Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH KETINGGIAN DAN JENIS TANAH ULTISOL PERTUMBUHAN PADA

TANAMAN JAGUNG

PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA

Diusulkan oleh

Suci Apria Deli (1510211030)

Haedar Afif Silalahi (1510211031)

Novianti Arif (1510211029)

Angga Ferdiyansyah (1510212096)

M. Firdaus madiansyah (1510

Nurul huda arizka (1510211023)

Andika putri (1510211058)

Chicy laitul fitriani (1510211076)

Monica Br sinurat (1510212051)

Crizuer perdinanta (

Windy aulia (1510211099)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung adalah tanaman purba sebagaimana ditunjukkan dari sisaan klobot yang terunut

sampai sekitar 5000 SM, yang ditemukan di penggalian sejarah gua Tahuacan, Meksiko.

Domestikasi tanaman ini diperkirakan telah dimulai pada kurun waktu tersebut. Dua genus utama

Poaceae yang berasal dari Amerika adalah Zea dan Tripsacum. Nenek moyang jagung yang

umumnya disepakati adalah Teosinte (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air, udara dan

unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian kemampuan tanah menyediakan

unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas mendorong manusia berpikir dan berusaha untuk

melestarikan kesuburan tanahnya. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya

adalah dengan penammbahan bahan pupuk yang dikenal dengan istilah: pemupukan (Hasibuan,

2006).

Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik yang mengandung unsur hara tertentu,

yang pada umumnya mempunyai kadar unsur hara yang tinggi. Pupuk buatan mempunyai

kelemahan yaitu dapat merusak lingkungan dan mengandung sedikit unsur mikro. Sedangkan

kebaikannya adalah pemakaiannya lebih mudah dan dapat diberikan pada saat yang tepat (Hakim,

dkk, 1986).

Tanah Ultisol (ando, yaitu tanah hitam) adalah tanah-tanah yang gembur, ringan dan

porous, tanah bagian atas berwarna gelap/hitam, bertekstur sedang (lempung, lempung berdebu),

terasa licin seperti sabun apabila dipirit dan secara khusus terbentuk dari bahan piroklastik kaya

gelas volkan (Musa, dkk, 2006).


Evaluasi kesuburan tanah dengan metode uji biologi bersifat kualitatif dan tidak langsung.

Beberapa percobaan dalam uji biologi antara lain: 1) percobaan lapangan, 2) percobaan rumah

kaca, 3) percobaan mikrobiologi. Percobaan pemupukan yang sering dilakukan dalam percobaan

di rumah kaca atau dilapangan antara lain dengan memakai teknik uji kurang satu (minus one test)

atau uji tambah satu (plus one test). Kesimpulan yang diperoleh dari metode pengamatan gejala

defisiensi hara pada tanaman maupun metode uji biologi dapat dijadikan dasar untuk melakukan

uji tanah dan tanaman (Damanik, dkk, 2010).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh tanah jenis Ultisol

terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).

Hipotesis Percobaan

- Adanya pengaruh tanah jenis Ultisol terhadap petumbuhan jagung ((Zea mays L.)

- Adanya pengaruh topografi suatu daerah terhadap tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah

Ultisol.

Kegunaan Percobaan

- Salah satu syarat dalam pelantikan agroekoteknologi 2015 Fakultas Pertanian, Universitas

Andalas, Padang.

- Untuk meningkatkan solidaritas antar anggota kelompok maupun angkatan agroekoteknologi 2015

Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

- Melatih mahasiswa angkatan agroekoteknologi 15 untuk membuat proposal

- Menambah ilmu dari wacana dan sumber proposal.

- Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.


- Memenuhi tri darma perguruan tinggi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat.

- Sebagai tambahan literature bahan perkuliahan.


TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Ultisol

Kata Ultisol berasal dari bahasa latin Ultimus, yang berarti terakhir atau dalam arti hal

Ultisol, tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang terahir. Ultisol

memiliki horizon argilik degan kejenuhan basa yang rendah. Biasanya terdapat alumunium yang

dapat dipertukarkan dalam jumlah yang tinggi. Pertanian dapat dipertahankan dengan perladangan

berpisah atau dengan penggunaan pupuk (Anonimous, 2009).

Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total daratan

Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga

tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian

lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada

tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief (Prasetyo, 2006)

Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan

kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering

kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi

merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu

terdapat horizon argilik yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan

makro serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi

tanah (Prasetyo, 2006).

Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di

daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di

Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Problem tanah ini adalah reaksi masam,

kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsure hara rendah,
diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan, keadaan tanah yang sangat masam sangat

menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation

dalam bentuk dapat tukar, karena perkembangan muatan positif (Anonimus, 2011)

Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian kapur,

pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan tekhnik budidaya

tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim

mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan

kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di

Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap

baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan

penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Anonimus, 2011)

Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan berasal dari bahan induk

yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap

sehingga peka terhadap erosi (Repository USU, 2010).

Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Botani Tanaman

Sistematika tumbuhan kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Poales
Family : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (Rukmana, 2002).

Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok

akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang

tumbuh relatif ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi

hara pada tanaman. Akar penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan

membantu penyerapan hara (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Jagung adalah tanaman semusim yang berbatang tinggi, tegap dan berbatang tunggal yang

dominan, walaupun mungkin ada beberapa yang mengandung tunas (anakan). Kedudukan

daunnya distik (dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berseling) dengan pelepah-

pelepah daun saling bertindih dan daunnya lebar relatif panjang (Goldsworthy dan Fisher, 1996).

Daun berkisar 10 20 helai tiap tanaman. Daun muda pada setiap ruas batang dan

kedudukannya berlawanan antara daun satu dengan daun lainnya. Daun panjang ini memiliki lebar

agak seragam dan tulang daunnya terlihat jelas. Bentuk daunnya seperti pita atau tigalatus

(Suprapto, 1992).

Jagung mempunyai dua jenis bunga yang berumah satu. Bunga jantan tumbuh di ujung

batang dan tersusun dalam malai. Bunga betina tersusun dalam tongkol dan tertutup oleh kelobot.

Bunga ini muncul dari ketiak daun yang terletak pada pertengahan batang. Setiap bunga

mempunyai tangkai putik yang memanjang keluar dari kelobot sampai bung dibuahi. Kumpulan

dari tangkai putik ini sering disebut rambut jagung (Najiyati dan Danarti, 1999).
Pada tongkol (buah jagung) tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat, sedangkan

pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus

(kelobot). Pada setiap tanaman jagung terbentuk 1-2 tongkol (AAK, 1990).

Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200-400 biji. Biji

jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian atau lapisan kedua

disebut endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara itu bagian yang paling

dalam disebut embrio atau lembaga (Purwono dan Hartono, 2002).

Syarat Tumbuh

Iklim

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah

pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.0001800 meter dari permukaan air laut. Jagung

yang ditanam di dataran rendah dibawah 800 meter dari permukaan air laut dapat berproduksi

dengan baik, dan pada ketinggian diatas 800 meter dari permukaan air laut pun jagung masih bisa

memberikan hasil yang baik pula (AAK, 1990).

Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm- 200 mm per bulan.

Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm-125 mm per bulan dengan distribusi yang

merata. Oleh karna itu, tanaman jagung cenderung amat cocok ditanam di daerah yang beriklim

kering (Rukmana, 2002).

Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Secara umum

tanaman jagung dapat tumbuh pada kisaran suhu udara antara 130C 380C dan mendapat sinar

matahari penuh. Suhu udara yang ideal untuk perkecambahan benih adalah 300C 320C dengan

kapasitas air tanah antara 25 60 % (Purwono dan Hartono, 2002).

Tanah
Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5 7,0.

Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pada pH 6,8. Tekstur tanah

yang baik untuk tanaman jagung yaitu tekstur liat, liat berlempung dan lempung berpasir

(Splittoesser, 1984).

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah

dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur

dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik (AAK, 1990).

Tanaman jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena

mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman jagung sangat peka terhadap tanah masam dan agak

toleran terhadap tanah yang memiliki kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Unsur Hara

Nitrogen (N)

Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman

dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+ (amonium) dan ion NO3-

(nitrat). Ditinjau dari berbagai hara nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian.

