Makalah Euthanasia
Makalah Euthanasia
EUTHANASIA
HARIATY BURHAN
1412090251
KELAS W.6
MAKASSAR,
2009
Makalaheuthanasia Page 1
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat, rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah Agama dengan judul EUTHANASIA
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai syarat melengkapi tugas Etika dan Kode Etik
Kesehatan Semester I tahun ajaran 2009/2010. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis telah banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kami sebagai penulis mengaku bahwa tak ada gading yang tak retak, oleh
karena itu, sumbang saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa saya
harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan. semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Akhirul kalam ... wabilahit taufiq wal hidayah war ridho wal inayah.
Penulis
Makalaheuthanasia Page 2
DAFTAR ISI
Makalaheuthanasia Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir, karena sudut pandang yang
dipakai sangatlah bertolak belakang, dan lagi-lagi alasan perdebatan tersebut
adalah masalah legalitas dari perbuatan euthanasia. Walaupun pada dasarnya
tindakan euthanasia termasuk dalam perbuatan tindak pidana yang diatur dalam
pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana(KUHP). Di Negara-negara Eropa
(Belanda) dan Amerika tindakan euthanasia mendapatkan tempat tersendiri yang
diakui legalitasnya, hal ini juga dilakukan oleh Negara Jepang. Tentunya dalam
melakukan tindakan euthanasia harus melalui prosedur dan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi agar euthanasia bisa dilakukan.
Ada tiga petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan syarat prasarana
luar biasa. Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah tidak
dapat disembuhkan lagi. Kedua, harga obat dan biaya tindakan medis sudah terlalu
Makalaheuthanasia Page 4
mahal. Ketiga, dibutuhkan usaha ekstra untuk mendapatkan obat atau tindakan
medis tersebut. Dalam kasus-kasus seperti inilah orang sudah tidak diwajibkan lagi
untuk mengusahakan obat atau tindakan medis.
1.2 Permasalahan
Makalaheuthanasia Page 5
2. Mengingat hukum kita menganut positifistik, bagaimana Euthanasia menurut
persepektif hukum Pidana Indonesia?
1.3 Tujuan
Makalaheuthanasia Page 6
BAB II
PEMBAHASAN
Makalaheuthanasia Page 7
Tahun 20-30an abad XX dianggap penting karena mempersiapkan jalan
masalah eutanasia zaman nasional-sosialisme Hittler. Karl Binding (ahli hukum
pidana) dan Alfred Hoche (psikiater) membenarkan eutanasia sebagai pembunuhan
atas hidup yang dianggap tak pantas hidup. Gagasan ini terdapat dalam bukunya
yang berjudul : Die Freigabe der Vernichtung lebnesunwerten Lebens, Leipzig
1920. Dengan demikian, terbuka jalan menuju teori dan praktek Nazi di zaman
Hittler. Propaganda agar negara mengahkiri hidup yang tidak berguna (orang cacat,
sakit, gila, jompo) ternyata sungguh dilaksanakan dengan sebutan Aktion T4 dengan
dasar hukum Oktober 1939 yang ditandatangani Hitler.
Hingga dewasa ini Di Belanda, pengadilan Lwuwarden 21 Februari 1973
menjatuhkan pengadilan simbolis seminggu penjara atas dokter Geertruide Postma
Van Boven yang pada tanggal 19 Oktober 1971 atas permintaan ibunya sendiri yang
berusia 78 tahun dan sakit tak tersembuhkan mengahkiri hidup ibunya dengan
memberikan 200 mg morfin.
Di Amerika, Br. Joseph Charles Fox, tanggal 2 Oktober 1983 sewaktu menjalani
operasi hernia, pernafasannya terhenti dan mengakibatkan anoxia celebral batang
otak. Ia dibantu dengan respirator. Para dokternya menyimpulkan, ia dalam kondisi
permanent Vegetative Stage (PVS). Superiornya, Philip K. Eichner, setelah
berkonsultasi dengan sanak saudara Br. Fox minta penghentian respirator. Rumah
sakit dan distrik Attorney menolak tetapi Supreme Court mengabulkannya.
