Anda di halaman 1dari 6

PENGAWASAN SUMBER BENIH KAKAO DI WILAYAH KERJA

BBPPTP MEDAN
Oleh : Tiodor S. Situmorang, SSi
PBT Ahli Madya BBPPTP Medan

PENDAHULUAN
Tanaman kakao merupakan komoditi andalan penyumbang devisa
negara disamping komoditi perkebunan yang lain seperti kelapa sawit,
kopi, teh dan karet. Lahan penanaman kakao selain dikelola oleh
perusahaan besar, sebagian juga dikelola oleh petani atau masyarakat.
Kakao merupakan salah satu jenis tanaman penyegar yang
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar karena memiliki nilai
ekonomi tinggi. Areal penanaman tanaman kakao tersebar luas hampir di
seluruh wilayah Indonesia dengan sentra-sentra pengembangan berada di
wilayah Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Barat dan Sulawesi Tengah.
Kebutuhan akan benih unggul bermutu semakin meningkat dari
tahun ke tahun, tidak hanya terbatas untuk pemenuhan program
pengembangan perkebunan melalui dana APBN/APBD tetapi juga
swadaya petani. Agar sasaran pemerintah dapat berhasil maka perlu
didukung dengan ketersediaan benih unggul kakao bermutu secara 6
(enam) tepat yaitu mutu, jumlah, jenis, waktu, lokasi dan harga.
Sehubungan dengan hal tersebut bahan tanaman kakao harus berasal
dari sumber-sumber benih kakao yang telah memenuhi persyaratan teknis
dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian/Direktorat
Jenderal Perkebunan.
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
(BBPPTP) Medan adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pusat Kementerian Pertanian, berdasarkan Permentan
No.9/Permentan/OT.140/2/2008, tanggal 06 Februari 2008 mempunyai
tugas dan fungsi salah satunya adalah pelaksanaan pengujian mutu dan
sertifikasi benih dalam rangka pemberian sertifikat layak edar serta
pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas
provinsi.

1
HASIL PENGAWASAN SUMBER BENIH KAKAO

1. PT. PP. London Sumatera Indonesia


Kebun sumber benih kakao milik PT. PP. London Sumatera
Indonesia, ditetapkan sebagai sumber benih kakao dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 96/Kpts/KB.820/2/1988, tanggal 22
Februari 1988. Kebun benih kakao milik PT. London Sumatera berlokasi di
Desa Bahlias, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Propinsi
Sumatera Utara. Luas kebun adalah 7.6 ha tetapi yang produktif saat ini
seluas 3.6 ha, tahun tanam 1980, populasi 2.417 pohon. Kebun sumber
benih tersebut telah berumur 36 tahun sehingga perlu dilakukan rehabilitasi
karena sudah tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor: 314/Kpts/KB.020/10/2015, tanggal 30 Oktober 2015,
tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih
Tanaman Kakao.

2. PPKS Medan Kebun Aek Pancur


Kebun Benih kakao milik PPKS Medan yang dikenal dengan Kebun
Aek Pancur ditetapkan sebagai sumber benih kakao dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 53/Kpts/KB.820/1/1991, tanggal 30
Januari 1991. Kebun Aek Pancur berlokasi di Desa Aek Pancur,
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
Utara. Luas kebun 5.33 ha, tahun tanam 1990, populasi 3.664 pohon.
Kebun sumber benih tersebut telah berumur 26 tahun sehingga perlu
dilakukan rehabilitasi karena sudah tidak sesuai dengan Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 314/Kpts/KB.020/10/2015,
tanggal 30 Oktober 2015, tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi,
Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Kakao.

2
3. Kebun Benih Rudi Indrayadi
Kebun benih kakao milik Rudi Indrayadi ditetapkan sebagai sumber
benih kakao dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perkebunan
Nomor: 56/Kpts/LB.320/5/07, tanggal 23 Mei 2007. Kebun benih Rudi
Indrayadi berlokasi di Desa Padang Mardani, Kecamatan Lubuk Basung,
Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Luas kebun benih 1 ha, tahun
tanam 2005, populasi 1.100 pohon dan taksasi potensi produksi 229.295
butir. Berdasarkan pada hasil pengawasan sumber benih kakao yang
dilakukan pada bulan Desember 2016 kebun benih tersebut masih layak
sebagai sumber benih kakao.