Hal ini karena jumlah nitogen yang terdapat didalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut

tanaman dalam bentuk panenan setiap musim cukup banyak. Disamping itu senyawa anorganik

nitrogen sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase, tercuci dan menguap ke atmosfir

(Damanik, dkk, 2010).

Pupuk nitogen termasuk pupuk kima tunggal, urea merupakan pupuk dasar utama yang

diberikan pada pertanaman. Nitrogen yang dikandungnya dilepas dalam bentuk amonia dan

sebagian bereaksi dengan tanah membentuk nitrat. Keuntungan menggunakan pupuk urea adalah
mudah diserap tanaman. Kandungan N yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pertumbuhan awal

tanaman (Marsono dan Sigit, 2000).

Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara

keseluruhan, khususnya batang cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam

pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah

membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono,

1994).

Fosfat (P)

Fosfor merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP, RNA, dan DNA.

ATP penting untuk proses transfer energi , sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik

tanaman. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, batang. bunga, dan buah. Dengan

membaiknya struktur perakaran sehingga daya serap nutrisi pun lebih baik (Marsono dan Sigit,

2000).

Unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya

akar benih dari tanaman muda. Selain itu fosfor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk

pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat

pembungaan, pemasakan biji dan buah. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat

primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO42-) (Lingga dan Marsono, 1994).

Efektivitas pupuk fosfat yang diberikan ke dalam tanah dipengaruhi oleh dua faktor yakni

ukuran butiran pupuk dan cara pemberian pupuk. Makin halus ukuran butir efentivitasnya makin

tinggi. Artinya pupuk yang di berikan akan akan cepat larut dan membentuk H2PO4 di dalam

larutan tanah sehingga dapat mempercepat tanaman menyerap unsur tersebut (Hasibuan, 2006).
Kalium (K)

Kalium adalah unsur hara makro ketiga yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang

banyak setelah nitrogen dan posfor. Kadar kalium total dalam tanah pada umumnya cukup tinggi,

dan diperkirakan mencapai 2.6 % dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia dalam tanah

cukup rendah. Pemupukan nitrogen dan posfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan

kalium dari dalam tanah, ditambah lagi pencucian dan erosi menyebabkan kehilangan kalium

cukup besar (Damanik, dkk, 2010).

Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama

ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl

dan K2SO4. Kalium chlorida (Muriate of Potash) mempunyai sifat kadar K2O 52-55 %. Reaksi

fisiologis masam lemah, agak higroskopis dan hanya digunakan untuk tanaman yang tahan akan

chlorida (Marsono dan Sigit, 2000).

K (Kalium) berperan untuk memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak

mudah gugur. Kalium juga membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga dapat

berperan sebagai kekuatan bagi tanaman untuk menghadapi kekeringan dan penyakit. Fungsi K

dalam pertumbuhan tanaman adalah pengaruhnya pada efisiensi penggunaan air (Lingga, 1992).

Magnesium (Mg)

Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di

dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun, terutama untuk ketersediaan

klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis.

Unsur itu juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses

sintesis protein (Anonimous, 2008).


Magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Mg2+ yang merupakan unsur penting

dalam tanaman sebagai penyusun klorofil. Magnesium termasuk unsur mobil. Makin tinggi

penyerapan K, makin rendah penyerapan Mg (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Sumber utama Mg adalah batu kapur dolomid, merupakan bahan yang sangat baik

memberikan Ca dan Mg, selain untuk menetralisir kemasaman tanah. Sumber lain meliputi K, Mg

Sulfat, Mg Klorit, Mg Oksida dan Slag. Bentuk Mg Sulfat lebih larut dibandingkan dengan batu

kapur dolomit, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pupuk Mg yang segera dibutuhkan

tanaman (Winarso, 2005).

Defisiensi Unsur Hara

Nitrogen (N)

Kekurangan N tampak pada daun dan buah. Tiap daun tua dari tanaman yang menderita

kekurangan N seluruhnya tampak berubah warna menjadi hijau muda selanjutnya menguning,

jaringan-jaringannya mati, kering berwarna coklat, tanaman kerdil, perkembangan buah tidak

sempurna, kecil-kecil cepat matang (Sutedjo, 2004).