2.2 Pengertian
Euthanasia berasal dari kata Yunani eu : baik dan thanatos : mati. Maksudnya
adalah mengakhiri hidup dengan cara yang mudah tanpa rasa sakit.
Euthanasia sering disebut : mercy killing (mati dengan tenang). Euthanasia bisa
muncul dari keinginan pasien sendiri, permintaan dari keluarga dengan persetujuan
pasien (bila pasien masih sadar), atau tanpa persetujuan pasien (bila pasien sudah
tidak sadar). Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-
maut. Jadi, secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik.
Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau
penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti
mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat
menjelang kematiannya. Menurut Philo (50-20 SM) euthanasia berarti mati dengan
Makalaheuthanasia Page 8
tenang dan baik, sedangkan Suetonis penulis Romawi dalam bukunya yang berjudul
Vita Ceasarum mengatakan bahwa euthanasia berarti mati cepat tanpa derita.
Makalaheuthanasia Page 9
Contoh euthanasia pasif, misalkan penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit
yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak ada
harapan untuk sembuh. Atau, orang yang terkena serangan penyakit paru-paru
yang jika tidak diobati maka dapat mematikan penderita. Dalam kondisi demikian,
jika pengobatan terhadapnya dihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya.
Apabila nadi tidak bergerak, maka jantung sudah tidak berfungsi, karena
jantung merupakan alat pemompa darah ke seluruh tubuh. bahwa jantung ternyata
digerakkan oleh pusat saraf penggerak yang terletak pada bagian batang otak
kepala.
Menurut Dr. Yusuf Misbach (ahli saraf) terdapat 2 macam kematian otak yaitu
kematian korteks otak yang merupakan pusat kegiatan intelektual dan kematian
batang otak. Kerusakan batang otak lebih fatal karena terdapat pusat saraf
penggerak motor semua saraf tubuh. Menurut Dr. Kartono Muhammad (wakil ketua
Ikatan Dokter Indonesia) mengatakan seseorang mati bila batang otak
menggerakkan jantung dan paru-paru tidak berfungsi lagi.
Para fuqaha menurut Dr. Peunoh Daly menentukan ukuran hidup matinya
seseorang dengan empat fenomena. Pertama, adanya gerak/nafas, gerakan
sedikit/banyak. Kedua, adanya suara maupun bunyi, yang terdapat pada mulut,
Makalaheuthanasia Page 10
jeritan tangis, dan rasa haus. Ketiga, mempunyai kemampuan berfikir terutama bagi
orang dewasa. Keempat, mempunyai kemampuan merasakan lewat panca indra
dan hati.
Kriteria yang dikemukakan fuqaha yaitu kriteria pertama dan kedua masih
belum menjamin, karena sering orang tidak bernafas dan tidak bersuara pada saat
comma. Sedangkan kriteria ketiga yaitu kemampuan berfikir, hanya salah satu
vitalitas otak. Kerusakan organ tidak fatal masih bisa dioperasi. Kriteria keempat,
sulit dideteksi dengan menggunakan alat canggih.
Keempat kriteria dapat diterapkan di tempat yang tidak ada alat ukur seperti
disebutkan Prof. Mahar.
Makalaheuthanasia Page 11
merupakan tindakan belas kasihan yang keliru, belas kasihan yang semu: "Belas
kasihan yang sejati mendorong untuk ikut menanggung penderitaan sesama. Belas
kasihan itu tidak membunuh orang, yang penderitaannya tidak dapat kita tanggung"
(Evangelium Vitae, nomor 66).
Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang didalam ajaran Hindu
dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu factor yang
mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan "karma" buruk.
Kehidupan manusia adalah merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga
untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan kembali.
