PENDAHULUAN
pernapasan, adakalanya dengan hasil fatal. Penyakit ini juga dikenal sebagai
Angioneurotic edema sebab pasien sering mengeluh suatu sensasi choking dan
pria. Angioedema tipe lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan yang kuat
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi Angioedema
submukosa. Hal ini pertama kali ditemukan pada tahun 1586. Istilah lainnya
adalah giant urticaria, Quincke edema, dan angioneurotic edema yang telah
Angioedema adalah urtika yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam
saluran napas, saluran cerna dan organ kardiovakular. Kulit dapat terlihat normal
tapi menimbulkan keluhan sakit dan rasa terbakar dibandingkan rasa gatal.
dianggap kronik.
2.2. Epidemiologi
[HAE] dan angioedema yang didapat [AAE]) terjadi pada 10-20% populasi pada
2
jarang ditemukan. Sampai tahun 2006, hanya sekitar 136 kasus yang dilaporkan
dalam literatur. Sedangkan menurut laporan, insidensi AIIA bervariasi dari 0.1% -
6%.
hubungan yang jelas antara ras dengan jumlah dan derajat keparahan penyakit.
pria. Angioedema tipe lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan yang kuat
serangan setelah dewasa dan insidensi puncaknya terjadi pada dekade ketiga.
Reaksi alergi terhadap makanan paling sering pada anak-anak. Pasien dengan
HAE, onset gejala sering kali terjadi di usia pubertas. Usia rata-rata pada pasien
Angioedema idiopatik paling sering terjadi pada usia 30-50 tahun dibandingkan
3
2.3.Etiopatogenesis
subkutaneus.
angioedema.
a. Allergic angioedema
4
Mast cell merupakan sel efektor utama terjadinya urtikaria dan angioedema,
linking IgE yang melekat pada permukaan mast cell atau basofil. Akibat
b. Pseudoallergic angioedema
IgE. Akan tetapi gejala yang ditimbulkan sangat mirip dengan allergic
5
c. Non-allergic angioedema
6
Gambar 1. Angioedema herediter. Kiri: Edema berat yang terjadi di daerah
kembali normal.
Angioedema yang didapat (AAE) juga terdiri atas dua jenis. AAE-I
terhadap C1-inhibitor.
(AIIA)
7
dan leher, termasuk mulut, lidah, faring, dan laring. Angiotensin
sekitar 30% kasus AIIA muncul setelah beberapa bulan bahkan beberapa
e. Idiopathic angioedema
kasus mungkin saja dimediasi oleh aktivasi mast cell. Hal yang menjadi
pemicu paling sering adalah panas, dingin, stress emosional, dan latihan.
jaringan bengkak, dapat solitari atau multiple dan umumnya melibatkan wajah,
bibir (gambar 1), lidah, paring dan laring. Jika mengenai kulit dan mukosa
8
membran dapat menyebabkan pelebaran sampai beberapa centimeter (gambar
2). Sebagai tambahan selain wajah, dapat juga melibatkan kulit meliputi tangan,
lengan, kaki, alat kelamin, dan bokong. Biasanya tidak sakit, umumnya
menimbulkan rasa gatal dan dapat terlihat erithema. Pelebaran khas terjadi
9
Terlibatannya sistem pernapasan dan pencernaan terjadi sebagian besar mengikuti
pola herediter. Pola ini, gejalanya mulai berpengaruh pada pasien dekade kedua
terjadi tanpa alasan yang jelas. Gejala pada pernapasan menyerupai pada keadaan
darurat pembedahan meliputi sakit berlanjut, muntah, dan diare berair tapi jarang.
Keterlibatan pernapasan terpusat pada saluran pernapasan bagian atas (faring dan
laring) dan dapat mengancam hidup penderita jika jalan nafas terkena.
2.4. Diagnosis
Dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan klinis, diagnosis urtikaria dan
1. Pemeriksaaan darah, urin rutin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya
menentukan diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test),
10
5. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu.
Pada tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi selular dan pada tingkat
7. Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
kolinergik.
