Seminar Metamfetamin
Seminar Metamfetamin
Pembimbing:
BAGIAN/SMF PSIKIATRI
SURABAYA
2014
2
Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
ditangani secara serius (Instruksi Presiden, 2011). Bentuk sediaan obat metamfetamin
adalah tablet dan injeksi. Efek metamfetamin akan lebih cepat muncul apabila tablet
digerus, kemudian dihirup maupun disuntikkan. Penggunaan metamfetamin akan
menimbulkan gangguan kesehatan dan gangguan mental. Gangguan terhadap
kesehatan, seperti kerusakan jantung, paru-paru, ginjal, otak, hati, susunan saraf,
organ reproduksi, risiko penularan HIV/AIDS, dan lain sebagainya. Gangguan
terhadap mental, seperti : perubahan sikap dan perilaku, gelisah, cemas, takut, curiga,
panik, bingung, mudah emosi, agresif, gangguan daya ingat, gangguan kesadaran, dan
malas (Handly, 2012). Keracunan metamfetamin akan menimbulkan gejala seperti
peningkatan atau penurunan kecepatan detak jantung, mual, muntah, dilatasi pupil,
hipertermia, penurunan berat badan yang signifikan, retardasi psikomotor, stress
respiratorik, kejang dan bahkan koma. Sedangkan gejala yang muncul akibat putus
obat adalah kelelahan, mimpi buruk, peningkatan nafsu makan, dan retardasi
psikomotor. Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis data pada tahun 2008 yang
membuat sebagian besar kalangan, masyarakat maupun instansi, merasa prihatin
dengan masih tingginya tingkat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di
Indonesia. Dari sebanyak 3,2 juta penyalahgunaan zat psikotropika, 60 persennya
adalah remaja dengan tingkat kematian 40 jiwa per hari atau sekitar 15.000 jiwa
melayang setiap tahunnya. Update data dari BNN tentang penyalahgunaan narkotika
pada tahun 2009 menjadi 3,7 juta penyalahguna dengan 1,1 juta diantaranya adalah
pelajar dan mahasiswa dengan rinciannya adalah 12.848 penyalahguna narkoba
merupakan pelajar SD, 110.870 merupakan pelajar SMP/SMA/sederajat, dan sisanya
merupakan mahasiswa. Hal di atas mengisyaratkan kepada kita untuk peduli dan
memperhatikan secara lebih khusus untuk menanggulanginya karena bahaya yang
ditimbulkan dapat mengancam keberadaan generasi muda yang kita harapkan kelak
akan menjadi pewaris dan penerus perjuangan bangsa di masa mendatang. Maka
penulis ingin mengetahui tingkat pengetahuan pelajar SMA terhadap efek
penggunaan dan bahaya penyalahgunaan metamfetamin.
5
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metamfetamin
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gangguan mental dan
perilaku akibat zat psikoaktif (GMP)
3. Untuk mengetahui cara anamnesa kecurigaan adanya GMP
4. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada kasus GMP
5. Untuk mengetahui cara mendiagnosis GMP
6. Untuk mengetahui terapi kasus GMP
7. Untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan penyalahgunaan GMP
8. Untuk mengetahui prognosis pasien dengan GMP
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi penulis
- Menambah informasi dan pengetauan mengenai GMP terutama karena
penyalahgunaan metamfetamin
- Meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis makalah
- Meningkatkan kemauan penulis agar senantiasa belajar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
2.1 Metamfetamin
Sejarah methampetamine.
Penggunaan
Penggunaan medis
Di Amerika Serikat, hidroklorida metamfetamin, di bawah nama dagang
Desoxyn, telah disetujui oleh USFDA untuk mengobati ADHD dan obesitas eksogen
(obesitas yang berasal dari faktor-faktor di luar kontrol pasien) pada orang dewasa
7
dan anak-anak; Namun, USFDA juga menunjukkan bahwa manfaat terapi terbatas
metamfetamin harus dipertimbangkan terhadap risiko yang melekat terkait dengan
penggunaannya. Di Amerika Serikat, bentuk levorotary metamfetamin ini tersedia
dalam beberapa produk dekongestan nasal over-the-counter, seperti Vicks
Vapoinhaler.