Makalaheuthanasia Page 12
Dalam ajaran agama Buddha
Di antara firman-firman Allah SWT yang menyinggung soal jiwa atau nafs itu
adalah :
Artinya :
Artinya :
Tindakan merusak maupun menghilangkan jiwa milik orang lain maupun jiwa
milik sendiri adalah perbuatan melawan hukum Allah. Begitu besarnya penghargaan
Islam terhadap jiwa, sehingga segala perbuatan yang merusak atau menghilangkan
jiwa manusia, diancam dengan hukuman yang setimpal (qishash atau diyat).
Makalaheuthanasia Page 13
1. Euthanasia dalam hubungannya dengan jarimah mati
Dari segi nash Islam memang secara tegas melarang pembunuhan. Aspek
tindakan sebagai unsur kedua sudah jelas ada. Karena biasanya upaya untuk
mengurangi beban pasien dalam penderitaannya melalui suntikan dengan bahan
pelemah fungsi saraf dalam dosis tertentu (neurasthenia).
1. Dari pihak pasien, yang meminta kepada dokter karena merasa tidak tahan lagi
menderita sakit karena penyakit yang dideritanya terlalu gawat dan sudah lama.
Pasien juga mempertimbangkan masalah ekonomi. Atau pasien sudah tahu
bahwa ajalnya sudah dekat, harapan untuk sembuh terlalu jauh, maka supaya
matinya tidak merasa sakit, dia meminta jalan yang lebih nyaman yaitu melalui
euthanasia.
Masalahnya adalah sejauh mana atau dalam hal apa saja nyawa seseorang
bisa/boleh dihabisi. Untuk ini Allah telah menggariskannya melalui firman-Nya dalam
surat Al-Isra ayat 33 (juga Al-Anam : 151).
Artinya :
Makalaheuthanasia Page 14
Dan jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan
suatu (alasan) yang benar.
2. Janda secara nyata berbuat zina, yang diketahui oleh empat orang saksi.
3. Orang yang keluar dari agama Islam, sebagai suatu sikap menentang jamaah
Islam.
Sakit adalah satu bentuk uji kesabaran, sehingga tidaklah tepat kalau
diselesaikan dengan mengakhiri diri sendiri melalui euthanasia (aktif). Syeikh
Muhammad Yusuf al-Qardhawi mengatakan, bahwa kehidupan manusia bukan
menjadi hak milik pribadi, sebab dia tidak dapat menciptakan dirinya (jiwanya). Oleh
karena itu ia tidak boleh diabaikan, apalagi dilepaskan dari kehidupannya.
Makalaheuthanasia Page 15
disebutkan itu, atau biaya untuk meneruskan pengobatan ke RS yang lebih lengkap.
Allah tidak memberikan beban kewajiban yang manusia tidak sanggup memikulnya.
Yang penting disini tidak ada unsur kesengajaan untuk mempercepat kematian
pasien.
Kalau kerusakan terjadi pada batang otak, maka seluruh organ lainnya akan
terhenti pula fungsinya. Memang bisa terjadi, ketika batang otak telah rusak, tetapi
jantung masih berdenyut. Apalagi jika batang otak sudah mengalami pembusukan.
Maka dalam kondisi yang demikian, tindakan euthanasia pasif boleh dilaksanakan,
umpamanya dengan mencabut selang pernafasan, masker oksigen, pemacu
jantung, saluran infus dsb. Maksudnya hanya sebagai langkah menyempurnakan
kematian.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut
(eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja
tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan
penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif. Pada konferensi
pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak
ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan
berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga.
Makalaheuthanasia Page 16
1. Eutanasia positif
2. Eutanasia negatif
Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa
mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur fuqaha
dan imam-imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini
hanya berkisar pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang
Makalaheuthanasia Page 17
mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan Imam
Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, dan sebagian
ulama lagi menganggapnya mustahab (sunnah).
