Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI
PENGARUH STRESS DALAM KERJA TERHADAP
PRODUKTIVITAS ORGANISASI

OLEH :
NAILUREDHA HERMANTO
1201636/2012

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Yang mana makalah ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi, serta dapat mengetahui pengaruh
stress kerja pegawai terhadap produktivtas organisasi.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan,
hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang penulis miliki. Oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Perilaku
Organisasi, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kami dan jugapara
pembaca lainnya.

Padang, 08 November 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak organisasi yang saat ini mengalami fluktuasi dalam proses pencapaian tujuannya,
ada banyak hal yang dapat menjelaskan penyebab terjadinya hal tersebut, salah satunya
adalah stress kerja yang dialami seorang pegawai didalam organisasi tersebut.
Stresspun timbul karena ada banyak alasan dan menimbulkkan efek yang beragam, oleh
karena itu makalah ini disusun untuk mengetahui apa itu stress yang sebenarnya, apa
efeknya, apa gejala gejala yang timbul, dan bagaimana pengaruhnya terhadap organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah maksud dari stress dan apa penyebab timbulnya stress ?
2. Apa saja gejala yang dirasakan ketika seseorang mengalami stress kerja ?
3. Bagaimana pengaruh stress terhadap tingkat produktivitas organisasi ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui gejala, penyebab dan efek dari stress.
2. Untuk mengetahui pengaruh stress kerja terhadap organisasi.

D. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis denga metode penulisan eksposisi deskripsi yang menggunakan studi
literature pada buku buku dan juga materi yang ada di Internet.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian stress
Menurut Hager dalam khaerul Umam (2010:203) mengatakan bahwa stress adalah
keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik atau lingkungan,
dan situasi social, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Stress juga dapat didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang
mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis samapai pada batas atau melebihi batas
kemampuan subjek.

B. Jenis-jenis stress
Quick dan Quick dalam Khaerul Umam (2010:205) mengkategorikan stress menjadi dua,
yaitu :
a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif dan
kontruktif. Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu fan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat
performance yang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhdap stress yang bersifat tidak sehat, negative dan
destruktif. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi, seperti
penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidak hadiran yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

C. Respon stress
Taylor dalam Khaerul Umam (2010:207) mengatakan bahwa stress dapat menghasilkan
berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut
dapat berguna sebagai indicator terjadinya stress pada individu, dan mengukur tingkat
stress yang dialami individu. Respon stress dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu :
a. Respon fisiologis ; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung,
detak nadi, dan system pernapasan.
b. Respon kognitif ; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti
pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang dan pikiran
yang tidak wajar.
c. Respon emosi ; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami
individu, seperti takut, cemas malu, marah dan sebagainya.
d. Respon tingkah laku ; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang
menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

D. Stress kerja
Serta diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu
berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stressor kerja merupakan segala
kondisi pekerjaan yang dipresepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat
menimbulkan stress kerja.

1. Sumber stress kerja


Luthans dalam Khaerul Umam (2010:211) mengatakan bahwa penyebab stress terdiri
dari 4 hal utama, yaitu :
a. Extra organizational stressors, yang terdiri atas perubahan social, teknologi,
keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, rasa dan kelas, serta keadaan
komunitas dan tempat tinggal.
b. Organizational stressors, yang terdiri aras kebujakan organisasi, struktur
organisasi, keadaaan disik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam
organisasi.
c. Group stressors, yang terdiri atas kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya
dukungan social, serta adanya konflik antar individu, interpersonal dan intergroup.
d. Individual stressors, yang terdiri atas terjadinya konflik dan ketidak jelasan peran,
serta disposisi individu, seperti pola kepribadian tipe A, control personal, self
efficacy dan daya tahan psikologis.

