Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

ANGKUTAN AIR
Pengaruh Cahaya(Suhu) terhadap Kecepatan Transpirasi Tanaman
Pacar Air (Impatien balsemia)
A. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman pacar
air (Impatien balsemia) dengan metode penimbangan?

B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman
pacar air (Impatien balsemia) dengan metode penimbangan.

C. Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman
pacar air (Impatien balsemia).
H1 : Terdapat pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman
pacar air (Impatien balsemia). Faktor lingkungan meliputi suhu, intensitas
cahaya, dan kelembapan. Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin cepat
atau tinggi kecepatan transpirasi, semakin tinggi radiasi cahaya semakin tinggi
pula kecepatan transpirasi tanaman, dan semakin tinggi kelembapan udara
makan semakin rendah kecepatan trasnspirasi tanaman.

D. Kajian Pustaka
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel , 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang
stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi. Sebagian besar air yang diserap
tanaman ditranspirasikan (Indradewa, 2011).
Organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses transpirasi
adalah daun, karena pada daunlah kita jumpai stomata paling banyak. Kalau kita
bandingkan transpirasi stomata ini dengan transpirasi melalui sarana lainnya, maka
yang melalui stomata paling banyak dilakukan. Transpirasi penting bagi tumbuhan,
karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam
mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh,
dan mengatur turgor optimum di dalam sel (Sasmitamihardja, 1996).
Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah ukuran daun, tebal tipisnya
daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada
permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata(Dwidjoseputro,
1994:92), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju
metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu,
kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Sastramiharja dan Arbayah,
1996:64), gradien potensial air tanah - jaringan atmosfer, serta adanya zat-zat toksik
di lingkungannya. Menurut Goldworthy dan Fisher (1992:61-63), pembukaan stomata
dipengaruhi oleh karbondioksida, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun
dan laju fotosintesis. Mekanisme kontrol laju kehilangan air atau transpirasi dapat
dilakukan dengan cara mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang
dapat mengurangi proses kehilangan air dan mengatur konduktivitas stomata.
Menurut, Sasmitamihardja 1996, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi transpirasi, yaitu :
1. Radiasi cahaya. Radiasi cahaya mempengaruhi membukanya stomata, sehingga
dengan terbukanya stomata pada siang hari, transpirasi akan berjalan dengan lancar.
2. Kelembaban. Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi.
Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap air di udara, yang biasanya
dinyatakan dalam kelembapan relatif. Semakin banyak uap air di udara, akan semakin
kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara mengakibatkan
lambat laju traspirasi. Sebaliknya apabila tekanan uap air di udara semakin rendah
atau kelembapan relatifnya semakin kecil, akan semakin besar perbedaan uap air di
rongga daun dengan di udara, dan transpirasi akan berjalan lebih cepat.
3. Suhu. Suhu tumbuhan pada umumnya tidak berbeda banyak dengan lingkungannya.
Kenaikan suhu udara akan sangat mempengaruhi kelembaban relatifnya.
Meningkatnya suhu siang hari, menyebabkan kelembabap relatif udara semakin
rendah, sehingga akan menyebabkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun
dengan di udara menjadi semakin besar dan laju transpirasi meningkat.
4. Angin. Apabila angin bertiup terlalu kencang, dapat mengakibatkan keluaran uap air
melebihi kemampuan daun untuk menggantinya dengan air yang berasal dari tanah,
sehingga lama-kelamaan daun akan mengalami kekurangan air, turgor sel akan
menurun termasuk turgor sel penutup dan akhirnya stomata dapat tertutup.
5. Keadaan air tanah. Laju transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air di dalam
tanah, karena setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera
diganti kembali, yang pada dasarnya berasal dari dalam tanah. Berkurangnya air
dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya pengaliran air ke daun dan hal ini akan
menghambat laju transpirasi.

E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : Kondisi atau penempatan tumbuhan pacar air dalam
erlenmeyer (gelap dan terang).
2. Variabel kontrol : Jenis tanaman (pacar air), panjang tangkai tanaman
pacar air, jumlah daun tanaman tanaman pacar air, sumbat erlenmeyer, dan
volume air.
3. Variabel respon : Kecepatan transpirasi tanaman pacar air.

F. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel manipulasi merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannnya atau timbulnya variabel respon. Variabel manipulasi
merupakan faktor-faktor yang nantinya akan diukur, dipilih, dan dimanipulasi oleh
peneliti untuk melihat hubungan diantara fenomena atau peristiwa yang diteliti
atau diamati. Pada praktikum menghitung kecepatan transpirasi pada tanaman
pacar air kali ini, variabel manipulasi yang digunakan adalah kondisi penempatan
tanaman pacar air yakni di dalam ruangan (gelap) dan 20 cm dari lampu pijar. Dua
kondisi yang digunakan ini untuk mengetahui pengaruh cahaya (suhu) terhadap
kecepatan transpirasi. Dengan demikian kita dapat mengetahui di kondisi
lingkungan manakah kecepatan transpirasi tanaman pacar air yang berlangsung
lebih cepat.

2. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel manipulasi terhadap variabel respon tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
suatu hasil eksperimen, sedangkan dalam eksperimen yang kita inginkan adalah
variabel manipulasi (kondisi cahaya) adalah variabel yang berpengaruh terhadap
variabel respon. Oleh karena itu variabel kontrol digunakan untuk mencegah
faktor lain mempengaruhi variabel respon, ssehingga hanya variabel manipulasi
yang mempengaruhivariabel respon. Variabel kontrol yang kami gunakan pada
praktikum ini adalah jenis tanaman yang sama yaitu tanaman pacar air, panjang
tangkai tanaman 20 cm, jumlah daun tanaman 9 helai daun, dan volume air 150
ml. Alat dan bahan tersebut dikontrol dibuat sama agar tidak mempengaruhi hasil
praktikum.

3. Variabel respon merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya varibel manipulasi. Variabel respon pada praktikum ini adalah
kecepatan transpirasi tanaman pacar air. Variabel respon ini menjadi hasil
pengaruh variabel manipulasi yakni kondisi cahaya (gelap dan terang). Kecepatan
transpirasi didapatkan dengan metode penimbangan.

G. Alat dan Bahan


Alat
1. Erlenmeyer 250 ml 2 buah
2. Sumbat Erlenmeyer dari sterefom
dengan lubang di tengahnya 2 buah
3. Timbangan analitik 1 buah
4. Termometer 1 buah
5. Higrometer 1 buah
6. Lux meter 1 buah
7. Bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk 1 buah
8. Silet 1 buah
9. Penggaris 1 buah
Bahan
1. Air 300 ml
(untuk 2 erlenmeyer)
2. Vaselin secukupnya
3. Tanaman pacar air (Impatien balsemia),
sama panjang 20 cm 2 pucuk
4. Kertas grafik/millimeter 3 lembar
H. Rancangan Percobaan
1. Menyiapkan 2 buah erlenmeyer dan mengisi masing-masing dengan 150 ml air.
Kemudian menyumbat dengan sumbat erlenmeyer dari sterefoam.
2. Memotong pangkal pucuk batang tanaman pacar air sepanjang 20 cm. Bunga,
kuncup, dan daun yang rusak dibuang kemudian menyamakan jumlah daun.
Menyamakan jumlah daun pacar air A dan B yakni masing-masing sebanyak 9
helai selanjutnya mengolesi luka dengan vaselin. Tanaman pacar air dimasukkan
ke dalam erlenmeyer berisi air. Celah-celah sekitar sumbat penutup diolesi juga
dengan vaselin. Memberi label A(gelap) dan B(terang) pada masing-masing
erlenmeyer.
3. Kedua erlenmeyer yang didalamnya sudah ada tanaman pacar air dengan air
ditimbang kemudian dicatat.
4. Meletakkan erlenmeyer A di dalam almari (gelap) dan erlenmeyer B di dekat
lampu pijar 100 watt dengan jarak 20 cm. Kemudian mengukur kondisi
lingkungan kedua perlakuan tadi meliputi suhu, intensitas cahaya, dan
kelembapan.
5. Menimbang kembali erlenmeyer lengkap dengan tanamannya setiap setelah 30
menit. Penimbangan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
6. Setelah penimbangan terakhir (penimbangan ke 3), mengambil daun-daun pada
tanaman pacar air kemudian mengukur luas total daun tersebut menggunakan
kertas milimeter grafik dengan cara membuat pola masing-masing daun pada
kertas grafik. Kemudian menghitung luas daun, dengan ketentuan apabila kurang
dari kotak dianggap nol, dan bila lebih dari dianggap satu.
7. Membuat tabel data hasil pengamatan mengenai berat awal, berat akhir, dan
selisih berat selama transpirasi. Membuat tabel juga mengenai luas daun.
8. Setelah mendapatkan data hasil percobaan, menghitung kecepatan transpirasi pada
kedua tempat tersebut. Satuan yang digunakan adalah gram/menit/cm2 . Kemudian
membuat grafik kecepatan transpirasi tanaman pacar air pada lingkungan yang
berbeda.
I. Langkah Kerja