Karena metamfetamin dikaitkan dengan potensi tinggi untuk penyalahgunaan,
obat ini diatur di bawah Controlled Substances Act dan terdaftar di bawah Schedule II
di Amerika Serikat. Metamfetamin hidroklorida dibagikan di Amerika Serikat wajib
meliputi kotak hitam peringatan : Metamfetamin has a high potential for abuse and
should be tried only in weight reduction programs where alternative therapy has been
ineffective. Administration of Metamfetamin for prolonged periods may lead to drug
dependence. The drug should be prescribed or dispensed sparingly. Misuse may cause
sudden death and serious cardiovascular adverse events.
Penggunaan rekreasional
Metamfetamin sering digunakan untuk tujuan kesenangan karena mempunyai
efek euforian dan stimulan. Menurut dokumenter TV National Geographic, terdapat
sebuah subkultur di San Francisco, yang hampir seluruhnya terdiri dari laki-laki
homoseksual pengguna metamfetamin, biasanya akan bertemu melalui situs kencan
internet dan berhubungan seks. Karena stimulan yang kuat dan efek penghambatan
pada ejakulasi, dengan penggunaan berulang, ini hubungan seksual kadang-kadang
akan terjadi terus menerus selama beberapa hari. Efek samping setelah penggunaan
metamfetamin dengan cara ini sangat sering ditandai dengan hipersomnia
Efek Samping
Fisik
Efek fisik metamfetamin dapat mencakup anoreksia, hiperaktif, pupil melebar,
kulit memerah, keringat berlebihan, peningkatan gerakan, mulut kering, sakit kepala,
detak jantung tidak teratur, napas cepat, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah,
suhu tubuh meningkat, diare, sembelit, penglihatan kabur, pusing, berkedut, mati
rasa, tremor, kulit kering, jerawat, dan pucat. Metamfetamin yang terdapat dalam
8
aliran darah ibu dapat melewati plasenta ke janin dan atau dilepaskan ke dalam ASI.
Bayi yang lahir dari ibu yang menyalahgunakan metamfetamin ditemukan memiliki
sering ditemukan mempunyai umur kehamilan yang lebih kecil serta lingkar kepala
dan pengukuran berat badan lahir yang lebih kecil. Pada neonatus juga ditemukan
gejala putus obat seperti agitasi, muntah dan takipnea. Sindrom putus obat ini relatif
ringan dan hanya memerlukan intervensi medis pada sekitar 4% kasus.
Meth Mouth
Pengguna metamfetamin dan pecandu mungkin kehilangan gigi normal
mereka secara cepat, terlepas dari rute pemberian, kondisi ini dikenal sebagai Meth
Mouth. Kondisi ini umumnya paling parah ditemukan pada pengguna yang
menyuntikkan narkoba, daripada mereka yang merokok, menelan atau menghirup itu.
Menurut American Dental Association, Meth Mouth "mungkin disebabkan oleh
kombinasi dari perubahan psikologis dan fisiologis akibat obat mengakibatkan
xerostomia (mulut kering), kurangnya kebersihan mulut, konsumsi sering tinggi
kalori, dan minuman bersoda. Banyak peneliti menunjukkan bahwa kerusakan gigi
diinduksi adalah karena gaya hidup pengguna, mulut kering juga merupakan efek
samping stimulan metafetamin, yang yang tidak diketahui dapat menyebabkan
kerusakan gigi yang serius. Mereka berpendapat bahwa bahwa efek samping dibesar-
besarkan bertujuan untuk mencegah penggunaan zat ini.
Psikologis
Efek psikologis metamfetamin dapat termasuk euforia, disforia, perubahan
libido, kewaspadaan, ketakutan, konsentrasi, penurunan rasa lelah, sulit tidur,
kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, lekas marah, gelisah, dan perilaku yang
obsesif. Metamfetamin digunakan juga memiliki asosiasi tinggi dengan kecemasan,
depresi, psikosis metamfetamin, bunuh diri, dan perilaku kekerasan. Metamfetamin
juga memiliki risiko kecanduanyang sangat tinggi.
