Chapter II-2 PDF
Chapter II-2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Kandidiasis oral atau dikenal juga dengan thrush adalah infeksi oportunistik umum
pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari spesies Candida.
Penyakit ini kerap terjadi pada pasien HIV/AIDS yang jumlah CD4+ dibawah 200sel/mm3
Kira-kira 40% dari populasi mempunyai spesies Candida di dalam mulut dalam jumlah
kecil sebagai bagian yang normal dari mikroflora oral, dengan berbagai hal mikroflora oral
normal ini bisa menjadi pathogen pada keadaan: imunokompromise, obat-obatan (antibiotik,
kortikosteroid), chemotherapy, diabetes mellitus, produksi saliva yang menurun, dan protese
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka prevalensi untuk kandidiasis oral pada pasien
HIV/AIDS di India sekitar 43,2%, di Rumah sakit Eduardo de Menezes di Brazil sekitar 50%,
di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta sekitar 80,8%, Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung sekitar 27%, RSUP H Adam Malik Medan jumlah kasus kandidiasis oral dari tahun
2008 sampai tahun 2009 terdapat 28,7% (Gabler IG, et al. 2008; Sudjana P, 2009; VCT-
pseudomembran, putih seperti sari susu, mengenai mukosa bukal, lidah dan permukaan oral
lainnya. Pseudomembran tersebut terdiri atas kumpulan hifa dan sel ragi, sel radang, bakteri,
sel epitel, debris makanan dan jaringan nekrotik. Bila plak diangkat tampak dasar mukosa
eritematosa atau mungkin berdarah dan terasa nyeri sekali (Ross PW, 1989; Suhonen RE,
akibat menumpuknya pseudomembran. Daerah yang terkena tampak khas sebagai lesi
eritematosa, simetris, tepi berbatas tidak teratur pada permukaan dorsal tengah lidah, sering
hilangnya papilla lidah dengan pembentukan pseudomembran minimal dan ada rasa nyeri.
inhalasi maupun topikal (Lewis Michael AO, 1998; Unandar BK et al, 2004; Rossie K, 2005).
diantara 4 pemakai) dan 60% diatas usia 65 tahun, wanita lebih sering terkena. Gambaran khas
berupa eritema kronis dan edema disebagian palatum di bawah prostesis maksilaris. Ada tiga
duktus kelenjar mukosa palatum. Kemudian dapat meluas sampai hiperemia generalisata dan
peradangan seluruh area yang menggunakan protese. Bila tidak diobati pada tahap selanjutnya
terjadi hiperplasia papilar granularis (Akpan A, 2008; Gayford JJ, 1993; Rossie K, 2005).
Pada kandidiasis atrofi kronis sering disertai kheilitis angularis, tidak menunjukkan
gejala atau hanya gejala ringan. Candida albicans lebih sering ditemukan pada permukaan
gigi palsu daripada di permukaan mukosa. Bila ada gejala umumnya pada penderita dengan
peradangan granular atau generalisata, keluhan dapat berupa rasa terbakar, pruritus dan nyeri
ringan sampai berat (Unandar BK et al, 2004; Jacob LS, 2001; Rossie K, 2005).
Disebut juga leukoplakia kandida. Gejala bervariasi dan bercak putih, yang hampir tidak
teraba sampai plak kasar yang melekat erat pada lidah, palatum atau mukosa bukal. Keluhan
umumnya rasa kasar atau pedih di daerah yang terkena. Tidak seperti kandidiasis
pseudomembran, plak disini tidak dapat dikerok. Harus dibedakan dengan leukoplakia oral
oleh sebab lain yang sering dihubungkan dengan rokok dan keganasan. Terbanyak pada pria,
umumnya diatas 30 tahun dan perokok (Gayford JJ, 1993; Midgley G, 1999; Unandar BK et
al, 2004).
Merupakan bentuk lanjutan atau varian kandidiasis hiperplastik kronis. Pada bagian tengah
permukaan dorsal lidah terjadi atrofi papilla (Akpan A, 2008; Midgley G, 1999; Unandar BK
et al, 2004).
maserasi dan pedih pada sudut mulut. Biasanya pada mereka yang mempunyai kebiasaan
menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura mulut.
Juga karena hilangnya dimensi vertical pada 1/3 bawah muka karena hilangnya susunan gigi
atau pemasangan gigi palsu yang jelek dan oklusi yang salah. Biasanya dihubungkan dengan
kandidiasis atrofi kronis karena pemakaian protese (Akpan A, 2008; Midgley G, 1999; Ross
Ditandai dengan hipertrofi papilla lidah (khas), mungkin invasi sekunder Candida
albicans dari papilla filiformis hipertrofi pada sisi dorsum lidah (Unandar BK et al, 2004;
1. Difteria
3. Kheilitis.
1. Candida albicans
2. Candida tropicalis
3. Candida glabrata
5. Candida guilliermondii
6. Candida parapsilosis
7. Candida dubliniensis
8. Candida stellatoidea
9. Candida lusitaniae.
Dari sembilan spesies Candida diatas 80% penyebab tersering untuk kandidiasis oral
adalah: Candida albicans, Candida glabrata, dan Candida tropicalis, dari hasil isolasi (A
2.5. Patogenesis
terjadi suatu perubahan pada inang, jamur penyebab atau keduanya maka terjadi infeksi.