Erlenmeyer A Erlenmeyer B

2 labu erlenmeyer
- Diisi dengan 150 ml air dan disumbat dengan sumbat erlenmeyer dari
sterefoam

Tanaman pacar air A Tanaman pacar air B

- Pangkal pucuk tanaman dipotong miring


- Bunga, kuncup, daun yang rusak dibuang
- Dihitung jumlah daunnya, antara daun tanaman A dan B harus sama (9
helai)
- Bagian tubuh tumbuhan yang luka dan celah- celah sumbat diolesi dengan
vaselin.
- Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi air
- Ditimbang dan dicatat berat awalnya

Labu erlenmeyer + Labu erlenmeyer +


Tanaman pacar air A Tanaman pacar air B

- diletakkan di dalam - diletakkan 20 cm dari lampu pijar 100 watt (terang)


almari (gelap)

- Diukur suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban


- Ditimbang setiap 30 menit sekali (sampai 3 kali) dan dicatat hasilnya.

Daun Tanaman pacar Daun Tanaman pacar


air A air B

- digambar pada kertas milimeter


- diukur luas masing-masing daun
Pola dan luas masing-masing
daun

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Berikut ini adalah tabel pengamatan kondisi lingkungan dalam praktikum
kami, terdapat dua kondisi yakni kondisi di tempat gelap dan terang.
Tabel 1. Kondisi Lingkungan Penempatan Tanaman Pacar Air
No. Kondisi Lingkungan Tempat
Gelap Terang
1. Suhu (celcius) 31 33
2. Kelembapan (%) 91 86
3. Intensitas Cahaya (cd/m2) 0,04 1325

Berikut ini adalah tabel pengamatan pengaruh cahaya (suhu) terhadap kecepatan
transpirasi pada tanaman pacar air, dengan perhitungan berat labu erlenmeyer yang berisi
air dan tanaman pacar air setelah 30 menit, sebanyak 3 kali.
Tabel 2. Pengaruh Cahaya (Suhu) terhadap Kecepatan Transpirasi pada Tanaman Pacar
Air.
Labu Berat 30 menit I 30 menit II 30 menit III Rata-
Erlenmeyer Awal rata
W1 Selisih W1 Selisih W1 Selisih
(gram) Selisih
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
Berat
(gram)
A 268,4 264,5 3,9 262 2,5 261,7 0,5 2,3
(ruangan/gelap)
B (terang/ 275,7 266,1 9,6 262,7 3,4 260,8 1,9 4,97
lampu)

Berikut ini adalah tabel pengamatan luas daun masing masing tanaman pacar air
yang diletakkan di tempat terang dan gelap. Perhitungan 9 helai daun dengan
menggambar di kertas milimeter.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Luas Daun Pacar Air (cm2)
Labu Daun ke- Rata-rata
Erlenmeyer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Luas (cm2)
A (gelap) 20 20 20 17 24 19 22 18 26 20,67
B (Terang) 23 22 25 24 24 29 24 24 25 24,4

Grafik 1. Kecepatan Transpirasi Tanaman Pacar Air (Impatien balsemia)


Grafik Kecepatan Transpirasi Tanaman
Pacar Air (Impatien balsemia)
Kecepatan Transpirasi (gr/menit/cm2) 0.08