Neurotoksisitas
Tidak seperti amfetamin, metamfetamin mempunyai efek neurotoksik
langsung pada neuron dopamin. Selain itu, penyalahgunaan metamfetamin dikaitkan
dengan peningkatan risiko penyakit Parkinson akibat dopamin pra-sinapsis yang
9
memicu transporter fosforilasi melalui protein kinase A (PKA) dan sinyal protein
kinase C (PKC), akhirnya mengakibatkan internalisasi atau membalikkan fungsi
transporter monoamin. Transpoter lain yang diduga dihambat oleh metamfetamin
adalah transporter vesikular monoamin 1 (VMAT1), transporter vesikular monoamin
2 (VMAT2), SLC22A3, dan SLC22A5. SLC22A3 adalah transporter monoamine
extraneuronal yang hadir dalam astrosit. SLC22A5 adalah transporter karnitin yang
mempunyai afinitas tinggi. Pelepasan monoamin dari vesikula sinaptik ke dalam
sitosol dari neuron presinaps terinduksi ketika metamfetamin berinteraksi dengan
VMAT2.
Metamfetamin juga merupakan agonis dari alpha-2 reseptor adrenergik dan
reseptor sigma, dan menghambat transporter vesikular monoamin 1 (VMAT1),
monoamin oksidase B (MAO-B), dan monoamin oksidase A (MAO-A).
Metamfetamine dikenal juga untuk menghambat enzim hati CYP2D6.
Dekstrometamfetamin adalah psikostimulan kuat, sedangkan levometamfetamin
memiliki waktu paruh yang dan pengaruh terhadap SSP yang lebih lemah (sekitar
sepersepuluh) pada striatal dopamin dan efek yang lebih sebentar pada pecandu. Pada
dosis tinggi, baik enantiomer metamfetamin dapat menginduksi stereotipi dan
psikosis metamfetamin, tetapi levometamfetamin kurang diinginkan oleh
penyalahgunaan narkoba karena profil farmakodinamik yang lemah.
Meskipun semua mekanisme tidak sepenuhnya dipahami, metamfetamin
adalah neurotoksin dikenal di kedua hewan laboratorium dan manusia. Selain
neurotoksisitas, studi resonansi magnetik imaging tentang pecandu metamfetamin
manusia dan pelaku menunjukkan merugikan perubahan jaringan saraf. Secara
khusus, metamfetamin tampaknya menyebabkan hipersensitifitas dan hipertrofi white
matter, penyusutan dimulai dari hipokampus, dan pengurangan gray matter di korteks
singuli, korteks limbik, dan korteks paralimbik. Selain itu, ada perubahan yang
merugikan dalam berbagai marker metabolik integritas metabolik atau sintesis
metamfetamin pada pengguna, seperti pengurangan N-asetylaspartat dan kreatin serta
peningkatan kolin dan myoinositol.
Farmakokinetik
12
Keadaan putus zat adalah gejala-gejala fisik dan mental yang terjadi
pada penghentian pemberian zat sesudah suatu penggunaan zat yang terus
menerus dalam jangka waktu panjang dan/atau dosis tinggi. Bentuk dan
keparahan gejala tersebut tergantung pada jenis dan dosis zat yang digunakan
sebelumnya. Gejala putus zat tersebut mereda dengan meneruskan
penggunaan zat. Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari
sindrom ketergantungan (Maslim, 2007).
Pedoman diagnostik dari keadaan putus zat berdasarkan PPDGJ III
(F1x.3) antara lain:
Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan (F1x.2) dan diagnosis sindrom ketergantungan zat
harus turut dipertimbangkan (Maslim, 2003).
Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal
ini merupakan alasan rujukan dan cukup parah sampai memerlukan
perhatian medis secara khusus (Maslim, 2003).
Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (misalnya anxietas, depresi, dan gangguan tidur)
merupakan gambaran umum dari keadaan putus zat ini. Yang khas
ialah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda
dengan meneruskan penggunaan zat (Maslim, 2003).
