ANGKUTAN AIR
Pengaruh Cahaya(Suhu) terhadap Kecepatan Transpirasi Tanaman
Pacar Air (Impatien balsemia)
A. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman pacar
air (Impatien balsemia) dengan metode penimbangan?
B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman
pacar air (Impatien balsemia) dengan metode penimbangan.
C. Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman
pacar air (Impatien balsemia).
H1 : Terdapat pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman
pacar air (Impatien balsemia). Faktor lingkungan meliputi suhu, intensitas
cahaya, dan kelembapan. Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin cepat
atau tinggi kecepatan transpirasi, semakin tinggi radiasi cahaya semakin tinggi
pula kecepatan transpirasi tanaman, dan semakin tinggi kelembapan udara
makan semakin rendah kecepatan trasnspirasi tanaman.
D. Kajian Pustaka
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel , 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang
stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi. Sebagian besar air yang diserap
tanaman ditranspirasikan (Indradewa, 2011).
Organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses transpirasi
adalah daun, karena pada daunlah kita jumpai stomata paling banyak. Kalau kita
bandingkan transpirasi stomata ini dengan transpirasi melalui sarana lainnya, maka
yang melalui stomata paling banyak dilakukan. Transpirasi penting bagi tumbuhan,
karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam
mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh,
dan mengatur turgor optimum di dalam sel (Sasmitamihardja, 1996).
Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah ukuran daun, tebal tipisnya
daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada
permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata(Dwidjoseputro,
1994:92), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju
metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu,
kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Sastramiharja dan Arbayah,
1996:64), gradien potensial air tanah - jaringan atmosfer, serta adanya zat-zat toksik
di lingkungannya. Menurut Goldworthy dan Fisher (1992:61-63), pembukaan stomata
dipengaruhi oleh karbondioksida, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun
dan laju fotosintesis. Mekanisme kontrol laju kehilangan air atau transpirasi dapat
dilakukan dengan cara mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang
dapat mengurangi proses kehilangan air dan mengatur konduktivitas stomata.
Menurut, Sasmitamihardja 1996, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi transpirasi, yaitu :
1. Radiasi cahaya. Radiasi cahaya mempengaruhi membukanya stomata, sehingga
dengan terbukanya stomata pada siang hari, transpirasi akan berjalan dengan lancar.
2. Kelembaban. Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi.
Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap air di udara, yang biasanya
dinyatakan dalam kelembapan relatif. Semakin banyak uap air di udara, akan semakin
kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara mengakibatkan
lambat laju traspirasi. Sebaliknya apabila tekanan uap air di udara semakin rendah
atau kelembapan relatifnya semakin kecil, akan semakin besar perbedaan uap air di
rongga daun dengan di udara, dan transpirasi akan berjalan lebih cepat.
3. Suhu. Suhu tumbuhan pada umumnya tidak berbeda banyak dengan lingkungannya.
Kenaikan suhu udara akan sangat mempengaruhi kelembaban relatifnya.
Meningkatnya suhu siang hari, menyebabkan kelembabap relatif udara semakin
rendah, sehingga akan menyebabkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun
dengan di udara menjadi semakin besar dan laju transpirasi meningkat.
4. Angin. Apabila angin bertiup terlalu kencang, dapat mengakibatkan keluaran uap air
melebihi kemampuan daun untuk menggantinya dengan air yang berasal dari tanah,
sehingga lama-kelamaan daun akan mengalami kekurangan air, turgor sel akan
menurun termasuk turgor sel penutup dan akhirnya stomata dapat tertutup.
5. Keadaan air tanah. Laju transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air di dalam
tanah, karena setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera
diganti kembali, yang pada dasarnya berasal dari dalam tanah. Berkurangnya air
dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya pengaliran air ke daun dan hal ini akan
menghambat laju transpirasi.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : Kondisi atau penempatan tumbuhan pacar air dalam
erlenmeyer (gelap dan terang).