Dasar dari larangan ini dapat ditemukan pada Kitab Kejadian dalam alkitab
Perjanjian Lama Kej 1:9 yang berbunyi : "Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa
kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya,
dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia". Pengarang
buku : HaKtav v'haKaballah menjelaskan bahwa ayat ini adalah merujuk kepada
larangan tindakan eutanasia.
Makalaheuthanasia Page 18
Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya :
Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang
unik untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya
bahwa kematian tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke
kehidupan yang lebih baik.
Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa
apabila tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf
untuk perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia
perawatan kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas pengobatan.
Makalaheuthanasia Page 19
2. Pandangan Euthanasia dalam Beberapa Negara
Belanda
Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para
dokter untuk melapor semua kasus eutanasia dan bunuh diri berbantuan. Instansi
kehakiman selalu akan menilai betul tidaknya prosedurnya. Pada tahun 2002,
sebuah konvensi yang berusia 20 tahun telah dikodifikasi oleh undang-undang
belanda, dimana seorang dokter yang melakukan eutanasia pada suatu kasus
tertentu tidak akan dihukum.
Australia
Makalaheuthanasia Page 20
Belgia
Senator Philippe Mahoux, dari partai sosialis yang merupakan salah satu
penyusun rancangan undang-undang tersebut menyatakan bahwa seorang pasien
yang menderita secara jasmani dan psikologis adalah merupakan orang yang
memiliki hak penuh untuk memutuskan kelangsungan hidupnya dan penentuan saat-
saat akhir hidupnya.
Amerika
Makalaheuthanasia Page 21
boleh berpengaruh terhadap asuransi yang dimilikinya baik asuransi kesehatan, jiwa
maupun kecelakaan ataupun juga simpanan hari tuanya.
Indonesia
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal
Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5
Oktober 2004. menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa
penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia. Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai
dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih
berlaku yakni KUHP.
Swiss
Di Swiss, obat yang mematikan dapat diberikan baik kepada warga negara Swiss
ataupun orang asing apabila yang bersangkutan memintanya sendiri. Secara umum,
Makalaheuthanasia Page 22
pasal 115 dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana Swiss yang ditulis pada tahun
1937 dan dipergunakan sejak tahun 1942, yang pada intinya menyatakan bahwa
"membantu suatu pelaksanaan bunuh diri adalah merupakan suatu perbuatan
melawan hukum apabila motivasinya semata untuk kepentingan diri sendiri." Pasal
115 tersebut hanyalah menginterpretasikan suatu izin untuk melakukan
pengelompokan terhadap obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengakhiri
kehidupan seseorang.
Inggris
Jepang
Jepang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang eutanasia
demikian pula Pengadilan Tertinggi Jepang (supreme court of Japan) tidak pernah
mengatur mengenai eutanasia tersebut. Ada 2 kasus eutanasia yang pernah terjadi
di Jepang yaitu di Nagoya pada tahun 1962 yang dapat dikategorikan sebagai
terjadi setelah peristiwa insiden di Tokai University pada tahun 1995 yang
Makalaheuthanasia Page 23
Keputusan hakim dalam kedua kasus tersebut telah membentuk suatu
kerangka hukum dan suatu alasan pembenar dimana eutanasia secara aktif dan
pasif boleh dilakukan secara legal. Meskipun demikian eutanasia yang dilakukan
selain pada kedua kasus tersebut adalah tetap dinyatakan melawan hukum, dimana
dokter yang melakukannya akan dianggap bersalah oleh karena merampas
kehidupan pasiennya. Oleh karena keputusan pengadilan ini masih diajukan banding
ke tingkat federal maka keputusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum
sebagai sebuah yurisprudensi, namun meskipun demikian saat ini Jepang memiliki
suatu kerangka hukum sementara guna melaksanakan eutanasia.