Diagnosis keadaan putus zat dapat ditentukan lebih lanjut dengan
menggunakan kode lima karakter berikut:
F1x.30 Tanpa komplikasi
F1x.31 Dengan konvulsi (Maslim, 2003).
e. Gangguan psikotik (psychotic disorder)
Gangguan psikotik pada gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif adalah sekelompok gejala-gejala psikotik yang
terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif yang ditandai
oleh halusinasi, kekeliruan identifikasi, waham dan/atau ideas of reference
(gagasan yang menyangkut diri sendiri sebagai acuan) yang seringkali bersifat
kecurigaan atau kejaran, gangguan psikomotor (excitement atau stupor) dan
efek yang abnormal yang terentang antara ketakutan yang mencekam sampai
18
2.3 Anamnesa
Anamnesa yang dilakukan pada pasien dengan gangguan mental dan perilaku
akibat pemakaian zat metamfetamin pada umumnya sama dengan anamnesa yang
dilakukan pada pasien pengguna zat psikoaktif lain. Anamnesa yang dilakukan
tidaklah harus langsung memenuhi seluruh informasi dalam satu waktu,
menyesuaikan juga dengan kondisi pasien, keluarga, dan kegawatdaruratan yang ada.
Autoanamnesa
Autoanamnesa bertujuan untuk membentuk rasa percaya pasien terhadap
terapis sehingga pasien merasa yakin bahwa data tentang dirinya akan terjamin
20
kerahasiaannya di tangan terapis. Bila pasen bersikap terbuka dan mengakui secara
terus terang tentang penggunaan zat psikoaktif, terapis dapat langsung menanyakan
seputar penggunaan zat psikoaktif tersebut. Sebaliknya, bila pasien merasa ragu dan
kurang terbuka, sebaiknya terapis tidak secara langsung menanyakan seputar
penggunaan zat psikoaktif, melainkan tanyakan apa masalah yang dihadapinya dan
apa yang terapis dapat lakukan untuk membantunya. (Joewana, 2005)
Data pribadi dan data demografi yang perlu diketahui: (Joewana, 2005)
1. Nama
2. Umur
3. Jemis kelamin
4. Alamat tempat tinggal
5. Tingkat pendidikan
6. Agama
7. Etnik
8. Status perkawinan
9. Anak nomor berapa dari orangtuanya
10. Pekerjaan (pengguna, Ayah, Ibu)
Pertanyaan yang perlu diajukan kepada pengguna zat psikoaktif agar dapat
menetapkan diagnosis multiaksial: (Joewana, 2005)
2.4 Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan cermat dan menyeluruh, meliputi
kesadaran, tanda-tanda vital, dan kondisi fisik yang ada. Berikut akan diuraikan
beberapa gejala klinis yang sering ditemukan berkaitan dengan penggunaan zat
psikoaktif Amfetamin. (Joewana, 2005) (Kaplan, 1997)
Tabel 2.1. Pemeriksaan Fisik berkaitan dengan penggunaan zat psikoaktif Amfetamin
Pernafasan
Mata Palpebra
Sklera
Hidung
Lambung
Hepar
Dinding perut
Nervus cranialis
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
Pemeriksaan psikiatrik bertujuan menegetahui ada tidaknya gangguan
psikiatrik yang sering kali terdapat bersamaan dengan penggunaan zat psikoaktif.
Ansietas, depresi, gangguan kepribadian disosial, gangguan pemusatan perhatian, dan
hiperaktifitas, merupakan gangguan jiwa yang sering menjadi salah satu penyebab
terjadinya penggunaan zat psikoaktif. Sebaliknya, penggunaan zat psikoaktif sering
dapat menimbulkan gangguan jiwa, seperti psikosis pada penggunaan Amfetamin
atau depresi pada putus zat Amfetamin. (Joewana, 2005)
Beberapa kelaianan pada pemeriksaan psikiatrik yang sering terdapat pada
penderita gangguan mental dan perilaku akibat zat Amfetamin adalah: (Joewana,
2005)
Gangguan Emosi
25
PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS
Pemeriksaan psikologis diperlukan untuk menentukan axis II pada diagnosis
multiaksial, yaitu adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental. Yang dievaluasi
pada pemeriksaan psikologis adalah: (Joewana, 2005)
1. Gambaran kepribadian
2. Taraf intelegensi
3. Bakat dan minat
4. Kelainan organik pada otak
EVALUASI SOSIAL
Evaluasi sosial diperlukan untuk membantu menetapkan axis IV dan aksis V
pada diagnosis multiaksial. Evaluasi ini bertujuan mengetahui latar belakang sosial,
termasuk adatidaknya stressor psikososial, seberapa berat stressor yang ada, dan
seberapa jauh akibat sosial dari penggunaan zat psikoaktif tersebut. (Joewana, 2005)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Analisis air seni diperlukan untuk mengetahui zat psikoaktif apa saja yang
dikonsumsi pasien. Air seni sebaiknya diambil kurang dari 48 jam sejak penggunaan
zat psikoaktif terakhir, karena setelah 48 jam Amfetamin tidak akan terdeteksi lagi
dalam air seni. (Joewana, 2005)
27
2.5 Diagnosa
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Amfetamin Intoxication
Hal-Hal yang Ditanyakan Pada Anamnesa
a. Baru menggunakan amfetamin atau zat sejenis (mis. methylphenidate).
b. Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perubahan
psikologis (mis. euforia atau afek tumpul, perubahan kemampuan sosial,
sensitifitas interpersonal, hiperwaspada, anxietas, ketegangan atau gusar
,perilaku sterotipik, psikomotor,gangguan penilaian atau fungsi sosial atau
pekerjaan) yang terjadi selama atau segera setelah pemakaian amfetamin dan
sejenisnya.
28
c. Adanya dua atau lebih tanda-tanda berikut yang terjadi selama atau segera
setelah pemakaian amfetamin dan sejenisnya:
1. Takikardi atau bradikardi.
2. Midriasis.
3. Tekanan darah meningkat atau turun.
4. Persipirasi atau menggigil.
5. Nausea atau vomitus.
6. Penurunan berat badan.
7. Agitasi atau retardasi psikomotor.
8. Kelemahan otot,depresi respirasi,nyeri dada atau aritmia.
9. Kebingungan,kejang, diskinesia, atau koma.
d. Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan
mental lainnya.
Pemeriksaan Khusus dan Tambahan
Pemeriksaan Psikiatrik Khusus
1. Penampilan umum :
a. Kesadaran
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
c. Pembicaraan
d. Sikap
2. Keadaan afektif :
a. Perasaan dasar
b. Ekspresi afektif
c. Empati
3. Fungsi kognitif :
a. Daya ingat
b. Daya konsentrasi
c. Orientasi
d. Kemampuan menolong diri sendiri
Pemeriksaan Penunjang
29
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan rontgen
3. Pemeriksaan psikologik, laporan social worker
2.7 Prognosis
Komplikasi paling umum adalah rhabdomyolysis dengan gagal ginjal akut,
Kegagalan banyak organ menyebabkan heatstroke merupakan sebab utama kematian
intoksikasi amfetamina. Indikator prognosis buruk pasien intoksikasi amfetamina
adalah koma,shock, kejang, oliguria, dan hiperpireksia. Asidosis,hipovolemik,
kerusakan ginjal, dan iskemia adalah faktor-faktor risiko potensial untuk
berkembangnya gagal ginjal akut.(PPPDSKJI,2012)
Penggunaan jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan depresi
mental, kelelahan fisik dan pada kasus penyalahgunaan obat dapat menimbulkan
kematian.
31
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Kebijakan
dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba Tahun 2011-2015 available from: https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:BfhHbxe68WwJ:www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/01/26/201201
26120801-
10108.PDF+instruksi+presiden+republik+indonesia+nomor+12+tahun+2011+tentang&
hl=en&gl=uk&pid=bl&srcid=ADGEEShNk1sNGcr3PwgyXluv2dEpLxnxLnPq0YQxN
WFaV8hdK99MzGt-
5vUzI7qGDL5FS9ij8ou36_JnDWWrATNG7yVjd8kkdQjyx75Ag9k48oQqIcSR9m461h
EH6ijlaVgZmUgr-Ytl&sig=AHIEtbRBSgWMblTs-nZWJj5eb18ImSMlMg [Accessed
20 Juni 2014]
Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif: Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba Ed.2. Jakarta: EGC.
Kaplan and Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Ed.7 Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
Maslim, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atma Jaya
http://www.pdskji.org/wp-content/uploads/2012/10/final-PNPK-versi-revisi-10.doc-1-
44.pdf [Accessed 20 Juni 2014]
Substance Abuse and Mental Health Services Administration, 2012. National Survey on Drug
Use and Health. Available from: http://www.samhsa.gov/data/NSDUH.aspx [Accessed
20 Juni 2014]