 3828).
[13]. Shahih: HR. Al-Bukhri (no. 1474) dan Muslim (no. 1040 (104)). Lafazh Muslim dari Ibnu Umar
Radhiyallahu anhuma.
[14]. Lihat Syarh al-Arban an-Nawawiyyah (hal. 225).
[15]. Shahih: HR. Muslim (no. 2664).
[16]. Shahih: HR. Ahmad (5/245), Abu Dwud (no. 1522), an-Nas-i (3/53), dan al-Hkim (1/273;
3/273).
[17]. Lihat Syarah al-Arban an-Nawawiyyah (hal. 226).
[18]. Lihat Syarah al-Arban an-Nawawiyyah (hal. 226).
[19]. Lihat Jmiul Ulm wal Hikam (I/482).
[20]. Shahih: HR. Abu Dawud (no. 4700), at-Tirmidzi (no. 2155, 3319), Ibnu Abi Ashim dalam as-
Sunnah (no. 102), Ahmad (V/317), dan selainnya dari Ubadah bin Shamit.
[21]. Shahih: HR. Muslim (no. 2653), Ahmad (II/169), dan at-Tirmidzi (no. 2156) dari Shahabat Amr
bin al-Ash .
[22]. Lihat Syarah al-Arbaiin an-Nawawiyyah (hal. 227).
[23]. Shahih: HR. Muslim (no. 2999 (64)), Ahmad (VI/16), ad-Drimi (II/318) dan Ibnu Hibbn (no.
2885, at-Talqatul Hisn al Shahh Ibni Hibbn), dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan . Lafazh ini milik
Muslim.
[24]. Lihat Syarah al-Arban an-Nawawiyyah (hal. 227).
[25]. Lihat Syarah al-Arban an-Nawawiyyah (hal. 228).
[26]. Lihat al-Wf f Syarh al-Arban an-Nawawiyyah (hal. 147).

Sumber: https://almanhaj.or.id/3484-jagalah-allah-azza-wa-jalla-niscaya-allah-azza-wa-jalla-
menjagamu.html

Anda mungkin juga menyukai