Bila tanaman kahat nitrogen, pertumbuhan tanaman akan terhambat, tanaman akan kurus,

kerdil dan daun berwarna kuning pucat. Warna pucat pada tanaman yang kekurangan N berasal

dari terhambatnya pembentukan klorofil, selanjutnya pertumbuhan akan berlangsung dengan

lambat karena klorofil dibutuhkan pada pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis.

Warna pucat akibat kahat nitrogen ini terjadi lebih dulu pada daun-daun tua, sepanjang tulang-

tulang daun, hal ini karena nitrogen bersifat mobil di dalam tanaman (Damanik, dkk, 2010).

Kelebihan nitrogen menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen),

tanaman mudah rebah, pada padi menurunkan kualitas butir sehingga produksi turun dan sangat

respon terhadap serangan hama dan penyakit (Anonimus, 2008).


Fosfat (P)

Kekurangan fosfat akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat karena terjadi

gangguan pada pembelahan sel. Daun tanaman menjadi warna hijau tua yang kemudian menjadi

ungu dan terjadi pada cabang dan batang tanaman muda. Terlambatnya masa pemasakan buah dan

biji serta tanaman kerdil (Hakim, dkk, 1986).

Kelebihan fosfat pada tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil. Pada

tanaman jagung daun meruncing berwarna hijau gelap, terjadi pematangan dini (Rinsema, 1993).

Fospat sangat diperlukan dalam penyediaan energi., yang diperlukan untuk proses-proses

metabolik. Oleh karena itu, kekurangan unsur fospat dapat menyebabkan gangguan hepat terhadap

pertumbuhan tanaman. Awal munculnya gejala defisiensi tampak pada daun tua. Ini disebabkan

unsur P yang mobil (Damanik, dkk, 2010).

Kalium (K)

Defisiensi unsur K menyebabkan tanaman tampak kerdil, internoda antar ruas memendek,

ujung dan tepi daun menjadi hitam dan sepeti hangus (scorch), tepi daun melekuk ke bawah yang

dimulai dari mulai daun terbawah, tanaman mudah rebah (Winarso, 2005).

Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan bersifat mobil atau mudah bergerak dari

satu tempat ke tempat lain. Bila terjadi kahat kalium maka akan terjadi translokasi kalium dari

bagian-bagian tua ke bagian muda. Gejala kahat kalium dapat dilihat pada helaian daun, dimana

tepi-tepi daun menjadi kering dan berwarna kuning cokelat, sedang permukaannya mengalami

klorosis (Damanik, dkk, 2010).

Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman

terhambat sehingga tanaman mengalami defisiensi (Anonimous, 2008).

Magnesium (Mg)
Gejala kekurangan magnesium adalah sebagai berikut:

- warna hijau tua dari daun-daun menghilang

- Terjadi kolrosis diantara tulang daun sedangkan tulang daun dan sirip daun biasanya tetap hijau

- Pada tingkat yang lebih lanjut warna daun tua berubah menjadi kuning dan kemudian bebercak

merah-merah coklat

- Batang menjadi kurus dan terdapat garis-garis berwarna hijau kekuningan

(Damanik, dkk, 2010).

Gejala defisiensi pada tanaman menunjukkan adanya klorosis diantara tulang daun,

tetutama daun tua. Jika keadaan ini berjalan terus, jaringan tersebut akan kering dan mati. Daun

menjadi kecil dan rapuh, pinggiran daun menggulung (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Gejala defisiensi Mg pertama nampak pada daun yang lebih tua atau bawah, sehingga Mg

di dalam tanaman juga disebut mobil atau dapat ditranslokasikan. Tanaman yang difisiensi Mg

akan manunjukkan daun yang menguning, berwarna kecoklatan, kemerahan sedangkan bagian

daun vena tetap hijau. Pada daun jagung akan manunjukkan strip atau garis kuning dengan vena

tetap hijau (Winarso, 2005).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan

Departemen Ilmu Tanah dan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Pada bulan Februari bulan Mei