Keterlibatan perioral dan periorbital adalah khas pada alergi angioedema. alergi
angioedema dan jenis lain yang berhubungan dengan ACE- inhibitor sering
mempunyai gejala pada intraoral, dapat berpengaruh pada bibir, lidah, uvula,
12
2.6. DIAGNOSIS BANDING
dermatitis herpetiformis:
1. Eritema multiforme
sistem imun, dengan karakteristik target lesion pada tangan dan kaki.
alergi terhadap obat sistemik ialah peradangan oleh bakteri dan virus
endokrin seperti kehamilan dan haid, dan penyakit keganasan. Gejala khas
ialah bentuk iris (target lesion) yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian
terjadi pada kulit yang sering terkena paparan sinar matahari. Mungkin pula
Eritema multiforme juga berupa urtika pada mulanya, namun jika lesi
13
Gambar 3. Eritema multiforme. Tampak adanya target lesion pada
punggung tangan.
2. Vaskulitis urtikarial
multiple, bila dipalpasi terasa papul-papul, lesi juga dapat berupa plaque,
daerah ekstensor tungkai bawah. Lama lesi antara 1-4 minggu. Pada waktu
urtikarial berbeda dengan urtikaria yang cepat hilang. Pada penyakit ini
lama urtika lebih dari 24 jam. Rasanya seperti terbakar atau nyeri.
14
Gambar 4. Vaskulitis dengan purpura dan nekrosis kulit.
3. Dermatitis Herpetiformis
seumur hidup, dapat terjadi pada usia anak-anak maupun dewasa, tetapi
tersusun berkelompok dan simetrik serta disertai rasa sangat gatal. Mulainya
ekstensor di lengan atas, sekitar siku, dan lutut. Kelainan yang utama ialah
vesikel, oleh karena itu disebut herpetiformis yang berarti seperti herpes
15
Dermatitis herpetiformis juga diawali dengan papul atau plak urtikaria,
16
2.7. Penatalaksanaan
non-medikamentosa.
1. Non-medikamentosa
aspirin, NSAIDs, kodein dan morfin. Selain itu, mengindari faktor pencetus
2. Medikamentosa
17
Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat bermanfaat. Cara
bergantung pada efek antagonis terhadap histamin pada reseptor H1, namun
kapiler, penekanan sekresi dan penekanan pruritus. Selain efek ini terdapat
pula efek yang tidak berhubungan dengan antagonis reseptor H1, yaitu efek
18
seperti chlorpheniramine maleate. Chlorpheniramine atau diphenhydramine
seringkali diberikan pada wanita hamil karena lebih aman, tetapi pemberian
mencapai kadar puncak dalam waktu 1-4 jam. Masa awitan lebih lambat
secara oral. Golongan ini juga dikenal sehari-hari sebagai antihistamin yang
dalam jumlah sedikit, dan lebih banyak diekskresikan dalam bentuk urin.
karena tidak dapat menembus sawar darah otak. Di samping itu golongan ini
alkohol, dan tidak terdapat penekanan pada SSP serta relatif non-toksik.
19
teratogenik, tetapi sebaiknya penggunaannya dihindari pada wanita hamil,
antihistamin yang kuat, dimulai dengan dosis 10-30 mg, sangat berguna
diulang setiap 10-15 menit, tergantung pada tekanan darah dan nadi yang
20
Pasien urtikaria berat yang tidak berespon dengan pemberian
tidak tersedia, dapat diberikan infus dengan fresh frozen plasma 500-2000
perlu distabilisasikan.(18)
2.8.Komplikasi
21
2.9.Prognosis
diatasi, urtikaria kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Reaksi alergi dari penggunaan obat dapat berakibat fatal terhadap kondisi
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Li HH. Angioedema. [online]. 2012. [cited 2013, Feb 4]. Available from:
http://www.medscape.com/article/135208 .
2. Kaplan AP. Urticaria and angioedema. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's Dermatology
330-42.
Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI; 2005. p. 169-75.
6. Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV. Reactive erythemas and vasculitis.
7. Guyton AC, Hall JE. Urtikaria. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed.
24
8. Kulthanan K, Jiamton S, Boochangkool K, Jongjarearnprasert K. Clinical
and etiological aspects. [online]. 2007. [cited 2013, Feb 4]. Available
from: http://ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12639808 .
11. Grattan CE, Black AK. Urticaria and angioedema. In: Bolognia JL,
Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. New York: Mosby
Elsevier; 2008.
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI; 2005. p.
162.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI; 2005. p. 337-8.
25
16. Wiryadi BE. Dermatosis vesikobulosa kronik. In: Djuanda A, Hamzah M,
Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI;
2005. p. 211.
London. p. 323-9.
26