2. Dampak stress kerja


Ada 3 gejala umum yang dialami seseorang yang sedang mengalami stress kerja,
yaitu :
a. Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stress pekerjaan :
- Kecemasa, ketegangan, bingung, mudah tersinggung
- Perasaaan frustasi, marah dan dendam
- Sensitive dan hiperaktif
- Memendam perasaan, penarikan diri dan depresi
- Komunikasi yang tidak efektif
- Perasaan terkucil dan terasing
- Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
- Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilangan konsentrasi.
- Kehilangan spontanitas dan kreativitas
- Menurunnya rasa percaya diri
b. Gejala fisiologis
Gejala gejala fisiologis yang utama dari stress kerja adalah :
- Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecendrungan mengalami
penyakit kardiovaskular.
- Meningkatnya sekresi dari hormone stress
- Mengalami gangguan lambung
- Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang
kronis.
- Skit kepala, dan gangguan tidur.
c. Gejala perilaku
Gejala gejala perilaku utama dari stress kerja adalah ;
- Menunda, menghindari pekerjaan
- Menurunnya prestasi dan produktivitas
- Meningktanya penggunaan obat-obatan
- Perilaku makan yang tidak normal
- Meningkatnya kecendrungan berprilaku beresiko tonggi
- Kecendrungan untuk melakukan bunuh diri.

3. Strategi manajemen stress kerja


Stress dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negative. Manajemen stress lebih daripada sekedae
mengatasinya, yakni juga belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif.
Pemahaman terhadap prinsip prinsip dasar yang baik menjadi bagian yang penting
agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul, terutama
yang berkaitan denga penyebab stress dalam hubungnanya dengan tempat kerja.
Suprihanto dalam Khaerul Umam (2010:217) mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress
ringan. Alasannya adalah pada tingkat stress tertentu akan memberikan akibat positif
karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas yang lebih baik. Akan
tetapi, tingkat stress yang tinggi atau stress irngan yang berkepanjangan akan
menurunkan kinerja karyawan.

E. Pengaruh stress terhadap organisasi.


Jika dilihat dari materi yang ada diatas, maka stress merupakan sesuatu kondisi yang
dialami seseorang yang merupakan tekanan bagi dirinya sehingga akan menimbulkan
efek efek yang kadang tidak terduga.
Jika di dalam sebuah organisasi, seorang pegawai yang mengalami stress selama dia
mampu menanganinya dengan baik dan berdampak positif bagi dirinya maka tidak akan
mempengaruhi kinerja organisasi dalam arti negative melainkan akan memacu
produktivitas suatu organisasi. Dia akan semakin rajib berkerja dan lebih kreatif,
sayangnya stress yang bersifat konruktif ini jarang ditemui di kalangan pegawai dalam
organisasi.
Hanya saja stress yang sering dialami seseorang saat ini dalam suatu organisasi
merupakan stress yang bersifat distress, artinya stress ini adalah hasil respon terhadap
stress yang berifat negative dan destruktif. Maka stress ini jelas akan mempengaruhi
produkivitas organisasi. Contohnya adalah seorang pegawai yang sedang mengalami
stress akan memnunjukkan gejala malas bekerja, tidak kreativ dan sering sakit, maka hal
ini akan memperngaruhi pekerjaannya didalam organisasi, sehingga dia tidak bisa
memenuhi kewajibannya dan akan menjadi halangan bagi suato organisasi untuk
mencapai tujuannya.
Manajer sebagai seseorang yang mengatur, mengurus dan mengarahkan pegawai dalam
organisasi memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kelancaran proses pencapaian
tujuan organisasi, oleh karena itu para manajer harus memiliki ide, cara atau strategi
untuk menekan tingkat stress pegawainya, seperti dengan adanya acara rekreasi tahunan
pegawai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stress adalah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang yang bersifat internal, dan
merupakan suatu perasaan yang bersifat menekan sehingga seseorang akan mengalami
putus asa dan kebingungan.
Ada beberapa penyebab timbulnya stress kerja yaitu :
a. Kondisi dan situasi pekerjaan.
b. Pekerjaan yang dikerjakan oleh seseorang tersebut
c. Job requirement seperti status pekerjaan yang tidak jelas dan karir yang tidak jelas.
d. Hubungan interpersonal yang tidak baik.
Dan untuk memanajemen stress kerja seseorang sehingga tidak menjadi pengahalang bagi
tercapainya tujuan organisasi maka dapat dilakukan denga dua cara yaitu pendekatan
individual dan pendekatan organisasional.
DAFTAR PUSTAKA

Umam, Khairul. Perilaku Organisasi. 2010. Pustaka Setia. Bandung

Anda mungkin juga menyukai