0.06

0.04
Kecepatan Transpirasi
0.02

0
Gelap Terang
Kondisi Lingkungan

K. Rencana Analasis Data


Berdasarkan tabel hasil pengamatan pengaruh cahaya (suhu) terhadap
kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air, sebelum dilakukan perlakuan berat
erlenmeyer A lengkap dengan tanaman pacar air di dalamnya yang akan diletakkan di
dalam ruangan (tempat gelap) adalah 268,4 gram, sedangkan berat erlenmeyer B
lengkap dengan tanaman pacar air di dalamnya yang akan diletakkan 20 cm dari
lampu pijar 100 watt adalah 275,7 gram. Erlenmeyer A kemudian diletakkan pada
tempat gelap dengan intensitas cahaya 0,04 cd/m2 , suhu 31C, dan kelembaban 91%
. Sementara erlenmeyer B diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt dengan intensitas
cahaya 1325 cd/m2, suhu 33C, dan kelembaban 86%.
Pengukuran berat atau penimbangan setiap 30 menit dengan pengulangan
sebanyak 3 kali untuk erlenmeyer A yang diletakkan di tempat gelap diperoleh hasil
yaitu 264,5 gram pada 30 menit pertama, 262 gram pada menit kedua, dan 261,7 gram
pada 30 menit ketiga, sehingga rata-rata selisih beratnya sebesar 2,3 gram.
Erlenmeyer B yang diletakkan pada tempat terang diperoleh hasil yaitu 266,1 gram
pada 30 menit pertama, 262,7 gram pada 30 menit kedua, dan 260,8 gram pada 30
menit ketiga, sehingga rata-rata selisih beratnya sebesar 4,97 gram. Berdasarkan hasil
tersebut maka rata-rata penurunan berat erlenmeyer B pada intensitas cahaya terang
lebih besar dari pada rata-rata penurunan berat erlenmeyer A pada intensitas cahaya
gelap.

Kemudian dilakukan pengukuran luas daun pada masing-masing tanaman


pacar air (Impatien balsamina) pada kedua erlenmeyer, pada tanaman pacar air di
erlenmeyer A memiliki 9 helai daun dengan luas masing-masing daun 20 cm2, 20
cm2, 20 cm2, 17 cm2, 24 cm2, 19 cm2, 22 cm2, 18 cm2, dan 26 cm2, sehingga rata-rata
luas daunnya adalah 20,67 cm2. Sedangkan pada tanaman pacar air di erlenmeyer B
memiliki 9 helai daun dengan luas masing-masing daun 23cm2, 22 cm2, 25 cm2, 24
cm2, 24 cm2, 29 cm2, 24 cm2, 24 cm2, dan 25 cm2, sehingga rata-rata luas daunnya
adalah 24,4 cm2. Dari data hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dihitung
kecepatan transpirasi tanaman pacar air pada kondisi gelap dan terang menggunakan
rumus :

Pada tanaman pacar air (Impatien balsemia) A yang diletakkan di tempat


gelap (tanpa lampu 100 watt) dengan intensitas cahaya 0,04 cd/m2, suhu 31C, dan
kelembaban 91% diperoleh kecepatan transpirasi sebesar 4 x 10-3 gr/menit/cm2.
Sedangkan tanaman pacar air (Impatien balsemia) B yang ditempatkan ditempat
terang ( di letakkan 20 cm dari sinar lampu 100 watt) dengan intensitas cahaya 1325
cd/m2, suhu 33C, dan kelembaban 86% diperoleh kecepatan transpirasi sebesar 68 x
10-3 gr/menit/cm2.
Berdasarkan hasil data tersebut maka semakin tinggi intensitas cahaya maka
kecepatan transpirasinya semakin cepat. Sebaliknya semakin rendah intensitas
cahayanya maka semakin rendah pula kecepatan transpirasinya. Hal ini berlaku sama
untuk suhu dimana semakin tinggi suhu maka kecepatan transpirasinya semakin cepat
atau tinggi dan sebaliknya semakin rendah suhu maka semakin lambat kecepatan
transpirasinya.