4. PT. Inang Sari


Kebun Benih kakao milik PT. Inang Sari terdiri dari Kebun Benih I,
Kebun Benih II dan Kebun Benih III. Kebun Benih I ditetapkan dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor:396/Kpts/KB.320/6/93, tanggal 04
Juni 1993, berlokasi di Desa Sitanang, Kecamatan Ampek Nagari,
Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Luas kebun 4.5 ha, tahun
tanam 1989. Kebun Benih II ditetapkan sebagai sumber benih kakao
dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor:
57/Kpts/LB.320/5/07, tanggal 23 Mei 2007. Kebun berlokasi di Desa Padang
Kalam, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera
Barat, seluas 5 ha, tahun tanam 1995. Kebun Benih III ditetapkan sebagai
sumber benih kakao dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perkebunan Nomor:01/Kpts/SR.120/01/2011, tanggal 03 Januari 2011.
Kebun berlokasi di Desa Padang Mardani, Kecamatan Lubuk Basung,
Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Luas kebun 5 ha, tahun tanam
1996. Populasi tanaman pada ketiga kebun benih tersebut sebanyak 17.566
pohon dan taksasi potensi produksi benih pada Kebun Benih II dan III
adalah 543.110 butir. Berdasarkan pada hasil pengawasan sumber benih
kakao bulan Desember 2016 kebun sumber benih tersebut masih layak
sebagai sumber benih kakao, tetapi pada Kebun Benih I telah berumur 27
tahun sehingga perlu dilakukan rehabiltasi karena sudah tidak sesuai
dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:

3
314/Kpts/KB.020/10/2015, tanggal 30 Oktober 2015, tentang Pedoman
Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Kakao.

5. PT. Tri Bakti Sarimas


Kebun Benih kakao milik PT.Tri Bakti Sarimas terdiri Kebun Benih I
dan kebun benih II. Kebun Benih I ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:396/Kpts/KB.320/6/93,
tanggal 04 Juni 1993. Kebun berlokasi di Desa Pangkalan, Kecamatan
Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau. Luas kebun 10
ha, tahun tanam 1997. Kebun Benih II ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:40/Kpts/KB.320/02/2009,
tanggal 24 Februari 2009. Kebun berlokasi di Desa Sei Besar, Kecamatan
Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau. Luas kebun 4
ha, tahun tanam 2003. Populasi pada kedua kebun benih tersebut
sebanyak 13.815 pohon dan taksasi potensi produksi benih 969.836 butir.
Berdasarkan pada hasil pengawasan sumber benih kakao yang dilakukan
pada bulan Nopember 2016 kebun sumber benih tersebut masih layak
sebagai sumber benih kakao.

6. CV. Scorpio Komunikasi


Kebun Benih kakao milik CV. Scorpio Komunikasi, ditetapkan
sebagai sumber benih kakao dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Perkebunan Nomor: 160/Kpts/SR.120/5/2014, tanggal 28 Mei 2014. Kebun
berlokasi di Desa Gando Kenagarian Piobang, Kecamatan Payakumbuh,
Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera Barat. Luas kebun 1.5 ha,
tahun tanam 2007, populasi 783 pohon dan taksasi potensi produksi benih
453.416 butir. Berdasarkan pada hasil pengawasan sumber benih kakao
yang dilakukan pada bulan Desember 2016 kebun sumber benih tersebut
masih layak sebagai sumber benih kakao.

4
7. PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina
Kebun benih kakao milik PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Adolina, ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perkebunan Nomor: 125/Kpts/SR.120/05/2009, tanggal 11 Mei 2009.
Kebun berlokasi di Desa Adolina, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten
Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. Luas kebun 48 ha tetapi yang
produktif 23.40 ha, tahun tanam 1991, populasi 25.739 pohon. Kebun
benih telah berumur 26 tahun sehingga perlu dilakukan rehabiltasi karena
sudah tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor: 314/Kpts/KB.020/10/2015, tanggal 30 Oktober 2015,
tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih
Tanaman Kakao.

8. PT. Perkebunan Nusantara VII Lampung Kebun Way Berulu


Kebun benih kakao milik PT. Perkebunan Nusantara VII Lampung
Kebun Way Berulu, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perkebunan Nomor: 336/Kpts/KB.350/7/1992, tanggal 14 Juni 1992. Kebun
berlokasi di Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten
Pesarawan, Propinsi Lampung. Luas kebun 8.9 ha, tahun tanam 1989,
populasi 8.353 pohon. Kebun sumber benih tersebut telah berumur 27
tahun sehingga perlu dilakukan rehabiltasi karena sudah tidak sesuai
dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
314/Kpts/KB.020/10/2015, tanggal 30 Oktober 2015, tentang Pedoman
Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Kakao.

PENUTUP

1. Kebun sumber benih kakao yang masih layak adalah kebun PT. Tri
Bakti Sarimas, PT. Inang Sari (Kebun Benih II dan III), Kebun Benih
Rudi Indrayadi dan CV. Scorpio Komunikasi.
2. Kebun sumber benih kakao yang perlu segera direhabilitasi adalah
kebun PT. London Sumatera, PPKS Kebun Aek Pancur,
PT. Perkebunan IV Kebun Adolina, PT. Inang Sari (Kebun Benih I) dan
PT. Perkebunan Nusantara VII Lampung.

5
REFERENSI :

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:


314/Kpts/KB.020/10/2015, tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi,
Peredaran Dan Pengawasan Benih Tanaman Kakao. Jakarta.

Rahardjo Pudji, 2011, Menghasilkan benih dan bibit kakao unggul,


Penebar Swadaya. Jakarta,.

BBPPTP Medan, 2016. Laporan akhir tahun monitoring evaluasi dan


inventarisasi sumber benih/kebun entres kakao.

Anda mungkin juga menyukai