2010 setiap Sabtu pukul 10.00 WIB s/d selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah tanah Ultisol Tongkoh sebagai objek percobaan,

benih jagung sebagai tanaman indikator, pupuk kimia (Urea, KCl, SP-18, dan Kiserit) sebagai

perlakuan pada percobaan, polybag 10 kg sebagai wadah tanam, label + plastik sebagai tanda dari

setiap unit perlakuan, tanah kering udara sebagai sampel tanah yang akan dianalisis, dan air

sebagai pelarut/penyiram.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk membersihkan

lahan dan mengambil tanah, timbangan untuk menimbang tanah dan pupuk serta bobot panen

tanaman, goni sebagai tempat sampel tanah, plastik sebagai tempat pupuk, meteran untuk

mengukur tinggi tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, tali plastik sebagai

pengikat goni, oven untuk mengovenkan tanaman, ayakan tanah untuk menghasilkan tanah yang

lebih halus, pacak untuk tiang spanduk, spanduk untuk memagari lahan, batu bata untuk dudukan

polybag, amplop untuk tempat berat kering tanaman, gembor untuk alat penyiraman tanaman, alat

tulis dan buku data untuk menulis hasil pengamatan


Metode Percobaan

Prosedur Percobaan

a. Prosedur di lapangan

- Diambil tanah yang akan dipercobakan di daerah yang telah ditetapkan 250 kg.

- Dimasukkan ke dalam goni/karung.

- Dibuka dan dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan pasir, jika keras dihancurkan dengan

batu.

- Ditimbang tanah kira-kira 5 kg dan dimasukkan ke dalam polybag sampai 26 polybag (ulangan I

dan II).

Ulangan 1 Ulangan II

Kontrol Kontrol

Lengkap Lengkap

-N -N

-P -P

-K -K

-Ca -Ca

-Mg -Mg

-NP -NP

-NK -NK

-PK -PK

- KCa -KCa

- CaMg - CaMg
-NPK -NPK

- Diletakkan diatas batu-bata dan disusun 2 baris memanjang dengan berbagai perlakuan berurutan:

- Dimasukkan semua jenis pupuk kedalam polybag secara berurutan dan sesuai dengan perlakuan

masing-masing.

- Diaduk pupuk (dicampurkan dengan tanah) agar pupuknya tidak menguap

- Ditanam bibit jagung ke polybag masing-masing 2 buah dengan jarak yang agak jauh dan tidak

terlalu dalam.

- Disiram setiap hari sesuai dengan kebutuhannya.

- Diambil data setiap minggu dari satu jagung yang menjadi parameter adalah tinggi tanaman,

jumlah daun, diameter batang, dan gejala visual.

- Diambil data berat kering bagian bawah dan bagian atas tanaman ketika panen.

- Dicatat hasilnya.

b. Prosedur di laboratorium

- Diambil 10 gr tanah kering udara

- Diovenkan selama 24 jam

- Dihitung % KA nya dengan rumus:

% KA= BTKU-BTKO x 100%

BTKO

- Diambil 25 gram tanah kering udara

- Dijenuhkan selama 24 jam

- Diambil 10 gram tanah dalam keadaan kapasitas lapang

- Di ovenkan selama 24 jam


- Dihitung % KLnya dengan rumus:

% KL= BTKL-BTKO x 100%

BTKO

- Dihitung berat tanah yang dibutuhkan untuk setiap polibag bila dikehendaki berat tanah tanpa air

5 kg dengan rumus:

BTKU= 5+ 5 x % KA

- Dihitung volume air yang diperlukan dengan rumus:

Vair = (% KL-% KA) x BT

100

- Dibuat perhitungan pupuk Urea, KCl, SP-18, Kiserit agar diketahui berapa gram pupuk yang

diberikan ke tanah dengan menggunakan rumus:

Kebutuhan Pupuk = 1 x dosis x BM Senyawa

% kandungan hara Ar. Unsur

- Ditimbang masing-masing pupuk sesuai dengan dosisi kebutuhannya.

c. Uji PUTK

- Diambil tanah Ultisol 0.5 mg.

- Ditetesi pereaksi K 4 ml dan diaduk hingga homogen

- Dibiarkan selama 5 menit hingga larutan jernih

- Ditambah K2 sebanyak 2 tetes kemudian dikocok hingga tercampur

Ditambah K3 2 ml secara perlahan-lahan

- Didiamkan selama beberapa saat

- Diamati reaksi pada tanah dan dilihat kadar K pada tanah

Anda mungkin juga menyukai