Tidak ada diskusi

L. Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data terhadap tabel dan grafik
pengamatan, pada erlenmeyer A yang diletakkan pada intensitas cahaya 0,04 cd/m2
rata-rata selisih beratnya sebesar 2,3 gram dan erlenmeyer B yang diletakkan pada
intensitas cahaya 1325 cd/m2 rata-rata selisih beratnya sebesar 4,97 gram. Perubahan
berat ini menandakan bahwa pada kedua tanaman pacar air (Impatien balsemia)
terjadi transpirasi atau hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan
karena proses fisiologis tumbuhan seperti proses transpirasi. Perubahan berat ini dapat
diasumsikan akibat adanya transpirasi karena hanya kurang dari 1% persen air
diperlukan tanaman untuk proses pertumbuhan (Salisbury dan Ross, 1985 dalam
Mustika.2009).
Transpirasi pada tempat terang lebih besar atau cepat yakni sebesar 68 x 10-4
gr/menit/cm2 daripada transpirasi pada tempat gelap yakni hanya sebesar 4 x 10-3
gr/menit/cm2. Hal ini menandakan bahwa intensitas cahaya berpengaruh terhadap
kecepatan transpirasi. Semakin besar intensitas cahaya, semakin tinggi kecepatan
transpirasi. Semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah kecepatan transpirasi.
Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi berkaitan dengan
mekanisme membuka menutupnya stomata. Stomata sendiri merupakan pori pada
daun yang menjadi tempat keluarnya air sebagai uap air pada proses transpirasi selain
lentisel dan kutikala. Sebagian besar stomata tumbuhan membuka pada siang hari dan
menutup pada malam hari (kecuali pada tanaman sukulen). Mekanisme membuka
menutupnya stomata salah satunya dengan teori fotosintesis. Di dalam stomata
khususnya sel penjaga (guard cells) terdapat klorofil yang memungkinkan sel
melakukan fotosintesis. Salah satu hasil dari fotosintesis adalah glukosa. Glukosa
terdapat dalam bentuk larut dalam cairan sel penjaga. Ketika di dalam sel penjaga
terdapat glukosa, maka konsentrasi di dalam sel penjaga menjadi lebih pekat dan
menyebabkan potensial air lebih rendah daripada potensial air di luar sel penjaga
sehingga air dari sel tetangga masuk menuju sel penjaga. Sel penjaga membesar
sehingga stomata membuka dan terjadi transpirasi
Berdasarkan teori fotosintesis tersebut, ketika tanaman pacar air ditempatkan
pada intensitas cahaya yang tinggi, celah stomata akan membuka lebar sehingga
proses transpirasi berlangsung cepat. Sebaliknya, ketika intensitas cahaya rendah,
celah stomata akan mengecil atau menutup sehingga kecepatan transpirasi rendah,
bahkan bisa jadi tidak berlangsung sama sekali.
Pengukuran transpirasi tanaman pacar air pada dua kondisi perlakuan
menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori fotosintesis. Kecepatan transpirasi
tanaman pacar air lebih tinggi di kondisi intensitas cahaya 0,04 cd/m2, suhu 31C,
dan kelembaban 91% yaitu 4 x 10-3 gr/menit/cm2, dibandingkan dengan kecepatan
transpirasi di kondisi intensitas cahaya 1325 cd/m2, suhu 33C, dan kelembaban 86%
yakni sebesar 68 x 10-3 gr/menit/cm2. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa suhu dan kelembaban lingkungan mempengaruhi kecepatan
transpirasi. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi.
Semakin rendah kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi.
Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan bersih dari air yang
hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan meningkatnya
kelembababan udara, begitu pula sebaliknya. Kelembaban menunjukkan banyak
sedikitnya uap yang terkandung di udara. Semakin banyak uap air di udara maka
semakin kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara,
sehingga laju transpirasi rendah atau lambat. Sebaliknya apabila tekanan uap air di
udara rendah atau kelembapan relatifnya kecil, maka perbedaan uap air di rongga
daun dengan di udara besar sehingga transpirasi berlangsung lebih cepat.

Lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan


sehingga uap air akan sulit berdifusi keluar (Salisbury dan Ross, 1992). Vaseline
dalam percobaan ini berfungsi sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses
transpirasi pada daerah yang terluka, karena semakin menebalnya permukaan maka
uap air akan sulit keluar.

M. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen terhadap tanaman pacar air (Impatien balsemia)
melalui metode penimbangan, dapat disimpulkan :

1. Terdapat pengaruh lingkungan (cahaya, suhu, kelembaban ) pada kecepatan


transpirasi tanaman. Semakin tinggi intensitas cahaya (suhu), semakin tinggi
kecepatan transpirasi. Sebaliknya semakin rendah intensitas cahaya (suhu),
semakin rendah pula kecepatan transpirasi. Semakin tinggi kelembaban udara
maka semakin rendah kecepatan transpirasinya. Sebaliknya, semakin rendah
kelembaban udara maka semakin tinggi kecepatan transpirasi. Dengan bukti pada
hasil praktikum, kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatiens balsamina) di
intensitas cahaya sebesar 0,04 cd/m2 sebesar 4 x 10-3 gr/menit/cm2, sedangkan
pada intensitas cahaya 1325 cd/m2 sebesar 68 x 10-4 gr/menit/cm2.
N. Daftar Pustaka
Al, Suyitno dkk. 2003. Tanggapan Stomata Dan Laju Transpirasi Daun Vaccinium
varingiaefolium (Bl.) Miq. Menurut Tingkat Perkembangan Daun Dan Jarak
Terhadap Sumber Emisi Gas Belerang Kawah Sikidang Dataran Tinggi
Dieng. Yogyakarta : FMIPA UNY
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Goldsworthy, P. R. dan Fisher, N. M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Indradewa, Didik dan Eka Tarwaca Susila Putra. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Power
point Fisiologi Tumbuhan UI, Jakarta.
Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan
Biologi ITB, Bandung.
LAMPIRAN

Perhitungan rata-rata selisih berat selama transpirasi pada tanaman pacar air.

Erlenmeyer Kondisi gelap


Rata-rata selisih berat = Selisih (30 menit I + selisih 30 menit II+ 30 menit III)
3
= 3,9 + 2,5 + 0,5
3
= 6,9
3
= 2,3 gram

Erlenmeyer Kondisi terang


Rata-rata selisih berat = Selisih (30 menit I + selisih 30 menit II+ 30 menit III)
3
= 9,6 + 3,4 + 1,9
3
= 14,9
3
= 4,97 gram

Perhitungan rata-rata luas daun tanaman pacar air.


Daun A kondisi gelap (9 helai daun)
Rata-rata luas daun = 20 + 20 + 20 + 17 + 24 + 19 + 22 + 18 + 26
9
= 186
9
= 20,67 cm2
Daun B kondisi terang (9 helai daun)
Rata-rata luas daun = 23 + 22 + 25 + 24 + 24 + 29 + 24 + 24 + 25
9
= 220
9
= 24,4 cm2

1.

Mengisi masing-masing erlenmeyer dengan 150 ml air. Kemudian menyumbat


dengan sumbat erlenmeyer dari sterefoam.

2.
Memotong pangkal pucuk batang tanaman pacar air sepanjang 20 cm. Bunga,
kuncup, dan daun yang rusak dibuang kemudian menyamakan jumlah daun.
Menyamakan jumlah daun pacar air A dan B yakni masing-masing sebanyak 9
helai selanjutnya mengolesi luka dengan vaselin.

3.

Memasukkan tanaman pacar air ke dalam erlenmeyer berisi air. Celah-celah


sekitar sumbat penutup diolesi juga dengan vaselin. Memberi label A(gelap) dan
B(terang) pada masing-masing erlenmeyer.
4.
Menimbang kedua erlenmeyer yang didalamnya sudah ada tanaman pacar air dan
air, kemudian diacatat sebagai berat awalnya.

5.
Meletakkan erlenmeyer A di dalam almari (gelap) dan erlenmeyer B di dekat lampu
pijar 100 watt dengan jarak 20 cm. Kemudian mengukur kondisi lingkungan kedua perlakuan
tadi meliputi suhu, intensitas cahaya, dan kelembapan.
6.
Menimbang kembali erlenmeyer lengkap dengan tanamannya setiap setelah 30
menit. Penimbangan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
7.

Mengukur luas total daun tersebut menggunakan kertas milimeter grafik


dengan cara membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik

Anda mungkin juga menyukai