Beberapa factor virulensi Candida albicans antara lain: kemampuan adhesi, kemampuan
mengubah diri secara cepat dari ragi kehifa, memproduksi enzim hidrolitik (proteinase asam
dan fosfolipase) perubahan fenotip dan ketidakstabilan kromosom, variasi antigenik, mimikri,
Faktor inang yang menyebabkan infeksi baik lokal maupun invasive oleh Candida.
menurun akibat lekopenia dan pemberian kortikosteroid, pada AIDS fungsi sel T yang
terganggu karena intervensi virus HIV melalui kulit dan mukosa yang dimungkinkan karena
peran lektin yang spesifik pada sel dendrite, DC-SIGN sehingga mampu berikatan dengan
virus HIV meskipun tidak mampu mengantarkan masuk kedalam sel, tetapi memudahkan
transport HIV oleh dendrite ke organ limfoid dan menambah jumlah limfosit T yang
dan DC-SIGN yang mengakibatkan infeksi jamur pada mukosa mulut dan mukosa lain
ditubuh, mengawali munculnya infeksi sekunder pada mulut penderita. Hifa Candida albicans
memiliki kemampuan untuk menempel erat pada epitel manusia dengan perantara protein
dinding hifa, hal ini dimungkinkan karena protein ini memiliki susunan asam amino mirip
dengan substrat transaminase keratinosit mamalia sehingga diikat dan menempel pada sel
epithelial. Selain itu pada jamur ini terdapat mannoprotein yang mirip integrin vertebrata
sehingga jamur ini mampu menempel ke matriks ekstraseluler seperti fibronektin kolagen, dan
laminin. Selain itu hifa juga mengeluarkan proteinase dan fosfolipase yang mencerna sel epitel
inang sehingga invasi lebih mudah terjadi (Kenneth M et al, 2008; Nasronudin, 2007; Sudjana
P, 2008).
Pada rongga mulut (oral) tampak infeksi yaitu sariawan, terutama terjadi pada selaput
mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebahagian besar terdiri atas
pseudomeselium dan epitel yang terkelupas dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput
2.6.2.1. Bahan:
mencari pseudohifa dan sel-sel bertunas (Arayu S et al, 2008; Winn Jr, et al, 2006 ; Jawetz,
2005).
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam Sabaroud s Dextrosa Agar (SDA) pada
suhu 37Oc dalam Inkubator selama 24 48 jam. Koloni tumbuh berupa Yeast Like
2.6.2.4. Serologi
dengan serum pada 50% orang normal dan pada 70% orang dengan kandidiasis
Tes Candida pada orang dewasa normal hampir selalu positif. Tes tersebut digunakan
2.7.1. Umum
melepas protese setiap hari, terutama pada malam hari saat tidur dan mencuci dengan
- Selama pengobatan tidak dianjurkan merokok, karena akan menghambat reaksi adekuat
2.7.2. Topikal
- Perlu 10 14 hari untuk kasus akut atau beberapa bulan untuk yang kronis (Blignaut
2. Amfoterisin B:
Bekerja melalui pengikatan pada sterol dalam membran sel jamur dan mengubah
permeabilitas membran sel, tidak diserap pada saluran pencernaan sehingga dianjurkan
- Salep 3%
3. Mikonazol.
pemakaian dengan cara ini terbatas karena efek samping seperti muntah dan diare. Obat lain
Sediaan: Gel oral 25mg/ml, krem 2%, tablet 250 mg. Pengobatan diteruskan sampai 2 hari
Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak menarik. Dapat
dipertimbangkan untuk kasus sulit dan kekambuhan. Dioleskan 2 x / hari selama 3 hari (
2.7.3. Sistemik
1. Ketokonazol 200mg 400 mg / hari selama 2 4 minggu, untuk infeksi kronis perlu 3
5 minggu
4. Vorikonazol Adalah triazole yang memiliki struktur kimia seperti flukonazol, menjadi
(Kwon Chung KJ,1992; Unandar BK, et al. 2004; Depkes RI Dirjen Pengendalian
CYP2C9) C-14 alfa demetilase yang berperan dalam sintesis ergosterol yang merupakan
bagian penting membrane sel jamur. Flukonazol diserap secara sempurna melalui saluran
cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan atau keasaman lambung. Sembilan puluh persen
obat dieliminasi lewat ginjal dan waktu paruhnya antara 25-30 jam. Efek samping yang terjadi
seperti : mual, muntah, sakit kepala, ruam kulit, nyeri perut, diare, sedikit peningkatan
transaminase serum dan hipokalemi. Flukonazol efektif terhadap banyak spesies Candida,
terutama Candida albicans, Candida tropicalis, Candida parapsilosis dan beberapa spesies
yang bukan albicans, tetapi kurang efektif terhadap Candida glabrata dan Candida krusei.
Penelitian artemisk disk menunjukkan bahwa flukonazol masih efektif pada Candida
albicans sekitar (97,9%), Candida tropicalis (90,4%), Candida parapsilosis 93,3%, namun
hanya (9,2%) pada Candida krusei. Penelitian di India melaporkan (87,8%) Flukonazol efektif
pada Candida albicans, dan sekitar (68,9%) pada Candida yang bukan albicans efektif
terhadap flukonazol. Kandidiasis oro-faringeal pada penderita HIV yang disebabkan oleh
Candida albicans (84,5%), Candida glabrata (6,8%), Candida krusei(3,4%), dimana (84,7%)
dari isolasi efektif terhadap flukonazol serta ada (9,7%) yang susceptible dose dependent
(SDD). Ketiga penelitian tersebut memberi bahwa flukonazol masih menjadi pilihan utama
Dosis yang dianjurkan: 100-200mg p.o , 200mg ( 1x / hari ) dilanjutkan dengan 100mg
selama 5-10 hari. Hasil suatu penelitian cara pemberian flukonazol 750mg (dosis tunggal)
oro-faringeal, flukonazol adalah pilihan utama pada penderita HIV dengan kandidiasis oral
(Akpan A, 2008; Blignaut E, 2007; Sudjana P, 2009; Barchiesi F et al, 2008; Dismukes WE et
al, 2003).