Republik Ceko
India
Makalaheuthanasia Page 24
China
Afrika Selatan
Di Afrika Selatan belum ada suatu aturan hukum yang secara tegas mengatur
tentang eutanasia sehingga sangat memungkinkan bagi para pelaku eutanasia
untuk berkelit dari jerat hukum yang ada.
Korea
Belum ada suatu aturan hukum yang tegas yang mengatur tentang eutanasia
di Korea, namun telah ada sebuah preseden hukum (yurisprudensi)yang di Korea
dikenal dengan "Kasus rumah sakit Boramae" dimana dua orang dokter yang
didakwa mengizinkan dihentikannya penanganan medis pada seorang pasien yang
menderita sirosis hati (liver cirrhosis) atas desakan keluarganya. Polisi kemudian
menyerahkan berkas perkara tersebut kepada jaksa penuntut dengan diberi catatan
bahwa dokter tersebut seharusnya dinayatakan tidak bersalah. Namun kasus ini
tidak menunjukkan relevansi yang nyata dengan mercy killing dalam arti kata
eutanasia aktif.
Pada akhirnya pengadilan memutuskan bahwa " pada kasus tertentu dari
penghentian penanganan medis (hospital treatment) termasuk tindakan eutanasia
Makalaheuthanasia Page 25
pasif, dapat diperkenankan apabila pasien terminal meminta penghentian dari
perawatan medis terhadap dirinya.
Melihat penderitaan istrinya yang tidak kunjung berakhir, Panca Satrya Hasan
Kusuma memohon agar istrinya (Agian Isna Nauli) yang sudah koma sekitar tiga
bulan setelah melahirkan putra keduanya, disuntik mati saja.
Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri
yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
Makalaheuthanasia Page 26
Bertolak dari ketentuan Pasal 344 KUHP tersebut tersimpul, bahwa
pembunuhan atas permintaan korban sekalipun tetap diancam pidana bagi
pelakunya. Dengan demikian, dalam konteks hukum positif di Indonesia euthanasia
tetap dianggap sebagai perbuatan yang dilarang. Dengan demikian dalam konteks
hukum positif di Indonesia, tidak dimungkinkan dilakukan pengakhiran hidup
seseorang sekalipun atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan tersebut tetap
dikualifikasi sebagai tindak pidana, yaitu sebagai perbuatan yang diancam dengan
pidana bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.
Di luar dua ketentuan di atas juga terdapat ketentuan lain yang dapat
digunakan untuk menjerat pelaku euthanasia, yaitu ketentuan Pasal 356 (3) KUHP
yang juga mengancam terhadap Penganiayaan yang dilakukan dengan
memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa dan kesehatan untuk dimakan atau
diminum.Selain itu patut juga diperhatikan adanya ketentuan dalam Bab XV KUHP
khususnya Pasal 304 dan Pasal 306 (2). Dalam ketentuan Pasal 304 KUHP
dinyatakan : Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan
Makalaheuthanasia Page 27
seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya
atau karena persetujuan, dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
Makalaheuthanasia Page 28
mengingat eutanasia berhadapan dengan faham nilai menyangkut hak dan
kewajiban menghormati dan membela kehidupan.
Di Negara-negara Eropa (Belanda) dan Amerika tindakan euthanasia mendapatkan
tempat tersendiri yang diakui legalitasnya, hal ini juga dilakukan oleh Negara
Jepang. Tentunya dalam melakukan tindakan euthanasia harus melalui prosedur
dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar euthanasia bisa dilakukan.
Didalam KUHP Austria Pasal 139 a berbunyi :
Seseorang yang membunuh orang lain atas permintaan yang jelas dan
sungguh- sungguh terhadap korban dianggap bersalah melakukan delik berat
pembunuhan manusia atas permintaan akan dipidana dengan pidana penjara
berat dari lima sampai sepuluh tahun.
Prinsip umum UU Hukum Pidana (KUHP) yang berkaitan dengan masalah
jiwa manusia adalah memberikan perlindungan, sehingga hak untuk hidup secara
wajar sebagaimana harkat kemanusiaannya menjadi terjamin.