2. Variabel kontrol : Jenis tanaman (pacar air), panjang tangkai tanaman
pacar air, jumlah daun tanaman tanaman pacar air, sumbat erlenmeyer, dan
volume air.
3. Variabel respon : Kecepatan transpirasi tanaman pacar air.
2. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel manipulasi terhadap variabel respon tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
suatu hasil eksperimen, sedangkan dalam eksperimen yang kita inginkan adalah
variabel manipulasi (kondisi cahaya) adalah variabel yang berpengaruh terhadap
variabel respon. Oleh karena itu variabel kontrol digunakan untuk mencegah
faktor lain mempengaruhi variabel respon, ssehingga hanya variabel manipulasi
yang mempengaruhivariabel respon. Variabel kontrol yang kami gunakan pada
praktikum ini adalah jenis tanaman yang sama yaitu tanaman pacar air, panjang
tangkai tanaman 20 cm, jumlah daun tanaman 9 helai daun, dan volume air 150
ml. Alat dan bahan tersebut dikontrol dibuat sama agar tidak mempengaruhi hasil
praktikum.
3. Variabel respon merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya varibel manipulasi. Variabel respon pada praktikum ini adalah
kecepatan transpirasi tanaman pacar air. Variabel respon ini menjadi hasil
pengaruh variabel manipulasi yakni kondisi cahaya (gelap dan terang). Kecepatan
transpirasi didapatkan dengan metode penimbangan.
Erlenmeyer A Erlenmeyer B
2 labu erlenmeyer
- Diisi dengan 150 ml air dan disumbat dengan sumbat erlenmeyer dari
sterefoam
Berikut ini adalah tabel pengamatan pengaruh cahaya (suhu) terhadap kecepatan
transpirasi pada tanaman pacar air, dengan perhitungan berat labu erlenmeyer yang berisi
air dan tanaman pacar air setelah 30 menit, sebanyak 3 kali.
Tabel 2. Pengaruh Cahaya (Suhu) terhadap Kecepatan Transpirasi pada Tanaman Pacar
Air.
Labu Berat 30 menit I 30 menit II 30 menit III Rata-
Erlenmeyer Awal rata
W1 Selisih W1 Selisih W1 Selisih
(gram) Selisih
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
Berat
(gram)
A 268,4 264,5 3,9 262 2,5 261,7 0,5 2,3
(ruangan/gelap)
B (terang/ 275,7 266,1 9,6 262,7 3,4 260,8 1,9 4,97
lampu)
Berikut ini adalah tabel pengamatan luas daun masing masing tanaman pacar air
yang diletakkan di tempat terang dan gelap. Perhitungan 9 helai daun dengan
menggambar di kertas milimeter.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Luas Daun Pacar Air (cm2)
Labu Daun ke- Rata-rata
Erlenmeyer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Luas (cm2)
A (gelap) 20 20 20 17 24 19 22 18 26 20,67
B (Terang) 23 22 25 24 24 29 24 24 25 24,4
0.06
0.04
Kecepatan Transpirasi
0.02
0
Gelap Terang
Kondisi Lingkungan
M. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen terhadap tanaman pacar air (Impatien balsemia)
melalui metode penimbangan, dapat disimpulkan :
Perhitungan rata-rata selisih berat selama transpirasi pada tanaman pacar air.
1.
2.
Memotong pangkal pucuk batang tanaman pacar air sepanjang 20 cm. Bunga,
kuncup, dan daun yang rusak dibuang kemudian menyamakan jumlah daun.
Menyamakan jumlah daun pacar air A dan B yakni masing-masing sebanyak 9
helai selanjutnya mengolesi luka dengan vaselin.
3.
5.
Meletakkan erlenmeyer A di dalam almari (gelap) dan erlenmeyer B di dekat lampu
pijar 100 watt dengan jarak 20 cm. Kemudian mengukur kondisi lingkungan kedua perlakuan
tadi meliputi suhu, intensitas cahaya, dan kelembapan.
6.
Menimbang kembali erlenmeyer lengkap dengan tanamannya setiap setelah 30
menit. Penimbangan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
7.