Berdasarkan pasal ini, seorang dokter bisa dituntut oleh penegak hukum,
apabila ia melakukan euthanasia, walaupun atas permintaan pasien dan keluarga
yang bersangkutan, karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan
hukum.
Mungkin saja dokter atau keluarga terlepas dari tuntutan pasal 344 ini, tetapi
ia tidak bisa melepaskan diri dari tuntutan pasal 388 yang berbunyi : Barang siapa
dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati,
dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun. Dokter bisa diberhentikan dari
jabatannya, karena melanggar kode etik kedokteran. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 434/Men.Kes/SK/X/1983 pasal 10 menyebutkan : Setiap dokter harus
senantiasa mengingat akan kewajibannya untuk melindungi hidup makhluk insani.
Makalaheuthanasia Page 29
b. Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman
tidak akan mungkin sembuh lagi.
Makalaheuthanasia Page 30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Yang berhak mengakhiri hidup seseorang hanyalah Allah SWT. Oleh karena itu,
orang yang mengakhiri hidupnya dengan cara dan alasan yang bertentangan
dengan ketentuan agama (tidak bilhaq), seperti euthanasia aktif, adalah
perbuatan bunuh diri, yang diharamkan dan diancam Allah dengan hukuman
neraka selama-lamanya.
2. Euthanasia aktif tetap dilarang, baik dilihat dari segi kode etik kedokteran,
Undang-Undang Hukum Pidana, lebih-lebih menurut Islam yang menghukumnya
dengan haram. Terhadap keluarga yang menyuruh, maupun dokter yang
melaksanakan, dipandang sebagai pelaku pembunuhan sengaja. Sedangkan
dokter yang melaksanakan euthanasia aktif atas permintaan pasien, dipandang
sebagai membantu terlaksananya bunuh diri.
B. Saran-saran
Makalaheuthanasia Page 31
1. Jika pertimbangan kemampuan untuk memperoleh layanan medis yang lebih
baik tidak memungkinkan lagi, baik karena biaya maupun karena rumah sakit
yang lebih lengkap terlalu jauh, maka dapat dilakukan dua cara :
3. Para dokter diharapkan tetap berpegang pada kode etik kedokteran dan sumpah
jabatannya, sehingga tindakan yang mengarah kepada percepatan proses
kematian bisa dihindari.
Makalaheuthanasia Page 32
DAFTAR PUSTAKA
Makalaheuthanasia Page 33
LAMPIRAN
GAMBAR 1
Makalaheuthanasia Page 34
GAMBAR 2
Pertama kali di dunia, seorang yang menjalani euthanasia (bunuh diri dibantu
medis) disiarkan British TV. Swiss memang merupakan satu satunya negara di
dunia yang melegalkan euthanasia atau bunuh diri yang dilakukan atas permintaan
baik pasien atau kaluarga karena suatu sebab yg tak dapat dielakkan.
GAMBAR 3
Makalaheuthanasia Page 35
ini di bawah prinsip yang dibentuk/mapan dari pengaruh yang ganda, dalam mana
tindakan nya menghasilkan dua barang kepunyaan yang tidak dapat dipisahkan:
satu yang baik (nyeri pembebasan) dan satu yang tidak baik (pemberian obat
penenang candu dengan tujuan untuk kematian) .
GAMBAR 4
GAMBAR 5
Makalaheuthanasia Page 36
GAMBAR 6
GAMBAR 7
Makalaheuthanasia Page 37
Ramesh tidak menginginkan untuk tinggal apalagi hidup karena menderita
AIDS sindrom defisiensi imun dapatan dan sudah menjual kebanyakan dari tanah
pertaniannya untuk perawatan nya. Tetapi ia harus tinggal. permintaannya kepada
President dari India untuk mengizinkan[membiarkan dia untuk mengakhiri hidupnya
sendiri).
Makalaheuthanasia Page 38